Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan judul ”Teknik Penanganan Induk Ikan
Bandeng (Chanos-chanos)” di Balai Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar,
Propinsi Sulawesi Selatan ini sesuai dengan waktu yang di tentukan. Oleh karena
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Angelinus Vincentius, M. Si selaku Rektor Universitas Nusa Nipa
Maumere.
2. Bapak Fiator Nong, SP.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Nusa Nipa Maumere yang telah memberikan motivasi
bagi penulis selama menjalankan studi di Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Nusa Nipa Maumere.
3. Ibu Maria Imaculata Rume, S.Pi.,M.Si, selaku Ketua Program Studi juga
sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan
motivasi bagi penulis selama masa studi.
4. Ibu Maria Yohanista, S.Pt.,MP, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan motivasi bagi penulis selama masa studi.
5. Bapak Yohanes Don B. R. Minggo,S.Pi.,M.Si, sebagai Dosen Pengasuh Mata
Kulia Peraktek Kerja Lapangan (PKL).
6. Seluruh staf dan pengajar Program Studi Sumberdaya Akuatik, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan.
7. Orang tua dan keluarga yang setia mendoakan untuk keberhasilan studi saya
khususnya dalam proses penyusunan laporan praktek kerja lapangan
8. Teman-teman FIKP Unipa atas kebersamaannya selama studi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan praktek kerja lapangan ini
tidak luput dari kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasannya.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif
demi penyempurnaan laporan praktek kerja lapangan ini.
ii
Akhir kata semoga laporan praktek kerja lapangan ini dapat bermanfaat
untuk kita semua dalam hal pengelolaan dan pelestarian sumberdaya akuatik.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat .........................................................................................................2
iv
Halaman
IV. METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat .....................................................................................16
4.2 Alat dan Bahan ...........................................................................................16
4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................................17
4.4 Prosedur Kerja ............................................................................................18
4.4.1 Persiapan Wadah ............................................................................18
4.4.2 Pemeliharaan Larva Ikan Bandeng ................................................20
4.4.3 Manajemen Pemberian Pakan pada Larva Ikan Bandeng ..............20
4.4.4 Manajemen Kualitas Air Media Pemeliharaan ..............................21
4.5 Kegiatan Kultur Pakan Alami .....................................................................21
4.5.1 Kultur Chorella sp ......................................................................... 21
4.5.2 Kultur Rhotifera .............................................................................22
4.6 Panen Nener ................................................................................................22
v
Halaman
6.2 Saran ............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................39
LAMPIRAN .....................................................................................................40
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Alat yang di gunakan dalam pemeliharaan larva ikan bandeng .......................16
2 Bahan yang digunakan dalam pemeliharaan larva ikan bandeng ....................17
3 Tahapan Perkembangan Telur .........................................................................26
4 Kandungan Gizi Chlorella sp (Menurut Ayusta 1994) ....................................28
5 Kandungan gizi Rothifera ................................................................................29
6 Manajemen pemberian pakan pada larva bandeng ...............................................30
7 Pengukuran kualitas air ....................................................................................34
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi Ikan Bandeng ...................................................................................4
2. Tata Letak BPBAP Takalar Lokasi 1 ................................................................7
3. Struktur Organisasi BPBAP Takalar ..............................................................11
4. Penyaring Telur dan Inkubasi Telur ...............................................................23
5. Seser Telur dan Perhitungan Telur..................................................................24
6. Penebaran Telur Ikan Bandeng .......................................................................25
7. Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan ...................................................31
8. Kultur dan Panen Artemia..............................................................................32
9. Penyiponan pada Media Pemeliharaan ...........................................................34
10. Pemanenan Larva Ikan Bandeng ................................................................... 36
11. Pengemasan (Packing) ....................................................................................37
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
walaupun kualitas nener yang bersumber dari alam masih lebih unggul bila
dibandingkan produksi nener di hatchery tetapi dari segi kuantitas harus tetap
merujuk ke hatchery.
