DISUSUN OLEH :
RIZKI UTARI
UNIVERSITAS MATARAM
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Agama menjadi kriteri pokok dalam menentukan pasangan hidup karena dengan
agama (Islam) seseorang dapat mengerti bahwa pernikahan adalah ibadah semata-mata
mencari ridho Allah SWT.
Dengan ajaran agama Islam seseorang dapat memahami hak dan kewajibannya masing-
masing dalam membina suatu rumah tangga. Sehingga apabila sepasang suami isteri
masing-masing saling memahami apa tujuan dan hikmah sutu pernikahan serta mengerti
dan mau menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing dengan penuh rasa tanggung
jawab, maka keluarga tersebut akan menjadi sebuah keluarga yang harmonis, segala
sesuatu berjalan dengan lancar, dan tentu saja pada akhirnya akan membuahkan
kebahagiaan dunia dan akhirat (insya Allah).
B. Rumusan Masalah
BIRRUL WALIDAIN
Birrul Walidain terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru artinya kebajikan. Al-
walidain artinya dua orang tua atau ibu dan bapak.
Birrul Walidain merupakan suatu istilah yang berasal langsung dari Nabi Muhammad
SAW, yang berarti berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Semakna dengan birrul walidain,
al-Qur’an al-Karim menggunakan istilah Ihsan (wa bi al-walidaini ihsana), seperti yang terdaap
dalam firman Allah SWT berikut ini:
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. (QS. Al-Isra’: 23)
Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada kedua orang
tua kita, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya.”
(QS. Al-Ankabut: 8)
Allah SWT juga meletakan perintah berterima kasih kepada kedua orang tua langsung
sesudah perintah berterima kasih kepada Allah SWT. Allah berfirman:
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Al-Luqman: 14)
Rasulullah SAW juga mengaitkan bahwa keridhaan dan kemarahan Allah SWT
berhubungan dengan keridhaan dan kemarahan kedua orang tua. Rasulullah bersabda:
“Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Rabb (Allah) ada pada
kemarahan orang tua.” (HR. Tirmidzi).
Seorang anak wajib mengikuti segala keinginan kedua orang tua, dengan catatan keinginan
tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Agama Islam. Allah berfirman:
Ÿxsù ÖNù=Ïæ ¾ÏmÎ/ y7s9 }§øŠs9 $tB ’Î1 š‚Í•ô±è@ br& #’n?tã š‚#y‰yg»y_ bÎ)ur
$]ùrã•÷ètB $u‹÷R‘‰9$# ’Îû $yJßgö6Ïm$|¹ur ( $yJßg÷èÏÜè?
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik” (QS. Al-Luqman: 15)
“Tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah SWT, ketaatan hanyalah semata dalam
hal yang ma’ruf” (HR. Muslim)
Banyak cara yang bias dilakukan seorang anak untuk menunjukkan rasa hormat kepada
kedua orang tua, antara lain memanggilnya dengan panggilan yang menunjukkan rasa
hormat, berbicara kepadanya lemah lembut, tidak mengucapkan kata-kata yang kasar,
pamit jika ingin keluar rumah (bila tinggal serumah), dan lain sebagainya.
Allah berfirman:
Artinya: “….jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang mulia” (QS. Al-Isra’: 23)
Seseorang dapat membantu kedua orang tua baik sebelum berkeluarga dan belum
berpenghasilan maupun apabila anak tersebut sudah berkeluarga dan berpenghasilan.
Misalnya, jika seorang anak belum berpenghasilan dapat membantu dengan cara fisik atau
tenaga dan atau yang lain. Sedangkan bila anak sudah berpenghasilan dapat membantu
dengan materiil dan atau yang lainnya.
“Siapakah yang paling berhak aku Bantu dengan sebaik-baiknya? Jawab Nabi: “Ibumu”.
Kemudian siapa? jawab Nabi: “Ibumu”. Lalu siapa? Jawab Nabi: “Ibumu”. Lalu siapa
lagi? Jawab Nabi: “Bapakmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang anak yang berbakti adalah anak yang selalu mendoakan kedua orang tua baik
selama mereka masih hidup maupun mereka telah meninggal dunia.
