Kelompok 9
PBA 2016
III. Tujuan :
1. Mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa nyeri/sakit.
2. Mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit.
3. Melatih kepekaan terhadap sentuhan.
IV. Hipotesis :
Ha : Ada pengaruh rasa dingin terhadap rasa sakit dan kepekaan sentuhan pada mamalia.
Ho : Tidak ada pengaruh rasa dingin terhadap rasa sakit dan kepekaan sentuhan pada
mamalia.
V. Dasar Teori
Alat indera manusia terdiri dari indera penglihat (mata), indera pencium (hidung),
indera perasa (lidah), indera pendengar (telinga), dan indera peraba (kulit). Kulit
merupakan bagian terluar tubuh yang peka terhadap rangsangan sentuhan, suhu, rasa
sakit, temperatur, tekanan, dan lain sebagainya. Jika kita memegang benda, maka akan
menimbulkan rangsangan. Seperti alat indera lainnya, berbagai rangsang yang diterima
akan disampaikan ke otak. Pada indera peraba, rangsangan diterima oleh ujung-ujung
saraf peraba, untuk diteruskan ke otak. Setelah otak meresponnya, akan terasa permukaan
suatu benda, juga dapat terasa panas, dingin, kasar, halus, dan lain sebagainya.
Kulit memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh, sehingga harus dirawat agar
tetap berfungsi dengan baik. Terdapat banyak penyakit yang dapat menyerang indera
peraba, apabila tidak dirawat dengan baik. Pentingnya indera peraba terkait fungsinya
sehingga perlu dikaji dalam dan diulas lebih dalam.
Untuk merasakan rabaan, tekanan, panas, dingin dan nyeri, indera yang digunakan
adalah kulit. Saraf yang menuju kulit adalah saraf kutaneus. Saraf ini mencapai daerah
bagian epidermis dari kulit . saraf sensoris yang berada pada kulit merupakan saraf
telanjang, artinya saraf yang tidak bermielin. Reseptor pada kulit bentuknya bermacam-
macam sesuai dengan fungsinya.
Saraf sensoris banyak terdapat pada kulit sehingga kulit tersebut juga sebagai
reseptor (penerima rangsangan). Dalam kulit terdapat ujung-ujung saraf untuk menerima
rangsangan. Ujung-ujung saraf tersebut memiliki fungsi masing-masing. Sebagai
penerima rangsang sentuhan(tangoreseptor), permukaan kulit kita terdiri atas berbagai
penerima rangsangan. Rangsang yang dapat ditanggapi oleh kulit, Sudarmono, dkk.,
(2006:92) adalah rangsangan yang berupa panas, dingin, tekanan, sentuhan dan
sakit/nyeri. Bila kita memegang benda, maka akan menimbulkan rangsang. Seperti alat
indera lainnya, berbagai rangsang yang diterima akan disampaikan ke otak. Untuk indera
peraba atau kulit, rangsang diterima oleh ujung-ujung saraf peraba, untuk diteruskan ke
otak, Soetarno, (2001:187). Setelah otak memprosesnya, kita dapat merasakan
percabangan dendrit dari neuron sensorik. Kepekaan kulit pun berbeda- beda pada setiap
bagian. Seperti dikatakan oleh Musarofah, dkk., (2005:126) reseptor yang paling sensitive
(peka) untuk merasakan berbagai rangsang adalah pada bibir dan jari-jari.
Secara umum nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke otak dan
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional. Nyeri merupakan pengalaman
serius dan emosional yang tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan kerusakan
jaringan yang telah atau yang digambarkan dengan kata-kata kerusakan jaringan
(Torrance dalam istichomah, 2007). Jika seseorang menderita nyeri maka akan
mempengaruhi fisiologis dan psikologis dari orang tersebut. Seseorang dapat menjadi
mudah marah, denyut nadi cepat, cemas dan gangguan pola tidur bahkan aktivitas sehari-
hari dapat terganggu (Tamsuri, 2006).
Stimulasi kuteneus atau terapi berbasis suhu berupa kompres panas dan kompres
dingin. Kompres pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan
jaringan. Efek panas dapat meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi
saraf dan menghambat impuls saraf (Kozierr &Erb, 2009). Metode sederhana yang dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri yang secara alamiah dan sederhana yang dengann
sepat mengurangi rasa nyeri selain dengan memakai obat-obatan. Terapi dingin
menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga
impuls nyeri mencapai otak lebih sedikit (Eva, 2011).