Usaha para pengelola larva ikan bandeng untuk menghasilkan nener yang
memiliki kualitas sama dengan alam terus diupayakan dengan cara melakukan
pengelolaan kualitas air, pemberian pakan alami dan pakan buatan serta
pengendalian hama dan penyakit secara kontinyu dan frekuensi yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, dilakukan peraktek kerja lapang dengan mengambil
judul “Teknik Penanganan Larva Ikan Bandeng (Chanos-chanos fersskal) di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Desa Mappalompo, Kecamatan Galesong,
Kabupataen Takalar Sulawesi Selatan”.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan praktek ini adalah untuk mengetahui
teknik pengelolahan larva ikan bandeng (Chanos-chanos forsskal) dan seluruh
rangkaian teknik pembenihan ikan bandeng di BPBAP Takalar.
1.3 Manfaat
Kegunaan dari Praktek kerja lapang ini adalah untuk menambah wawasan
sarta pengetahuan dan keterampilan sehingga nantinya dapat diaplikasikan kepada
diri sendiri dan masyarakat tentang Teknik Penanganan Larva Ikan Bandeng.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
bandeng tidak bersisik mulut kecil terletak di ujung rahang tanppa gigi, dan
lubang hidung terletak di depan mata. Mata di selaputi oleh selaput bening
subcutanaus warna badan putih keperak-perakan dengan punggung biru
kehitaman.
Ikan bandeng juga mempunyai sirip punggung yang jauh di belakang tutup
insang, dengan 14 – 16 jari-jari pada sirip punggnung,16 – 17 jari-jari pada sirip
dada. 11 – 1 2 jari-jari pada sirip perut 10 – 11 jari-jari pada sirip anus/dubur (sirip
dubur/anal finn terletak jauh di belakang sirip pinggnung), dan sirip ekor berlekuk
simetris dengan 19 jari. Jari sisik pada garis susuk berjumlah 75 – 80 sisik
(Ghufron dan Kordi, 2005).
4
Ikan bandeng memiliki kebiasaan makan ganggang biru atau klekap di
dasar perairan. Pada dasarnya ikan bandeng merupakan ikan herbivora yang di
tandai dengan usus yang panjangnya 9 kali panjang tubuhnya karena makanan
nabati memiliki nilai kecernaan rendah karena memiliki dinding selulosa yang
dicerna.
BAB III
5
KEADAAN UMUM LOKASI
6
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar merupakan Unit
pelaksana Teknis Direktorat jenderal (UPT-Dirjen) perikanan yang di kenal
dengan Loka Budidaya Air Payau.
LBAP Takalar yang terletak di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong
Selatan, Kabupaten Takalar. Loka Budidaya Air Payau (LBAP) Takalar didirikan
pada tahun 1984 di atas tanah seluas 2 Ha dengan dua lokasi yang terpisah yakni
Loka I dan Loka II. Namun adanya berbagai kendala menyebabkan LBAP mulai
beroperasi pada tahun 1986. LBAP Takalar selaku UPTD Dirjen Perikanan,
berdasarkan SK Menteri Pertanian No. : 246/KPTS/OT.210/94 Tanggal 8 April
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Sebagai selaku teknis pembenihan dan budidaya air payau
2. Penerapan teknik dan peningkatan dalam usaha pembenihan dan budidaya
ikan dan udang air payau
3. Penyuluhan atau penyebaran teknologi kepada masyarakat
4. Memproduksi induk dan benih yang bermutu
5. Melaksanakan pelestarian melalui restocking
Pada Tahun 2001 LBAP Takalar mengalami perubahan status menjadi
Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar berdasarkan SK Menteri Kelautan dan
Perikanan No. : KEP.26 D/Men/2001 Tanggal 1 Mei 2001, dengan fungsi
melaksanakan penerangan sumberdaya perikanan dan lingkungan meliputi
wilayah perairan payau di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
BPBAP Takalar juga berfungsi sebagai tempat pelatihan dan peningkatan
tenaga teknik produksi dan pengolaan lingkungan terhadap pembangunan dan
kegiatan operasional pembenihan melalui APBN dan beberapa peralatan bantuan
dari Badan Dunia UNDP-FAO.
Memasuki tahun 2004 bidang tugas yang telah di capai atau di laksanakan
dan tingkat keberhasilan BPBAP Takalar adalah:
1. Bidang Perekayasan Teknologi,
Teknologi Pembenihan dan Budidaya Udang
Teknologi Pembenihan Kepiting
Teknologi Pembenihan dan Budidaya Ikan Bandeng
7
Teknologi Pembenihan dan Budidaya Ikan, Macan dan Kerapu Tikus di
Kerambah Jaring Apung
2. Pelayanan Teknis dan Informasi
Dalam bidang ini telah di kembangkan sistem pelayanan berupa
kegiatan pemagangan,pelatihan dan kursus, bantuan tenaga teknis lapangan,
konsultasi, dimensi, buku petunjuk teknis, brosur dan adanya unit
perpustakaan.
