Anda di halaman 1dari 15

Tampilan CT pada Abdomen Tuberculosis

Pendahuluan
Tuberkulosis adalah masalah kesehatan yang penting di negara berkembang
dan tetap menjadi tantangan perawatan kesehatan di negara maju karena imigrasi dari
daerah endemik, peningkatan prevalensi penekanan kekebalan, dan munculnya rantai
Mycobacterium tuberculosis yang multidrug dan resisten terhadap obat. TBC telah
disebutkan dalam Hampir setiap organ dan jaringan. Penyakit ekstrapulmoner terjadi
pada 27-49% dari semua kasus tuberkulosis yang dilaporkan di negara maju, dan
perut adalah tempat infeksi yang paling umum. Satu studi menunjukkan beberapa
lokasi penyakit yang berbeda di perut pada 27% pasien dengan tuberkulosis abdomen,
dan dua penelitian lain menunjukkan keterlibatan paru aktif bersamaan terjadi pada
36-47% pasien dengan infeksi pada perut. Pasien HIV sero-positif memiliki risiko TB
yang menyebar lebih tinggi, dan TB yang menyebar lebih cenderung menyebabkan
penyakit multi-organ. Tuberkulosis abdomen dapat berkembang dari (a) pengaktifan
kembali fokus yang tidak aktif di perut setelah penyebaran hematogen selama infeksi
primer yang lebih awal, (b) penyebaran hematogen atau limfatik dari tuberkulosis
aktif saat ini, (c) konsumsi bahan patogen, atau (d) Perpanjangan secara langsung dari
jaringan yang berdekatan. Tuberkulosis abdomen bersifat asimtomatik atau
menyebabkan gejala non spesifik seperti penurunan berat badan, sakit perut, demam,
distensi abdomen, muntah, diare, dan anoreksia. Diagnosis awal tuberkulosis
abdomen tidak mudah umtuk ditegakkan karena manifestasi klinis yang beragam dan
sulitnya mendapatkan spesimen untuk kultur jaringan. Diagnosis definitif hanya dapat
ditegakkan dengan menunjukkan granuloma katalase, acid-fast basil positif, kultur
untuk M.tuberculosis, atau reaksi berantai polimerase positif. Penundaan diagnostik
dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan.

Penggunaan luas computed tomography (CT) memungkinkan penyelidikan


non-invasif untuk tuberkulosis abdomen. Pengenalan temuan CT yang umum dan
jarang ditemukan pada tuberkulosis abdomen dapat membantu diagnosis terdahulu.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk meninjau spektrum penampilan CT tuberkulosis
abdomen sehingga ahli radiologi dapat, dalam setting yang tepat, memastikan
diagnosis tepat waktu untuk memudahkan perawatan optimal. Tempat infeksi
24
tuberkulosis yang paling umum di perut, dalam urutan frekuensi, adalah kelenjar
getah bening, saluran genitourinari, rongga peritoneum, dan saluran gastrointestinal.
Keterlibatan dari hati, limpa, saluran empedu, pankreas, dan adrenalin jarang terjadi,
namun lebih sering terjadi pada TB yang telah menyebar.

Tuberkulosis limfadenitis
Tuberkulosis limfadenitis adalah manifestasi TB yang paling umum terjadi di
perut dan menyumbang 20% dari infeksi ekstrapulmoner, baik yang terlihat terpisah
atau terlibat organ lainnya. Kelenjar Periportal, peripancreatic, mesenterika, omentum
dan upper para-aortic sering terpengaruh. Keterlibatan tuberkulosis bagian bawah
para-aorta jarang terjadi pada tuberkulosis yang meluas. Tuberkulosis limfadenitis
ditandai dengan peningkatan jumlah nodus berukuran normal, nodus yang membesar
ringan, kelompok nodus yang membesar, atau massa kesatuan nodus. Mengikuti
administrasi media kontras intravena, tuberkulosis Limfadenitis biasanya
menunjukkan peningkatan perifer dengan atenuasi rendah sentral karena jaringan
granulasi perinodal dan nekrosis pengejuan sentral (Gambar 1). Bila nodul ini bersatu,
tampilan multilokular dapat terlihat (Gambar 2). Peningkatan heterogen, peningkatan
homogen, dan peningkatan nodus secara lemah (Gambar 3) dapat terjadi. Peningkatan
nodal yang buruk biasanya terlihat pada pasien dengan Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS), kemungkinan karena nekrosis masif dan tidak adanya reaksi
inflamasi perinodal dari imunitas hospes yang berubah. Setelah perawatan atau
penyembuhan, nodus bisa mengalami kalsifikasi. Kelompok nodal yang berbeda
dapat menunjukkan stadium penyakit yang berbeda pada pasien yang sama. Spektrum
kemunculan limfadenitis tuberkulosis ini mencerminkan perkembangan patologis
penyakit, dengan granuloma non-kaseosa awal dan nekrosis kaseosa kemudian. Massa
nodal besar tidak cenderung menyebabkan penyumbatan empedu, gastrointestinal,
atau saluran kemih, tapi ikterus obstruktif yang disebabkan oleh limfadenitis
tuberkulosis periportal telah disebutkan.
Kelompok homogen dari nodus dan massa kesatuan nodus bisa sulit dibedakan
dari metastasis dan limfoma. Korelasi perubahan radiologis dengan temuan klinis,
biokimia, dan mikrobiologi sering diperlukan untuk diagnosis yang benar. Limfoma
lebih cenderung mempengaruhi nodul para-aorta atas dan bawah, dan nodusnya
seringkali lebih besar daripada limfadenitis tuberkulosis.

25
Dengan adanya keganasan primer yang diketahui, nodus abdomen yang
membesar lebih cenderung menjadi metastase nodal. Nodul dengan atenuasi rendah
sentral dan peningkatan pada tepi dapat dikelirukan dengan metastasis nekrotik dan
penyakit Whipple. Pada pasien HIV-positif, limfadenitis tuberkulosis lebih mungkin
terjadi bila jumlah CD4 berkisar antara 200 sampai 500 sel /mm3 dan mereka
cenderung menunjukkan atenuasi rendah pusat. Bila jumlah CD4 turun di bawah 100
sel/mm3, mikobakteria non-tuberkulosis lebih cenderung menjadi penyebab kelenjar
yang membesar dan kelenjar ini jarang menunjukkan atenuasi rendah pusat.

Gambar 1 Limfadenitis tuberkulosis pada wanita berusia 34 tahun dari Asia.


Gambar CT aksial dan kontras ditingkatkan menunjukkan nodus mesenterika yang
membesar, nekrotik terpusat, dan abses psoas tuberkulosis kanan (A). 

26
Gambar 2 Limfadenitis tuberkulosis pada pria berusia 25 tahun dari Asia. Gambar
CT aksial, kontras yang ditingkatkan menunjukkan massa nodus peripancreatic,
multilokular, dan yang meningkat secara heterogen (panah). Penyakit ini mengalami
penyembuhan setelah 4 bulan terapi kemoterapi anti tuberkulosis (tidak
diperlihatkan).

Gambar 3 Limfadenitis tuberkulosis pada wanita berusia 28 tahun dari Asia.


Gambar CT aksial dan kontras yang ditingkatkan menunjukkan nodus peripancreatik
yang kurang baik (panah).

Tuberkulosis saluran kemih


4-17% dari kasus infeksi tuberkulosis ekstra-paru, adalah tuberkulosis yang
menyerang saluran genitourinari/ kelamin-kemih. Kondisi sering buang air kecil, rasa
nyeri, hematuria, dan piuria steril dapatlah muncul. Saluran ginjal atas merupakan
bagian yang paling sering terdampak pada infeksi tuberkulosis saluran kelamin-
kemih, dan parenkhima ginjal serta serta sistem pengumpul atas juga seringkali secara
bersamaan terdampak. Keterlibatan parenkhimal dapat muncul sebagai nefritis fokus,
masa nodular (tuberkuloma), atau pembentukan parut parenkhimial. Nefritis fokus
muncul sebagai area berbentuk baji yang tidak begitu jelas yang tampilannya mirip
dengan nefritis yang disebabkan oleh organisme-organisme lain (Gambar 4).
Masa nodular merupakan satu tampilan yang tidak umum yang dapat disalah
artikan sebagai tumor (Gambar 5). Parut parenkhimal dan kalsifikasi dapat terjadi
pada fibrosis yang sembuh. Perubahan paling awal di dalam sistem pengumpulan/
penampungan adalah nekrosis papilari, yang dapat nampak sebagai area kecil dengan

27
batas dan kejelasan yang mengabur pada ujung piramid medulari, atau sebagai celah
dan rongga kalikeal. Perubahan-perubahan yang terjadi kemudian pada sistem
pengumpulan/ penampungan atas mencakup penebalan dinding dan fibrosis.
Striktur infundibular dapat menyebabkan kaliktasis fokus atau kaliktasis yang
tidak merata/ tidak terfokus. Keterlibatan pinggul renal dapat nampak sebagai belit
terangulasi pada pinggul ginjal (belit Kerr) dengan hidronefrosis tergeneralisasi atau
kontraksi panggul terdifusi. Penebalan ureteral iregular dapat menunjukkan
penjelasan kontras dan dapat menyebabkan hidro-ureteronefrosis proksimal (Gambar
6). Tuberkulosis stadium-akhir dapat menimbulkan autonefrektomi, dan hal ini akan
tampak sebagai ginjal yang kurang berfungsi baik dengan penipisan parenkhimal,
hidronefrosis parah, dan kalsifikasi lobar (Gambar 7).
Kalsifikasi lobar muncul sebagai akibat dari kalsifiksi distrofik di dalam debris
kaseus, dan hal ini dapat membentuk cangkang ginjal (ginjal berdempul) ketika
terdifusi. Fibrosis ureteral yang parah dapat menyebabkan tampilan yang seperti pilin,
atau tampilannya akan seperti manik-manik pada ureter, dan kalsifikasi mural pun
dapat terjadi. Kistitis tuberkulosa akan nampak sebagai penebalan mural fokus atau
global (Gambar 8). Pada kondisi yang parah, kantung kemih akan memiliki volume
yang kecil, terdistorsi, dan terkalsifikasi.

28
Gambar 4. Nefritis tuberkulosa pada pasien wanita yang berusia 20 tahun
yang mengeluh demam dan nyeri pada perut. Hasil pemeriksaan CT fase-
nefrografik yang diperjelas dengan kontras menunjukkan area hipoaenuatif
segmental yang berbentuk seperti baji pada ginjal kanan (ditunjukkan oleh
tanda panah), hal ini mengindikasikan adanya nefritis segmental. M.
tuberculsosis pun dikultur dari urin.

Gambar 5. Tuberkuloma ginjal pada seorang pasien wanita yang berusia 17 tahun
penderita diabetes dan tuberkulosis diseminata. Gambar hasil pemeriksaan CT aksial
fase-nefrografik yang diperjelas dengan kontras menunjukkan adanya masa
hipoatenuasi ukuran 1,5 cm pada ginjal kiri (ditunjukkan dengan tanda panah), hal ini
menunjukkan adanay tuberkuloma. Kondisi ini pun sembuh setelah dilakukannya
kemoterapi anti tuberkulosa (tidak ditunjukkan).

29
Gambar 6. Pieloureteritis tuberkulosa pada seorang pasien wanita yang berusia 26
tahun yang mengeluh demam dan nyeri perut. Gambar pemeriksaan CT fase
nefrografik yang diperjelas dengan kontras (a), fase-ekretori (b), dan fase eksretori
dengan volume yang digambarkan (c) menunjukkan penebalan mural iregular
terdifusi dan peningkatan kejelasan pinggul ginjal kanan dan ureter proksimal
(ditunjukkan oleh tanda panah) dengan ruas panjang penyempitan tingkat tinggi
ureter tengah (ditunjukkan oleh kepala tanda panah) yang menyebabkan hidro-
ureteronefrosis proksimal. Kaliektasis non-seragam diketahi muncul pada ginjal

30
kanan. Saluran ginjal atas kiri dan kandung kemih terlihat normal. M. tuberculosis
dikultur dari urin.

Gambar 7. Autonefrektomi tuberkulosa pada seorang pasien laki-laki yang berusia


40 tahun (tanpa mengalami gejala) dari Asia. Gambar hasil pemeriksaan CT aksial
yang diperjelas dengan kontras menunjukkan kalsifikasi parenkhimal tepi dan non-
opasifikasi kaliks terdilasi pada ginjal kanan (ditunjukkan dengan tanda panah),
temuan-temuan yang didapat mengindikasikan autonefrektomi.

Gambar 8. TB sistoureteritis pada anak laki-laki berusia 13 tahun dari Asia dengan
gejala frekuensi urin. Fase nefrografik (a) and fase ekskretorik (b). Hasil CT aksial
dengan kontras menunjukkan penebalan mural dan peninggian sisi kiri dinding
kandung kemih (panah) dengan hidroureteronephrosis kiri proksimal (panah di b).
Saluran renalis kanan atas normal dan ureter kanan tidak melebar. M. tuberkulosis
didapatkan dari kultur urin.

31
Peritonitis teberkulosa
2% dari seluruh infeksi tuberkulosis di luar paru-paru adalah peritonitis
tuberkulosa, dan hal ini dapat menyebabkan asites eksudatif dengan jumlah yang
beragam, infiltrasi jaringan lunak mesenteri, dan omentum, serta nodus kaseus. Tiga
pola CT keterlibatan peritoneal pun dijelaskan: (a) tipe basah (90%) dicirikan oleh
jumlah asites yang besar (Gambar 9); (b) tipe fibrotik-tetap (7%) yang dicirikan
dengan simpal usus yang menyatu dan mesenteri, masa omental, dan asites volume
kecil (Gambar 10); dan (c) tipe kering (3%) yang dicirikan dengan adhesi padat,
reaksi peritoneal fibrosa, dan nodul-nodul kaseus.
Asites dapat muncul dengan volume kecil ataupun besar, bersifat bebas
ataupun dapat juga terlokulasi, dan memiliki atenuasi yang sangat tinggi akibat
tingginya protein ataupun kandungan selular. Asites kilosa adalah jarang muncul dan
ketika terlihat dalam hubungannya dengan kelenjar getah bening yang pada bagian
tengahnya mengalami nekrosis dapat dianggap secara patognomonik sebagai
tuberkulosis. Penebalan lunak dan peningkatan kejelasan kontras yang kuat pada
peritoneum parietal adalah umum ditemukan pada kasus peritonitis tuberkulosa.
Penebalan peritoneal nodular dapatlah menjadi indikasi akan karsinomatosis
peritoneal atau limfomatosis.
Infiltrasi jaringan lunak daun mesenterik adalah lebih umum terlihat pada
tuberkulosis peritoneal, dan jarang pada hematopiesis ekstramedular. Pada satu
penelitian, nodul-nodul mesenterik pun terlihat memiliki tingkat frekeunsi
kemunculan dengan tuberkulosis peritoneal dan karsinomatosis peritoneal. Tampilan
yang seperti kotor ataupun tampak belepotan pada omentum adalah lebih umum
terlihat pada kasus peritonitis tuberkulosa, dan tampilan nodular ataupun keredak
adalah lebih umum terlihat pada k asus karsinomatosis peritoneal. Pemahaman akan
berbagai temuan dari tuberkulosis peritoneal adalah lebih penting dari pemamahan
akan klasifikasi dari ketiga pola yang dijelaskan diatas, yang dimana tidaklah
memiliki nilai diagnostik maupun prognostik.

32
Gambar 9. Peritonitis tuberkulosis tipe basah pada wanita berusia 24 tahun dari Afrika
dengan keluhan distensi abdomen dan demam. Gambar CT aksial dengan kontras
menunjukkan asites volume sedang (A), penebalan halus, penebalan peritoneum parietal
(panah) dan penebalan omentum (panah). M. tuberkulosis dikultur dari cairan asites.

Gambar 10. Tuberkel peritonitis jenis fibrotik pada pria berusia 23 tahun dari Asia
dengan keluhan distensi abdomen dan nyeri. Gambar CT aksial dengan kontras
menunjukkan “kue” omentum yang luas (panah), penebalan daun mesenterika difus
(*), dan usus kecil yang lemah. Ada asites yang tidak terlalu banyak. Biopsi omental
perkutan adalah kultur positif untuk M. tuberculosis.

33
Tuberkulosis saluran gastrointestinal
Tuberkulosis saluran gastrointestinal relatif jarang terjadi. Tuberkulosis
gastrointestinal dapat muncul dengan gejala nyeri perut, massa abdomen, muntah,
diare, disfagia, dan pendarahan gastrointestinal. Lokasi penyakit yang paling umum
adalah ileum distal dan sekum, yang lebih cenderung mudah terkena infeksi karena
banyaknya jaringan limfoid dan relatif statis. Lokasi penyakit lainnya, dalam urutan
banyaknya frekuensi, adalah kolon, usus kecil, duodenum, anoperineum, esofagus,
dan lambung. Keterlibatan beberapa segmen usus yang tidak bersebelahan jarang
ditemukan. Temuan ini seringkali lebih berat pada pasien AIDS. Tiga pola penyakit
yang telah dijelaskan pada penelitian barium konvensional adalah ulseratif (ulkus
dangkal dengan penebalan lipatan), hipertrofik (penebalan mural yang lebih menonjol
dengan inflamasi yang meluas ke jaringan yang berdekatan), dan fibrosis
(penyempitan yang dapat menyebabkan obstruksi). Pada hasil CT, ulkus mukosa
kurang bisa dideteksi, namun penebalan mural, inflamasi ekstramural dan striktur
mudah ditemukan (Gambar 11). Spektrum gambaran tuberkulosis gastrointestinal
mencerminkan tahap patologis penyakit, dengan nekrosis kaseosa submukosa dapat
menyebabkan pelepasan mukosa, penyebaran secara limfatik ke limfonodi yang
berdekatan sehingga menyebabkan pembentukan massa inflamasi, dan akhirnya
sembuh dengan fibrosis. Komplikasi tuberkulosis gastrointestinal meliputi obstruksi
usus, perforasi usus, perdarahan, penyakit fistulisasi, dan intususepsi.

Gambar 11. Tuberkulosis ileocolitis pada pria berusia 22 tahun dari Asia dengan
keluhan nyeri perut. Gambar CT koroner dengan kontras menunjukkan adanya

34
penebalan sirkumferensial (melingkar) dan nodularitas ileum distal (I), sekum (C),
dan kolon asendens (A). Ileum distal menyempit, dan katup ileosekal terbuka lebar
(panah). Nodus mesenterika membesar (panah). Ada sedikit lemak yang berdekatan
dengan ileum distal dan sekum. Tidak ada dilatasi ileum proksimal. Biopsi endoskopi
mengkonfirmasi adanya M. tuberkulosis.

Tuberculosis Hepatosplenik
Tuberkulosis hepatosplenik adalah diagnosis antemortem yang jarang terjadi,
biasanya terlihat pada TB diseminata. Tuberkulosis hepatosplenic biasanya muncul
dengan gejala nyeri perut dan hepatosplenomegali. Ikterus dapat terjadi tanpa
keterlibatan saluran bilier. Pola TB hepatosplenik meliputi hepatosplenomegali difus,
gambaran mikronodular (milier) yang terdiri dari fokus kecil beratenuasi rendah yang
tak terhitung banyaknya (Gambar 12), dan gambaran makronodular (tuberkuloma)
yang terdiri dari satu atau lebih massa atenuasi rendah dengan peninggian minimal
dan bersepta (Gambar 13). Pada tuberkulosis diseminata, temuan yang paling umum
dari tuberkulosis hepatik adalah hepatomegali difus, dan tampilan tuberkulosis splenik
yang paling umum adalah splenomegali dengan nodul milier. Pola penyakit milier
bisa salah dianggap sebagai abses fungal, Pneumocystis jirovecii, atau sarkoidosis,
sehingga korelasi dengan temuan klinis dan biokimia sangat diperlukan. Pola penyakit
makronodular penyakit dapat disalahartikan sebagai abses piogenik, metastasis, dan
tumor lainnya.

35
Gambar 12. Tuberkulosis splenik mikronodular pada pria berusia 50 tahun dengan
TB diseminata, yang telah menerima terapi faktor nekrosis anti tumor untuk
spondylitis ankilosa selama 1 tahun. Gambar CT dengan koroner kontra menunjukkan
adanya lesi kecil dengan atenuasi rendah yang tak terhitung banyaknya di seluruh
splen. Sputum memiliki hasil kultur yang positif untuk M. tuberculosis.

Gambar 13. Tuberkulosis hepar makronodular pada pria berusia 40 tahun dari Asia.
Gambar CT aksial dengan kontras menunjukkan adanya massa beratenuasi rendah
yang dominan pada segmen hepar VI (panah) dengan massa satelit lebih kecil yang
berdekatan (panah). Histopatologi dan kultur bukan merupakan diagnostik untuk M.
tuberkulosis, namun pasien tersebut merespon kemoterapi antituberkulosis dengan
resolusi komplit dari suspek tuberkuloma hepatik pada CT follow-up (tidak
ditunjukkan).

Tuberkulosis Pankreas
Tuberkulosis pankreas jarang terjadi. TB pankreas dapat hadir dengan gejala
nyeri epigastrik yang mirip dengan pankreatitis akut, abses pankreas, atau karsinoma.
Korpus pankreas, kaput, dan kauda terlibat dengan urutan frekuensi yang menurun
(paling banyak yang disebutkan pertama dan terus menurun). Tuberkulosis pankreas
dapat muncul sebagai satu atau lebih massa hipoatenuasi dengan ukuran yang
bervariasi yang menunjukkan peningkatan kontras, atau yang jarang sebagai
pembesaran pankreas difus. Dalam sebuah studi yang melibatkan 32 kasus
tuberkulosis pankreas, duktus pankreas utama berukuran normal pada sebagian besar

36
kasus atau hanya mengalami sedikit dilatasi (9%). Dilatasi duktus bilier komunis dan
kalsifikasi parenkim tidak ditemukan. Nekrotik sentral peripankreatik biasanya
ditemukan. Temuan ini dapat membantu membedakan tuberkulosis pankreas dengan
adenokarsinoma pankreas atau pankreatitis kronis.

Gambar 14. Limfadenitis tuberkel periportal yang menyebabkan obstruksi bilier


dan trombosis vena portal pada pria berusia 26 tahun dari Asia. Gambar CT aksial
fase vena portal (a) dan koronal (b) dengan kontras menunjukkan adanya massa
infiltratif yang tidak jelas (panah) pada hilus hepar. Duktus bilier komunis agak
melebar, dan menunjukkan penebalan dan peninggian melingkar (panah hitam). Vena
portal utama mengalami trombosis (panah putih). Biopsi perkutaneus massa periporta
menunjukkan adanya granuloma kasein tetapi juga kultur negatif untuk M.
tuberculosis. Empat bulan setelah kemoterapi anti-tuberkulosis, massa membaik dan
terjadi transformasi kavernosa pada vena portal utama (tidak diperlihatkan).

Tuberkulosis Adrenal
Tuberkulosis kelenjar adrenal jarang terjadi. Sebagian besar kasus tuberkulosis
adrenal tidak menunjukkan gejala (asimtomatik), namun sindrom Addison dapat
terjadi bila lebih dari 90% jaringan adrenal rusak. Tuberkulosis adrenal dapat muncul
dengan gejala adanya massa bilateral (atau jarang sebagai massa unilateral) dengan
atau tanpa atenuasi dan peninggian tepi (Gambar 15). Massa adrenal bilateral dapat
disalahartikan sebagai metastasis, adenoma atau limfoma. Tuberkulosis adrenal
terminal (endstage) muncul dengan bentuk kalsifikasi adrenal unilateral atau bilateral.

37
Gambar 15. Tuberkulosis adrenalitis bilateral pada pria berusia 57 tahun. Gambar
CT aksial dengan kontras menunjukkan adanya massa adrenal bilateral (panah)
dengan atenuasi sentral dan peninggian tepi kontras. Biopsi terbuka massa adrenal
kiri menunjukkan adanya granuloma katalase dan pewarnaan basil tahan asam cepat
hasilnya positif. (Gambar milik Prof Oliver Hennessy, Rumah Sakit St. Vincent,
Melbourne, Australia.)

Kesimpulan
Pencitraan (imaging) berperan penting untuk deteksi, karakterisasi, dan
pengelolaan tuberkulosis abdomen. Pengetahuan tentang spektrum dari gambaran CT
yang luas pada tuberkulosis abdomen harus membuat ahli radiologi untuk
mempertimbangkan diagnosis ini, terutama di antara kelompok pasien berisiko tinggi.
Meskipun diagnosis pasti tuberkulosis abdomen memerlukan kultur bakteriologis
positif atau konfirmasi histologis setelah biopsi, beberapa gambaran CT tertentu
(seperti nodus nekrotik sentral, asites dengan atenuasi tinggi, penebalan ileosekal
tanpa dilatasi aneurisma atau perubahan inflamasi yang signifikan), terutama bila
terdapat kombinasi temuan-temuan, dapat dijadikan sugestif untuk diagnosis dalam
pengaturan klinis.

38

Anda mungkin juga menyukai