Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agronomi merupakan ilmu yang mempelajari cara pengolahan tanaman
pertanian dan lingkungan untuk memperoleh produksi yang maksimum. Dalam
memperoleh hasil produksi terdapat tiga faktor utama yaitu lapang produksi
(lingkungan tanaman), pengelolaan (manajemen) dan produksi maksimum
(sebagai hasil proses dua faktor di atas) (Jumin, 1988). Masing-masing faktor
tersebut saling mempengaruhi namun setiap tanaman memiliki habitat berbeda-
beda. Habitat yang sesuai dengan tanaman akan mendukung produktivitas
sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Pengaruh habitat tersebut
menyebabkan perbedaan komoditas di masing-masing daerah.
Komoditas pertanian menurut kementrian pertanian terbagi menjadi tiga yaitu
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Namun terdapat pula beberapa
tanaman yang dikelompokkan diluar dari ketiga komoditas tersebut. Hasil
pertanian dari ketiga jenis komoditas selalu mengalami kenaikan dan penurunan.
Kedua kondisi tersebut dipengaruhi oleh lingkungan lahan dan produktivitas
tanaman. Memahami karakter tanaman sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan
segala aspek yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Namun sebelum itu
dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lengkap mengenai ketiga komoditas di
atas dan beberapa contoh tanaman dari komoditas tersebut beserta lingkungan
hidupnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah yaitu :
1. Apa definisi dan contoh tanaman pangan?
2. Apa definisi dan contoh tanaman hortikultura?
3. Apa definisi dan contoh tanaman industri ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan beberapa contoh tanaman pangan.
2. Untuk mengetahui definisi dan beberapa contoh tanaman hortikultura.
3. Untuk mengetahui definisi dan beberapa contoh tanaman industri.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi, Produktivitas dan Luas Panen


Data pertanian selalu membahas mengenai produksi, produktivitas dan luas
panen suatu tanaman. Pengertian sebenarnya mengenai istilah-istilah tersebut
telah dijelaskan BPS dalam laman utama mereka. Luas panen adalah luasan
tanaman yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur.
Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industry
dalam menghasilkan barang, pertanian menggunakan istilah produktivitas sebagai
hasil persatuan atau satu lahan yang panen dari seluruh lahan yang ada. Produksi
dalam pertanian memiliki definisi hasil dari keseluruhan atau jumlah total lahan
pertanian yang dipanen (Rahmawati, 2016). Melalui rumus tersebut dapat
diperkirakan perkembangan tanaman dan permasalahan dalam pertumbuhan.
Rumus Produktivitas :
Perkiraan Produktifitas = Hasil Luas Panen x ( 1 ha : Luas Panen)
Rumus Produksi :
Produksi = Luas Lahan x Hasil Produktivitas
2.2 Tanaman Pangan
Komoditas pertanian menurut Badan Pusat Statistik dibagi menjadi tiga yaitu,
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Tanaman pangan sendiri
merupakan tanaman dengan kadar karbohidrat dan energy yang tinggi sehingga
biasa dikonsumsi sebagai makanan pokok. Indonesia menjadikan beras sebagai
makanan pokok namun selain beras terdapat beberapa jenis tanaman yang
termasuk dalam komoditas pangan (Yonida, 2017).
a. Serealia
Serealia dikenal juga dengan sebutan tanaman biji-bijian yang dipanen sebagai
sumber karbohidrat. Komoditas tanaman pangan yang paling banyak dikonsumsi
berasal dari jenis serealia. Kebanyakan serealia berasal dari kelompok padi-padian
seperti jagung, beras, gandum.

2
b. Leguminosa
Leguminosa merupakan tanaman yang memiliki kemapuan mengikat nitrogen
langsung dari atsmosfer karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar
atau batangnya. Leguminosa juga memiliki bintil-bintil akar yang disebut nodul
dalam nodul inilah bakteri hidup dan berkembang biak serta melakukan fiksasi
nitrogen bebas. Karena aktivitas inilah leguminosa menjadi tanaman dengan
sumber protein terbesar dan dapat memperbaiki kesuburan tanah.
c. Umbi-Umbian
Umbi merupakan bagian tanaman yang mengalami pembengkakan sebagai
akibat perubahan fungsi. Perubahan fungsi biasa terjadi pada akar ataupun bakar
sebagai tempat penyimpanan. Macam umbi terbagi menjadi empat, pertama
adalah umbi akar dimana pembengkakan dibagian akar, umbi batang yang terjadi
di batang, umbi lapis merupakan tumpukan daun yang tersusun rapat yang tidak
mengandung karbohidrat seperti kelompok jenis bawang dan yang terakhir umbi
udara yang terjadi di batang atas permukaan tanah seperti talas, uwi dan lainnya.
2.3 Tanaman Hortikultura
Hortikultura berasal dari bahasa latin, yaitu hortus (kebun) dan colere
(menumbuhkan). Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari
pembudidayaan kebun. Hortikultura merupakan cabang pertanian yang berurusan
dengan budidaya intensif tanaman yang di ajukan untuk bahan pangan manusia
obat-obatan dan pemenuhan kepuasan (Zulkarnain, 2009). Secara harfiah
hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun. Akan
tetapi para pakar mendefinisikan hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari
budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, dan tanaman hias.
Berdasarkan jenis komoditas yang diusahakan, tanaman hortikultura dibagi
atas beberapa disiplin ilmu yang lebih spesifik, antara lain:
a. Olericulture
Adalah bagian dari imu hortikultura yang memperlajari budidaya tanaman
sayuran. Sayuran merupakan bahan pangan asal tumbuhan yang mengandung
kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah. Sayuran
dikonsumsi dengan cara yang berbeda-beda, baik sebagai bagian dari menu utama
maupun sebagai makanan sampingan. Sayuran sangat bermanfaat bagi kesehatan

3
karena mengandung kadar air tinggi, nutrisi, pembentuk sifat basa, vitamin,
mineral, dan serat pangan (Supriati et al., 2008).
b. Pomology
Adalah bagian dari ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman
buah- buahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), buah merupakan
bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putih dan biasanya berbiji. Secara
botani, buah merupakan bagian dari tanaman yang strukturnya mengelilingi biji
dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai bagian dari bunga
itu sendiri. Secara botani buah dapat di definisikan sebagi ovari matang dari suatu
bunga dengan segala isinya serta bagian bagian yang terkait erat dari bunga
tersebut
c. Floriculture
Tanaman florikultura merupakan suatu kelompok jenis tanaman hortikultura
yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan
keindahan, keasrian dan kenyamanan di dalam ruang tertutup atau terbuka.
Budidaya tanaman florikulktura adalah semua kegiatan pratanam, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan dan pasca panen florikultura.
d. Medical Plant
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian
berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit
tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung efek
resultan / sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati (Flora, 2008).
Tanaman obat tidak berarti tumbuhan yang ditanam sebagai tanaman
obat.Tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tanaman
pagar, tanaman buah, tanaman sayur atau bahkan tanaman liar juga dapat
digunakan sebagai tanaman yang di manfaatkan untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang
sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai
obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari

4
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya (Herdiani, 2012).
2.4 Tanaman Industri
Tanaman industri disebut juga tanaman perkebunan, yaitu tanaman yang
ditanam untuk penghasil bahan baku industri. Perkebunan sendiri adalah suatu
kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh
yang lain dalam ekosistem yang sesuai seperti mengolah dengan menggunakan
berbagai mesin besar serta memasarkan barang dan jasa hasil dari tanaman
perkebunan tersebut. Dengan bantuan teknologi, ilmu pengetahuan, manajemen,
dan permodalan hal ini dapat membantu mewujudkan kesejahteraan bagi para
pelaku usaha perkebunan begitu pula dengan masyarakat sendiri.
Berdasarkan produknya, tanaman industri dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Tanaman industri semusim
Tanaman industri semusim adalah tanaman yang hanya mampu tumbuh
selama semusim pada tahun tersebut atau dapat dikatakan tanaman tahunan yang
dapat dipanen cepat sebelum musim berakhir. Jenis tanaman perkebunan semusim
tidak sebanyak tanaman perkebunan tahunan. Contoh tanaman perkebunan
tahunan, antara lain :
 Serat kapas (Gossypium sp)
 Serat goni serta bunga rosela (Habiscus sabdariffa)
 Gula tebu yang dihasilkan dari perasan batang tebu
 Daun Tembakau (Nicotiana sp)
b. Tanaman industri tahunan
Tanaman industri tahunan merupakan tanaman yang mampu tumbuh lebih
dari 2 tahun. Tanaman industri tahunan pada umumnya merujuk pada tanaman
berkayu keras untuk membedakan antara semak dan rerumputan yang dapat
dikatakan merupakan tanaman tahunan juga. Tanaman industri tahunan mampu
dipanen beberapa kali sebelum pada akhirnya mengalami penurunan hasil dan
tidak produktif lagi secara ekonomi, dan pada akhirnya harus ditebang dan
kemudian diganti dengan tanaman baru. Contoh dari beberapa tanaman industri
tahunan antara lain :

5
 Karet (Havea brasiliensis)
 Biji dan bubuk kopi (Coffea sp)
 Biji dan serbuk kakao (Theobroma cacao)
 Teh (Camellia sinensis)
 Bambu (Bambusa Vulgaris Schard)
 Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
 Jarak pagar (Jatropha cucrcas L)

6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tanaman Pangan
Tanaman pangan merupakan segala jenis tanaman yang memiliki karbohidrat
dan protein sebagai sumber energi dan menjadi makanan pokok. Masing-masing
daerah memiliki jenis tanaman pangan yang berbeda hal ini disebabkan komoditas
yang dihasilkan pun berbeda-beda. Lingkungan mempengaruhi produktivitas
tanaman, komoditas tanaman pangan memiliki tingkat produksi yang tinggi
dibanding komoditas lain karena konsumsi masyarakat yang harus dipenuhi.
Seperti Indonesia yang menjadikan beras, ubi kayu, jagung, kacang hijau, kacang
tanah, kedelai dan ubi jalar berdasarkan data Badan Pusat Statistik. Selain ketujuh
tanaman tersebut ada beberapa tanaman pangan lain seperti kentang dan gandum.
a. Gandum
Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan salah satu tanaman serealia yang
dibutuhkan untuk pangan manusia. Selain digunakan sebagai bahan makanan
untuk manusia, juga dapat dijadikan pakan ternak. Beberapa minuman alkohol
juga dibuat dari fermentasi biji gandum. Peranan gandum dalam industri makanan,
khususnya di Indonesia, sebagai bahan baku tepung terigu. Tepung terigu dapat
diproses lebih lanjut menjadi roti, kue, spagheti, macaroni, dan lain-lain (Nurmala,
1998). Gandum merupakan tanaman pangan dengan produksi terbesar kedua di
dunia setelah jagung dan lebih besar produksinya daripada padi. Produksi dunia
gandum tahun 2009 mencapai 682,4 juta ton (Wallace, 2010).
Gandum merupakan makanan pokok kedua setelah beras di Indonesia.
Gandum tidak tergantikan sebagai bahan baku tepung terigu karena memiliki
kandungan gluten yang memberikan daya kembang adonan. Beragamnya produk
olahan berbasis terigu menyebabkan permintaan terigu meningkat. Permintaan
gandum yang cukup besar di Indonesia tidak diimbangi dengan adanya produksi
dalam negeri. Kebutuhan terigu di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 5,4 juta
metrik ton. Kebutuhan terigu yang begitu besar dipasok dengan impor gandum
sebesar 7,4 juta metrik ton yang menjadikan Indonesia sebagai importir gandum
terbesar ke-4 dunia setelah Mesir, Cina, dan Brazil (Aptindo, 2014).

7
Penanaman gandum di dataran medium menjadi penting karena sampai saat
ini tanaman gandum tidak dapat bersaing dengan komoditas sayuran di dataran
tinggi (Nurmala, 2007). Penanaman gandum di lahan kering dataran medium
mempunyai permasalahan dimana suhu lebih tinggi sehingga menyebabkan
cekaman panas (heat stress).
b. Padi
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan
morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya
memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan
membentuk rumpun pada fase vegetatif dan membentuk malai pada fase generatif.
Air dibutuhkan tanaman padi untuk pembentukan karbohidrat di daun, menjaga
hidrasi protoplasma, pengangkutan dan mentranslokasikan makanan serta unsur
hara dan mineral. Air sangat dibutuhkan untuk perkecambahan biji. Pengisapan
air merupakan kebutuhan biji untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan di dalam
biji (Kartasapoetra, 1988).
Menurut data Setjen Pertanian (2016) pada lima tahun terakhir (2012-2016),
luas panen padi di Indonesia masih mengalami peningkatan rata-rata sebesar
2,67% atau luas panen padi mencapai 13,45 juta hektar pada tahun 2012 dan
mencapai 15,04 juta hektar di tahun 2016. Peningkatan luas panen padi pada
periode waktu tersebut terutama sumbangan peningkatan luas panen cukup
signifikan di luar Pulau Jawa yaitu rata-rata sebesar 3,37%, sementara laju
peningkatan luas panen di Pulau Jawa hanya sebesar 1,86% per tahun. Keragaan
luas panen padi berdasarkan pengelompokan wilayah menunjukkan bahwa
wilayah luar Pulau Jawa masih memberikan kontribusi cukup signifikan.
Meskipun pulau Jawa merupakan sentra utama penghasil padi nasional, namun
laju pertumbuhan luas panen cenderung stagnan. Kecilnya pertumbuhan luas
panen padi di Pulau Jawa pada lima tahun terakhir dipicu oleh penurunan luas
panen selama 5 tahun yaitu di tahun 2014 sebesar 1,04%. Sementara itu kondisi di
luar Pulau Jawa pada waktu yang sama justru mengalami peningkatan luas antara
0,39% hingga 7,91%. Kontribusi luas panen di Luar Pulau Jawa pada lima tahun
terakhir cenderung lebih besar yaitu mencapai 54,11%, sementara itu kontribusi
luas panen padi di Pulau Jawa hanya sebesar 45,89%. Hal ini memperlihatkan