3. Pelestarian Sumberdaya atau Pelestarian Lingkungan
Kegiatan perlindungan yang di laksanakan dan di kembangkan adalah
identifikai dampak lingkungan, monitoring lingkungan dan parasit yang
menyerang pada pantih benih serta budidaya. Kegiatan pelestarian berupa
restocking benih pada alam.
3.3 Visi dan Misi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar
Sesuai dengan tugas pokok yang mengacu pada Visi dan Misi direktoral
Jenderal Periakanan maka Balai Budidaya Air Payau Takalar mempunyai Visi
mewujudkan peran Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar
sebagai institusi pelaayanan prima dalam pembangunan sistem usaha Budidaya
Air Payau yang berdaya saing berkelanjutan dan berkeadilan.
Untuk mendukung visi yang telah di terapkan, maka di tetapkan pula misi
oleh Balai Perikanan Air Payau Takalar yaitu:
Mengembangkan rekayasa teknologi budidaya berbasis ogrobisnis dan
melaksanakan ahli teknologi pada dunia usaha
Meningkatkan kapasitas kelembagaan
Mengembangkan system informasi ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan
Meningkatakan jasa pelayanan dan sertifikasi
Menfasilitasi upaya pelestarian sumber daya udang dan lingkungan
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan kapasitas sarana dan
prasarana.
8
wadah dan struktur organisasi BPBAP Takalar dalam kegiatannya berpedoman
pada SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.26D/MEN/2001 tentang
struktur organisasi BPBAP Takalar yang terdiri dari:
Struktur organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar
9
c. Seksi pengujian dan dukungan teknis
Seksi ini mempunyai tugas melakukan pelayanan teknik kegiatan
pengembangan penerapan, serta pengawasan teknik pembenihan dan
pembudidayaan ikan air payau.
d. Seksi Uji Terap Teknik dan Kerja sama
Seksi ini mempunyai tugas menyiapkan bahan standar teknik dan
pengawasan pembenihan dan pembudidayaan ikan air payau serta kerjasama
dengan instansi lain baik dalam negeri maupun luar negeri. Pengendalian
hama dan penyakit ikan, lingkungan sumberdaya induk dan benih serta
pengelolaan.
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional di lingkungan BPBAP Takalar
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perekayasa, pengujian, penerapan
dan bimbingan penerapan standar/sertifikasi pembenihan dan pembudidayaan
ikan air payau, pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan benih,
budidaya dan penyuluhan serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-
masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
10
Bak induk 320 m3 5 unit
Bak induk 100 m3 18 unit
Bak plankton 10 m3 18 unit
Bak zooplankton 10 m3 10 unit
Bak larva 10 m3 17 unit
c. Pembudidayaan udang windu
Petakan tambak 0,1 Ha,4 unit
Petakan tandon 0,2 Ha, 1 unit
d. Laboratorium
Laboratorium basah 1 unit
Laboratorium uji 1 unit
Laboratorium hama dan penyakit 1 unit
Laboratirium nutrisi 1 unit
2) Sarana dan prasarana penunjang
a. Genset 10-46 KVA 4 unit
b. Peralatan kerja lapangan
c. Gudang
d. Tower dan filternya
e. Blower
f. Pompa air tawar dan air laut
3) Unit pelayanan Teknik, Administrasi dan Umum
a. Kantor 1 unit
b. Ruang perekayasa 2 unit
c. Auditorium/aula 2 unit
d. Asrama 1 unit
e. Perpustakaan 1 unit
f. Pos jaga 2 unit
g. Rumah operator 20 unit
h. Guest houst 1 unit
i. Kendaraan roda empat 7 unit
j. Kendaraan roda dua 8 unit
11
3.5 Sistem Pengadaan Air Laut
Air merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan kegiatan
pemeliharaan larva maupun kegiatan lain. Air yang di butuhkan tersebut memiliki
kualitas tertentu sehingga memberri daya dukung optimal bagi kelangsungan
hidup organisme pemeliharaan harus memenuhi syarat secara kualitas maupun
kuantitas. Secara kualitas yaitu harus jernih dan terbebas dari hama dan penyakit
yang dapat mengganggu pemeliharaan ikan.sedangkan secara kualitas yaitu
jumlah air laut harus mencukupi untuk seluruh kegiatan operasional.
