Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ORTHOPEDI

FAKULTAS KEDOKTERAN Makassar, Maret 2018


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN KASUS
FRAKTUR TERTUTUP DISTAL RADIUS – ULNA SINISTRA

DisusunOleh:
Andik Subagiyo
111 2015 2215

Pembimbing:
dr. Arman Bausat Sp.B Sp.OT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ORTHOPEDI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
BAB I
TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. I
Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Jl.BTP Blok H.
Tanggal masuk : 06 -03- 2018
No. RM : 170466

II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri pada pergelangan tangan kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Nyeri pada pergelangan tangan kiri akibat terjatuh dari
tangga dialami sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Kecelakaan bermula ketika penderita sedang berlari di tangga sekolah
dan ingin melompati 3 anak tangga. Namun, penderita kehilangan
keseimbangan dan terjatuh dengan posisi tangan kiri yang menahan
badannya terlebih dahulu.
Riwayat pingsan tidak ada. Mual, muntah tidak dialami, riwayat
berobat ke tukang urut ada, sebanyak 6 kali.

3. Riwayat penyakit dahulu


- tidak ada
4. Riwayat pengobatan
Tidak ada
5. Riwayat operasi
Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya.
6. Riwayat keluarga
Tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
1. Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, E4V5M6
Tanda Vital :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Penapasan : 20x/ menit
- Suhu : 36,6 ◦C
Kulit :
warna kulit putih, turgor kulit baik, tidak ikterik, tidak pucat.
Kepala :
Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba benjolan, tidakada kelainan
kulit kepala, rambut putih tersebar merata.
Mata :
Kedudukan bola mata simetris, edema-/-, cekung -/-, konjungtiva
anemis-/-, sclera ikterik-/-, pupil bulat, isokor, diameter 2,5 mm,
reflexcahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+.
Telinga :
Bentuk dan ukuran normal, sekret -/-, tidak ada nyeritarik auricular,
tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tekanretroaurikular.
Hidung :
Bentuk normal, tidak ada depresi tulang hidung,rhinorrhea -/-, tidak
ada nyeri tekan hidung, tidak ada nyeri tekan sinus paranasal, tidak
ada septum deviasi, epistaksis -/-.
Mulut :
Bentuk normal, lidah tidak kotor, bibir tidak kering,faring tidak
hiperemis.
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, trakea terletak ditengah.
Paru
- Inspeksi : bentuk normal, simetris saat diam dan pergerakan nafas
- Palpasi : stem fremitus kanan – kiri, depan – belakang sama kuat
- Perkusi : sonor, batas paru – hepar CS VI MCL dekstra
- Auskultasi : Vesikuler +/+, Wh -/-, Rh -/-
Jantung
- Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
- Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba
- Perkusi : tidak ada pembesaran
- Auskultasi : BJ I/II regular, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar, ikut gerak napas, tidak ada scar
- Auskultasi : bising usus (+)
- Perkusi : timpani diseluruh kuadran abdomen
- Palpasi : tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba membesar,
murphy sign (-)
Anus dan Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas :
Akral teraba hangat, tidak ada sianosis, terdapat edema antebrachii
sinistra

2. Status Lokalis: antebrahii sinistra.


• Look :pada distal antebrahii sinistra, edema(+), deformitas (+).
• Feel : Nyeri tekan (+)
• Move : Gerak aktif dan pasif radiocarpal joint sulit dievaluasi
karena nyeri
• NVD :Sensibilitas baik, pulsasi A. Radialis teraba, CRT < 2 detik
IV. FOTO KLINIS

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap
Hemoglobin 13,9 g/dl 11.00 – 17.00
Hematokrit 38.8 % 35.00 – 55.00
Eritrosit 4.77 10^6/mm³ 4.00 – 6.20
Leukosit 7.6 10^3/mm³ 4.00 – 12.00
Trombosit 375 10^3/mm³ 150 - 400
Hematologi
Waktu bekuan (CT) 11’0 Menit 4-10

Waktu perdarahan (BT) 2’00 Menit 1-7


Immunoserologi
HbsAg Non reactive Non reactive
B. Pemeriksaan Radiologi

Foto antebrachii sinistra AP/L


Kesan : Fraktur distal os radius-ulna sinistra
VI. RESUME
Laki-laki, usia 13 tahun datang ke Poliklinik RS Ibnu Sina nyeri pada
pergelangan tangan kiri, yang dialami sejak kurang lebih 1 bulan SMRS setelah
pasien terjatuh dari tangga sekolahnya.Pada pemeriksaan fisik dalam batas
normal.Status lokalis : regio antebrachii sinistra. Look:pada distal antebrahii
sinistra, pembengkakan (+), deformitas (+). Feel : Nyeri tekan (+)Move : gerak
terbatas nyeri. NVD dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang foto antebrachii
sinistra posisi AP/lateral : tampak fraktur pada distal os radius-ulna sinistra.

VII. DIAGNOSA KERJA


Fraktur tertutup distal radius - ulna sinistra

VIII. PLANNING DIAGNOSA


 IVFD kristaloid 20 tpm
 Inj. Antibiotik1 gr/12 jam/iv
 Inj. Analgesik 500mg/8jam/iv
 ORIF
DISKUSI
I. DEFENISI
a. Fraktur :
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang.
b. Fraktur Distal radius-ulna sinistra :
Fraktur distal radius ulna sinistra adalah terputusnya kontinuitas
tulang radius dan ulna pada bagian jauh sari sumbu tubuh sebelah kiri.
II. ANATOMI

Regio antebrachii tersusun atas berbagai struktur anatomi yang berhubungan


satu sama lain, yakni kulit, otot-otot, tulang, persendian, nervus, dan pembuluh
darah. Regio antebrachii dibagi menjadi 2 yaitu regio antebrachii anterior dan
regio antebrachii poserior.
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat
oleh ligamentum anulare yang melingkari caput radius dan di distal oleh sendi
radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar yang mengandung
fibrocartilago triangularis. Membrana interossius memperkuat hubungan ini
sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu,
patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya
hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislocasi sendi radioulnar yang
dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot
antar tulang, yaitu m. supinator, m.pronator teres, m.pronator quadratus yang
membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang
berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai
dislocasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius. (1)
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus, yaitu tulang lunatum
dan naviculare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial.
Bagian distal sendi radiocarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan
dorsal, dan ligamen radiocarpal collateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna
selain terdapat ligamen dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat
pula discus articularis, yang melekat dengan semacam meniscus yang berbentuk
segitiga, yang melekat pada ligamen collateral ulnar.
Ligamen collateral ulnar bersama dengan meniscus homolognya dan discus
articularis bersama ligamen radioulnar dorsal dan volar. Yang kesemuanya
menghubungkan radius dengan ulna, disebut complex cartilage fibroid triangularis
(TFCC = triangularjibro cartilage complex). Gerakan sendi radiocarpal adalah
flexi dan extensi pergelangan tangan serta gerakan deviasi radial dan ulnar.
Gerakan flexi dan extensi dapat mencapai 90º oleh karena adanya dua sendi yang
bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum capitatum dan sendi lain di
corpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi. (1)
Otot -otot antebrachii bagian anterior dan posterior

Kelompok otot regio antebrachii posisi anterior


 Superficial : m.pronator teres, m.palmaris longus, m.flexor carpi
radialis, m.flexor carpi ulnaris, m.flexor digitorum superficialis.
 Deep : m.flexor digitorum profundus, m.flexor pollicis longus,
m.pronator quadratus.
Kelompok otot antebrachii lateral
 m.brachioradialis, m.extensor carpi radialis longus, m.carpi radialis brevis.
Kelompok otot antebrachii posterior.
 superficial : anconeus, m.extensor digitorum, m.extensor carpi ulnaris,
m.extensor digiti minimi.
 Deep : m.supinator, m.extensor pollicis longus, m.extensor
pollicis brevis, m.abductor pollicis longus m.extensor indicis.
Regio antebrachii mendapat darah melalui cabang Arteria brachialis di dalam
fossa cubiti berada pada linea mediana, dan setinggi collum radii membentuk
bifurcatio menjadi arteria radialis dan arteria ulnaris.
Arteria radialis dibagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
1. bagian pertama, terletak antara collum radii dan sisi medial processus
styloideus radii,
2. bagian kedua, mulai dari arteria radialis membelok ke poserior di sebelah distal
processus styloideus radii sampai ketika arteri itu meninggalkan Anatomical
Snuffbox.
3. bagian ketiga, mulai dari tempat di mana arteria radialis berjalan melalui kedua
caput m.interosseus dorsalis I menuju ke volar manus.

Arteri ulnaris setelahdipercabangkan oleh arteria brachialis maka arteria


ulnaris berjalan oblique ke arah caudal, mencapai sisi ulnaris antebrachium kira-
kira pada pertengahan antebrachium. Selanjutnya berjalan sepanjang sisi ulnaris
pergelangan tangan, menyilang ligamentum carpi transversum di sebelah radialis
os pisiforme. Tepat di sebelah distal os pisiforme arteria ulnaris bercabang dua
dan masing-masing cabang tersebut bergabung dengan arcus palmaris
superficialis dan arcus palmaris profundus.
Memberi percabangan sebagai berikut :
a. pada antebrachium :
1. arteria recurrens ulnaris anterior
2. arteria recurrens ulnaris poserior
3. arteria interossea communis
4. rami musculares
b. pada pergelangan tangan :
1. arteria interossea anterior
2. arteria interossea poserior
c. pada manus :
1. arcus palmaris superficialis
2. ramus palmaris profundus

Pembuluh vena pada regio brachialis terdiri dari vena superficialis dan
vena profunda. Vena superficialis terdiri dari vena cephalica dan vena
basilica.Vena profunda berjalan bersama-sama dengan arteri bersangkutan.
Nervus Radialis terletak di dalam fossa cubiti, nervus radialis bercabang
menjadi dua superfisial (sensorik) dan dalam (motorik). Nervus radialis superfisial
menginervasi sensorik pada punggung pergelangan tangan dan tangan. Cabang
yang dalam menginervasi otot-otot ekstensor pada lengan bawah. Berjalan ke
dalam menginervasi m. supinator dan keluar sebagai n. interosseus posterior.

III. KLASIFIKASI FRAKTUR RADIUS ULNA :


 Terbuka ataupun tertutup
 Lokasi : Proksimal, corpus (medial), dan distal
 Angulasi
 Displacement
 Comminutif, segmental, multifragmented
 Keterlibatan Intra-artikular
IV. MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR RADIUS ULNA
 Fraktur ini paling sering dikaitkan dengan kecelakaan berenergi
tinggi. Juga umumnya disebabkan oleh trauma langsung (sekaligus
melindungi kepala), luka tembak, dan jatuh dari ketinggian atau
selama kompetisi pada atletik.
 Fraktur patologis di daerah ini jarang terjadi.

V. DIAGNOSIS

Diagnosis pada kasus ini di tegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan penunjang.
Pada anamnesis di dapatkan keluhan nyeri pada pergelangan tangan kiri
karena trauma langsung akibat terjatuh dari tangga yang mengenai tangan kiri
terlebih dahulu.
Dalam literatur anamnesis fraktur, biasanya berkaitan dengan adanya
riwayat trauma, dimana riwayat trauma harus diperinci, besar–ringannya trauma,
arah trauma dan mekanisme trauma untuk mencari kemungkinan–kemungkinan
lokasi fraktur. Selain itu adanya nyeri dapat memperkuat dugaan adanya fraktur.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kualitas kesadaran kompos mentis,
tanda vital dalam batas normal. Pada status lokalis di dapatkan Regio Antebrachii
sinistra: deformitas, edema, adanya nyeri tekan dan nyeri saat digerakkan.
Menurut literartur tanda adanya fraktur yang diperoleh pada penderita
fraktur dapat dikenali melalui 3 metode, yakni Look : dilihat apakah ada
deformitas (misalnya penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, dan
pemendekan), adanya fungsiolaesa atau hilangnya fungsi, kemudian Feel: adanya
nyeri pada penekanan dan nyeri sumbu yang menjalar, dan yang ketiga Move:
nyeri bila digerakkan, berkurangnya atau terbatasnya ROM (RangeOfMotion),
dan gerakan–gerakan abnormal (gerakan bukan pada sendi, misalnya pertengahan
femur dapat digerakkan).
Pemeriksaan Neurovascular Distal (NVD) penting dilakukan. Arteri
radialis harus diraba untuk dievaluasi dan kita laporkan hasilnya, Begitu juga
pada fungsi nervus radialis, medianus dan ulnaris harus kita lakukan
pemeriksaan.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ini adalah
pemeriksaan laboratorium hematologi rutin. Pemeriksaan darah padakasus ini
menjukkan hasil yang normal.
PemeriksaanX-rays (AP/Lateral) pada kasus dilakukan ini sebagai
diagnosis pasti adanya fraktur pada distal os radius-ulna. Dalam literature
diagnosis pada fraktur dapat dilakukan dengan tanda-tanda klasik, sedangkan
pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi fraktur dan
dasar untuk tindakan selanjutnya. Sedangkan untuk fraktur yang tidak
memberikan tanda klasik memang diagnosisnya harus dibantu dengan
pemeriksaan radiologi, baik rontgen biasa ataupun MRI. Foto rontgen minimal
harus dua proyeksi yaitu Antero-Posterior(AP) dan Lateral.

VI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan pada kasus sesuai dengan penatalaksaan fraktur terbuka
dimana diberikan ATS profilaktis, antibiotik ceftriaxone dan gentamisin, analgesik
ketorolak, sedangkan tindakan yang dilakukan yaitu debridemen dan open reduksi
dengan fiksasi internal.
Dalam literature sendiri tatalaksana untuk fraktur tertutup os radius dapat
direduksi dengan manipulasi tertutup
- Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat
dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan
pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.
- Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan
gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen
proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya
mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga.
- Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang
dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang
dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen
distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada
dorsum sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi
ulnar dan pronasi.
Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan,
dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai
leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini
dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi
ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.
Untuk fiksasi sendiri tergantung dari temuan klinis dimeja operasi, karena
pada kasus ini fraktur yang terjadi adalah fraktur yang tidak stabil maka dilakukan
internal fiksasi.Padakasus inifiksasi internal dipasang pada distal os radius.

.
VII. KOMPLIKASI
- Malunion (penyatuan pada posisi yang tidak tepat), disebabkan oleh
reposisi fraktur yang kurang baik, timbul deformitas tulang.
- Kekakuan pada bahu, karena kelalaian adalah komplikasi yang sering
ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat
pembebatan yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apley’s System of


Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p.389-413.
2. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D.Handbook of Fractures, 4th Edition.
USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2010.p. 241-21.
3. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s Atlas of Anatomy 12th edition. New York:
Lippincott William Wilkins. 2009. p. 422-5.
4. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy.
2th Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 140-180.
5. Snell RS. The Lower Limb. Clinically Anatomy by Regions. 8th Edition. New
York: Lippincott Williams & Wilkins; p. 595-6.
6. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer.
2010. 59-60.
7. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.
Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.

Anda mungkin juga menyukai