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian dikemukakan bahwa terapi berbasis
suhu bisa membantu mengurangi intensitas nyeri. Menurut hasil penelitian Kartika (2003)
bahwa ada pengaruh pemberian kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada
bendungan payudara pada ibu post partum.
Kompres dingin adalah memberi rasa dinginpada daerah setempat dengan
menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es sehingga memberi efek rasa
dingin pada daerah tersebut. Tujuan diberikan kompres dingin adalah menghilangkan rasa
nyeri akibat odema atau trauma, mencegah kongesti kepala, memperlambat denyutan
jantung. Mempersempit pembuluh darah dan mengurangi arus darah lokal. Pemberian
kompres yang melibatkan perbaikan dan penyembuhan jaringan (Istichomah, 2007).
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat
kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke
kornu dorsalis medulla spinalis, thalamus dan korteksserebri. Impuls listrik tersebut
dipersepsikan dan didiskriminasikansebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah
mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang
dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin)
dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
VI. Variabel :
1. Variabel Manipulasi :
- Telapak tangan
- Jarak jangka
2. Variabel Kontrol :
- Penggaris dan jangka
3. Variabel Respon :
- Lama sakit cubitan dan Titik sentuhan
B. Pembahasan
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat
kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik. Kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke
kornu dorsalis medulla spinalis, talamus dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut
dipersepsikan dan didskriminasikan sebagain kualitas san kuantitas nyeri setelah
mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan
yang dpaat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas
atau dingin ) dana gen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa durasi hilangnya rasa sakit
setelah diberi perlakuan dingin es batu pada telapak tangan kanan dan telapak tangan
kiri pada praktikan yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa
factor, salah satunya ialah perkembangan jaringan saraf setiap orang yang berbeda.
Pemberian kompres dingin diberikan untuk mendukung tubuh terhadap proses yang
melibatkan perbaikan dan penyembuhan jaringan (Istichomah, 2007). Durasi
hilangnya pada setiap pengulangan penempelan es batu pada setiap ulangan
perlakuan semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang di
kemukakan olej Kozier dan Erb, 2009 bahwa dingin berkontibusi untuk
menghilangkan rasa sakit. Karena sensasi tersebut dapat diakibatkan stimulasi
jarring-jaring serabut saraf kulit yang tidak melekat pada detector stimulus khusus,
dengan demikian tidak bereaksi terhadap stimulus itu kecuali sangat kuat. Kompres
pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Efek
dingin dapat menghambat impuls saraf (Kozier & Erb, 2009)
Berdasarkan Tabel 4 mengenai kepekaan sentuhan, didapatkan hasil bahwa
pada kulit terdapat berbagai jenis reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari
neuron sensorik. Kepekaan kulit pun berbeda-beda pada setiap bagian. Berdasarkan
tabel, bagian bibir merupakan bagian yang paling peka terhadap sentuuhan. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikatan oleh Musarofah, dkk, (2005 : 126) reseptor
yang paling sensitive (peka) untuk merasakan berbagai rangsangan adalah pada bibir
jari-jari. Sedangkan pada lengan bawah bagian dorsal dan telapak tangan bagian
ventral merupakan bagian yang paling tidak peka. Hal tersebut tersebut kemungkinan
disebabkan karena percabangan dendrit dari neuron sensorik pada lengan bagian
dorsal dan telapak tangan bagian ventral tidak sebanyak pada bibir. Karena semakin
banyak percabangan dendrit dari neuron (saraf), maka kepekaan terhadap sentuhan
akan semakin meningkat.
Diskusi
a. Bagaimana pengaruh dingin terhadap rasa sakit ?
Semakin dingin, maka waktu hilangnya rasa sakit atau nyeri akan semakin lama.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Synider, Kozier, Erb, (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb.
Edisi 5. Jakarta : EGC
Fauzi, Imam 2013. Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri pada Prosedur
Invasif Pemasangan Infus Anak Usia Sekolah Di RSUD Bendan Kota
Pekalongan. Diakses pada tanggal 10 April 2016 dari www.e-skripsi.stikesmuh-
pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream&fid=510
Istchomah, 2007. “PengaruhTeknik Pemberian Kompres Terhadap Perubahan Skala
Nyeri pada Klien Kontusio di RSUD Sleman”, SNT 2007, hal E1-E-9
Kartika, Annisa Wuri. 2003. “Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Bendungann Payudara pada Ibu Post Parfum di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo”, Tugas Akhir,
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya
Malang.