Sistem pengadaan air laut yang digunakan di BPBAP Takalar di lokasi dua
adalah air laut diambil melalui pipa dengan ukuran 8 inchi yang mana pipa
tersebut terendam dan pada ujungnya di pasang filter (saringan). Jenis filter yang
digunakan adalah filter ijuk. Untuk menghindari terjadinya kerusakan akibat
pengaruh ombak atau pasang surut,maka filter ini di pasang permanen dengan
membuatkan kerangka dari kayu yang di tancapkan atau di tanam di dasar
perairan.Air laut yang di hisap dari garis pantai dengan kedalaman sekitar 1,7 m
pada pasang tertinggi dan sekitar 0,6 meter pada surut terendah.
12
Zakaria (2010), bahwa sistem aerasi merupakan rangkaian proses pengambilan
dan pemasukan udara ke dalam media pemeliharaan. Menurut Subyakto dan Sry
Zakaria (2010), bahwa blower merupakan instansi pokok untuk memenuhi
kebutuhan oksigen terlarut. Di samping itu berfungsi pula untuk meningkatkan
kelarutan oksigen dan membantu pelepasan gas-gas beracun dalam bak
pemeliharaan seperti anomiak.
13
BAB IV
METODOLOGI
Bahan yang digunakan pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat di
lihat pada Tabel 2.
14
Tabel 2. Bahan yang Digunakan dalam Pemeliharaan Larva Ikan Bandeng
No. Spesifikasi Kegunaan
1 Pakan buatan Pakan tambahan
2 Algae dan rothifer pakan alami
3 Spirulin kaleng Pakan tambahan
4 Air laut Media pemeliharaan
5 Pupuk(Za,Urea, SP36) Untuk chlorella
6 Tandon Penampungan air
15
2) Wadah volume 7 ton terlebih dulu disiram dengan air laut kemudian dasar
dan dinding disikat hingga lumut dan kotoran lepas setelah itu dibilas dengan
air yang mengalir.
3) Selang dan batu aerasi juga dibersihkan dengan cara digosok sampai bersih.
4) Bak yang telah dicuci dikeringkan selama 1 hari sampai kering.
5) Pengisian air bak pemeliharaan larva sebanyak 70 % dari volume bak.
6) Batu dan selang aerasi dipasang sebanyak 8 titik dan diatur dengan kekuatan
sedang.
b. Wadah Kultur Pakan Alami
1) Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan kultur pakan
alami yaitu sikat, selang, dan batu aerasi.
2) Wadah kultur pakan alami Chorella berukuran 20 ton dan wadah kultur pakan
alami Rothifera berukuran 7 ton terlebih dahulu disiram dengan air kemudian
dasar dan dinding bak disikat lalu dibilas dengan air mengalir.
3) Bak yang telah dicuci didiamkan hingga satu hari sampai kering.
4) Kultur massal dilakukan dengan mengambil bibit dari bak lain.
5) Setiap bak dilengkapi dengan selang dan batu aerasi sebanyak lima titik.
c. Persiapan Air Laut
1) Air laut dipompa masuk ke dalam bak reservoard satu melewati pressure filter
dengan bantuan mesin pompa 10 PK dengan diameter pompa 6 inchi. Air laut
ditampung dalam bak reservoard dengan volume 200 ton.
2) Air ditransfer ke bak tandon menggunakan mesin pompa 10 PK dengan
volume tandon 5 ton.
3) Air masuk kedalam unit pembenihan bandeng menggunakan pipa ukuran 3
inchi.
d. Penebaran Telur Ikan Bandeng
1) Alat dan bahan berupa baskom, sendok takaran, dan seser.
2) Telur yang telah diinkubasi kemudian diseser lalu ditakar menggunakan
sendok takaran volume 10 ml.
3) Telur yang sudah ditakar dimasukkan ke dalam baskom dengan volume 5 liter
dan diisi air ½ dari volume baskom.
4) Sebelum telur ditebar aerasi diatur dengan kekuatan sedang.
16
5) Telur ditebar di dalam bak pemeliharaan larva secara hati-hati.
4.4.2 Pemeliharaan Larva Ikan Bandeng
1) Larva yang sudah menetas atau larva yang berumur dua hari di bak
pemeliharaan dilakukan penyiponan untuk membuang sisa cangkang telur.
2) Pemberian pakan alami Rothifera jenis Brachionus plicatilis dilakukan pada
larva berumur tiga hari sampai panen dengan frekuensi pemberian 3 kali
sehari.
3) Pemberian pakan buatan PS-P pada saat larva berumur 11 hari sampai panen
dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari.
4) Pemanenan larva dilakukan pada saat larva yang sudah berumur 22 hari.
5) Grading dilakukan setelah panen untuk menyeragamkan ukuran yang siap di
packing.
6) Larva yang telah dipacking dikemas dengan karung atau sterefoam lalu siap
untuk diangkut.
4.4.3 Manajemen Pemberian Pakan Pada Larva Ikan Bandeng
1) Rothifera yang sudah dipanen ditampung dalam baskom volume 20 liter.
2) Rothifera yang telah ditampung disaring menggunakan seser agar kotoran
lumut tidak masuk kedalam bak pemeliharaan.
3) Pakan buatan berupa PS-P diberikan dengan cara disaring menggunakan
ayakan secara merata di permukaan media pemeliharaan larva.
4.4.4 Manajemen Kualitas Air Media Pemeliharaan Larva Ikan Bandeng
a) Selang dipasang dipangkal alat sipon kemudian diikat dengan karet supaya
tidak mudah lepas.
b) Alat sipon dicelupkan ke dalam media larva hingga bisa menghisap, sebelum
disipon terlebih dahulu aerasi dimatikan.
c) Dasar bak disipon dengan hati-hati agar kotorannya tidak terhambur.
d) Pergantian air dilakukan dengan cara membuka pipa outlet dan menggantinya
dengan pipa bocor yang telah dilapisi saringan.
e) Air dikeluarkan sebanyak 10-20% pada saat larva berumur 10 – 15 hari dan
50 – 70% pada saat larva berumur 16 – 20 hari.
f) Bak pemeliharaan larva diisi kembali air laut sebanyak volume sebelumnya.
17
4.5 Kegiatan Kultur Pakan Alami
4.5.1 Kultur Chorella sp
1) Bak alga dicuci dan dibersihkan sampai bersih dan dikeringkan selama satu
hari.
2) Bibit Chorella diambil dari bak lain dan ditransfer menggunakan pompa
celup.
3) Bak yang telah berisi bibit ditambahkan air laut dengan ujung pada selang
dipasang filter bak agar kotoran air tidak masuk ke dalam bak kultur,
perbandingan bibit dan air adalah 5:3 sebanyak 8 ton.
4) Bak telah diisi bibit dipupuk menggunakan pupuk UREA 400 gram, ZA 250
gram dan SP 250 gram dilarutkan dengan air selama 24 jam
5) Pupuk ditebar merata di bak yang telah berisi bibit Chorella.
4.5.2 Kultur Rotifera
1) Bak Rothifera yang telah bersih diisi dengan Chorella sp sebanyak ½ dengan
volume bak.
2) Bibit Rothifera dimasukkan dengan selang sebanyak 10%.
3) Dua hari setelah kultur ditambahkan kembali Chorella sampai Rothifera
bertambah padat sampai bak Rothifera penuh.
4) Empat hari setelah kultur jika Rothifera terlihat padat maka siap dilakukan
untuk pemanenan.
4.6 Panen Nener
1) Air media pemeliharaan larva diturunkan sampai ketinggian 50 cm
2) Larva dipanen dengan menggunakan kelambu panen kemudian diseser secara
hati-hati agar larva tidak stress.
3) Larva yang telah ditakar dimasukkan ke dalam baskom volume 5 liter.
4) Packing dilakukan dengan menambahkan Elbazine ke dalam kantong panen
setelah itu isi oksigen lalu diikat dengan karet gelang.
5) Larva yang telah dipacking dimasukkan ke dalam sterefoam dan karung
kemudian siap untuk diangkut.
18
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
dimasukkan ditebar didalam bak penetasan telur/ pemeliharaan larva. Kepadatan
telur 20 butir/liter air.
