Anda di halaman 1dari 16

KOPERASI DAN UMKM

“CITA-CITA PEMBENTUKAN KOPERASI, PERTUMBUHAN SERTA


PERKEMBANGAN KOPERASI”

OLEH:
KELOMPOK 2
IRISH LUSI LAKSITA 1515251114
NI PUTU IKA RISMAYANTI 1515251116

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Cita-Cita Pembentukan
Koperasi, Pertumbuhan Serta Perkembangan Koperasi” yang mana makalah
ini kami buat sebagai tugas pembahasan materi pada mata kuliah Koperasi dan
UMKM.
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari akan banyak bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka pada kesempatan
yang baik ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberi dukungan dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka,
untuk penyempurnaan isi makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak, baik dalam hal pengetahuan maupun terapan.

Denpasar, 14 Februari 2018


Penyusun

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti
bahwa dalam kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya
kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota
perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi sebagai
perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang
pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotanya.
Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha
besama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam
usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi
terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan perkumpulan-perkumpulan koperasi.
Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan koperasi, karena
koperasi di dalam system perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di Indonesia
belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif dan kuat.
Hal ini disebabka koperasi masih menghadapi hambatan structural dalam penguasaan
factor produksi khususnya permodalan. Dengan demikian masih perlu perhatian yang
lebih luas lagi oleh pemerintah agar keberadaan koperasi yang ada di Indonesia bisa
benar-benar sebagai soko guru perkonomian Indonesia yang merupakan system
perekonomian yang dituangkan dalam UUD 1945.
Cita-cita koperasi memang sesuai dengan susunan kehidupan rakyat
Indonesia. Meski selalu mendapat rintangan, namun koperasi tetap berkembang.
Seiring dengan perkembangan masyarakat, berkembang pula perundang-undangan
yang digunakan. Perkembangan dan perubahan perundang-undangan tersebut
dimaksudkan agar dapat selalu mengikuti perkembangan jaman.

I.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang timbul dalam perkoperasian sangat luas dan beragam.
Koperasi di Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya
secara efektif dan kuat. Hal ini disebabka koperasi masih menghadapi hambatan
structural dalam penguasaan factor produksi khususnya permodalan , dan itulah yang
menghambat tujuan koperasi yang salah satunya mensejahterahkan masyarakat, maka
dapat di identifikasi masalah yang muncul antara lain :
1. Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi hambatan yang ada
untuk mencapai tujuan didirikannya koperasi ?
2. Apakah perjuangan pembentukan koperasi dari jaman penjajahan sampai
dengan sekarang dapat terealisasikan dengan baik ?

I.3 POKOK BAHASAN


1. Sejarah koperasi pada zaman kolonial pada tahun 1896
2. Sejarah koperasi pada masa kemerdekaan
3. Masa setelah peristiwa gerakan 30 september PKI 1965.
4. Periode orde baru (1965-sekarang)
5. Kebijakan pemerintah mengenai koperasi di tahun 2015
6. Kewajiban Pemerintah Terhadap Koperasi
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Sejarah koperasi pada zaman kolonial pada tahun 1896


Pada zaman penjajahan perkoperasian sudah dimulai sejak tahun 1896 di
Purwokerto Karasidenan Banyumas yang didirikan oleh seorang patih yang
bernama R. Aria Wiriatmadja, beliau mendirikan bank simpan pinjam yang
dinamai Hul en Spaarbank (Bank pertolongan dan simpanan) dengan tujuan
memberikan kredit kepada pegawainya agar bisa terlepas dari cengkraman
lintah darat. Usaha ini mendapat bantuan dari pejabat belanda E. Sieberg,
seorang asisten Residen. Walaupun bank ini bukan sebuah koperasi tapi usaha
ini mirip dengan ide koperasi dari schulze Delitz, karena pengoperasiannya
terbatas hanya untuk para pegawai maka bank ini di sebut sebagai Bank Priyayi.
Semakin berkembangnya Bank Priyayi tersebut dengan baik, seorang
pengganti dari Sieberg tahun 1896 yaitu De Wolf Van Westerrode, dia
mengembangkan Bank Priyayi dengan mulai malayani para petani, sehingga
namanya berganti menjadi Bank Penolong (tabungan + kredit petani). Namun
usaha ini ditentang oleh pemerintah penjajah, karena adanya koperasi ini berarti
mendidik rakyat pribumi untuk mengenal organisasi ekonomi yang bebas dan
mendidik rakyat pribumi untuk mengenal kebebasan individu yang akhirnya
akan mendidik rakyat pribumi untuk mengenal bangsanya. Untuk mengatasi hal
ini, pemerintah belanda mendirikan badan perkreditan seperti Bank Rakyat,
Rumah Gadai, Lumbung Desa dan sebagainya. Dengan adanya berbagai macam
perkreditan yang didirikan oleh penjajah tersebut akhirnya rakyat akan tetap
merasa di tolong dan berhutang budi kepada pemerintah penjajah. Dan hal ini
mendawa dampak matinya semangat swadaya masyarakat dan koperasi tidak
bisa tumbuh dengan baik dan wajar.
Sehingga pada tahun 1915, pemerintah mengeluarkan perundang-
udangan yang menyangkut koperasi yaitu peraturan Radja No. 431/1915 namun
koperasi masih sulit untuk didirikan karena syarat-syarat untuk mendirikan
koperasi harus dengan izin gubernur jendral, memakai akta notaris yang
biayanya tinggi, dan lain sebagainya.
Dengan dikeluarkannya peraturan koperasi tahun 1927, maka kembali
tumbuh semangat koperasi warga Indonesia. Dengan makin meluasnya lapangan
usaha koperasi, orang-orang yang tunduk pada huum baratpun mulai tertarik
untuk bergerak dibidang perrkoperasian. Akhirnya pada tahun 1933 pemerintah
jajahan mengeluarkan peraturan tentang perkoperasian untuk mereka yang
tunduk pada hukum barat.

II.2 Sejarah koperasi pada masa kemerdekaan


Setelah tumbangnya penjajahan jepang dan soekarno-hatta
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 maka terbukalah sejarah
baru bagi bangsa yang berdaulat untuk melaksanakan pembangunan bangsa
dengan kemampuan bangsa sendiri. Untuk mengisi masa kekosongan
kemerdekaan dibuatlah landasan hukum UUD 1945 yang memuat tentang
koperasi pada pasal 33 UUD 1945. Dalam menanggapi pasal 33 pada tahun 1946
dimulailah pendaftaran kembali koperasi-koperasi yang masih ada ataupun baru
didirikan. Melihat keadaan ini banyak para pemimpin maupun pejuang yang
menggunakan koperasi sebagai alat perjuangan, sehingga prinsip-prinsip
koperasi banyak yang diabaikan. Namun dengan gejala yang kurang sehat ini,
pemimpin koperasi bertekad untuk meluruskan jalannya koperasi.
Di jawa barat pertumbuhan koperasi sangat pesat sekali, sehingga
diperlukan kesatuan dan persatuan diantara koperasi-koperasi. Akhirnya pada
tahun 1946 diadakan konferensi di ciparay yang bertujuan untuk pembentukan
pusat koperasi priangan. Kongres tersebut dilaksanakan pada tanggal 12 juli
1946 di tasikmalaya dan telah mengambil sikap yang tegas terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang timbul diantara gerakan koperasi pada waktu itu. Kongres
tasikmalaya menghasilkan beberapa keputusan-keputusan diantaranya:
a. Mendirikan SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia) yang
berkedudukan di tasikmalaya, sebagai wadah perjuangan gerakan koperasi
seluruh indonesia.
b. Menetapkan pada tanggal 12 juli sebagai hari koperasi dan harus pula
diperingati oleh segenap warga koperasi setiap tahunnya.
c. Menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi.
d. Mengusahakan pendidikan koperasi dikalangan masyarakat pada umumnya
dan pada petugas koperasi khususnya.
e. Mendesak kepada pemerintah agar merealisasikan ketentuan didalam UUD
1945 pasal 33.
f. Mengusahakan terbentuknya koperasi desa sebagai dasar untuk
memperkuat susunan ekonomi bangsa.
g. Mengusahakan berdirinya bank koperasi yang merupakan badan untuk
mengkoordinir permodalan koperasi.
Perkembangan perkoperasian didorong oleh landasan yuridis dan keputusan
ko ngres tasikmalaya, juga sikap positif pemerintah terhadap perkoperasian di
indonesia.
Pada tahun 1951 untuk pertama kalinya bung hatta atas nama pemerintah
mengadakan pidato kenegaraan hari koperasi. Dimana peraturan perkoperasian
yang berlaku saat itu ialah peraturan perkoperasian tahun 1949 nomor 179 yang
isinya sama dengan peraturan perkoperassian tahun 1927 nomor 91. Karena
peraturan diatas tidak sejalan dengan kemerdekaan bangsa indonesia sehingga
pada tahun 1951 di ajukan rancangan undang-undang perkoperasian oleh para
pemimpin koperasi tetapi mengalami kemacetan pada saat dibicarakan dengan
dewan perwakilan. Karena kegagalan itu pemimpin koperai mengadakan
pertemuan lagi. Pada tanggal 15-17 juli 1953 yang dihadiri oleh sekitar 2000
orang sebagai delegasi dari 83 pusat koperasi di seluruh indonesia, gerakan
koperasi mengadakan kongres besar yang kedua yang dinamakan “ Kongres
Besar Koperasi Seluruh Indonesia II “ yang bertempat di bandung.
Pada kongres itu menetapkan dan mengangkat DR. Mohammad Hatta sebagai
bapak koperasi indonesia, merombak SOKRI menjadi DKI (Dewan Koperasi
Indonesia) dan mendesak pemerintah untuk :
1. Melaksanakan kebijakan pasal 33 UUD sementara
2. Menetapkan koperasi sebagai mata pelajaran di sekolah sekolah lanjutan
3. Menambahkan anggaran belanja bagi jawatan koperasi.
4. Mengeluarkan UU koperasi baru yang senafas dengan alam kemerdekaan.

Pada tahun 1958 gerakan koperasi indonesia mendapatkan undang-undang


koperasi sendiri yang sesuai dengan nafas kemerdekaan yaitu dengan
diundangkanya UU No. 79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi, sehingga
gerakan koperasi indonesia telah mempunyai landasan gerak yang bisa
dipertanggungjawabkan sebagai peraturan pelaksanaan dari pasal 38 UUD
sementara.
Sementara itu pada tahun 1959 suhu politik nasional terasa meningkat tajam.
Kondisi itu ditandai oleh adanya pergulatan partai-partai politik baik ditingkat
pusat maupun di daerah-daerah. Koperasi sering pola di politisir oleh partai-
partai politik sehingga gerakan perkoperasian menjadi terhenti dan lumpuh.
Instabilitas pemerintahan dan roda khidupan masyarakat makin meningkat.
Konstituante yang ditugaskan membentuk undang-undang dasar baru tidak
mampu menjalankan tugasnya sama sekali. Akhirnya Ir. Soekarno selaku
presiden terpaksa mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 juli 1959, yang
mengembalikan pemakaian UUD 1945 dan disusun kabinet baru.
Kemudian pada tanggal 17 agustus 1959, presiden mengucapkan pidato
kenegaraan yang kemudian dikenal dengan Manifesto Politik (MANIPOL)
Republik Indonesia yang sekaligus merupakan Garis Besar Haluan Negara.
Pada periode 1950-1960, ada gejala baru dalam pertumbuhan perkoperasian di
indonesia yang dikenal dalam bentuk koperasi fungsionil angkatan bersenjata
yang belum pernah dikenal pada tahun-tahun sebelumnya. Setelah tahun 1960
perkembangan perkoperasian di indonesia tidak bisa dilepaskan, dengan
dikeluarkannya manifesto politik pada tahun 1958 yang di bidang perkoperasian
pelaksanaannya adalah dengan dikeluarkanya peraturan pemerintah nomor 6
tahun 1959. Dengan kedua landasan itu, maka gerak perkoperasian di indonesia
selalu diselarasskan dengan kedua peraturan tersebut, untuk menjamin
pertumbuhan perkoperasian yang lebih pesat lagi,pemerintah mengeluarkan
dekrit presiden nomor 2 tahun 1960 yang isinya menyebbutkan bahwa seluruh
aparatur pemerintah mempunyai tanggungjawab langsung terhadap
pertumbuhan perkoperasian di indonesia (BAPENKOP).
Dan gayung pun bersambut, perkembangan koperasi berjalan begitu cepat.
Terutama di perdesaan beberapa koperasi karet, kopra, yang bersifat aneka
usaha pun dibangun. Tak ketinggalan koperasi-koperasi konsumsi didirikan
dalam rangka membantu mendistribusikan barang-barang dari pemerintah.
II.3 Masa setelah peristiwa gerakan 30 september PKI 1965.

Setelah tahun 1965 keadaan perkoperasian di indonesia diusahakan dapat


kembali pada asas dan sendi dasarnya. Pada waktu itu koperasi banyak dimasuki
untuk politik terutama ideeologi komunis yang tidak menjadikan koperasi
sebagai alat anggota, melainkan sebagai alat partai. Dengan hancurnya PKI, maka
hanccur pula koperasi koperasi tersebut. Disamping sebagai akibat poliik diatas,
pada awal tahun 1966 banyak koperasi yang merasa terpukul oleh kebijaksaan
pemerintah yang berusaha menstabilisir keadaan polotik dan ekonomi pada saat
itu.
Dalam rangka membimbing koperasi, langkah-langkah pemerintah mengalami
perubahan pula. Campur tangan mulai dilepaskan sedikit demi sedikit. Pertama
tama dikeluarkan surat keputusan no. 1 yang kemudian disusul dengan surat
edaran no.2 tahun 1966 oleh Deputi menteri koperasi yang isinya pada pokoknya
mengembalikan kekuasaan tertinggi organisassi kedapa rapat anggota koperasi
yang bersangkutan. Tindakan pemerintah inilah yang merupakan titik pangkal
dari zaman kebangkitan kembali di bidang perkoperasian di Indonesia.
Usaha yang telah dirintis oleh pemerintah, dengan dukungan dari gerakan
koperasi untuk memberikan landasan hokum yang kuat bagi perkoperasian di
Indonesia, berhasil dengan dikeluarkannya undang-undang no. 12 tahun 1967
tentang pokok-pokok perkoperasian. Selain telah memiliki landasan hokum yang
cukup kuat dalam gerak usahanya. Perkoperasian di Indonesia juga mempunyai
asas dan sendi dasar yang sekaligus juga merupakan suatu jaminan atas prinsip-
prinsip koperasi yang murni.

II.4 Periode orde baru (1965-sekarang)


Runtuhnya pemerintahan rezim soekarno berawal dari timbulnya
pemberontakan yang dilakukan oleh partai komunis Indonesia(PKI).
Pemberonakan yang kita kenal dengan sebutan G.30 S/PKI merupakan pucuk
atas runtuhnya rezim orde lama yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Memanag
amatlah tragis sejarah hitam polotik termasuk sejarah hitam kehidupan
perkoperasian nasional mencoreng muka kemerdekaan dan undang-undang
dasar 45 yang telah di yakini kebenarannya.
Tampilnya orde baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan
cakrawala baru bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan perkoperasian
nasional dibawah kepemimpinan (purn) Soeharto, orde baru memaju gerak
langkah manusia Indonesia untuk meraih cita-cita yang telah digariskan dan
berlandaskan pancasila dan UUD 1945, secara murni dan konsekuen. Oleh
karena itu perlu dilakukan pembersihan-pembersihan diseluruh tubuh
pemerintahan maupun badan-badan kemasyarakatan dari manusia yang pikiran
dan perilakunya tidak sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.
Sejalan dengan gerakan pembersihan itu dilakukan pula perubahan dan
perbaikan yang mendasar dibidang perkoperasian disesuaikan dengan kehendak
UUD 1945 khususnya pasal 33. Kemudian beraangsur-angsur ditetapkan
kebijakan-kebijakan yang dirasa perlu guna mengembalikan kebebasan dalam
berkoperasi sesuai dengan asas umumnya.
Sejak saat jendral Soeharto efektif memegang kendali kekuasaan
pemerintahan sesuai dengan SUPERSEMAR (Surat Pemerintah 11 Maret 1966),
perbaikan demi perbaikan mulai dilakukan tanpa terkecuali bidang
perkoperasian untuk dikembalikan sesuai dengan fungsinya yang sesungguhnya.
Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang
perkoperasian nasional, dimana urusan perkembangan dialihkan kepada
kementrian perdagangan melalui departemen koperasi, yang langsung
meluruskan kekeliruan yang terjadi dizaman orde lama yaitu meletakkan asas-
asas sendi dasar koperasi sesuai dengan keberadaannya. Oleh karena itu
dikeluarkan surat edaran no.1 dan no. 2 tahun 1966 oleh deputi mentri
pedagangan yang membawahi departemen koperasi dilingkungan perdagangan,
yang mengatur bahwa: koperrasi harus bekerja berdasarkan asas dan sendi
dasar yang sebenarnya; koperasi sebagai alat demokrasi ekonomi harus
menegakkan asas koperasi dengan kekuasan tertinggi pada rapat anggota dan
seturusnya.

II.5 Kebijakan pemerintah mengenai koperasi di tahun 2015


Dari Program Penguatan Kelembagaan Koperasi dan Peningkatan Daya Saing
UMKM, telah dirancang beberapa Kegiatan Unggulan dalam RPJMN 2015-2019
adalah sebagai berikut:
a. Program Penguatan Kelembagaan Koperasi;
1. Penataan Badan Hukum dan Akuntabilitas Koperasi
2. Pemasyarakatan, Penyuluhan dan Kaderisasi Perkoperasian;
3. Penguatan Kelembagaan Koperasi Simpan Pinjam dan Infrastruktur
Pendukungnya.
b. Program Peningkatan Daya Saing UMKM
1. Diklat Kewirausahaan dan Manajemen Teknis;
2. Pengembangan Technopreneur;
3. Pengembangan Pusat Layanan Usaha Terpadu;
4. Inovasi Skema Pembiayaan : Penjaminan dan Clearing House, Sistem
Informasi Debitur UMKM dan linkage/kerjasama pembiayaan;
5. Pengembangan Produk Unggulan Berbasis Pemanfaatan Inovasi dan
Teknologi;
6. Standardisasi Proses dan Produk;
7. Peningkatan Fasilitasi Ekspor Produk UMKM;
8. Pengembangan Kemitraan Berbasis Investasi dan Rantai Nilai;
9. Pengembangan Sistem Registrasi UMKM Online;
10. Pengembangan Skema Restrukturisasi Usaha Bagi UMKM.

C. Undang-Undang Koperasi
Undang-Undang No. 25 tahun 1992
Undang-Undang No.17 tahun 2012

II.6 Kewajiban Pemerintah Terhadap Koperasi


Kewajiban pemerintah dalam mendorong perkembangan koperasi adalah
memberikan bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan fasilitas terhadap
koperasi.
Mendorong perkembangan koperasi bukan berarti pemerintah ikut campur
tangan dalam urusan intern koperasi. Kebebasan gerak koperasi tetap terjamin
sesuai dengan demokrasi ekonomi. Koperasi tetap mempunyai hak dan
kewajiban untuk mengatur diri sendiri. Pemerintah hanya menetapkan
kebijaksanaan, mengatur pembinaan, perlindungan dan pemberian fasilitas serta
pengawasan terhadap seluruh kegiatan koperasi.
Pemerintah harusnya bersikap aktif,karena jika bersikap pasif maka secara tidak
langsung akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan koperasi. Padahal
kita mengetahui pentingnya koperasi dalam membantu meningkatkan kehidupan
masyarakat yang ekonominya relatif lemah dan besarnya peranan koperasi
terhadap keberhasilan pembangunan saat ini.
Untuk mengatur kehidupannya sendiri dalam rangka mewujudkan landasan idiil,
pelaksanaan asas serta sendi dasarnya koperasi diberi kebebasan wajar oleh
pemerintah. Kebebasan itu hendaknya menjadikan koperasi menyadari bahwa
setiap gerak langkahnya adalah mengemban amanat masyarakat khususnya para
anggotanya, sehingga tidak boleh menyimpangdari UUD1945 dan PANCASILA.
Kewajiban-kewajiban pemerintah dalam mendorong kehidupan berkoperasi
adalah sebagai berikut;
a. Memberikan Bimbingan
Bimbingan itu dengan maksud untuk menciptakan iklim dan kondisi yang
memungkinkan gerakan koperasi akan tumbuh dan berkembang antara lain
dengan jalan pendidikan dan penyuluhan
b. Menyelenggarakan Pengawasan
Dimaksudkan untuk menyelamatkan dan mengamankan kepentingan , baik bagi
perkumpulan koperasi itu sendiri maupun pihak lain.
c. Pemberian Fasilitas
Fasilitas-fasilitas yang diberikan pemerintah untuk koperasi dalam bentuk;
· Pemberian sesuatu baik yang berupa uang, sarana ataupun jasa
· Pemberian keistimewaan baik yang berupa keringanan, ataupun kekuatan
dalam lalu lintas hokum
· Kebijaksanaan yang tersendiri tentang perkreditan termasuk syarat-syarat
kredit yang mudah dan ringan untuk memajukan usaha-usaha koperasi, fasilitas
dalam bidang produksi, distribusi dan sebagainya.
d. Perlindungan Pemerintah
Yaitu untuk memberikan pengamanan dan keselamatan kepentingan koperasi,
serta mamberi perlindungan nama koperasi agar nama koperasi tidak
dipergunakan untuk maksud menyalahi asas dan sendi dasar koperasi dan nama
baik koperasi.
F. Bantuan dan Kebijaksanaan Pemerintah
Seiring bergantinya pemerintahan, untuk sekarang koperasi sangat diperhatikan
dengan dibentuk berbagai instansi pemerintahan yang menangani urusan
perkoperasian, hal ini menunjukan betapa besar kebijakan pemerintah terhadap
koperasi. Dengan adanya departemen koperasi beserta kantor wilayah dan
kantor daerahnya, maka bantuan pemerintah terhadap koperasi yang meliputi
segi-segi: legislatif, edukatif, moril, dan finansiil dapat dengan mudah ditangani.
 Segi Legislatif
Dalam segi ini, pemerintah mengeluarkan undang undang organik tentang
koperasi yang berisikan ketentuan untuk dijadikan dan kendali bagi
pertumbuhan dan perkembangan koperasi.
 Segi Edukatif
Dalam segi ini, termasuk bimbingan dan pengawasan. Bimbingan dimaksudkan
agar koperasi dapatterus berkembang. Yaitu dengan menggiatkan penyuluhan-
penyuluhan dan pemberian petunjuk mengenai pembentukan koperasi yang
sehat. Selain itu, bimbingan ini juga bertujuan untuk memahirkan para anggota
koperasi dalam pengelolaan perkoperasian.
 Segi Moril
Dalam segi inilah yang bersifat mendorong, memberi fasilitas serta keringanan,
pemberian subsidi dan lain sebagainya.
 Segi Perkreditan
Dalam segi ini tidak terbatas pada kredit-kredit finansial dengan syarat-syarat
yang mudah, namun juga kredit mengenai berbagai sarana.
Dari beberapa uraian diatas dapat kita ketahui berbagai kebijaksanaan
pemerintah terhadap koperasi,agar koperasi dapat tumbuh berkembang dengan
baik, dan koperasi dapat bertambah sehat dengan dimilikinya ketrampilan para
pengelolanya, dan permodalan usaha yang mudah diperoleh.
Lancarnya koperasi dalam menjalankan fungsinya bermanfaat dalam
meningkatkan produktifitas, pendapatan golongan ekonomi lemah, menciptakan
lapangan kerja.
Berikut ini adalah berbagai peran dan kebijaksanaan pemerintah untuk
mengembangkan perkoperasian di Indonesiaa yaitu:
 Peningkatan Modal Pembangunan Koperasi
Usaha ini Bertujuan untuk mengendalikan dana bagi Lembaga Jaminan Kredit
Koperasi guna meningkatkan kemampuan modal koperasi melalui kredit-krdit
yang diterimanya dari bank atas jaminan lembaga tersebut.
 Bimbingan Penyuluhan Usaha Koperasi
Kegiatan ini bertujuan untuk mengintensifkan usaha pembinaan koperasi dalam
rangka usaha untuk meningkatkan produksi dan pemasaran hasil produksi, juga
penyuluhanuntuk mewujudkan koperasi yang sehat.
 Perkembangan Organisasi dan Tata Laksana Koperasi
Sistem manajemen dan organisasi koperasi dikembangkan kearah sistem
manajemen dan organisasi yang disatu pihak dapat melakukan fungsi ekonomi
perusahaan secara efektif dan dilain pihak dapat pula merangsang partisipasi
anggota dan memenuhi koerasi sebagai organisasi sosial. Dalam hubungan ini di
dorong unit perkembangan koperasi lebih besar agar efisiensi dan efektifitas
koperasi dapat meningkat selanjutnya memberi kemudahan kepada koperasi
untuk memenuhi kebutuhan koperasi atas modal kerjanya
 Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan koperasi dalam jangka panjang sudah selayaknya dilaksanakan dan
dibiayai oleh koperasi iyu sendiri. Namun untuk menghadapi kelangkaan tenaga
usahawan, tenaga terampil dan tenaga administrasi, pemerintah menyediakan
fasilitas untuk pendidikan dan pelatihan tenaga untuk pembangunan koperasi.
Peningkatan Penelitian atau Survey Koperasi
Penelitian ini sangat diperlukan untuk mengidentifikasikan masalah,
mengadakan eksplorasi dan pengkajian berupa pilot project untuk pembangunan
koperasi
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan dari orang-sorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan. Dengan adanya koperasi akan dapat mengentaskan kemiskinan di
Indonesiaa. Namun dalam pelaksanaanya, koperasi memiliki berbagai kendala
yang terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan peranserta dari pemerintah agar
koperasi di negara ini dapat berkembang.
Bantuan dari pemerintah yang mampu mendorong kemajuan koperasi
misalkan;Peningkatan Modal Pembangunan Koperasi, bimbingan Penyuluhan
Usaha Koperasi,Perkembangan Organisasi dan Tata Laksana
Koperasi, Pendidikan dan Pelatihan, Peningkatan Penelitian atau Survey
Koperasi dll. Dengan adanya bantuan dari pemerintah tersebut diharapkan
koperasi di Indonesiaa dapat trus berkembang.

III.2 SARAN
Peranan pemerintah dalam mendorong dan membantu pertumbuhan dan
perkembangan koperasi ini hendaknya di mengerti bahwa fasilitas-fasilitas dan
kemudahan kredit serta pemberian subsidi hanyalah untuk membantu
sementara sampai koperasi itu berkemampuan untuk melaksanakan usaha
usahanya secara swasembada. Sehubungan dengan hal ini dan adanya ketegasan
pemerintah bahwa dalam program pembangunan yang akan datang, kita harus
dapat tinggal landas dalam pengelolaan pembangunan . Selanjutnya seharusnya
pihak koperasi mulai menggunakan modal yang ad dengan sebaik baiknya.
Dengan demikian koperasi harus mengubah pola usahanya jangan terlalu
menggantungkan fasilitas-fasilitas, subsidi dan lain sebagainya, tetapi berjuang
degan kemampuan sendiri untuk mengembangkan usaha perkoperasiannya guna
mencapai tujuan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA

 Arifin Sitio, 2001, Koperasi: Teori dan Praktik, Jakarta: Erlangga.


 Henry Simamora, 2000, Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan Bisnis,
Jakarta: Salemba Empat, Jilid 1.
 Husein Umar, 2005, metode Riset Bisnis , Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
 Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta:
Salemba Empat.
 Iqbal Hasan, 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia.
 Dr. Masngudi, H. 1990. Penelitian tentang Sejarah Koperasi di
Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Koperasi, Departemen
Koperasi.
 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian
 http://selvianadianasari.co.id.2015. Peran dan Perkembangan Koperasi di
Indonesia.
 www.google.blogspot.com.2015. Sejarah Perkembangan Koperasi
di Indonesia
 "http://www.google.blogspot.com.2015. Sejarah Dan Perkembangan
Koperasi di Indonesia
 "http://www.google.blogspot.com.2015.

Anda mungkin juga menyukai