Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

(PENYADAPAN POHON KARET)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Peroduksi Tanaman
Perkebunan

Disusun Oleh :

Muhammad Edi Irfandianto 1501610160012


Fadilla Deviani 150610160025
Rahma Az-zahra saroja 150610160038
Etika Larasati 150610160058
Adhi Wirahardi 150610160075
Atqiya Sajidah Ibadurrahman 150610160111

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
LANDASAN TEORI
Tanaman karet merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia.
Menurut Data Statistik Perkebunan Indonesia, luas areal perkebunan karet di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2005, luas areal penanaman karet di Indonesia 3 279 391
ha, meningkat menjadi 3 435 270 ha pada tahun 2009. Produksi karet di Indonesia juga
meningkat, yaitu 2.2 juta ton pada tahun 2005, menjadi 2.4 juta ton pada tahun 2009. Tingkat
produktivitas rata-rata tanaman karet di Indonesia pada tahun 2009 yaitu 0.71 ton/ha dan
diperkirakan menjadi 0.76 ton/ha pada tahun 2011 (Ditjenbun, 2011).

Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) mempunyai habitat asli di daerah Amerika


Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, oleh karena itu karet juga cocok ditanam di
daerah tropis lainnya (Heru dan Andoko, 2010). Tanaman karet dapat tumbuh di Indonesia
terutama di daerah yang baik menyangkut kesesuaian lahan, ketinggian, keadaan iklim,
kelembapan, dan suhu (Tarmizi, 2007). Tanaman karet tumbuh pada daerah yang terbatas
sampai 20o atau 25o di sekitar ekuator (Polhamus, 1962). Daerah tropis yang baik untuk
ditanami karet meliputi 15o LU - 15o LS. Tanaman karet akan terhambat pertumbuhan dan
produksinya bila ditanam di luar daerah tersebut (Setyamidjaja, 1993).

Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan pada kulit batang atau cabang
tanaman karet (Hevea brasiliensis) secara berkala untuk jangka waktu yang lama sehingga
lateks menetes ke luar dari pembuluhnya menuju mangkuk. Dengan demikian, di perlukan
perencanaan yang matang dan dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan rencana tersebut.
Perencanaan meliputi tebal kulit yang diiris setiap kali penyadapan, lamanya bidang-bidang
sadap yang digunakan (dalam tahun), dan penggunaan stimulannya (jumlah tiap kali
penggunaan, frekuensi penggunaan, dan teknik penggunaannya).

Seringkali penyadapan tidak mempertimbangkan konsistensi sejalan dengan


perencanaan yang telah disusun. Keadaan ini menimbulkan berbagai mudarat yang pada
akhirnya merugikan pengusahaan perkebunan karet. Mudarat yang timbul – cepat atau lambat
adalah : produksi per sadap yang semakin menurun, timbulnya penyakit pada bidang sadap,
berkurangnya umur ekonomi tanaman, dan berkurangnya kerapatan pohon per ha. Mudarat
ini pada akhirnya berdampak kepada pendapatan karyawan di perkebunan oleh karena premi
yang semakin menurun sejalan dengan semakin menurunnya produksi, semakin intensifnya
penyadapan pada pohon-pohon yang masih potensial sehingga dengan cepat akan menurun
pula produksinya, serta semakin cepatnya penumbangan/penggantian tanaman.

Pada prinsipnya, penyadapan merupakan proses mengeluarkan lateks dari dalam


pembuluh lateks. Penyadapan harus bisa mengeluarkan lateks sesuai dengan kapasitas
potensial yang dimiliki oleh tanaman karet serta tetap bisa menjaga keberlanjutan produksi
lateks. Dengan demikian, pengetahuan tentang pembuluh lateks dalam suatu tanaman karet
menjadi sebuah keniscayaan untuk diketahui.

Pembuluh lateks yang paling banyak menghasilkan lateks adalah yang berada di
jaringan kayu dan kulit luar atau pada bagian kulit batang. Pembuluh lateks tersususn dari
arah kanan atas ke kiri bawah dengan sudut kemiringan 2,1-7,1º. Pembuluh lateks tersusun
dalam kelompok yang melingkar mengelilingi sumbu batang (Cincin Pembuluh Lateks).
Cincin pembuluh lateks akan semakin rapat susunannya ketika semakin dekat dengan
kambium.
PENENTUAN MATANG SADAP

1. Matang Sadap Pohon


Tanaman karet akan siapa disadap apabila sudah matang sadap pohon, artinya tanaman
sudah menunjukkan kesanggupan untuk disadap. Tanaman karet karet telah sanggup disadap
apabila sudah dapat diambil lateksnya tampa menyebabkan gangguan yang berarti terhadap
pertumbuhan dan kesehatannya. Kesangupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan
berdasarkan umur tanaman dan lilit batang.

2. Umur Tanaman
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 5 –6
tahun. Namun seringkali dijunpai, tanaman belum siapa disadap lebih dari 6 tahun akibat
kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Hal
yang sebaliknya penyadapan dapat dilakukan kurang dari 5 tahun, karena kondisi lingkungan
dan pemeliharaan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat. Dengan demikian
umur tanaman karet tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap
dan hanya dapat digunakan sebagai pedoman waktu untuk pengukuran lilit batang.

3. Pengukuran Lilit Batang.


Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman
karet, karena hasil tanaman karet beerupa lateks diperolah dari batangnya (kulit batang).
Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batangnya sudah mencapai 45 cm atau
lebih. Pengukuran lilit batang untuk menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu
tanaman berumur 4 tahun, yang diukur pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi. Alat –
alat yang dibutuhkan untuk mengukur lilit batang adalah meteran kain dan kayu
sepanjang 100 cm.

Gambar 1. Tinggi bukaan sadap


Tabel 1. Perkembangan lilit batang berdasarkan umur tanaman

Umur Tanaman (tahun) Lilit Batang (cm)


1.5 14
2 20
3 32
4 44
5 48

4. Sadap Kebun
Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang sadap kebun.
Kriteria matang sadap kebun perlu ditetpakan agar hasil yang diperoleh menguntungkan.
Kebun dikatakan telah matang sadap apabila jumlah tanaman yang matang sadap pohon
sudah mencapai 60 % atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik jumlah tanaman
yang matang sadap pohon biasanya telah mencapai 60 – 70% pada umur 4 –5 tahun.

Tahapan pelaksanaan penentuan matang sadap :


Lilit batang semua tanaman diukur pada ketinggian 100 cm dimulai tanaman berumur 4
tahun, kenudian diulang setiap 6 bulan
Tanaman yang berlilit batang > 45 cm dihitung dan dipresentasekan terhadap jumlah tanaman
dalam areal tersebut. Apabila telah mencapai 60 % atau lebih kebun sudah siap disadap.

A. PERSIAPAN BUKA SADAP

1. Pengambaran bidang sadap


Pengambaran bidang sadap dilakukan pada kebun yang sudah mencapai matang sadap
kebun. Pengambaran bidang sadap hanya dilakukan pada tanaman yang sudah matang sadap.
Kriteria yang ditetapkan dalam pengambaran bidang sadap adalah : Tinggi bukaan sadap,
arah dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang sadap.

Gambar 2. Tinggi bukaan


sadap, mal sadap dan mengambar
bidang sadap
Alat – alat dan Tinggi Bukaan Sadap
Alat – alat yang dibutuhkan dalam pengambaran bidang sadap adalah mal sadap dan
pisau mal. Mal sadap berupa sepotong kayu sepanjang 130 cm yang ujungnya dilengkapi plat
seng selebar 6 cm dengan panjang 50 – 60 cm; plat seng dipakukan pada ujung kayu dengan
posisi membentuk sudut 30 – 400 terhadap garis horizontal. Pisau Mal terbuat dari besi
berujung runcing dan bertangkai. Alat ini digunakan untuk menorah kulit pada bidang sadap.
Tinggi bukaan sadap adalah 100 cm diatas prtautan okulasi. Ketinggian ini berbeda
dengan ketinggian pngukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap

Arah dan Sudut Kemiringan Irisan Sadap


Irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks sebanyak mungkin agar lateks yang
keluar maksimal. Posisi pembulu lateks. Posisi pembulu lateks pada umumnya tidak sejajar
dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas kekiri bawah membentuk sudut
sebesar 370 dengan bidang tegak. Agar pembuluh yang terpotong maksimal jumlahnya, arah
irisan sadap harus dari kiri atas kekanan bawah. Sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh
terhadap produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antara 300– 400 terhadap bidang
datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya
dianjurkan 450.

Tahapan Pelaksanaan pengambaran bidang sadap :


- Garis sandar depan dan belakang dibuat dengan membagi lingkar batang menjadi 2
bagian. Separuh lingkar batang diukur pada bidang sadap dalam barisan tanaman dan
dibuat garis tegak dengan tangkai mal sadap.
- Mal sadap dipasangkan pada garis sandar depan, dan dibuat garis miring menurut mal
sadap dengan pisau mal, dari garis sandar belakang sampai dengan garis sandar depan
S/2 (irisan miring sepanjang setengah spiral).
- Pengambaran dilakukan setiap 6 bulan, untukpengontrolan kemiringan dan konsumsi
kulit.
Kemiringan irisan sadap selain berpengaruh pada jumlah pembuluh lateks yang
terpotong , juga berpengaruh pada aliran latekks kearah mangkuk sadap. Sudut kemiringan
yang terlantar datar akan menyebabkan aliran lateks lambat dan sering membeku sebelum
sampai kemangkuk atau menyimpang dari alur aliran lateks sehingga tidak masuk mangkuk.

Panjang Irisan Sadap


Panjang irisan sadap untuk untuk kesehatan tanaman. Panjang irisan sadap yang
dianjurkan untuk karet rakyat adalah S/2 (irisan miring sepanjang ½ spiral)

Letak Bidang Sadap


Penentuan letak bidang sadap perlu dilakukan agar pelaksanaan penyadapan cepat
dan mudah dikontrol. Oleh karena itu, bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama
dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap. Jadi bidang sadap diletakkan dalam
barisan tanaman (jarak antar tanaman yang pendek).

Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap


Talang dan mangkuk sadap dipasang setelah pengambaran bidang sadap selsai.
Pemasangannya diletakkan di bawah ujung irisan sadap bagian bawah. Talang sadap terbuat
dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang 8 cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5-10 cm
dari ujung irisan sadap bagian bawah, tepat di atas garis sandar depan yang juga berfungsi
sebagai parit untuk aliran lateks. Pemasangan talang sadap di bagian ini bertujuan supaya
tidak mengganggu pelaksanaan penyadapan, lateks dapat mengalir dengan baik, dan tidak
terlalu banyak meninggalkan getah bekuan pada batang. Mangkuk sadap umumnya terbuat
dari tanah liat, plastic atau alumunium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 15 – 20 cm
dibawah talang sadap. Pemasangan mangkuk sadap diposisi ini bertujuan supaya lateks dapat
mengalir sampai kemangkuk dengan baik, dan penyadap tidak mengalami kesulitan
mengambilnya sewaktu pengumpulan lateks. Mangkuk sadap diltakkan di atas cincin mangkuk
yang diikat dengan tali cincin pada pohon. Tali cincin terbuat dari ijuk atau bahan lainnya,
sedangkan cincin mangkuk tebuat dari kawat.

PELAKSANAAN PENYADAPAN

1. Kedalaman Irisan Sadap


Pembuluh lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat pada
bagian luar sampai bagian dalam kulit. Semakin ke dalam jumlah pembuluh lateks semakin
banyak. Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25-30 tahun. Oleh karena itu harus
diusahakan agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan dengan baik. Kerusakan kambium yang
terlatak diantara kulit dan kayu selama penyadapan harus dihindari. Kedalam irisan sadap
yang dianjurkan adalah 1mm – 1,5 mm dari cambium. Pengirisan kulit dilakukan dengan
pisau sadap. Ada dua jenis pisau sadap yang biasa digunakan yaitu pisau sadap tarik dan
pisau sadap dorong. Pisau sadap tarik digunakan untuk melakukan penyadapan pada bidang
sadap bawah (mulai ketinggian 130 cm sampai ke kaki gajah), dengan arah sadapan kebawah.
Sedangkan pisau sadap dorong dianjurkan untuk penyadapan bidang sadap atas (mulai
ketinggian 130 cm ke atas), dengan arah gerak sadapan ke atas.

2. Ketebalan Irisan Sadap


Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama alirannya
semakin lambat, hingga akhirnya berhenti sama sekali. Terhentinya aliran lateks disebabkan
oleh tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan itu brupa
berupalapisan yang sangat tipis. Lateks akan mengalir bila sumbatan dibuang dengan cara
mengiris kulit pada hari sadap berikutnya. Irisan yang tipis pun telah telah cukup untuk
membuang sumabatan itu. Ketebalan irisan yang dianjurkan adalah antara 1,5 – 2 mm setiap
penyadapan, agar pohon dapat disadap selama 25 – 30 tahun.

3. Frekuensi Penyadapan
Frekuensi atau kekerapan penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan
dalam jangka waktu tertentu. Penetuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitanya dengan
panjang irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (S/2), frekuensi
penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam tiga hari (d3) untuk 2
tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam 2 hari (d2) untuk
tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan
dapat dilakukan scara bebas.

4. Waktu Penyadapan
Dalam tinjauan waktu, prinsip yang harus dipedomani adalah : semakin siang
penyadapan dilakukan, semakin rendah produksi per pohon yang diperoleh. Prinsip ini
didasarkan atas mekanisme fisiologi internal tanaman. Seperti diketahui, tanaman
menanggapi perubahan lingkungan dengan mengendalikan transpirasi. Ini berarti, pada saat
suhu dan intensitas matahari tinggi, tanaman menekan transpirasi serendah mungkin untuk
mencegah kehilangan air di jaringannya. Dalam konteks sel, terjadi perubahan turgor yang
memberi dampak pelambatan aliran cairan sel. Bersamaan dengan itu, stomata daunpun
menutup sehingga air dapat dihemat pelepasannya. Mekanisme ini berlangsung pada siang
hari dan sejalan dengan turunnya suhu serta rendahnya intensitas matahari, sel-sel membesar,
membentuk turgor yang tinggi. Dengan pendekatan inilah lateks di dalam pembuluhnya
dinamik mengalir, sejalan dengan fluktuasi suhu dan intensitas matahari. Singkatnya:
penyadapan yang semakin siang akan sedikit sekali mengalirkan lateks oleh sebab terjadinya
penurunan turgor. Percobaan-percobaan sehubungan dengan hal ini sudah dilakukan dan
membuktikan bahwa penyadapan di siang hari adalah pekerjaan sia-sia dan hanya akan
merusak pohon. Dalam pelaksanaannya, penyadapan dianjurkan mulai jam 6.00 WIB dan
selesai tidak lebih dari jam 10.00 WIB. Penyadapan setengah anca pertama (270 –275 pohon)
dilakukan pada jam 7.00 – 8.00 WIB, dilanjutkan dengan setengah anca berikutnya (270 –275
pohon) pada jam 8.00 – 8.45 WIB. Kontrol waktu ini menjadi bagian pengawasan yang perlu
dipertimbangkan sehingga penilaian terhadap mutu sadapan, kecepatan sadap tiap pohon
dapat dievaluasi (Siregar, 1995).

SISTEM PANEN

Kemampuan tanaman dalam menghasilkan lateks berubah dari waktu kewaktu. Oleh karena
itu aturan penyadapannya juga harus disesuaikan. Cara penyadapan menurut aturan – aturan
tertentu yang dilakukan pada suatu periode, tersusun dalam suatu system yang dinamakan
system sadap. Beberapa system sadap yang dirangkai dan dilakukan secara berurutan
sepanjang siklus produksi tanaman dianamakan system panen. Sistem panen yang dianjurkan
untuk karet rakyat adalah system panen konvensional.

Gambar 3. Bagan system panen


KEGIATAN PENYADAPAN

Salah satu kegiatan budidaya karet ialah adanya penyadapan tanaman karet.
Penyadapan tanaman karet merupakan salah satu langkah yang penting, dimana kegiatan
penyadapan yaitu kegiatan yang memutuskan pembuluh larteks sehingga lateks menetes keluar
dari pembuluh lateks ke mangkuk penampung yang dipasang pada batang karet.

Adanya perlakuaan pemutusan pembhluh lateks tentunya akan ada kegiatan pemulihan
dari tanaman karet seiring dengan berjalannya waktu, sehingga jika dilakukan kembali
penyadapan akan tetap mengeluarkan lateks. Maka dari itu diperlukannya perencanaan yang
matang untukmelakukan penyadapan agar mendapatkan lateks yang banyak dan baik.

Proses penyadapan karet haruslah memperhatikan kedalaman sadapan, semakin dalam


irisannya maka semakin banyak pembuluh lateks yang terpotong. Oleh karena itu, sebaiknya
penyadapan dilakukan sedalam mungkin tapi tidak sampai menyentuh lapisan kambium. Bila
dalam proses penyadapan sampai terkena lapisan kambium maka akan mengakibatkan kilit
pilihan akan rusak dan mempengaruhi produktivitas lateks. Namun, bils penyadapan terlalu
dangkal maka jumlah lateks yang mengalir akan sedikit karna pembuluh lateks yang terpotong
hanya sedikit.

Menurut hasil penelitian pada kedalaman kulit 0,5 mm dari lapisan kambium memiliki
jumlah pembuluh lateks terbanyak, yaitu kurang lebih 80 lingkaran pembuluh lateks.
Sedangkan kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1–1,5 mm dari lapisan kambium, karena
pada kedalaman kulit 0,5 mm sangat rawan terhadap kerusakan kambium dan akan
berpengaruh terhadap produksi selanjutnya.

Kondisi fisiologis pembuluh lateks yang tepat untuk penyadapan adalah pada tekanan
turgor 10-14 atm. Segera setelah pohon disadap, tekanan turgor menurun dan air dari sel-sel
tetangga menembus dinding pembuluh lateks sehingga lateks mengalir sepanjang irisan sadap.
Lateks yang diperoleh dari penyadapan tidak saja berasal dari pembuluh lateks yang terlukai
tetapi merupakan kumpulan lateks yang mengalir dari daerah aliran lateks.

Lamanya aliran lateks ditentukan oleh besarnya tekanan turgor dalam pembuluh lateks
dan kecepatan koagulasi pada alur sadap. Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel.
Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Beberapa
jam setelah pohon karet disadap aliran lateks akan terhenti. Berhentinya aliran lateks
disebabkan oleh adanya koagulasi partikel karet yang menyumbat luka irisan sadap. Adapun
syarat – syarat penyadapan :

1. Menghasilkan lateks banyak


2. Biayanya rendah
3. Tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman.

Tahapan Penyadapan Sesuai Aturan

a. Menentukan Matang Sadap


Berdasarkan umur tanaman, tanaman karet yang tumbuh normal siap disadap
pada umur 5 tahun dan dengan mengukur lilit batang. Kriteria matang sadap
berdasarkan lilit batang yaitu bila lilit batang pada ketinggian 100 cm dari permukaan
tanah (untuk tanaman asal biji) atau 130 cm dari permukaan tanah (untuk tanaman asal
okulasi) telah mencapai 45 cm. Kriteria memulai penyadapan untuk satu areal kebun
yaitu apabila 60 % jumlah pohon yang ada telah memenuhi kriteria matang sadap.

b. Menentukan tinggi bukaan sadap


Tinggi bukaan sadap untuk sadapan bawah adalah pada ketinggian 130 cm
(untuk tanaman asal okulasi) atau 100 am (untuk tanaman asal biji) dari permukaan
tanah ke arah bawah sampai ketinggian 10 cm di atas pertautan (tanaman okulasi) atau
10 cm di atas tanah (tanaman asal biji).
Tinggi bukaan sadap untuk sadapan atas aadalah 5-5 cm di atas titik tertinggi
bidang sadap bawah ke arah atas sampai ketinggian 300 cm di atas permukaan tanah.

c. Arah dan sudut lereng irisan sadap


Arah irisan sadap pada sadapan bawah adalah dari kiri atas ke kanan bawah,
sedangkan pada sadapan atas dari kanan bawah ke kiri atas.

Besar sudut lereng sadapan adalah 40o dari garis horizontal, dengan alasan/tujuan:

 memperpanjang alur sadap;


 pengaliran lateks lebih baik;
 menghilangkan jalur kulit yang tidak tersadap antara bidang sadap bawah
dengan bidang sadap atas.
Makin ke bawah tinggi sadapan, sudut lereng sadapan biasanya makin kecil, yaitu:

 ketinggian 130-90 cm, kemiringan alur 40o.


 ketinggian 90 - 40 cm, kemiringan alur 35o.
 ketinggian di bawah 40 cm, kemiringan alur 30o.

Makin ke atas pada sadapan atas, sudut sadap juga makin besar, dan dapat ditolelir
maksumum 50o. pada ketinggian 250 cm.

d. Kedalaman sadapan
Kedalaman sadapan yang normal adalah atara 1,0-1,5 mm diukur dari kambium.
Pada sadapan berat/sadapan mati (saapan pada pohon yang akan dibongkar), kedalaman
sadapan dapat kurang dari 1,0 mm, bahkan bisa sampai mengenai kayu.

PELAKSANAAN PENYADAPAN

Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 - 30 tahun. Oleh karena itu harus
diusahakan agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik. Kerusakan kambium yang terletak
di antara kulit dan kayu selama penyadapan harus dihindari agar kulit pulihan dapat disadap
pada periode selanjutnya. Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 - 1,5 mm dari
kambium dengan ketebalan irisan yang dianjurkan antara 1,5 - 2 mm setiap penyadapan.
Frekuensi atau kekerapan penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam
jangka waktu tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang
irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan 1/2 spiral (S/2), frekuensi penyadapan
yang dianjurkan secara konvensional untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d3)
untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam 2 hari (d2)
untuk tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi
penyadapan dapat dilakukan secara bebas.
Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel.
Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan kemudian akan menurun
bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin
setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00 - 07.30.
KEGIATAN PRAKTIKUM

1. Alat-alat:

a. Meteran
b. Mal sadap
c. Pisau sadap
d. Tari rapia
e. Cincin kawat mangkok sadap
f. Mangkok
g. Talang sadap

2. Langkah-langkah:

a. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk menyadap.


b. Ambil meteran untuk mengukur diameter batang pohon karet pada ketinggian
100cm dr bawah. Kegiatan ini diperlukan guna mengukur apakah pohon karet
tersebut sudah dapat disadap atau belum. Jika diameternya 45cm atau lebih maka
pohon tersebut sudah bisa disadap.
c. Selanjutnya ukur ketinggian 130cm dari bawah untuk membuat bukaan sadap baru
setelah itu tandai.
d. Setelah diukur, ambil mal sadap untuk mengukur arah dan sudut kemiringan irisan
sadap lalu gambarkan garis/ tandai. Arah irisan sadap ialah dari kiri ke atas ke
kanan bawah. Sudut kemiringan irisan sadap dibuat kemiringan sebesar 30°-45°.
Setelah itu di ujung irisan kanan bawah dilanjutkan membuat garis lurus vertikal
kebawah untuk mengarahkan aliran lateks.
e. Pasang talang sadap diujung irisan sadap bawah agak miring sedikit agar lateks
dapat mengalir dengan baik ke mangkok sadap nantinya.
f. Pasang mangkok diatas cincin mangkok sadap lalu ikat dengan tali rapia ke
batang untuk menampung lateks yang mengalir.
g. Mulai menyadap (tidak boleh terlalu dangkal atau terlalu dalam). Kedalaman
irisan 1-1,5mm dan ketebalannya 1,5-2mm (maksimal).
h. Tunggu 15 menit untuk mendapatkan hasil sadap.
HASIL PRAKTIKUM

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapat berberapa hasil yaitu:

- Getah karet yang keluar pada saat proses penyadapan pertama tidak begitu deras hanya
mengalir perlahan
- Getah karet yang keluar dari proses penyadapan kedua lebih deras dari penyadapan
pertama.
- aliran sadap tidak sesuai dengan aliran yang telah dibuat sehingga beberapa getah sadap
terbuang percuma karena keluar dari jalur aliran sadapan yang dibuat menuju mangkok
sadap dan hanya sebagian hasil getah sadapan yang masuk ke dalam mangkok sadap
- Warna getah yang dihasilkan adalah putih dan cair saat keluar. ketika sampai di mangkuk
sadap, maka, getah karet menjadi lengket dan mengeras dan mengeluarkan bau yang
kurang sedap. Warna getah karet yang mengeras berubah menjadi warna kuning kusam.
- Proses penggumpalan getah sadap tergolong lama. Setelah 1 hari dibiarkan, getah sadap
juga belum menggumpal seluruhnya sehingga menghambat proses penimbangan.
- Hasil lateks yang sudah ditimbang seberat 5 gram
KESIMPULAN
- Saat pelaksanaan penyadapan getah karet yang keluar lebih banyak dari proses penyadapan
yang kedua. Getah yang dihasilkan berwarna putih dan bertekstur cair. Tetapi saat
dikeringkan getah karet mengalami perubahan warna menjadi kuning kusam.
- Dari praktikum yang telah dilaksanakan,didapat getah karet yang telah diendapkan selama
1 hari dengan berat 5 gram setelah ditimbang.
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

Meteran Mal Sadap Pisau Sadap

Talang Sadap Mangkok Tali Rapia & Cincin


Kawat

Proses Penyadapan Memasang Talang Sadap Mengukur memakai mal


sadap

Mengukur diameter batang pohon karet dan

Mengukur ketinggian pohon karet


DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Tumpal H.S.1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius. Yogyakarta.50p. P4TM. -.
Pedoman Eksploitasi Karet. 14p.

Siregar, Tumpal H.S., Lukman., Junaidi, U., Kuswanhadi., Sutardi. 1997. Sistem penyadapan
yang efisien di perkebunan karet. Kump.Makalah Apresiasi Teknologi Peningkatan
Produktivitas Lahan Perkebunan Karet. Puslit Karet. S.Putih.p.35 – 58.

Untung Junaidi dan Kuswanhadi. 2010. Penyadapan dalam Saptabina Usahatani Karet
Rakyat. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. 93 – 98
Muhammad Ismail dan Supijatno.2016. Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell
Arg.) di Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur. Buletin Agrohorti. Vol. 4, No.(3): 257-265

http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/?p=10312 [diakses pada 10 April 2018]

http://cybex.pertanian.go.id/materilokalita/detail/1273 [diakses pada 10 April 2018]

Anda mungkin juga menyukai