Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ AKHLAK DALAM KELUARGA “

DISUSUN OLEH :

SARIFA SITI HAPIZAH

RIZKI UTARI

SAMSUL RIZAL UMAMI

ABDUL ROZAQIL FATTAH

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS MATARAM

2013
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama menjadi kriteri pokok dalam menentukan pasangan hidup karena dengan
agama (Islam) seseorang dapat mengerti bahwa pernikahan adalah ibadah semata-mata
mencari ridho Allah SWT.

Dengan ajaran agama Islam seseorang dapat memahami hak dan kewajibannya masing-
masing dalam membina suatu rumah tangga. Sehingga apabila sepasang suami isteri
masing-masing saling memahami apa tujuan dan hikmah sutu pernikahan serta mengerti
dan mau menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing dengan penuh rasa tanggung
jawab, maka keluarga tersebut akan menjadi sebuah keluarga yang harmonis, segala
sesuatu berjalan dengan lancar, dan tentu saja pada akhirnya akan membuahkan
kebahagiaan dunia dan akhirat (insya Allah).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Birrul Walidain?


2. Apakah hak dan Kewajiban Suami Isteri?
3. Apakah tanggung jawab orang tua terhadap anak ?
4. Bagaimanakah seharusnya hubungan Silaturrahmi Dengan Karib Kerabat?
BAB II
PEMBAHASAN

BIRRUL WALIDAIN

Birrul Walidain terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru artinya kebajikan. Al-
walidain artinya dua orang tua atau ibu dan bapak.

Birrul Walidain merupakan suatu istilah yang berasal langsung dari Nabi Muhammad
SAW, yang berarti berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Semakna dengan birrul walidain,
al-Qur’an al-Karim menggunakan istilah Ihsan (wa bi al-walidaini ihsana), seperti yang terdaap
dalam firman Allah SWT berikut ini:

$·Z»|¡ômÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur çn$-ƒÎ) HwÎ) (#ÿr߉ç7÷ès? žwr& y7•/u‘ 4Ó|Ós%ur *

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. (QS. Al-Isra’: 23)

Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada kedua orang
tua kita, Allah SWT berfirman:

( $YZó¡ãm Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ z`»|¡SM}$# $uZøŠ¢¹urur

Artinya: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya.”
(QS. Al-Ankabut: 8)

Allah SWT juga meletakan perintah berterima kasih kepada kedua orang tua langsung
sesudah perintah berterima kasih kepada Allah SWT. Allah berfirman:

9`÷dur 4’n?tã $·Z÷dur ¼çm•Bé& çm÷Fn=uHxq Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ z`»|¡SM}$# $uZøŠ¢¹urur


玕ÅÁyJø9$# ¥’n<Î) y7÷ƒy‰Ï9ºuqÎ9ur ’Í< ö•à6ô©$# Èbr& Èû÷ütB%tæ ’Îû ¼çmè=»|ÁÏùur
ÇÊÍÈ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Al-Luqman: 14)
Rasulullah SAW juga mengaitkan bahwa keridhaan dan kemarahan Allah SWT
berhubungan dengan keridhaan dan kemarahan kedua orang tua. Rasulullah bersabda:

“Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Rabb (Allah) ada pada
kemarahan orang tua.” (HR. Tirmidzi).

Bentuk-bentuk Birrul Walidain :

1. Mengikuti keinginan dan sarang orang tua

Seorang anak wajib mengikuti segala keinginan kedua orang tua, dengan catatan keinginan
tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Agama Islam. Allah berfirman:

Ÿxsù ÖNù=Ïæ ¾ÏmÎ/ y7s9 }§øŠs9 $tB ’Î1 š‚Í•ô±è@ br& #’n?tã š‚#y‰yg»y_ bÎ)ur
$]ùrã•÷ètB $u‹÷R‘‰9$# ’Îû $yJßgö6Ïm$|¹ur ( $yJßg÷èÏÜè?

Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik” (QS. Al-Luqman: 15)

Juga sesuai dengan sabda dari Rasulullah:

“Tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah SWT, ketaatan hanyalah semata dalam
hal yang ma’ruf” (HR. Muslim)

2. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua

Banyak cara yang bias dilakukan seorang anak untuk menunjukkan rasa hormat kepada
kedua orang tua, antara lain memanggilnya dengan panggilan yang menunjukkan rasa
hormat, berbicara kepadanya lemah lembut, tidak mengucapkan kata-kata yang kasar,
pamit jika ingin keluar rumah (bila tinggal serumah), dan lain sebagainya.

Allah berfirman:

@à)s? Ÿxsù $yJèdŸxÏ. ÷rr& !$yJèd߉tnr& uŽy9Å6ø9$# x8y‰YÏã £`tóè=ö7tƒ $¨BÎ) 4


ÇËÌÈ $VJƒÌ•Ÿ2 Zwöqs% $yJßg©9 @è%ur $yJèdö•pk÷]s? Ÿwur 7e$é& !$yJçl°;

Artinya: “….jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang mulia” (QS. Al-Isra’: 23)

3. Membantu kedua orang tua secara fisik dan materiil

Seseorang dapat membantu kedua orang tua baik sebelum berkeluarga dan belum
berpenghasilan maupun apabila anak tersebut sudah berkeluarga dan berpenghasilan.
Misalnya, jika seorang anak belum berpenghasilan dapat membantu dengan cara fisik atau
tenaga dan atau yang lain. Sedangkan bila anak sudah berpenghasilan dapat membantu
dengan materiil dan atau yang lainnya.

Rasulullah SAW bersabda:

“Siapakah yang paling berhak aku Bantu dengan sebaik-baiknya? Jawab Nabi: “Ibumu”.
Kemudian siapa? jawab Nabi: “Ibumu”. Lalu siapa? Jawab Nabi: “Ibumu”. Lalu siapa
lagi? Jawab Nabi: “Bapakmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Mendo’akan kedua orang tua

Seorang anak yang berbakti adalah anak yang selalu mendoakan kedua orang tua baik
selama mereka masih hidup maupun mereka telah meninggal dunia.

Allah berfirman:

Éb>§‘ @è%ur ÏpyJôm§•9$# z`ÏB ÉeA—%!$# yy$uZy_ $yJßgs9 ôÙÏÿ÷z$#ur


ÇËÍÈ #ZŽ•Éó|¹ ’ÎT$u‹-/u‘ $yJx. $yJßg÷Hxqö‘$#

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra’: 24)

Demikianlah Allah SWT dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat
istimewa sehingga berbuat baik kepada keduanya menempati posisi yang sangat mulia, dan
sebaliknya durhaka kepada salah satu atau keduanya juga menempati posisi yang sangat hina.
Secara khusus Allah mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam
mengandung, menyusui, merawat, dan mendidik anaknya. Kemudian bapak walaupun tidak ikut
mengandung, tetapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi,
membesarkan dan mendidik anaknya hingga mampu berdiri sendiri, bahkan sampai waktu yang
tidak terbatas.

Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah wajar apabila seorang anak menghormati dan
menyayangi kedua orang tua setelah cintanya kepada Allah SWT.

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI

1. Kewajiban suami kepada isteri

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang suami terhadap isteri antara lain:

a. Mahar

Mahar adalah pemberian wajib dari suami untuk isteri, suami tidak boleh
menggunakannya tanpa seizin dan seikhlas isteri. Rasulullah SAW bersabda:
“Diriwayatkan dari Amir ibn Rabi’ah bahwa seorang wanita dari Bani Fazarah
kawin dengan mahar sepasang sandal. Lalu Rasulullah bertanya: “Apakah engkau
rela dari diri dan hartamu dengan sepasang sandal?” Perempuan itu menjawab:
“Ya”. Lalu Rasulullah SAW membolehkannya.” (HR. Ahmad, Ibn Majah dan
Tirmidzi)

b. Nafkah

Nafkah adalah menyediakan segala keperluan isteri berupa makanan, minuman,


pakaian, rumah dan lain-lain.

Firman Allah:

¼çmè%ø—Í‘ Ïmø‹n=tã u‘ωè% `tBur ( ¾ÏmÏFyèy™ `ÏiB 7pyèy™ rèŒ ÷,ÏÿYã‹Ï9


!$tB žwÎ) $²¡øÿtR ª!$# ß#Ïk=s3ムŸw 4 ª!$# çm9s?#uä !$£JÏB ÷,ÏÿYã‹ù=sù
ÇÐÈ #ZŽô£ç„ 9Žô£ãã y‰÷èt/ ª!$# ã@yèôfuŠy™ 4 $yg8s?#uä

Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.


dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath-Thalaq: 7)

c. Ihsan al-‘Asyarah

Ihsan al-‘Asyarah artinya bergaul dengan isteri dengan cara yang sebaik-baiknya.
Teknisnya dapat dilakukan menurut pribadi masing-masing. Misalnya: membuat isteri
bahagia, selalu berprasangka baik terhadap isteri, membantuu isteri apabila ia
memerlukan bantuan meskipun dalam urusan rumah tangga, menghormati harta
miliknya pribadi dan lain-lain.

Allah berfirman:

…… 4 Å$rã•÷èyJø9$$Î/ £`èdrçŽÅ°$tãur 4

Artinya: “.......dan bergaullah dengan mereka secara patut......” (QS. An-Nisa’: 19)

Rasulullah SAW sudah memeberikan contoh teladan bagaimana bergaul dengan isteri
dengan sebaik-baiknya. Rasulullah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna
imannya ialah orang yang paling baik akhlaqnya. Dan orang baik diantara mereka
ialah yang paling baik terhadap isterinya” (HR. Ahmad).

d. Membimbing dan Mendidik Keagamaan Isteri

Seorang suami memiliki tanggung jawab dihadapan Allah terhadap isterinya karena
suami merupakan pemimpin di dalam rumah tangga. Maka, suami berkewajiban
mengajar dan mendidik isterinya agar menjadi seorang wanita shalihah.

Jika seorang suami tidak mampu mengajarkannya sendiri, dia harus memberikan izin
kepada isterinya untuk belajar di luar dan mendatangkan guru ke rumah, atau
menyediakan buku-buku bacaan untuk keluarga.

2. Kewajiban Isteri Terhadap Suami

Ada dua kewajiban isteri terhadap suami, antara lain:

a. Patuh Terhada Suami


Seorang isteri wajib mematuhi segala keinginan suaminya selama tidak untuk hal-hal
yang mendekati kemaksiatan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Allah berfirman:

óOßgŸÒ÷èt/ ª!$# Ÿ@žÒsù $yJÎ/ Ïä!$|¡ÏiY9$# ’n?tã šcqãBº§qs% ãA%y`Ìh•9$#


4 öNÎgÏ9ºuqøBr& ô`ÏB (#qà)xÿRr& !$yJÎ/ur <Ù÷èt/ 4’n?tã

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS.
An-Nisa’: 34)

Rasulullah bersabda:

“Sebaik-baik wanita adalah yang apabila engkau memandang kepadanya


menggembirakanmua, apabila engkau suruh dia patuh, apabila engkau beri nafkah
dia menerima dengan baik, dan apabila engkau tidak ada disampingnya dia akan
menjaga diri dan hartamu”. (HR. Nasa’i).

Suami mendapatkan hak istimewa utnuk dipatuhi isteri mengingat posisinya sebagai
pemimpin dan kepala keluarga yang mempunyai kewajiban untuk memberi nafkah
terhadap keluarga.

b. Ihsan al-‘Asyarah

Ihsan al-‘Asyarah isteri terhadap suaminya antara lain dalam bentuk: menerima
pemberian suami dengan rasa puas dan terima kasih, serta tidak menuntut hal-hal yang
tidak mungkin, serta selalu berpenampilan menarik agar tercipta keharmonisan dalam
keluarga.

Demikianlah akhlak suami isteri yang pembahasannya kita fokuskan pada masalah hak dan
kewajiban yang tentu saja semua itu tidak terlepas dari hukum.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK

 Memilihkan istri/suami yang baik, minimalnya harus memenuhi 4 syarat, yaitu:

rupawan, hartawan, bangsawan dan taat beragama. Taat beragama yang lebih

utama dari keempat syarat yang telah disebutkan (H.R. Bukhari dan Muslim dari

Abu Hurairah).

 Mengazankan/mengiqamatkan pada telinga kanan/kiri bayi, langsung setelah lahir

dan dimandikan (H.R. Bukhari dan Muslim dari Asmaa binti Abu Bakar).

 Memberikan nama yang baik untuk anak, karena di hari akhirat seorang akan

dipanggil sesuai dengan nama yang diberikan orang tuanya. (H.R. Bukhari dan

Muslim dari Jabir).

 Menyembelih ‘aqiqah, karena, karena Rasulullah SAW bersabda : Anak-anak yang

baru lahir masih tersandra dengan ‘aqiqah. Sebaiknya ‘aqiqah disembelih pada hari

ketujuh dari kelahiran dan pada hari itu juga dicukur rambut serta diberi nama

(H.R. Bukhari dan Muslim dll dari Salmaan bin Aamir).