8
telah terjadi peningkatan luas panen padi yang sangat signifikan di beberapa
provinsi di luar Pulau Jawa pada lima tahun terakhir. Melihat keragaan data
tersebut bisa dikatakan bahwa peningkatan luas panen padi lebih memungkinkan
untuk diprioritaskan pada provinsi-provinsi sentra maupun non sentra di luar
Pulau Jawa.
Selama periode lima tahun terakhir, produktivitas padi di Indonesia
mengalami peningkatan pertumbuhan yang rendah yaitu sebesar 1,13% per tahun
atau sebesar 51,36 kuintal per hektar di tahun 2012 menjadi 52,62 kuintal per
hektar di tahun 2016. Rendahnya laju peningkatan produktivitas pada kurun
waktu tersebut dipicu oleh peningkatan produktivitas yang kurang signifikan
dengan kisaran 0,31% hingga 4,01%.
c. Jagung
Jagung (Zea Mays) merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air
sedang, berkisar antara 400 sampai 500 mm. Namun demikian, budidaya jagung
terkendala oleh tidak tersedianya air dalam jumlah dan waktu yang tepat. Jagung
cukup memadai untuk dijadikan pangan pengganti beras atau dicampur dengan
beras. Keunggulan jagung dibandingkan dengan komoditas pangan lain adalah
kandungan gizinya lebih tinggi dari beras, sumber daya alam Indonesia juga dapat
mendukung untuk pembudidayaanya, harganya relatif murah dan tersedianya
teknologi budidaya dan pengolahann. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga
dapat digunakan sebagai pakan ternak dan bahan industri serta komoditas ekspor
(Suprapto, 2005).
Menurut data Setjen Pertanian (2016) pertumbuhan luas panen jagung untuk
periode 2012 – 2016 atau pada lima tahun terakhir meningkat dengan rata-rata
penurunan sebesar 2,78% per tahun. Hal ini menunjukkan adanya upaya
pemerintah untuk perluasan jagung, terutama dengan memanfaatkan lahan yang
sementara tidak diusahakan, lahan kebun dan lahan hutan. Selama periode
tersebut terjadi peningkatan dan penurunan luas panen jagung. Pada tahun 2016
luas panen jagung meningkat secara signifikan sebesar 15,85%, karena adanya
upaya pemerintah untuk menaikan produksi jagung melalui program UPSUS.
Program ini terutama dilakukan perluasan areal tanam, baik di lahan sawah, lahan
kering, di lahan perkebunan, atau di lahan-lahan pinggir hutan.

9
Produktivitas jagung terus mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan
produktivitas jagung selama kurun waktu 1980 - 2016 adalah sebesar 3,72% per
tahun, suatu pertumbuhan yang cukup signifikan. Secara umum tingkat
produktivitas jagung di Pulau Jawa cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
di Luar Jawa maupun secara nasional terutama pada kondisi lima tahun terakhir.
Produktivitas jagung di Jawa periode 2012 - 2016 rata-rata sebesar 53,42 Ku/ha,
sementara rata-rata produktivitas di Luar Pulau Jawa 47,16 Ku/ha, sedangkan
produktivitas jagung nasional adalah sebesar 50,32 Ku/ha. Hal ini menunjukkan
kondisi tanah di Pulau Jawa yang lebih subur dari pada Luar Jawa dan
kemungkinan lebih banyak petani jagung menggunakan benih hibrida.
Peningkatan produktivitas jagung antara lain sebagai dampak dari penerapan
paket teknologi dalam penggunaan varietas jagung hibrida secara nasional dan
adanya program SLPTT (Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu), PAT
(Perluasan Areal Tanam), dan peningkatan IP (Indeks Pertanaman).
d. Kentang (Solanum tuberosum L.)
Kentang merupakan salah satu tanaman jenis umbi-umbian. Kandungan
karbohidrat dan protein yang tinggi menjadikan kentang sebagai komoditas
tanaman pangan kedua terbanyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Sebagai
sumber karbohidrat, kentang mempunyai potensi besar sebagai tanaman
pendamping beras. Namun di Indonesia kentang bukan merupakan makanan
pokok masyarakat melainkan menjadi tanaman industri kripik kentang ataupun
makanan pendamping. Sebagai jenis sayuran semusim, kentang juga dapat
dikelompokkan sebagai tanaman hortikultura dengan bentuk hasil umbi basah.
Kentang dipanen secara sekaligus yaitu cara panen yang membongkar seluruh
sisa panen untuk diganti dengan tanaman baru. Berdasarkan data Hortikultura
Petanian produksi kentang Indonesia hanya sebesar kurang lebih 1 juta ton pada
tahun 2014. Sehingga kentang di Indonesia bukan termasuk makanan pokok
melainkan tanaman hortikultura yang masih produksinya tertinggal jauh dari beras
dengan produksi kurang lebih 70 juta ton pada tahun 2014. Produktivitas kentang
di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara penghasil kentang
lain yaitu hanya sekita 15 ton ha-1, Amerika 38 ton ha-1, Selandia Baru 35 ton ha-1,
Jepang 33 ton ha-1 dan Belanda 37 ton ha-1 padahal Indonesia memilik

10
kemampuan hingga 30 ton ha-1 berdasarkan data FAO (1998). Permasalahan ini
disebabkan produktivitas kentang yang masih rendah. Data produksi kentang
menurut provinsi oleh kementrian pertanian tahun 2012-2016 menunjukkan
bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan produksi kentang terbesar pada tahun
2012 261.967 ton dan tahun 2016 meningkat menjadi 288.368 ton.
Lingkungan optimum kentang adalah 1200 mdpl dan apabila ditanam pada
daerah 750 mdpl akan mengalami penurunan produksi. Tanaman kentang tumbuh
baik pada lingkungan dengan suhu rendah yaitu 15-20oC, cukup sinar matahari
dan kelembaban udara 80-90% (Sunarjo dalam Putro, 2010). Menurut penelitian
Malangkay et al (2012) bahwa ketinggian sangat mempengaruhi prtumbuhan
kentang, kentang yang ditanam pada ketinggian 1200mdpl memiliki produksi
lebih tinggi. Badan Penghubung Pemerintah Jawa Barat menyatakan bahwa
Bandung merupakan penghasil kentang terbesar di Jawa Barat. Bandung memiliki
suhu rata-rata 23,5oC dan berada di ketinggian 768-1050 mdpl yang cocok dengan
lingkungan optimum kentang.
e. Ubi Kayu (Manihot esculenta)
Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan Indonesia dan menjadi
tanaman pengganti beras. Menurut data Setjen Pertanian (2016) luas panen ubi
kayu mengalami penurunan yang signifikan selama lima tahun terakhir sebesar
6,38% per tahun. Berbanding terbalik dengan luas panen, produktivitas ubi kayu
Indonesia selama lima tahun terakhir mengalami penaikan sebesar 2,85% pada
tahun 2016 mencapai 239,13 kuintal/ha naik 4,19% dari tahun 2015 disebabkan
penaikan produktivitas Pulau jawa. Produksi ubi kayu mengalami fluktuasi
sepanjang lima tahun terakhir dengan kecenderungan menurun yaitu rata-rata
3,73% per tahun, penurunan lebih besar terjadi di luar Pulau Jawa. Namun sentra
ubi kayu Indonesia masih bertempat di Lampung disusul selanjutnya Jawa Timur,
di dunia sentra produksi kayu di pegang oleh Nigeria, Thailand dan Indonesia
pada peringkat tiga.
Ubi kayu tentu memiliki lingkungan optimal tertentu, berdasarkan data Setjen
Pertanian yang menyatakan bahwa Lampung adalah sentra produksi ubi kayu
Indonesia. Sesuainya lingkungan merupakan faktor utama dalam produksi
tanaman. Ubi kayu merupaakan tanaman tropis dan dapat hidup secara optimal