20
5.1.3 Pengamatan Telur
Pada pembenihan ikan bandeng, pengamatan telur penting dilakukan sebel
um telur menetas. Telur akan menetas pada waktu ± 12 jam, yang terhitung mulai
pemijahan. Keberhasilan telur akan menetas tergantung pada pembuahannya
dengan ciri-ciri telur sebagai berikut, ciri telur yang terbuahi yaitu berwarna
transparan dengan telur mengapung pada bak inkubasi. Penetasan telur
membutuhkan suhu 28-30°C. Apabila dibawah suhu 27°C maka penetesan telur
akan menjadi lebih lambat dan telur menjadi rusak dengan tidak menetas.
Menurut Riyadini (2011), disitasi Prijono et al. (1966) menyatakan bahwa
perkembangan telur ikan bandeng yang berasal dari pemijahan alami dengan suhu
26-29°C, salinitas 33 ppt. Tahap perkembangan telur sampai menetas dapat
menjadi larva yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tahapan perkembangan telur sampai menetas menjadi larva
Waktu Fase Keterangan
Penetasan Perkembangan
21
5.2 Penyediaan Pakan Larva
5.2.1 Kultur Chorella sp
Teknik kultur fitoplankton secara umum dapat dilakukan dalam tiga
tahap,yaitu skala Laboratorium, skala Semi Massal, dan Skala Massal (Yudisti,
2010). Namun demikian, keberhasilan dari tahapan kultur semi massal dan skala
massal tentunya tidak terlepas dari bibit yang dipergunakan (inokulan). Teknik
kultur Chorella sp yang dilakukan di BPBAP Takalr yaitu kultur massal.
Kultur ini dipersiapkan sebagai pakan alami bagi Rothifera, kultur ini di
lakukan dalam bak dengan ukuran 20 ton sehingga ketersediaan Chorella sp
adalah 4-5 hari. Menurut Ayusta (1991) mengemukakan bahwa kondisi
pemeliharaan yang normal mencapai puncak kepadatan 3 – 4 hari dan ditandai
dengan warna hijau gelap.
Dalam melakukan kultur massal Chlorella sp maka ketersediaan pupuk
sangat dibutuhkan karena pupuk merupakan sumber Nutrient yang dibutuhkan
Chlorella sp. Selain itu, pencahayaan yang cukup juga mutlak diperlukan sebagai
sumber energi untuk berfotosintesis. Pupuk yang diberikan harus mengandung
nitrogen (NH4) ammonium (NO3), dan phospat. Dalam bak kultur harus diberikan
aerasi yang kuat secara terus-menerus untuk menyuplai oksigen terlarut di dalam
air, karena jika oksigen di dalam air berkurang maka nitrogen akan berubah
menjadi nitrit dan amoniak ini akan menjadi racun bagi bibit Chlorella sp,
sehingga kegiatan kultur tidak bisa berhasil.
Kandungan zat gizi pakan sangat menentukan pertumbuhan larva ikan
bandeng yang dipelihara. Plankton sebagai jasad pakan merupakan sumber protein
karbohidrat ,lemak, vitamin, dan mineral bagi pemangsanya. Chlorella sp sangat
baik untuk larva ikan bandeng karena pakan ini sesuai dengan mulut larva ikan
bandeng serta kandungan nutrisinya yang tinggi. Chlorella sp juga menghasilkan
suatu antibiotik yang disebut Chlorellin, suatu zat yang dapat melawan penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Kandungan gizi Chlorella sp dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini:
22
Tabel 4. Kandungan Gizi Chlorella sp (Menurut Ayusta 1994)
Protein 55,6
Lemak 13,3
Karbohidrat 15
Abu 8,4
Kadar air 3
Klorofil 4,2
23
dari komposisi zat gizinya seperti kandungan protein, karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral. Kandungan gizi Rothifera dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Kandungan gizi Rothifera
Protein 55,6
Lemak 13,3
Karbohidrat 15
Abu 8,4
Kadar air 3
Klorofil 4,2
24
Tabel 6. Manajemen Pemberian Pakan pada Larva Bandeng
Umur Larva Chlorella sp Rothifer Pakan Buatan
D0-D2 - - -
25
5.4 Kultur Artemia
Artemia merupakan salah satu pakan alami berupa zooplankton yang
digunakan untuk pembenihan pada larva ikan salah satunya adalah larva ikan
bandeng. Untuk pemberian artemia sebelumnya artemia dikultur terlebih dahulu.
Cara kultur artemia yang dilakukan di BPBAP Takalar yaitu artemia dikultur pada
gallon, dengan cara mengisi air yang sudah dilengkapi dengan aerasi. Selanjutnya
artemia dimasukkan ke dalam media kultur dengan takaran rata-rata 2 – 3 tutup
botol kemudian dibiarkan selama 24 jam.
Setelah 24 jam ditetaskan, aerasi diangkat dan tutup selama 15 – 25 menit
untuk proses pengendapan. Hal ini bertujuan agar cangkang terapung di
permukaan sedangkan artemia kedasar sehingga memudahkan saat pemanenan.
Berikut adalah gambar kultur dan panen artemia dapat dilihat pada Gambar 8
26
dan larva yang mati berada di dasar bak dikeluarkan. Penyiponan selanjutnya
lakukan setiap 2 hari sampai panen. Penyiponan ini dilakukan untuk
membersihkan kotoran dan lumut yang menempel di dasar bak, penyiponan ini
sangat perlu dilakukan karena jika tidak disipon larva akan tersangkut di lumut
pada saat panen nener dilakukan. Penyiponan pada media pemeliharaan dapat
dilihat pada Gambar 9.
Suhu (ºC) 28 – 31 28 – 32
Salinitas (ppt) 31 – 32 29 – 32
27
pemeliharaan dan pertumbuhan ikan bandeng. Menurut Zakaria (2010)
mengatakan bahwa suhu yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan
bandeng berkisar antara 24 sampai 31 °C.
Kandungan oksigen terlarut yang diperoleh selama pemeliharaan berkisar
antara 5 sampai 6 ppm. Kisaran ini masih sesuai untuk pemeliharaan ikan
bandeng. Kisaran ini tergolong sangat layak untuk kehidupan dan pertumbuhan
ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi (2009) yang mengatakan
bahwa ikan bandeng masih dapat tumbuh optimal pada pH 6,5 sampai 9.
Sedangkan salinitas yang diperoleh yaitu berkisar antara 31 sampai 32 ppt.
Kisaran ini masih sesuai untuk pemeliharaan larva ikan bandeng, salinitas yang
sesuai untuk pemeliharaan larva ikan bandeng berkisar 29 sampai 32 ppt. Jadi
berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semua parameter
kualitas air pada masa pemeliharaan larva ikan bandeng berada pada kisaran
optimal.
28
5.8. Pengemasan (Packing)
Pada tahap pengemasan ini dilakukan dengan menggunakan plastik yang
sudah disiapkan dengan ukuran 45 x 30 cm, dengan mengisi air sebanyak ¼
ketinggian plastik dan benih bandeng dimasukkan sebanyak 2000 ekor/kantong.
Kemudian pemberian oksigen pada kantong panen dan pengikatan kantong panen
dengan menggunakan karet sehingga kantong benar-benar aman dari kebocoran.
Kantong-kantong benih tersebut dimasukkan dalam karung.
29
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Teknik pengelolaan larva ikan bandeng yang di lakukan di Balai Perikanan
Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar yaitu menggunakan pakan alami dan
pakan buatan untuk pertumbuhan larva,
2. Kepadatan telur yang ditebar pada bak penetasan atau pemeliharaan larva
yaitu sekitar 12 sampai 20 butir/liter air,
3. Untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tetap optimal bagi
pemeliharaan larva ikan bandeng yaitu dan cara menyiponan dan pergantian
air
4. Faktor yang perlu di perhatikan dalam pemberian pakan pada larva ikan
bandeng antara lain jenis makanan, kandungan gizi, jumlah pakan,waktu dan
frekuensi serta pemberian pakan.
6.2 Saran
1. Untuk menunjang keberhasilan dalam pembenihan ikan bandeng perlu di
lakukan pengelolaan larva yang baik
2. Untuk mendapatkan tingkat kelangsungan hidup (SR) yang tinggi yang perlu
diperhatikan yaitu manajemen pakan dan manajemen kualitas air yang baik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ghufron, M., K. Kordi dan A. Tamsil. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis
Secara Buatan. Lily Publisher. Yogyakarta. 188 hlm.
Purnomowati, I., Hidayati, D., dan Saparinto, C. 2007. Ragam Olahan Bandeng.
Karnisius. Yogyakarta. Rusmiyati, S. 2012. Budidaya Bandeng
Super. Pustaka Baru Press. Yogyakarta
Rangka, N.A, dan Asaad, A.I.J. 2010. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng di
Sulawesi Selatan. Prosiding From Inovasi Teknologi Akuakultur, 187-
203
31
Zakaria. 2010. Petunjuk Teknik Budidaya Ikan Bandeng . Dari
http://cvrahmat.blogspot.com/2011/04/budidaya-ikan-
bandeng.html (Diakses tanggal 10 Februari 2017).
32
Lampiran 1. Konstruksi Wadah dan Persiapan Wadah Pemeliharaan Larva
33
Lampiran 2. Peroses Budidaya Larva Ikan Bandeng
34
Gambar 5. Pemberian Pakan Alami Ganbar 6. Pemberian Pakan Buatan
Lampiran 3. Pemanenan Rothifera , pemupukan Chorela , Pemanenan benih
Bandeng dan pengemasan (packing)
35
Gambar 4. Pengemasan (Packing) Benih Ikan Bandeng
Kunjunga Perpustakaan
BPBAP Takalar
-Pengenalan Lokasi
(turun naik)
-lombah senam
-pemberian pakan
36
dan benih Kerapu
benih kerapau
11.40- -Istirahat
14.00
-Pemberian pakan
14.00-
16.30 Pada benih Bandeng dan
Benih Kakap
- Pemberian pakan
-Ikut karnaval
- pemberian pakan
benih kerapau
Istirahat
11.40-
14.00
37
-Panen pakan alami
14.00- (Rotifera)
16.30
- pemberian pakan
benih Kakap
(Rothifera)
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
38
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
39
-Kultur Artemia
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
40
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
41
(Artemia) pada benih
Kakap
-Kultur Artemia
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
Istirahat
11.40-
14.00
-Panen pakan alami
14.00- (Rotifera)
16.30
42
-pemberian pakan alami
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
43
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
44
(Artemia) pada benih
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
-Pemberian pakan
45
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40-
14.00
Istirahat
14.00-
16.30 -Panen pakan alami
(Rotifera)
Benih Kakap
(Artemia)
46
Kakap
-Kultur Artemia
(Rothifera)
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40-
14.00 Istirahat
47
-pemberian pakan alami
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
48
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
(Rothifera)
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
49
(Artemia) pada benih
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40-
14.00
Istirahat
14.00-
16.30 -Panen pakan alami
(Rotifera)
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
50
-Pemberian Pakan alami
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
51
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
Istirahat
11.40-
14.00
-Panen pakan alami
14.00- (Rotifera)
16.30 -pemberian pakan alami
Benih Kakap
52
-panen pakan alami
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40-
14.00 Istirahat
53
14.00- -Panen pakan alami
16.30
(Rotifera)
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
54
(Rothifera) pada benih
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
55
-Pemberian pakan alami
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
56
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
57
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
Istirahat
11.40-
14.00
-Panen pakan alami
14.00- (Rotifera)
16.30 -pemberian pakan alami
58
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
Istirahat
11.40-
59
14.00
14.00- (Rotifera)
16.30
-pemberian pakan alami
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
60
-Pemberian pakan alami
Kakap
11.40-
14.00
Istirahat
14.00-
16.30 -Panen pakan alami
(Rotifera)
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
61
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
62
6-09-2017 -Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
63
(Artemia) pada benih
Kakap
-Kultur Artemia
-Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40-
14.00 Istirahat
64
-pemberian pakan alami
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
65
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
- pemupukan
-pengisian air
-Istirahat
12.00-
14.00
-pengisian air
-pemupukan
66
-pengisian air
-pengisian air
14.00- -pemupukan
16.30
-pengisian air
-Pengisian air
- pemupukan
-pengisian air
12.00-
14.00
-Istirahat
-pengisian air
-pemupukan
-pengisian air
14.00-
16.30 -pengisian air
-pemupukan
-pengisian air
32 Senin , - Ijin
11-09-2017
67
12-09-2017 -Pemberian pakan
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
68
(Artemia) pada benih
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
Istirahat
11.40-
14.00
-Panen pakan alami
14.00- (Rotifera)
16.30 -pemberian pakan alami
69
Pada benih Bandeng dan
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Buatan
(Rothifera)
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
Kakap
70
11.40- Istirahat
14.00
Benih Kakap
(Artemia)
Kakap
-Kultur Artemia
71