 Melakukan penyunatan. Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan

kemuliaan bagi anak perempuan (H.R. Ahmad dan Baihaqy dari Syaddaad bin

Aus).

 Menyediakan pengasuh, pendidik dan/atau guru yang baik dan kuat beragama dan

berakhlak mulia, kalau orang tuanya kurang mampu. Akan tetapi yang terafdhal

bagi yang mampu adalah orang tuanya , disamping guru di sekolah dan Ustadz di

pengajian. (Alghazaaly, Ihyaau ‘Uluumiddin, Al-Halaby, Cairo, Jld 8, Hal 627).

 Mengajarnya membaca dan memahami Al-Qur’an; memberikan pendidikan


Jasmani (H.R. baihaqi dari Ibnu Umar).

 Memberikan makanan yang halal untuk anaknya


 Melatih mereka shalat selambat-lambatnya pada usia tujuh tahun dan sedikit lebih

keras dikala sudah berusia sepuluh tahun. (Ahmad dan Abu Daud dari ‘Amru bin

Syu’ib).

 Memisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dengan anak perempuan, juga

antara mereka dengan orang tuanya, bila usianya telah mencapai sepuluh tahun

(H.R. Bazzaar).

 Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap, berbicara, bertingkah laku dan

sebagainya, sehingga semua kelakuannya menjadi terpuji menurut Islam (H.R.

Turmuzy, dari Jaabir bin Samrah).

 Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin

keluar/masuk rumah, terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi saat-saat

zhahiirah dan selepas shalat Isya. (QS. Annuur :59).

 Berlaku kontinuitas dalam mendidik, membimbing dan membina mereka.

Demikian juga dalam penyandangan dana dalam batas kemampuan, sehingga sang

anak mampu berdikari (H.R. Abu Daud dari abu Qalaabah).

 Berlaku adil dalam memberi perhatian, washiyat, biaya dan cinta kasih kepada

mereka (HR. Muslim dari Anas bin Maalik).


SILATURRAHMI DENGAN KARIB KERABAT

Istilah silaturahmi terdiri dari dua kata: Shillah (hubungan atau sambungan) dan rahim
(peranakan). Istilah ini merupakan sebuah istilah dari hubungan baik penuh kasih saying antar
sesame karib kerabat yang saluruhnya berasal dari satu rahim (keluarga).
Keluarga dalam konsep Islam bukanlah keluarga kecil yang hanya terdiri dari bapak, ibu
dan anak. Tetapi adalah keluarga besar yang bias terdiri dari seluruh aspek dalam suatu keluarga
yang sambung-menyambung, seperti kakek-nenek, paman, bibi dan lain seterusnya.
Allah berfirman:
tb%x. ©!$# ¨bÎ) 4 tP%tnö‘F{$#ur ¾ÏmÎ/ tbqä9uä!$|¡s? “Ï%©!$# ©!$# (#qà)¨?$#ur 4
ÇÊÈ $Y6ŠÏ%u‘ öNä3ø‹n=tæ
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa’: 1)

1. Bentuk-bentuk silaturrahmi
Silaturrahmi secara kongkret dapat ditunjukkan dalam bentuk antara lain:
a. Berbuat baik (ihsan)
Berbuat baik atau saling tolong-menolong antar sanak keluarga dapat mempererat tali
siraturrahmi antar sanak keluarga. Allah SWT meletakkan ihsan kepada dzawi al-qurba
nomor dua setelah ihsan kepada ibu bapak.
Allah berfirman:
Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur ( $\«ø‹x© ¾ÏmÎ/ (#qä.ÎŽô³è@ Ÿwur ©!$# (#r߉ç6ôã$#ur *
Í‘$pgø:$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur 4’yJ»tGuŠø9$#ur 4’n1ö•à)ø9$# “É‹Î/ur $YZ»|¡ômÎ)
Èûøó$#ur É=/Zyfø9$$Î/ É=Ïm$¢Á9$#ur É=ãYàfø9$# Í‘$pgø:$#ur 4’n1ö•à)ø9$# “ÏŒ
tb%Ÿ2 `tB •=Ïtä† Ÿw ©!$# ¨bÎ) 3 öNä3ãZ»yJ÷ƒr& ôMs3n=tB $tBur È@‹Î6¡¡9$#
ÇÌÏÈ #·‘qã‚sù Zw$tFøƒèC
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,’ (QS. An-Nisa’: 36)
Karib kerabat harus diprioritaskan untuk dibantu, dibanding dengan pihak-pihak lain,
lebih-lebih lagi bila karib kerabat adalah miskin atau yatim.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sedekah kepada orang miskin bernilai satu yaitu sedekah. Sedangkan sedekah kepada
karib kerabat bernilai dua yaitu sedekah dan silaturrahim”. (HR. Tirmidzi)
b. Membagi sebagian dari harta warisan
Kita dapat membagi sebagian dari harta warisan kepada karib kerabat yang hadir pada
waktu pembagian, tetapi tidak mendapat bagian jika terhalang oleh ahli waris yang
lebih berhak.
Allah berfirman:
4’yJ»tGuŠø9$#ur 4’n1ö•à)ø9$# (#qä9'ré& spyJó¡É)ø9$# uŽ|Øym #sŒÎ)ur
Zwöqs% óOçlm; (#qä9qè%ur çm÷YÏiB Nèdqè%ã—ö‘$$sù ßûüÅ6»|¡yJø9$#ur
ÇÑÈ $]ùrã•÷è¨B
Artinya: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan
orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang baik.” (QS. An-Nisa’: 8)
c. Memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang sesame kerabat
Untuk memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang antar kerabat dapat dilakukan
dengan cara antara lain:
- Saling hormat-menghormati, bertukar salam
- Saling kunjung-mengunjungi
- Menyelenggarakan walimahan, dll.

2. Manfaat silaturrahmi
Selain meningkatkan hubungan persaudaraan antar kerabat, silaturahmi juga
memberi manfaat lain yang lebih besar baik di dunia maupun di akhirat.antara lain:
a. Mendapatkan rahmat, nikmat dan ihsan dari Allah SWT
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW menggambarkan
secara metaforis dialog Allah SWT dengan rahim. Sabda beliau:
“Sesungguhnya setelah Allah Ta’ala selesai menciptakan makhluk-Nya rahim bangkit
berkata; “Inilah tempat orang yang meminta perlindungan kepada-Mu dari
memutuskan silaturrahim”. Allah berfirman: “Ya, apakah engkau sudah puaskalau aku
menghubungkan orang yang menghubungkanmu dan memutuskan orang yang
memutuskanmu.” Rahim menjawab: “Tentu”. Lalu Allah berfirman lagi: “Demikian
bagimu”. Kemudian Rasulullah bersabda: “Bacalah jika kalian menghendaki”.
b. Masuk surga dan jauh dari neraka
Secara khusus disebut oleh Rasulullah SAW bahwa sesudah beberapa amalan pokok,
silaturrahmi dapat mengantarkan seseorang ke surga dan menjauhkannya dari neraka.
Rasulullah bersabda:
“Diriwayatkan oleh Abu Ayyub Khalid ibn Zaid al-Anshari ra, bahwa seseorang
bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku amalan yang
dapat memasukkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari api neraka”. Nabi
menjawab: “(yaitu apabila) engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya
dengan sesuatuupun, mendirikan shalat, membayar zakat dan melakukan silaturrahmi”
(HR. Muttafaqun ‘Alaihi).
c. Lapang rezki dan panjang umur
Secara lebih konkret Rasulullah SAW menjanjikan rezki yang lapang dan umur yang
panjang bagi orang-orang yang melakukan silaturrahmi.
Rasulullah bersabda:
“Siapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dipanjangkan umurnya, hendaklah ia
melakukan silaturrahmi”. (HR. Muttafaqun ‘Alaihi).
Demikianlah beberapa manfaat silaturrahmi yang akan didapatkan baik di dunia maupun di
akhirat nanti.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi

kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini yang tidak dijelaskan.

Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh dengan nilai Islam, walau masalah

tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian

alam. Islam telah memberikan solusi atas kehidupan di dunia ini. Salah satunya yaitu

Akhlaq dalam keluarga yang begitu luas penjabarannya. Demikianlah ajaran Islam dalam

memilih calon pasangan hidup, melakukan pernikahan, kewajiban dan hak – suami istri,

tanggung jawab orangtua terhadap anak, birrul walidain, dan silaturahmi karib kerabat.

Betapa sempurnanya Islam dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan

tuntunan yang baik agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya.

Anda mungkin juga menyukai