11
pada suhu 18o-35oC dengan kelembaban udara 65%, pada suhu dibawah 10oC
pertumbuhan ubi kayu akan terhambat. Ketinggian optimal ubi kayu adalah 150
mdpl tetapi beberapa varietas dapat hidup pada ketinggian diatas 1500 mdpl.
Curah hujan yang optimal adalah 760-1015 mm pertahun, terlalu tinggi curah
hujan dapat menyebabkan serangan jamur dan bakteri pada daun, batang dan umbi
(Sundari, 2010).
f. Ubi Jalar (Epomia batatas)
Ubi jalar merupakan komoditas pangan jenis umbi-umbi yang berasal dari
Amerika Latin kesesuaian dengan iklim tropis Indonesia sehingga dapat tumbuh
dengan subur. Secara umum menurut data Setjen Pertanian (2016) luas panen ubi
jalar mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun. Namun luas panen di
Pulau Jawa mengalami peningkatan pada tahun 1997 dan di luar Pulau Jawa
menyusul pada tahun 2003 mengalami perluasan sehingga luas panen Pulau Jawa
jauh di belakang. Luas panen Pulau Jawa yang menurun menyebabkan rata-rata
produksi lima tahun terakhir lebih kecil dibanding luar Pulau Jawa. Secara
keseluruhan poduktivitas ubi jalar di Indonesia mengalami peningkatan selama
lima tahun terakhir karena intensifikasi yang dilakukan di Pulau Jawa dan
ekstensifikasi di luar Pulau Jawa.
Provinsi Papua merupakan sentra produksi ubi jalar Indonesia dengan luas
panen sebesar 32,19 ha paling besar diantara provinsi lainnya dan disusur oleh
Jawa Barat (Setjen Pertanian, 2016). Intensifikasi di Pulau Jawa selalu dilakukan
dalam mengatasi turunnya luas panen, salah satu cara yaitu dengan menggunakan
pupuk organik alami. Ubi jalar membutuhkan lingkungan optimal yang hampir
sama dengan ubi kayu dengan suhu optimal 21-27oC bahkan ubi jalar mengalami
produksi optimal selama musim kering. Ketinggian optimal ubi jalar 500 mdpl,
pada ketinggian 1000 mdpl ubi jalar tetap bisa tumbuh namun umur panen
menjadi lebih panjang dan hasilnya rendah (MIG Corp, 2010).
g. Kedelai (Glycine max L. Merrill)
Kedelai biasa difungsikan sebagai bahan baku tempe dan tahu. Tanaman ini
merupakan jenis yang mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh di berbagai
jenis tanah dengan syarat drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) cukup baik,
suhu udara 23-30oC, kelembaban 60-70% dan ketinggian kurang dari 600 mdpl

12
(Litbang Pertanian, 2009). Kedelai memiliki umur panen 75-150 hari. Biji kedelai
berasal dari bunga, namun tidak semua kuncup bunga kedelai dapat berubah
menjadi polong, hanya sekitar 20-80%. Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen
di atsmosfer melalui aktivitas bakteri Rhizobium japonicum. Nitrogen tersebut
akan di simpan pada nodul atau bintil akar, setelah masa pembentukan biji selesai
kemampuan nodul akan menurun dan luruh. Penanaman kedelai biasa dilakukan
untuk memperbaiki tanah setelah masa penanaman sebelumnya sehingga tanah
akan subur kembali karena kandungan nitogen yang tinggi (Irwan, 2006).
Berdasarkan data BPS yang di kutip Setjen Pertanian dalam oulook kedelai
tahun 2016 luas panen lima tahun terakhir mengalami penurunan hal ini karena
penurunan luas panen di Pulau Jawa sebesar 4,09% walaupun sebenarnya di luar
Jawa terjadi penaikan luas panen namun itu tidak seberapa untuk menutupi
penurunan yang terjadi di Jawa. Pulau Jawa sendiri terkenal dengan pengalihan
fungsi lahan dari pertanian menjadi nonpertanian. Produksi sendiri mengalami
penurunan pada dua tahun terakhir karena penurunan produksi Pulau Jawa yang
sangat besar.yaitu mencapai 12,55%. Permasalahan inilah yang memunculkan
inovasi masyarakat untuk mengatasi luas panen yang meyusut dan produksi yang
ikut menurun. Penggunaan pupuk guano dan mulsa alang-alang menurut
penelitian Sarawa et al (2012) dapat meningkatkan produksitivitas kedelai, alang-
alang yang mudah ditemukan dapat mengurangi biaya produksi namun
penggunaan mulsa alang-alang hanya dapat berkerja apabila di damping dengan
pemberian pupuk guano.
h. Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Kacang tanah sama halnya dengan kedelai sebagai tanaman yang memilik
kemampuan menyerap nitrogen di atsmosfer dengan bantuan nitrogen atau yang
disebut senga tanaman leguminosa. Penggunaannya sebagai pemenuh protein dan
minyak nabati meningkatkan permintaan. Produksi kacang tanah sangat
dipengaruhi oleh produktivitas, walaupun luas panen yang selalu turun hingga
minus namun produksi tetap naik sehingga produktivitas kacang tanah tetap naik.
Hal ini menunjukkan bahwa teknologi budidaya kacang tanah sudah berjalan
dengan baik (Setjen Pertanian, 2016). Masyarakat Indonesia menggunakan kacang
tanah sebagai bahan masakan.

13
3.2 Tanaman Hortikultura
Hortikultura adalah gabungan ilmu, seni, dan teknologi dalam mengelola
tanaman sayuran, buah, ornamen, bumbu-bumbu dan tanaman obat obatan.
Hortikultura merupakan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, dan berbagai
tanaman hias, hortikultura saat ini menjadi komoditas yang menguntungkan
karena pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka pendapatan
masyarakat yang juga meningkat. Peningkatan konsumsi hortikultura disebabkan
karena struktur konsumsi bahan pangan cenderung bergeser pada bahan non
pangan. Konsumsi masyarakat sekarang ini memiliki kecenderungan menghindari
bahan pangan dengan kolestrol tinggi seperti produk pangan asal ternak.
a. Sayur-Sayuran
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data SPH tahun 2014, total
produksi sayuran tahun 2014 adalah sebesar 11.918.571 ton. Terdapat 5 (lima)
jenis tanaman sayuran yang memberikan kontribusi produksi terbesar terhadap
total produksi sayuran di Indonesia, yaitu: kol/kubis (12,05%), kentang (11,31%),
bawang merah (10,35%), cabai besar (9,02%) dan tomat (7,69%).
1. Kol/Kubis
Kubis atau kol dengan nama latin (Brassica Oleracea Var Capitata) pada
mulanya merupakan tumbuhan liar di daerah subtropik. Tanaman ini berasal
dari daerah Eropa yang ditemukan pertama di Cyprus, Italia dan Mediteranian.
Tanaman kubis termasuk dalam golongan tanaman sayuran semusim atau umur
pendek. Tanaman kubis hanya dapat berproduksi satu kali setelah itu akan mati.
Pemanenan kubis dilakukan pada saat umur kubis mencapai 60 – 70 hari setelah
tanam (Cahyono, 2001).
Produksi sayuran terbesar adalah pada tanaman kol/kubis yaitu sebesar
1.435.833 ton atau 12,05 persen dari total produksi sayuran di Indonesia. Sentra
produksi kol/kubis terbesar berada di Pulau Jawa, dengan produksi sebesar
856.879 ton atau sekitar 59,68 persen dari total produksi kol/kubis nasional.
Apabila dilihat per provinsi, maka Jawa Tengah merupakan penghasil kol/kubis
terbesar yaitu sebesar 358.343 ton atau sekitar 24,96 persen dari total produksi
kol/kubis secara nasional, diikuti dengan Jawa Barat dan Jawa Timur. Adapun
provinsi penghasil kol/kubis terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara

14
dengan produksi sebesar 173.486 ton atau sekitar 12,08 persen dari total
produksi kol/kubis nasional (Setjen Pertanian, 2015)
2. Kentang
Kentang merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur
pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan menjalar dan memiliki batang
berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau kemerahan atau
berwarna ungu. Umbinya berawal dari cabang samping yang masuk ke dalam
tanah, yang berfungsi sebagai tempat menyimpan karbohidrat sehingga
bentuknya membengkak. Umbi ini dapat mengeluarkan tunas dan nantinya akan
membentuk cabang yang baru (Aini, 2012).
Produksi kentang menempati urutan kedua dengan menyumbangkan produksi
sebesar 1.347.815 ton atau sekitar 11,31 persen dari total produksi sayuran
nasional. Sentra produksi kentang terbesar juga berada di Pulau Jawa dengan
produksi sebesar 745.817 ton atau sekitar 55,34 persen dari total produksi
kentang nasional. Adapun provinsi penghasil kentang terbesar adalah Jawa
Tengah sebesar 292.214 ton atau sekitar 21,68 persen dari seluruh produksi
kentang di Indonesia, diikuti oleh Jawa Barat dan Jawa Timur. Sedangkan
provinsi penghasil kentang terbesar di luar Jawa adalah Jambi, dengan produksi
sebesar 191.890 ton atau sekitar 14,24 persen dari total produksi kentang
nasional (Setjen Pertanian, 2015)
3. Bawang Merah
Bawang merah merupakan salah satu tanaman musiman yang memiliki nilai
ekonomi tinggi yang sering dibutuhkan masyarakat sebagai bahan penyedap
masakan atau bahan tambahan pada makanan. Bawang merah membentuk
rumpun dan tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-40 cm (Estu Rahayu. dan
Nur Berlian, 1999)
Pada urutan ketiga adalah bawang merah dengan kontribusi produksi
sebesar1.233.984 ton atau sekitar 10,35 persen terhadap produksi sayuran
nasional. Sentra produksi bawang merah di Indonesia adalah Pulau Jawa
dengan total produksi sebesar 956.652 ton atau sekitar 77,53 persen dari total
produksi bawang merah nasional (Setjen Pertanian, 2015).

15
b. Buah-Buahan
Total produksi tanaman buah berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan
data SPH tahun 2014 adalah sebesar 19.805.977 ton. Lima komoditas yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi buah nasional adalah: pisang,
mangga, nenas, jeruk siam/keprok dan salak.
1. Pisang
Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman buah berupa herba yang berasal
dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang umumnya dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m dpl.
Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan curah
hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan dua bulan kering
(Rismunandar, 1990).
Buah pisang dengan produksi sebesar 6.862.558 ton atau sekitar 34,65 persen
dari total produksi buah di Indonesia, memberikan kontribusi terbesar terhadap
produksi buah nasional. Sentra produksi pisang terbesar berada di Pulau Jawa,
dengan produksi sebesar 3.375.423 ton atau sekitar 49,19 persen dari total
produksi pisang nasional. Akan tetapi, jika dilihat per provinsi, penghasil pisang
terbesar ada di luar Jawa, yaitu Lampung, dengan produksi sebesar 1.481.692
ton atau sekitar 21,59 persen dari total produksi pisang nasional. Sedangkan
provinsi penghasil pisang terbesar di Jawa adalah Jawa Timur dengan produksi
sebesar 1.336.685 ton atau sekitar 19,48 persen diikuti oleh Jawa Barat dan
Jawa Tengah (Setjen Pertanian, 2015)
2. Mangga
Mangga adalah tanaman buah asli dari India. Kini, tanaman ini tersebar di
berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Tanaman Mangga dapat tumbuh
dengan baik di dataran rendah dan berhawa panas. Akan tetapi, ada juga yang
dapat tumbuh di daerah yang memiliki ketinggian hingga 600 meter di atas
permukaan laut. Batang pohon Mangga tegak, bercabang agak kuat. Kulit tebal
dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun
(Rukmana,1997)
Produksi buah mangga menempati urutan kedua dengan produksi sebesar
2.431.330 ton atau sekitar 12,28 persen dari total produksi buah nasional. Sentra

16
produksi mangga di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi sebesar
1.813.281 ton atau sekitar 74,58 persen dari total produksi mangga nasional.
Provinsi penghasil mangga terbesar adalah Jawa Timur dengan produksi
sebesar 922.727 ton atau sekitar 37,95 persen dari total produksi mangga
nasional, diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sedangkan provinsi
penghasil mangga terbesar di luar Jawa adalah Sulawesi Selatan dengan
produksi sebesar 161.829 ton atau sekitar 6,66 persen dari total produksi
mangga nasional (Setjen Pertanian, 2015)
3. Nanas
Nanas merupakan tanaman herba yang dapat hidup dalam berbagai musim.
Tanaman ini digolongkan dalam kelas monokotil yang bersifat tahunan yang
mempunyai rangkaian bunga yang terdapat di ujung batang, tumbuhnya meluas
dengan menggunakan tunas samping yang berkembang menjadi cabang- cabang
vegetafif, pada cabang tersebut kelak dihasilkan buah (Sari, 2002).
Nanas berada di urutan ketiga dengan produksi sebesar 1.835.483 ton atau
sekitar 9,27 persen dari total produksi buah di Indonesia. Sentra produksi nanas
terbesar ada di Pulau Sumatera dengan total produksi sebesar 1.191.486 ton
atau sekitar 64,91 persen dari total produksi nanas nasional (Setjen Pertanian,
2015)
c. Florikultura
Florikultura adalah disiplin hortikultura berkaitan dengan budidaya tanaman
berbunga dan hias untuk kebun dan untuk pengembangan, melalui pemuliaan
tanaman varietas baru.
Klasifikasi Tanaman Hias (Florikultura) ada dua yaitu tanaman hias berupa
bunga untuk pot, atau bunga potong, misalnya berbagai jenis anggrek
(orchidaceae), krisan (Chrysanthemum morifolium), anyelir (Dianthus
charyopyllus), mawar (Rosa sp), keladi (Anthurium andreanum), nanas hias
(Ananas comosus), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dan lain-lain.
Selanjutnya, tanaman hias tidak berbunga, seperti palem kuning
(Chrysalidocarpus lutesence), pinus (Pinus sp), bambu, lidah buaya, suplir, puring,
beringin, hanjung dan lain-lain. Rumput-rumputan, seperti rumput pait, rumput
manila, rumput golf, rumput peking, dan lain-lain. (Narpodo, 2015)

17
Tanaman florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek yang sangat cerah sebagai
komoditas unggulan ekspor maupun untuk pemasaran di dalam negeri
Tanaman hias (florikultura) merupakan komoditas yang bahkan memberikan
kontribusi yang besar dalam perdagangan dunia sekitar US $ 80 milyar. Beberapa
negara memberikan perhatian kepada pembangunan industri tanaman florikultura
di negaranya sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
perolehan devisa negara tersebut (lebih dari 40 %), seperti Belanda, Kolombia,
Kenya, Costarica, Thailand, Taiwan dll.1 Berdasarkan data tahun 2008,
sumbangan sub sektor agribisnis tanaman florikultura terhadap PDB nasional
adalah sebesar Rp. 6,4 trilyun (tahun 2008), namun kontribusi Indonesia dalam
perdagangan tanaman florikultura dunia masih sangat kecil, baru sekitar US $ 12
juta (2008). (Narpodo, 2015)
d. Medical Plant
Budidaya tanaman obat, Indonesia masih menghadapi banyak kendala dalam
hal produksi, antara lain penyelenggaraan kegiatan budidaya tanaman obat yang
belum profesional, ketidakmampuan petani dalam menjaga kualitas dan mutu
tanaman obat dan masih minimnya perhatian industri tanaman obat terhadap hasil-
hasil penelitian ilmiah dalam upaya pengembangan produk. Kendala lain dalam
produksi tanaman obat adalah masalah dukungan pembiayaan dalam
mengembangkan usaha agribisnis, terutama untuk petani skala kecil.
Tanaman obat sendiri memiliki ribuan jenis spesies. Dari total sekitar 40.000
jenis tumbuh-tumbuhan obat yang telah dikenal di dunia, 30.000-nya disinyalir
berada di Indonesia. Jumlah tersebut mewakili 90% dari tanaman obat yang
terdapat di wilayah Asia. Dari jumlah tersebut, 25% diantaranya atau sekitar 7.500
jenis sudah diketahui memiliki khasiat herbal atau tanaman obat. Namun hanya
1.200 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan untuk bahan baku obat-obatan
herbal atau jamu (PT. Sido Muncul, 2015).
1. Jahe
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.
Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh
karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali

18
memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-
obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae),
se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma
xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica),
kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain.
Secara alami jahe tumbuh di seluruh daerah tropika basah. Oleh karena itu
jenis tanaman ini tumbuh baik hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sentra
produksi tanaman jahe di Indonesia adalah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Jawa Barat. Pada tahun 2014 Jawa Timur menyumbang lebih dari sepertiga
produksi jahe nasional (35%) atau setara dengan 81 juta ton, diikuti oleh Jawa
Tengah 42 juta ton dan Jawa Barat 22 juta ton (Statistik Hortikultura, 2015).
Banyaknya manfaat tanaman jahe yang telah disebutkan sebelumnya
menjadikan jahe sebagai komoditas andalan dibandingkan jenis tanaman obat
lainnya. Permintaan jahe, baik domestik maupun mancanegara terus meningkat
karena kekhasannya yang tidak bisa digantikan dengan tanaman lainnya.
Produksi jahe mengalami peningkatan pesat sejak tahun 2011, dimana
sebelumnya jumlah produksi setiap tahunnya cenderung stagnan. Selama lima
tahun terakhir produksi jahe nasional tumbuh rata-rata 35,9% per tahun dari
94,7 ribu ton pada tahun 2011 menjadi 303 ribu ton pada tahun 2015 (Statistik
Hortikultura, 2016).
3.3 Tanaman Industri
Tanaman industri adalah tanaman penghasil bahan industri atau disebut juga
tanaman perkebunan. Tanaman perkebunan yang ditanam pada umumnya
berukuran besar dengan waktu penanaman yang relatif lama, antara kurang dari
setahun hinga bertahun-tahun. Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan
tergantung ukuran volume komoditi yang dipasarkannya. Suatu perkebunan
memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem
produksi yang diterapkannya. Selain itu, perkebunan selalu menerapkan cara
monokultur, paling tidak untuk setiap blok yang ada di dalamnya. Tanaman
perkebunan di Indonesia banyak macamnya seperti, teh, kopi, tembakau, karet,
bambu, kelapa sawit, jarak pagar, dan masih banyak lagi.

a. Teh (Camellia sinensis)

19
Pertumbuhan tanaman teh yang ideal adalah dengan temperatur dan
kelembaban yang konstan. Kondisi tersebut dapat ditemukan di wilayah iklim
tropis dan subtropis di Asia tempat lebih dari 60% teh dunia diproduksi. Dataran
tinggi yang dingin merupakan tempat paling baik untuk memproduksi daun teh
berkualitas tinggi. Tanaman teh dapat dipanen untuk pertama kalinya setelah
mencapai usia kira-kira empat tahun. Ketika panen, hanya daun-daun muda yang
dipilih, mengimplikasikan bahwa pemetikan manual lebih efisien dibandingkan
menggunakan peralatan mesin. Karenanya, produksi teh adalah bisnis padat
tenaga kerja.
Hampir setengah dari produksi teh Indonesia diekspor keluar negeri. Pasar
ekspor utamanya adalah Rusia, Inggris, dan Pakistan. Teh Indonesia yang
diekspor terutama berasal dari perkebunan-perkebunan besar di negara ini, baik
yang dimiliki negara maupun swasta (biasanya menghasilkan teh bermutu tinggi
atau premium), sementara mayoritas petani kecil lebih berorientasi kepada pasar
domestik (karena teh yang dihasilkan berkualitas lebih rendah dan karenanya
memiliki harga penjualan yang lebih murah). Petani-petani kecil ini, yang
kebanyakan menggunakan teknologi lama dan metode-metode pertanian yang
sederhana, biasanya tidak memiliki fasilitas pengolahan. Pasar domestik teh
tidaklah besar, direfleksikan oleh tingkat konsumsi teh per kapita Indonesia yang
rendah. Pada tahun 2014, penduduk Indonesia mengkonsumsi rata-rata 0,32
kilogram teh per orang per hari (rata-rata dunia adalah 0,57 kilogram in 2014,
sementara Turki jelas merupakan pengkonsumsi terbesar dengan 7,54 kilogram).
Perkebunan-perkebunan teh yang besar di Indonesia biasanya dikelola
oleh Badan Usaha Milik Negara (contohnya Perkebunan Nusantara). Beberapa
contoh dari pembudidaya teh swasta yang besar adalah Kabepe Chakra dan
Gunung Slamat. Perusahaan barang konsumen Unilever Indonesia membeli bahan
mentah tehnya dari perkebunan-perkebunan milik negara atau swasta untuk
memproduksi produk-produk tehnya.
Dibandingkan dengan negara-negara utama penghasil teh lainnya, hasil
produksi (per hektar) Indonesia rendah karena kebanyakan petani kecil
kekurangan kemampuan finansial dan keahlian untuk mengoptimalkan produksi,
sementara sebagian besar dari teh Indonesia ditumbuhkan dari biji dan bukannya

20
dari hasil stek daun teh. Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan
katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Kebanyakan produksi teh Indonesia
adalah teh hitam kemudian teh hijau.

b. Bambu(Bambusa Vulgaris Schard)


Bambu adalah tanaman sumber penghasil kayu yang dapat tumbuh dengan
cepat di bumi, dan merupakan tanaman pengganti kayu dari hutan tropis yang saat
ini sudah sangat berkurang akibat dari permintaan yang sangat besar dari industri,
oleh karena itu perhatian terhadap produksi bambu mulai meningkat di semua
benua baik Asia, Afrika, maupun Amerika.
Dari waktu ke waktu bambu selalu dapat membuktikan sebagai bahan
baku yang dapat diandalkan dalam berbagai aplikasi praktis. Di abad 21 ini
bambu akan terus menjadi komoditas industri yang semakin berharga. Kita
berharap akan semakin sering menemukan lebih banyak produk berbahan baku
bambu di pasaran dan juga furniture dari bambu di rumah kita.
Bambu merupakan tanaman yang mampu meregenerasi dirinya sendiri
secara alami. Saat tangkai bambu dipanen, maka tunas baru akan muncul dan
menggantikanya dalam waktu beberapa bulan. Jika di bandingkan dengan pohon
yang hanya dapat dipanen dengan rotasi beberapa tahun, bambu dapat dipanen
secara rutin pertahun. Pertumbuhan bambu yang cepat berarti menjamin
kelangsungan untuk memenuhi kebutuhan yang berkelanjutan.
Tergantung dari jenisnya, perkebunan bambu dapat produktif lebih dari 50
tahun. Panen perdana tanaman bambu di perkebunan biasanya dimulai pada usia
setelah 5-7 tahun. Proses pemanenan dapat dilakukan dengan peralatan yang
cukup sederhana dan murah. Seperti gergaji tangan, dan peralatan sederhana
lainnya yang sering di butuhkan. Di perkebunan, bambu akan menghasilkan
biomass yang dapat mendukung untuk memelihara lingkungan yang hijau.
Perkebunan bambu seluas 1.000 hektar dapat menghasilkan kira-kira 30 ribu ton
sumber penghasil kayu.
Dari sudut pandang industri, bambu sangat mempesona karena merupakan
material lunak tapi sangat kuat untuk digunakan dalam aplikasi konstruksi modern.
Kepadatan bambu sebanding dengan kayu keras dan kekuatannya melebihi baja.
Saat ini tengah dikembangkan cara baru untuk mengolah serat bambu untuk

21
pembuatan aplikasi standar yang modern. Bambu lapis dan triplek dari bambu saat
ini lebih sering digunakan untuk bahan pembuatan perabot rumah tangga. Bambu
parquet juga merupakan salah satu produk dengan prospek yang sangat besar,
selain itu partikel board dan fiberboard dari bambu juga sangat menarik. Tunas
muda atau rebung bambu juga merupakan sumber makanan yang enak dan kaya
serat. Permintaan yang tinggi akan rebung segar di temukan pada masakan asia.

c. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)


Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia.
Kedua negara ini secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi
minyak sawit dunia. Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit yang
terbesar.
Dalam jangka panjang, permintaan dunia akan minyak sawit menunjukkan
kecenderungan meningkat sejalan dengan jumlah populasi dunia yang bertumbuh
dan karenanya meningkatkan konsumsi produk-produk dengan bahan baku
minyak sawit seperti produk makanan dan kosmetik. Sementara itu, pemerintah di
berbagai negara sedang mendukung pemakaian biofuel.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah total luas area
perkebunan sawit di Indonesia pada saat ini mencapai sekitar 11.9 juta hektar;
hampir tiga kali lipat dari luas area di tahun 2000 waktu sekitar 4 juta hektar lahan
di Indonesia dipergunakan untuk perkebunan kelapa sawit. Jumlah ini diduga
akan bertambah menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020.
Bisnis minyak sawit di Indonesia menguntungkan karena alasan-alasan berikut:
• Margin laba yang besar, sementara komoditi ini mudah diproduksi
• Permintaan internasional yang besar dan terus berkembang seiring kenaikan
jumlah penduduk global
• Biaya produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia adalah yang paling
murah di dunia
• Tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan produk minyak nabati
• Penggunaan biofuel diduga akan meningkat secara signifikan, sementara
penggunaan besin diperkirakan akan berkurang

22
d. Jarak Pagar (Jatropha cucrcas L)
Salah satu komoditas pertanian yang potensial saat ini untuk dijadikan
bahan bakar nabati diantaranya jarak pagar. Untuk produksi biodiesel tanaman
jarak pagar dapat dipilih karena tanaman ini tidak bersaing dengan tanaman
penghasil pangan, tidak dimakan binatang karena beracun, mudah beradaptasi di
lapangan, berpotensi menjadi bisnis baru untuk masyarakat dan kegiatan
produksinya dapat lebih terdesentralisasi. Ketersediaan lahan untuk
pengembangan jarak pagar di Indonesia yang sangat sesuai mencapai 14,2 juta
hektar dengan ketersediaan saat ini sekitar 5 juta hektar.
Prospek tanaman jarak pagar untuk mendukung pengembangan bahan
bakar nabati sebenarnya cukup baik. Potensi ketersediaan lahan yang sesuai untuk
jarap pagar di Indonesia menunjukkan bahwa lahan yang sangat sesuai tersedia
14,28 juta hektar, cukup sesuai 5,53 juta hektar dan sesuai marginal 29,72 juta
hektar, tetapi saat ini yang tersedia sebesar 5 juta hektar. Berbagai teknologi telah
dihasilkan oleh para peneliti di Indonesia, mulai dari pengumpulan aksesi plasma
nutfah (telah terkumpul 591 aksesi), pelepasan varietas (IP-1P, IP-1M, IP-1M, IP-
2P, IP-2M, IP-2A, IP-3P, IP-3M dan IP-3A), budidaya tanaman (teknologi
pembibitan, pemupukan pengendalian hama, penyakit dan gulma, pasca panen
dan pengembangan alat pengolah biji jarak. Namun demikian pengembangannya
sampai saat ini masih sangat terbatas. Kendala atau masalahnya adalah varietas
yang dihasilkan produktivitasnya masih rendah, nilai keekonomian minyak jarak
pagar belum jelas, belum adanya kelembagaan yang berkaitan dengan usahatani
jarak pagar dan belum tertatanya koordinasi antar lembaga dalam pengembangan
jarak pagar. Masalah utama perlu diprioritaskan dalam membantu percepatan
pengembangan komoditas jarak pagar selain pengembangan komponen teknologi
budidya adalah mencari terobosan baru untuk meningkatkan produktivitas melalui
bioteknologi rekayasa genetika serta mencari sumber keragaman baru genetika
jarak pagar dari negara asal jarak pagar, termasuk dari negara-negara Amerika
Latin yang diduga sebagai sumber asal jarak pagar.

23
BAB IV
KESIMPULAN

Tanaman dikelompokkan menjadi tiga komoditas utama, komoditas


pangan, komoditas hortikultur dan komoditas perkebunan atau industri.
Komoditas pangan berisi tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi
sehingga menjadi makanan pokok daerah, masingmasing daerah memiliki
komoditas pangan berbeda. Komoditas pangan sendiri terbagi mencari tiga seperti
serealia, umbi-umbian dan legume. Beberapa contoh tanaman komoditas pangan
adalah beras dari jenis serealia, kedelai dari jenis legume dan ubi jalar dari jenis
umbi-umbian. Pemanfaatan tanaman komoditas pangan sendiri tidak terbatas
hanya sebagai makanan pokok melainkan ada juga berbagai fungsi lainnya.
Komoditas kedua adalah hortikultura yaitu tanaman yang dapat ditanam di
pekarangan atau pembudidayaan kebun. Berdasarkan jenis komoditas yang
diusahakan, tanaman hortikultura dibagi atas beberapa disiplin ilmu yang lebih
spesifik, antara lain olericulture, pomology dan floriculture. Olericulture adalah
bagian dari imu hortikultura yang memperlajari budidaya tanaman sayuran.
Pomology adalah bagian dari ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya
tanaman buah- buahan. Tanaman florikultura merupakan suatu kelompok jenis
tanaman hortikultura yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan keindahan, keasrian dan kenyamanan di dalam ruang tertutup atau
terbuka. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.
Komoditas selanjutnya adalah komoditas industri disebut juga tanaman
perkebunan, yaitu tanaman yang ditanam untuk penghasil bahan baku
industri. Perkebunan sendiri adalah suatu kegiatan yang mengusahakan tanaman
tertentu pada tanah dan atau media tumbuh yang lain dalam ekosistem yang sesuai
seperti mengolah dengan menggunakan berbagai mesin besar serta memasarkan
barang dan jasa hasil dari tanaman perkebunan tersebut. Berdasarkan produknya,
tanaman industri dapat dibagi menjadi 2 yaitu tanaman industry semusim dan
tahunan. Tanaman industri semusim adalah tanaman yang hanya mampu tumbuh
selama semusim pada tahun tersebut atau dapat dikatakan tanaman tahunan yang

24
dapat dipanen cepat sebelum musim berakhir. Tanaman industri tahunan
merupakan tanaman yang mampu tumbuh lebih dari 2 tahun.

25
DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2016. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Menurut
Provinsi (Dinamis). BPS, Online (https://www.bps.go.id/site/pilihdata,
diakses 16 Febuari 2017)

BPP Jabar. 2018. Potensi Pertanian Jawa Barat. Badan Penghubung Pemerintah
Jawa Barat, Online (http://perwakilan.jabarprov.go.id/artikel/16/pertanian,
diakses 16 Febuari 2017)

Mailangkay, H., Benjamin et al. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas
Kentang (Solanum tuberosum L.) Pada Dua Ketinggian Tempat. Eugina
Vol. 18 No. 2.

Irwan, Wawan, Aep. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill).
Bandung: Universitas Padjadjaran.

Jumin, Basri, Hasan. 1988. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: CV. Rajawali

Sarawa et al. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.
Merill) yang Diberi Pupuk Guano dan Mulsa Alang-Alang. Jurnal
Agroteknos Vol.2 No. 2.

Silahoy, Ch. 2012. Efek Dolomit dan SP-36 Terhadap Bintil Akar, Serapan N dan
Hasil Kacang Tanah (Arachis hyphogaea L.) Pada Tanah Kambisol.
Agrologia Vol. 1 No. 2

Sundari, Titik. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu.
Report No. 55.STE.Final. Malang: Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan
umbi-Umbian.

Tim Penulis Litbang Pertanian. 2009. Budidaya Tanaman Kedelai. Badan


Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh.

Tim Penulis MIG Corp. 2010. Ubi Jalar / Ketela Rambat (Ipomoea batatas).
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp.

Tim Penulis Setjen Pertanian. 2016. OUTLOOK Komoditas Pertanian Sub Sektor
Tanaman Pangan Kacang Tanah. Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian Kementerian Pertanian.

Tim Penulis Setjen Pertanian. 2016. OUTLOOK Komoditas Pertanian Sub Sektor
Tanaman Pangan Kedelai. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian.

Tim Penulis Sekjen Pertanian. 2015. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014.
Direktorat Jendral Pertanian, Kementrian Pertanian.

26
Tim Penulis Setjen Pertanian. 2016. OUTLOOK Komoditas Pertanian Sub Sektor
Tanaman Pangan Ubi Jalar. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian.

Tim Penulis Setjen Pertanian. 2016. OUTLOOK Komoditas Pertanian Sub Sektor
Tanaman Pangan Ubi Kayu. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian.

Yonida, Dwi, Arinda. 2017. Jenis-Jenis Tanaman Pangan. Farming.id, Online


(https://farming.id/jenis-jenis-tanaman-pangan/, diakses 17 Febuari 2017)

Wicaksono, F. Y., dkk. 2016. Pertumbuhan dan hasil gandum (Triticum aestivum
L.) yang diberi perlakuan pupuk silikon dengan dosis yang berbeda di
dataran medium Jatinangor. Jurnal Kultivasi Vol. 15(3)

Salim, Zamroni, Ernawati Arinda. 2017. Info Komoditi Tanaman Obat. Jakarta:
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia.

Narpodo, A. D. W., 2015. Landasan Konseptual Perencanaan Dan Perancangan


“Botanical Garden Visitor Center” Di Sleman. Yogyakarta: Universitas
Atmajaya Yogyakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai