Anda di halaman 1dari 2

1.

Keadaan Penyuluhan Pertanian di Papua

Keadaan / kondisi penyuluhan pertanian di Provinsi Papua Barat boleh dikatakan masih tertinggal
jauh, bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Hal ini terlihat dari data kondisi penyuluh
pertanian dan kelembagaannya saat ini, sebagai berikut : jumlah PPL, 248 orang, memiliki 21 BPP
dan terdapat 1.496 kelompok tani. Dari 21 BPP tersebut, hanya 2 unit di Kabupaten Manokwari
yang dikategorikan baik, sisanya 18 unit rusak berat dan 1 unit rusak ringan karena umumnya
dibangun Tahun 1981/1982, selain itu, juga dibeberapa kabupaten pemekaran hanya tersedia 1 BPP
dan di Kabupaten Sorong Selatan belum tersedia BPP. Apabila dihubungkan dengan data
kelembagaan pemerintahan dari BPS, maka tahun 2006 terdapat kesenjangan rasio penyuluh yang
sangat besar, yaitu 1 : 4 (satu orang penyuluh melayani 4 kampung), idealnya 1 : 1.

Jumlah penyuluh pertanian di Provinsi Papua masih sangat kurang, sehingga berdampak pada
optimalisasi penyuluhan kepada masyarakat petani dan peladang yang ada di provinsi paling timur
Indonesia itu.
Hal itu dikatakan pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Santo Thomas Aquino, Jayapura,
Yunus Paelo di Jayapura, Selasa.
Yunus Paelo mengemukakan, penyuluh adalah salah satu ujung tombak dalam pembangunan
pertanian, karena bertugas memberikan informasi bagi petani.
"Kebanyakan petani di Papua, relatif masih bertani secara tradisional, ini yang harus diubah secara
perlahan," ujarnya.
Untuk mengubah itu, kata dia, dibutuhkan metode dan penyuluh yang professional. Misalnya
dengan memberikan informasi melalui radio, TV maupun media lainnya.
"Semua metode ini cukup efektif, namun yang paling tepat adalah dengan bertatap muka, sehingga
keberadaan penyuluh lapangan sangat penting," terang yunusPaelo.
Menurut Yunus Paelo, Tanah Papua yang begitu kaya dengan sumber daya alam perlu dikelola
secara benar, termasuk dunia pertaniannya.
"Bukan bertani secara berpindah-pindah, melainkan menetap untuk menjaga kondisi alam,"
sambungnya.
Ditambahkan Yunus Paelo, minimnya penyuluh di Papua, salah satunya adalah maraknya pemekaran
daerah, yang berujung pada banyak penyuluh yang sebelumnya di lapangan diangkat menjadi
aparatur pemerintah.
"Ini tentu kendala dalam membangun pertanian di Tanah Papua," katanya.

2. Jumlah Penyuluh Pertanian di Papua

Jayapura (Antara Papua) - Tenaga penyuluh pertanian di Provinsi Papua hanya mencapai 910 orang,
padahal jumlah kampung yang ada kini sebanyak 4.000 kampung.

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluh Provinsi Papua Altikal L. Patulak, di
Jayapura, Kamis, mengatakan, dari total 910 orang penyuluh pertanian itu, sebanyak 560
diantaranya berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).

"Sedangkan sisanya 350 orang merupakan penyuluh harian lepas yang diangkat oleh Kementerian
Pertanian," katanya.

Altikal menjelaskan adanya keterbatasan tenaga penyuluh pertanian di Papua, disebabkan karena
banyak tenaga penyuluh yang telah diangkat pemerintah sudah beralih profesi.
"Menjadi seorang pejabat struktural lebih menjanjikan, dibanding menjadi tenaga penyuluh
sehingga banyak yang beralih," ujarnya.

Menurut dia, untuk itu pihaknya mengimbau kepada kabupaten atau kota saat ada penerimaan PNS
diharapkan agar tenaga penyuluh pertanian dapat diakomodir dalam penerimaan di kabupaten atau
kota.

"Selain itu, kini semua tenaga penyuluh pertanian yang ada di kabupaten telah ditempatkan di distrik
dan kampung," katanya lagi.

Dia menambahkan, hingga kini tenaga penyuluh pertanian di Papua belum merata di kampung-
kampung, namun dengan jumlah yang ada dimaksimalkan untuk mendampingi petani yang ditunjuk
sebagai lokasi padi, jagung dan kedelai.

3. Masalah Penyuluhan Pertanian di Papua


 Rendahnya pngetahuanatau pemahaman petani tentang budi daya tanaman.
 Sarana produksi pupuk selalu terlambat dalam pendistribusian .
 Saluran irigasi yangtidak berfungsi dengan baik .

Anda mungkin juga menyukai