Allah berfirman:
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra’: 24)
Demikianlah Allah SWT dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat
istimewa sehingga berbuat baik kepada keduanya menempati posisi yang sangat mulia, dan
sebaliknya durhaka kepada salah satu atau keduanya juga menempati posisi yang sangat hina.
Secara khusus Allah mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam
mengandung, menyusui, merawat, dan mendidik anaknya. Kemudian bapak walaupun tidak ikut
mengandung, tetapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi,
membesarkan dan mendidik anaknya hingga mampu berdiri sendiri, bahkan sampai waktu yang
tidak terbatas.
Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah wajar apabila seorang anak menghormati dan
menyayangi kedua orang tua setelah cintanya kepada Allah SWT.
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang suami terhadap isteri antara lain:
a. Mahar
Mahar adalah pemberian wajib dari suami untuk isteri, suami tidak boleh
menggunakannya tanpa seizin dan seikhlas isteri. Rasulullah SAW bersabda:
“Diriwayatkan dari Amir ibn Rabi’ah bahwa seorang wanita dari Bani Fazarah
kawin dengan mahar sepasang sandal. Lalu Rasulullah bertanya: “Apakah engkau
rela dari diri dan hartamu dengan sepasang sandal?” Perempuan itu menjawab:
“Ya”. Lalu Rasulullah SAW membolehkannya.” (HR. Ahmad, Ibn Majah dan
Tirmidzi)
b. Nafkah
Firman Allah:
c. Ihsan al-‘Asyarah
Ihsan al-‘Asyarah artinya bergaul dengan isteri dengan cara yang sebaik-baiknya.
Teknisnya dapat dilakukan menurut pribadi masing-masing. Misalnya: membuat isteri
bahagia, selalu berprasangka baik terhadap isteri, membantuu isteri apabila ia
memerlukan bantuan meskipun dalam urusan rumah tangga, menghormati harta
miliknya pribadi dan lain-lain.
Allah berfirman:
…… 4 Å$rã•÷èyJø9$$Î/ £`èdrçŽÅ°$tãur 4
Artinya: “.......dan bergaullah dengan mereka secara patut......” (QS. An-Nisa’: 19)
Rasulullah SAW sudah memeberikan contoh teladan bagaimana bergaul dengan isteri
dengan sebaik-baiknya. Rasulullah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna
imannya ialah orang yang paling baik akhlaqnya. Dan orang baik diantara mereka
ialah yang paling baik terhadap isterinya” (HR. Ahmad).
Seorang suami memiliki tanggung jawab dihadapan Allah terhadap isterinya karena
suami merupakan pemimpin di dalam rumah tangga. Maka, suami berkewajiban
mengajar dan mendidik isterinya agar menjadi seorang wanita shalihah.
Jika seorang suami tidak mampu mengajarkannya sendiri, dia harus memberikan izin
kepada isterinya untuk belajar di luar dan mendatangkan guru ke rumah, atau
menyediakan buku-buku bacaan untuk keluarga.
Allah berfirman:
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS.
An-Nisa’: 34)
Rasulullah bersabda:
Suami mendapatkan hak istimewa utnuk dipatuhi isteri mengingat posisinya sebagai
pemimpin dan kepala keluarga yang mempunyai kewajiban untuk memberi nafkah
terhadap keluarga.
b. Ihsan al-‘Asyarah
Ihsan al-‘Asyarah isteri terhadap suaminya antara lain dalam bentuk: menerima
pemberian suami dengan rasa puas dan terima kasih, serta tidak menuntut hal-hal yang
tidak mungkin, serta selalu berpenampilan menarik agar tercipta keharmonisan dalam
keluarga.
Demikianlah akhlak suami isteri yang pembahasannya kita fokuskan pada masalah hak dan
kewajiban yang tentu saja semua itu tidak terlepas dari hukum.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK
rupawan, hartawan, bangsawan dan taat beragama. Taat beragama yang lebih
utama dari keempat syarat yang telah disebutkan (H.R. Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah).
dan dimandikan (H.R. Bukhari dan Muslim dari Asmaa binti Abu Bakar).
Memberikan nama yang baik untuk anak, karena di hari akhirat seorang akan
dipanggil sesuai dengan nama yang diberikan orang tuanya. (H.R. Bukhari dan
baru lahir masih tersandra dengan ‘aqiqah. Sebaiknya ‘aqiqah disembelih pada hari
ketujuh dari kelahiran dan pada hari itu juga dicukur rambut serta diberi nama
Melakukan penyunatan. Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan
kemuliaan bagi anak perempuan (H.R. Ahmad dan Baihaqy dari Syaddaad bin
Aus).
Menyediakan pengasuh, pendidik dan/atau guru yang baik dan kuat beragama dan
berakhlak mulia, kalau orang tuanya kurang mampu. Akan tetapi yang terafdhal
bagi yang mampu adalah orang tuanya , disamping guru di sekolah dan Ustadz di
keras dikala sudah berusia sepuluh tahun. (Ahmad dan Abu Daud dari ‘Amru bin
Syu’ib).
Memisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dengan anak perempuan, juga
antara mereka dengan orang tuanya, bila usianya telah mencapai sepuluh tahun
(H.R. Bazzaar).
Demikian juga dalam penyandangan dana dalam batas kemampuan, sehingga sang
Berlaku adil dalam memberi perhatian, washiyat, biaya dan cinta kasih kepada
Istilah silaturahmi terdiri dari dua kata: Shillah (hubungan atau sambungan) dan rahim
(peranakan). Istilah ini merupakan sebuah istilah dari hubungan baik penuh kasih saying antar
sesame karib kerabat yang saluruhnya berasal dari satu rahim (keluarga).
Keluarga dalam konsep Islam bukanlah keluarga kecil yang hanya terdiri dari bapak, ibu
dan anak. Tetapi adalah keluarga besar yang bias terdiri dari seluruh aspek dalam suatu keluarga
yang sambung-menyambung, seperti kakek-nenek, paman, bibi dan lain seterusnya.
Allah berfirman:
tb%x. ©!$# ¨bÎ) 4 tP%tnö‘F{$#ur ¾ÏmÎ/ tbqä9uä!$|¡s? “Ï%©!$# ©!$# (#qà)¨?$#ur 4
ÇÊÈ $Y6ŠÏ%u‘ öNä3ø‹n=tæ
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa’: 1)
1. Bentuk-bentuk silaturrahmi
Silaturrahmi secara kongkret dapat ditunjukkan dalam bentuk antara lain:
a. Berbuat baik (ihsan)
Berbuat baik atau saling tolong-menolong antar sanak keluarga dapat mempererat tali
siraturrahmi antar sanak keluarga. Allah SWT meletakkan ihsan kepada dzawi al-qurba
nomor dua setelah ihsan kepada ibu bapak.
Allah berfirman:
Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur ( $\«ø‹x© ¾ÏmÎ/ (#qä.ÎŽô³è@ Ÿwur ©!$# (#r߉ç6ôã$#ur *
Í‘$pgø:$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur 4’yJ»tGuŠø9$#ur 4’n1ö•à)ø9$# “É‹Î/ur $YZ»|¡ômÎ)
Èûøó$#ur É=/Zyfø9$$Î/ É=Ïm$¢Á9$#ur É=ãYàfø9$# Í‘$pgø:$#ur 4’n1ö•à)ø9$# “ÏŒ
tb%Ÿ2 `tB •=Ïtä† Ÿw ©!$# ¨bÎ) 3 öNä3ãZ»yJ÷ƒr& ôMs3n=tB $tBur È@‹Î6¡¡9$#
ÇÌÏÈ #·‘qã‚sù Zw$tFøƒèC
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,’ (QS. An-Nisa’: 36)
Karib kerabat harus diprioritaskan untuk dibantu, dibanding dengan pihak-pihak lain,
lebih-lebih lagi bila karib kerabat adalah miskin atau yatim.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sedekah kepada orang miskin bernilai satu yaitu sedekah. Sedangkan sedekah kepada
karib kerabat bernilai dua yaitu sedekah dan silaturrahim”. (HR. Tirmidzi)
b. Membagi sebagian dari harta warisan
Kita dapat membagi sebagian dari harta warisan kepada karib kerabat yang hadir pada
waktu pembagian, tetapi tidak mendapat bagian jika terhalang oleh ahli waris yang
lebih berhak.
Allah berfirman:
4’yJ»tGuŠø9$#ur 4’n1ö•à)ø9$# (#qä9'ré& spyJó¡É)ø9$# uŽ|Øym #sŒÎ)ur
Zwöqs% óOçlm; (#qä9qè%ur çm÷YÏiB Nèdqè%ã—ö‘$$sù ßûüÅ6»|¡yJø9$#ur
ÇÑÈ $]ùrã•÷è¨B
Artinya: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan
orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang baik.” (QS. An-Nisa’: 8)
c. Memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang sesame kerabat
Untuk memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang antar kerabat dapat dilakukan
dengan cara antara lain:
- Saling hormat-menghormati, bertukar salam
- Saling kunjung-mengunjungi
- Menyelenggarakan walimahan, dll.
2. Manfaat silaturrahmi
Selain meningkatkan hubungan persaudaraan antar kerabat, silaturahmi juga
memberi manfaat lain yang lebih besar baik di dunia maupun di akhirat.antara lain:
a. Mendapatkan rahmat, nikmat dan ihsan dari Allah SWT
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW menggambarkan
secara metaforis dialog Allah SWT dengan rahim. Sabda beliau:
“Sesungguhnya setelah Allah Ta’ala selesai menciptakan makhluk-Nya rahim bangkit
berkata; “Inilah tempat orang yang meminta perlindungan kepada-Mu dari
memutuskan silaturrahim”. Allah berfirman: “Ya, apakah engkau sudah puaskalau aku
menghubungkan orang yang menghubungkanmu dan memutuskan orang yang
memutuskanmu.” Rahim menjawab: “Tentu”. Lalu Allah berfirman lagi: “Demikian
bagimu”. Kemudian Rasulullah bersabda: “Bacalah jika kalian menghendaki”.
b. Masuk surga dan jauh dari neraka
Secara khusus disebut oleh Rasulullah SAW bahwa sesudah beberapa amalan pokok,
silaturrahmi dapat mengantarkan seseorang ke surga dan menjauhkannya dari neraka.
Rasulullah bersabda:
“Diriwayatkan oleh Abu Ayyub Khalid ibn Zaid al-Anshari ra, bahwa seseorang
bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku amalan yang
dapat memasukkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari api neraka”. Nabi
menjawab: “(yaitu apabila) engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya
dengan sesuatuupun, mendirikan shalat, membayar zakat dan melakukan silaturrahmi”
(HR. Muttafaqun ‘Alaihi).
c. Lapang rezki dan panjang umur
Secara lebih konkret Rasulullah SAW menjanjikan rezki yang lapang dan umur yang
panjang bagi orang-orang yang melakukan silaturrahmi.
Rasulullah bersabda:
“Siapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dipanjangkan umurnya, hendaklah ia
melakukan silaturrahmi”. (HR. Muttafaqun ‘Alaihi).
Demikianlah beberapa manfaat silaturrahmi yang akan didapatkan baik di dunia maupun di
akhirat nanti.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini yang tidak dijelaskan.
Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh dengan nilai Islam, walau masalah
tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian
alam. Islam telah memberikan solusi atas kehidupan di dunia ini. Salah satunya yaitu
Akhlaq dalam keluarga yang begitu luas penjabarannya. Demikianlah ajaran Islam dalam
memilih calon pasangan hidup, melakukan pernikahan, kewajiban dan hak – suami istri,
tanggung jawab orangtua terhadap anak, birrul walidain, dan silaturahmi karib kerabat.
Betapa sempurnanya Islam dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan
tuntunan yang baik agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya.