Disusun Oleh :
Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan pada kulit batang atau cabang
tanaman karet (Hevea brasiliensis) secara berkala untuk jangka waktu yang lama sehingga
lateks menetes ke luar dari pembuluhnya menuju mangkuk. Dengan demikian, di perlukan
perencanaan yang matang dan dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan rencana tersebut.
Perencanaan meliputi tebal kulit yang diiris setiap kali penyadapan, lamanya bidang-bidang
sadap yang digunakan (dalam tahun), dan penggunaan stimulannya (jumlah tiap kali
penggunaan, frekuensi penggunaan, dan teknik penggunaannya).
Pembuluh lateks yang paling banyak menghasilkan lateks adalah yang berada di
jaringan kayu dan kulit luar atau pada bagian kulit batang. Pembuluh lateks tersususn dari
arah kanan atas ke kiri bawah dengan sudut kemiringan 2,1-7,1º. Pembuluh lateks tersusun
dalam kelompok yang melingkar mengelilingi sumbu batang (Cincin Pembuluh Lateks).
Cincin pembuluh lateks akan semakin rapat susunannya ketika semakin dekat dengan
kambium.
PENENTUAN MATANG SADAP
2. Umur Tanaman
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 5 –6
tahun. Namun seringkali dijunpai, tanaman belum siapa disadap lebih dari 6 tahun akibat
kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Hal
yang sebaliknya penyadapan dapat dilakukan kurang dari 5 tahun, karena kondisi lingkungan
dan pemeliharaan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat. Dengan demikian
umur tanaman karet tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap
dan hanya dapat digunakan sebagai pedoman waktu untuk pengukuran lilit batang.
4. Sadap Kebun
Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang sadap kebun.
Kriteria matang sadap kebun perlu ditetpakan agar hasil yang diperoleh menguntungkan.
Kebun dikatakan telah matang sadap apabila jumlah tanaman yang matang sadap pohon
sudah mencapai 60 % atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik jumlah tanaman
yang matang sadap pohon biasanya telah mencapai 60 – 70% pada umur 4 –5 tahun.
PELAKSANAAN PENYADAPAN
3. Frekuensi Penyadapan
Frekuensi atau kekerapan penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan
dalam jangka waktu tertentu. Penetuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitanya dengan
panjang irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (S/2), frekuensi
penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam tiga hari (d3) untuk 2
tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam 2 hari (d2) untuk
tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan
dapat dilakukan scara bebas.
4. Waktu Penyadapan
Dalam tinjauan waktu, prinsip yang harus dipedomani adalah : semakin siang
penyadapan dilakukan, semakin rendah produksi per pohon yang diperoleh. Prinsip ini
didasarkan atas mekanisme fisiologi internal tanaman. Seperti diketahui, tanaman
menanggapi perubahan lingkungan dengan mengendalikan transpirasi. Ini berarti, pada saat
suhu dan intensitas matahari tinggi, tanaman menekan transpirasi serendah mungkin untuk
mencegah kehilangan air di jaringannya. Dalam konteks sel, terjadi perubahan turgor yang
memberi dampak pelambatan aliran cairan sel. Bersamaan dengan itu, stomata daunpun
menutup sehingga air dapat dihemat pelepasannya. Mekanisme ini berlangsung pada siang
hari dan sejalan dengan turunnya suhu serta rendahnya intensitas matahari, sel-sel membesar,
membentuk turgor yang tinggi. Dengan pendekatan inilah lateks di dalam pembuluhnya
dinamik mengalir, sejalan dengan fluktuasi suhu dan intensitas matahari. Singkatnya:
penyadapan yang semakin siang akan sedikit sekali mengalirkan lateks oleh sebab terjadinya
penurunan turgor. Percobaan-percobaan sehubungan dengan hal ini sudah dilakukan dan
membuktikan bahwa penyadapan di siang hari adalah pekerjaan sia-sia dan hanya akan
merusak pohon. Dalam pelaksanaannya, penyadapan dianjurkan mulai jam 6.00 WIB dan
selesai tidak lebih dari jam 10.00 WIB. Penyadapan setengah anca pertama (270 –275 pohon)
dilakukan pada jam 7.00 – 8.00 WIB, dilanjutkan dengan setengah anca berikutnya (270 –275
pohon) pada jam 8.00 – 8.45 WIB. Kontrol waktu ini menjadi bagian pengawasan yang perlu
dipertimbangkan sehingga penilaian terhadap mutu sadapan, kecepatan sadap tiap pohon
dapat dievaluasi (Siregar, 1995).
SISTEM PANEN
Kemampuan tanaman dalam menghasilkan lateks berubah dari waktu kewaktu. Oleh karena
itu aturan penyadapannya juga harus disesuaikan. Cara penyadapan menurut aturan – aturan
tertentu yang dilakukan pada suatu periode, tersusun dalam suatu system yang dinamakan
system sadap. Beberapa system sadap yang dirangkai dan dilakukan secara berurutan
sepanjang siklus produksi tanaman dianamakan system panen. Sistem panen yang dianjurkan
untuk karet rakyat adalah system panen konvensional.
Salah satu kegiatan budidaya karet ialah adanya penyadapan tanaman karet.
Penyadapan tanaman karet merupakan salah satu langkah yang penting, dimana kegiatan
penyadapan yaitu kegiatan yang memutuskan pembuluh larteks sehingga lateks menetes keluar
dari pembuluh lateks ke mangkuk penampung yang dipasang pada batang karet.
Adanya perlakuaan pemutusan pembhluh lateks tentunya akan ada kegiatan pemulihan
dari tanaman karet seiring dengan berjalannya waktu, sehingga jika dilakukan kembali
penyadapan akan tetap mengeluarkan lateks. Maka dari itu diperlukannya perencanaan yang
matang untukmelakukan penyadapan agar mendapatkan lateks yang banyak dan baik.
Menurut hasil penelitian pada kedalaman kulit 0,5 mm dari lapisan kambium memiliki
jumlah pembuluh lateks terbanyak, yaitu kurang lebih 80 lingkaran pembuluh lateks.
Sedangkan kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1–1,5 mm dari lapisan kambium, karena
pada kedalaman kulit 0,5 mm sangat rawan terhadap kerusakan kambium dan akan
berpengaruh terhadap produksi selanjutnya.
Kondisi fisiologis pembuluh lateks yang tepat untuk penyadapan adalah pada tekanan
turgor 10-14 atm. Segera setelah pohon disadap, tekanan turgor menurun dan air dari sel-sel
tetangga menembus dinding pembuluh lateks sehingga lateks mengalir sepanjang irisan sadap.
Lateks yang diperoleh dari penyadapan tidak saja berasal dari pembuluh lateks yang terlukai
tetapi merupakan kumpulan lateks yang mengalir dari daerah aliran lateks.
Lamanya aliran lateks ditentukan oleh besarnya tekanan turgor dalam pembuluh lateks
dan kecepatan koagulasi pada alur sadap. Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel.
Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Beberapa
jam setelah pohon karet disadap aliran lateks akan terhenti. Berhentinya aliran lateks
disebabkan oleh adanya koagulasi partikel karet yang menyumbat luka irisan sadap. Adapun
syarat – syarat penyadapan :
Besar sudut lereng sadapan adalah 40o dari garis horizontal, dengan alasan/tujuan:
Makin ke atas pada sadapan atas, sudut sadap juga makin besar, dan dapat ditolelir
maksumum 50o. pada ketinggian 250 cm.
d. Kedalaman sadapan
Kedalaman sadapan yang normal adalah atara 1,0-1,5 mm diukur dari kambium.
Pada sadapan berat/sadapan mati (saapan pada pohon yang akan dibongkar), kedalaman
sadapan dapat kurang dari 1,0 mm, bahkan bisa sampai mengenai kayu.
PELAKSANAAN PENYADAPAN
Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 - 30 tahun. Oleh karena itu harus
diusahakan agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik. Kerusakan kambium yang terletak
di antara kulit dan kayu selama penyadapan harus dihindari agar kulit pulihan dapat disadap
pada periode selanjutnya. Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 - 1,5 mm dari
kambium dengan ketebalan irisan yang dianjurkan antara 1,5 - 2 mm setiap penyadapan.
Frekuensi atau kekerapan penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam
jangka waktu tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang
irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan 1/2 spiral (S/2), frekuensi penyadapan
yang dianjurkan secara konvensional untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d3)
untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam 2 hari (d2)
untuk tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi
penyadapan dapat dilakukan secara bebas.
Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel.
Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan kemudian akan menurun
bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin
setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00 - 07.30.
KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat:
a. Meteran
b. Mal sadap
c. Pisau sadap
d. Tari rapia
e. Cincin kawat mangkok sadap
f. Mangkok
g. Talang sadap
2. Langkah-langkah:
- Getah karet yang keluar pada saat proses penyadapan pertama tidak begitu deras hanya
mengalir perlahan
- Getah karet yang keluar dari proses penyadapan kedua lebih deras dari penyadapan
pertama.
- aliran sadap tidak sesuai dengan aliran yang telah dibuat sehingga beberapa getah sadap
terbuang percuma karena keluar dari jalur aliran sadapan yang dibuat menuju mangkok
sadap dan hanya sebagian hasil getah sadapan yang masuk ke dalam mangkok sadap
- Warna getah yang dihasilkan adalah putih dan cair saat keluar. ketika sampai di mangkuk
sadap, maka, getah karet menjadi lengket dan mengeras dan mengeluarkan bau yang
kurang sedap. Warna getah karet yang mengeras berubah menjadi warna kuning kusam.
- Proses penggumpalan getah sadap tergolong lama. Setelah 1 hari dibiarkan, getah sadap
juga belum menggumpal seluruhnya sehingga menghambat proses penimbangan.
- Hasil lateks yang sudah ditimbang seberat 5 gram
KESIMPULAN
- Saat pelaksanaan penyadapan getah karet yang keluar lebih banyak dari proses penyadapan
yang kedua. Getah yang dihasilkan berwarna putih dan bertekstur cair. Tetapi saat
dikeringkan getah karet mengalami perubahan warna menjadi kuning kusam.
- Dari praktikum yang telah dilaksanakan,didapat getah karet yang telah diendapkan selama
1 hari dengan berat 5 gram setelah ditimbang.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Siregar, Tumpal H.S., Lukman., Junaidi, U., Kuswanhadi., Sutardi. 1997. Sistem penyadapan
yang efisien di perkebunan karet. Kump.Makalah Apresiasi Teknologi Peningkatan
Produktivitas Lahan Perkebunan Karet. Puslit Karet. S.Putih.p.35 – 58.
Untung Junaidi dan Kuswanhadi. 2010. Penyadapan dalam Saptabina Usahatani Karet
Rakyat. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. 93 – 98
Muhammad Ismail dan Supijatno.2016. Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell
Arg.) di Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur. Buletin Agrohorti. Vol. 4, No.(3): 257-265