Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA


Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk penilaian tugas Ekonomi Publik Kelas C
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro

Dosen Pengampu:
1. Dra. Herniwati Retno Handayani, MS
2. Dr. Agr. Deden Dinar Iskandar, SE, MA

Disusun Oleh:

1. Wahyun Riza Effauzi 12020116120018


2. Ida Nautika 12020116120020
3. Atik Rahmawati 12020116120023
4. Cici Musliha 12020116120024
5. Amgi Filiasari 12020116120034
6. Krisna Gita Suryani 12020116120040

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2018

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas dalam penyusunan paper. Paper ini membahas tentang
“Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia” sebagai salah satu materi mata kuliah Ekonomi Publik II. Paper ini dibuat untuk
menjelaskan tentang pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman - teman
yang telah bekerja sama dalam penyusunan paper ini sehingga dapat terselesaikan dalam
waktu yang ditentukan. Kami menyadari banyaknya kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan paper ini. Untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk dapat menyempurnakan penyusunan paper kami di lain waktu.

Kami harap paper ini dapat bermanfaat kepada para pembaca, baik untuk pribadi
maupun masyarakat sekitar.

Semarang, 5 April 2018

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................6
BAB II: LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Pengeluaran Pemerintah....................................................................7
2.2. Fungsi dan Peran Pengeluaran Pemerintah.........................................................8
2.3. Jenis-jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah.......................................9
2.4. Pengertian pertumbuhan Ekonomi........................................................................
2.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi.................................................................................
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional Variable Penelitian............................................................11
3.2 Metode Pengumpulan Data.................................................................................
3.3 Metode Analisis Data...........................................................................................13
BAB IV: PEMBAHASAN
4.1 Studi kasus...........................................................................................................15
4.2 Pembahasan.............................................................................................................
4.2.1. Pengeluaran Pemerintah..................................................................................16
4.2.2. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi.....................................17
4.2.3. Efektifitas Anggaran Pendidikan.....................................................................19
4.2.5. Analisis Studi Kasus............................................................................................

BABV:PENUTUP

5.1. Kesimpulan........................................................................................................20
5.2. Saran..................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiscal yang mana
tindakan dari pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara
menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang
3
tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah. Tujuan dari
kebijakan fiscal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output, maupun
kesempatan kerja dan memacu atau mendorong pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 telah
disahkan pada 22 November 2017, total belanja sebesar Rp. 2.220,657 Triliun. Dari
anggaran tersebut, anggaran dana untuk pendidikan mencapai Rp. 444,1 Triliun atau
sekitar 20 % dari APBN dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan serta
mencapai sasaran program pemerintah. Diantaranya adalah Progam Indonesia Pintar
ditargetkan dapat dimanfaatkan oleh 19,7 juta jiwa, Bantuan Operasional Sekolah untuk
56 juta jiwa, Beasiswa Bidik Misi untuk 401 ribu mahasiswa, perbaikan ruang kelas,
serta tunjangan profesi guru.
Pemerintah menaikkan alokasi anggaran negara untuk pendidikan dengan harapan
sektor pendidikan di tanah air bisa lebih maju, termasuk meningkatkan mutu
kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan melalui sertifikasi guru. Namun dalam
realitanya anggaran pendidikan tersebut tidak digunakan secara tepat seperti porsi
alokasi disetiap daerah berbeda. Sehingga menimbulkan kondisi sarana dan prasarna
sekolah tiap daerah tidak sama bahkan kurang memadai.
Masalah-masalah yang timbul akibat tidak meratanya anggaran pendidikan tersebut
yaitu banyaknya ruang kelas yang rusak, akses ke sekolah yang sulit, jumlah guru yang
tidak sebanding dengan jumlah siswa sehingga di daerah terpecil hanya terdapat sedikit
guru. Jika hal ini tetap berlanjut maka akan menurunkan kualitas pendidikan Indonesia.
Padahal pendidikan merupakan investasi dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta
menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran. Pembangunan pendidikan yang
merata dapat mendorong pembangunan nasional secara menyeluruh.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana alokasi anggaran pengeluran pemerintah yang tercermin dalam APBN?
2. Bagaimana hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan
ekonomi?
3. Bagaimana efektifitas anggaran pendidikan?
4. Bagaimana peran pengeluaran pemerintah dalam sektor pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi?
4
1.3. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan paper ini yaitu:
1. Mengetahui alokasi anggaran pengeluran pemerintah yang tercermin dalam APBN
2. Mengetahui hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan
ekonomi.
3. Mengetahui peran pengeluaran pemerintah dalam sektor pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1. Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan
fiskal (Sadono Sukirno, 2000), yaitu suatu tindakan pemerintah untuk mengatur
jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran
pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan

5
Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam
rangka menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu atau
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah
merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Konsep perhitungan pendapatan
nasional dengan pendekatan pengeluaran bahwa Y = C + I + G + X – M. Formula ini
dikenal sebagai identitas pendapatan nasional. Variabel Y melambangkan pendapatan
nasional sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan variabel-variabel di
ruas kanan disebut permintaan agregat. Variabel G melambangkan pengeluaran
pemerintah. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamati dari waktu ke
waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam
pembentukan pendapatan nasional (Dumairy, 1996)
Menurut pendapat Keynes dalam Sadono Sukirno (2000) bahwa peranan atau
campur tangan pemerintah masih sangat diperlukan yaitu apabila perekonomian
sepenuhnya diatur olah kegiatan di pasar bebas, bukan saja perekonomian tidak selalu
mencapai tingkat kesemptan kerja penuh tetapi juga kestabilan kegiatan ekonomi tidak
dapat diwujudkan. Akan tetapi fluktuasi kegiatan ekonomi yang lebar dari satu periode
ke periode lainnya dan ini akan menimbulkan implikasi yang serius kepada kesempatan
kerja dan pengangguran dan tingkat harga.

2.1.2. Fungsi dan Peran Pengeluaran Pemerintah


Dalam perekonomian modern, fungsi pemerintah dapat diklasifikasikan dalam 3
golongan besar yaitu:
1. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya
ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi
produksi. Dalam fungsi alokasi ini, peran pengeluaran pemerintah adalah Setiap
orang atau masyarakat selalu mempunyai prefensi tertentu terhadap barang-barang
atau jasa yang ingin dikonsumsi atau hendak diproduksinya. Barang ekonomi
berdasarkan perutukannya, dapat dibedakan menjadi barang pribadi dan barang
sosial. Barang pribadi adalah barang yang dapat dimiliki atau dinikmati secara
pribadi, oleh perorangan atau sekelompok orang, mempunyai harga yang jelas dan
diperoleh melalui proses transaksi jual-beli. Barang sosial adalah barang yang
mengandung sifat-sifat sebaliknya, tidak dapat dimiliki oleh pribadi dan tidak

6
dinikmati secara pribadi. Contoh barang atau jasa sosial misalnya adalah jalan
umum, jembatan, pertahanan, dan keamanan negeri. Barang-barang semacam ini
tidak menarik bagi masyarakat atau kalangan swasta untuk memproduksi atau
menyediakannya karena tidak bisa dijual dan biaya awal yang cukup tinggi.
Pemerintah harus turun tangan sendiri untuk menyediakan barang atau jasa sosial.
Biasanya ditangani oleh instansi teknis pemerintah seperti departemen atau lembaga
nondepartemen atau melalui perusahaan negara. Atau pengadaannya dipercayakan
kepada perusahaan swasta, namun biasanya pemerintah harus memberi subsidi
untuk itu. Barang-barang tadi begitu tersedia, pada umumnya dapat dinikmati oleh
setiap orang secara Cuma-Cuma tanpa harus membayar. Pemerintah sendiri sebagai
pemasok tidak dapat menjualnya, hanya bisa memungut retribusi atau iuran kepada
yang menggunakan atau menikmati.
Akibat sampingan (side effects) dalam kegiatan ekonomi yang dimaksud dapat
bersifat positif, sehingga turut dinikmati oleh masyarakat yang tidak terlibat dalam
pengadaannya. Atau bersifat negatif, sehingga secara tidak sengaja terpaksa harus
ditanggung oleh masyarakat. Akibat-akibat sampingan (dampak positif dan dampak
negatif) demikian dikenal dengan istilah eksternalitas.
2. Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya,
kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan wajar. Dalam fungsi distribusi,
peran pengeluaran pemerinth adalah dalam pemilikan sumber daya dan kesempatan
ekonomi di setiap negeri seringnya tidak setara. Tanpa kesenjangan “anugrah awal”
pun (initial endowment, maksudnya kesenjangan kepemilikan sumber daya dan
kesempatan) ketimpangan penikmatan atau pembagian hasil dapat terjadi. Oleh
karena itu, ketidakmerataan dalam bentuk apapun,haruslah dikurangi atau
ditiadakan. Kesenjangan pemilikan sumber daya dan kesempatan ekonomi akan
cenderung mengkosentrasikan kekuatan atau kekuasaan ekonomi di tangan pihak
tertentu (lapisan masyarakat, wilayah, sektor) tertentu.
Ketidakseimbangan daya tawar dapat melemahkan pasar. Permintaan bisa merosot
akibat ketidakmampuan kalangan kosumen menjangkau harga tawaran yang
dilambungkan oleh kalangan produsen. Pada gilirannya perekonomian secara makro
turut terimbas dampaknya. Dalam perspektif nonekonomi, ketidakmerataan
ekonomi potensial mengakibatkan keresahan sosial.
Peran distribusi pemerintah dapat ditempuh dengan baik melalui jalur penerimaan
maupun jalur pengeluarannya. Di sisi penerimaan pemerintah mengenakan pajak
dan memungut sumber-sumber pendapatan lainnya untuk kemudian didistribusikan

7
secara adil-proporsional. Dengan pola serupa pemerintah membelanjakan
pengeluarannya.
3. Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam memelihara stabilitas
perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium.
Dalam fungsi stabilisasi, peran pengeluaran pemerintah adalah dalam hal tentang
tidak berdayanya pihak swasta mengatasi sejumlah masalah yang timbul, bahkan
kadang-kadang tidak mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri. Masalah yang
secara objektif kalangan swasta tidak berdaya mengatasi misalnya adalah jika
perekonomian negeri dilanda inflasi, resesi, atau serbuan barang-barang impor.
Sedangkan contoh objektif dimana pihak swasta tidak mampu menyelesaikan
masalah mereka sendiri misalnya dalam kasus tingginya tingkat suku bunga
perbankan, atau perang harga akibat politik dumping yang dilakukan oleh
perusahaan tertentu dalam suatu industri. Campur tangan pemerintah berperan
strategis untuk memecahkan permasahan-permasalahan seperti itu, agar
perekonomian kembali stabil.
2.1.3. Jenis-jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah
Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran pemerintah pusat dan pengeluaran
pemerintah daerah. Adapun pengeluaran pemerintah pusat dalam hal ini belanja negara,
menurut Undang-undang No 10 tahun 2011 adalah semua pengeluaran negara yang
digunakan untuk membiayai belanja pemerintah pusat serta transfer ke daerah-daerah.
Pengeluaran pemerintah pusat terdiri atas tiga jenis. Berikut adalah pengeluaran
pemerintah pusat menurut UU No. 10 tahun 2011 tentang APBN 2011.
a. Belanja pemerintah pusat menurut organisasi, ialah belanja pemerintah pusat yang
dialokasikan pada kementrian atau lembaga-lembaga yang sesuai degan program-
program Rencana Kerja Pemerintah yang akan dilakukan.
b. Belanja pemerintah pusat menurut fungsi, ialah belanja pemerintah pusat yang
digunakan untuk menjalankan fungsi pelayanan umum, fungsi ekonomi, fungsi
pertahanan, fungsi pendidikan, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi lingkungan
hidup, fungsi perumahan dan fasilitas umum, fungsi agama, fungsi kesehatan,
fungsi pariwisata dan budaya, dan fungsi kesejahteraan.
c. Belanja pemerintah pusat menurut jenisnya, ialah belanja pemerintah pusat yang
digunakan untuk membiayai subsidi, belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, belanja hibah, pembayaran bunga utang, belanja sosial, dn pengeluaran
yang lainnya.
8
Adapun sumber pengeluaran negara berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:
a. Pengeluaran rutin, ialah pengeluaran pemerintah yang sifatnya rutin dan bisa
dilakukan setiap tahun. Pengeluaran ini terdiri atas pengeluaran untuk belanja
pegawai, belanja barang dan jasa di dalam dan di luar negeri, subsidi, serta
pembayaran cicilan utang.
b. Pengeluaran pembangunan, yaitu pengeluaran pemerintah yang sifatnya temporer
atau dilakukan secara tidak rutin. Pengeluaran ini terdiri atas pengeluaran rupiah
(belanja langsung), dan bantuan proyek.
Pengeluaran Pemerintah Daerah terdiri dari pengeluaran pemerintah provinsi dan
pengeluaran pemerintah daerah.
a. Pemerintah Provinsi
Jika pada pemerintah pusat terdapat APBN, maka di pemerintah propinsi terdapat
APBD yang merupakan hasil dari dana alokasi APBN dari pemerintah pusat dan
hasil dari pungutan pajak dari masyarakat. Dana APBN digunakan untuk
pengeluaran untuk belanja meliputi belanja operasi dan belanja modal. Belanja
operasi berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan,
belanja perjalanan dinas, belanja pinjaman, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, dan belanja operasi lainnya. Sedangkan belanja modal seperti
belanja aset tetap, belanja aset lain-lain, dan belanja tak terduga.
Dana APBD digunakan untuk belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan. Belanja
daerah terdiri dari belanja langsung berupa belanja pegawai, belanja barang dan
jasa, dan belanja modal. Belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, belanja
bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan
keuangan kepada provinsi/ kabuoaten/ kota dan pemerintah, dan belanja tak
terduga. Sedangkan pengeluaran pembiayaan terdiri dari penyertaan modal
(investasi) pemerintah daerah dan pembayaran pokok utang.
b. Pemerintah Kabupaten/Kota
APBD dalam Kabupaten/Kota digunakan antara lain untuk pengeluaran untuk
belanja, bagi hasil pendapatan ke Desa/Kelurahan, Bagi hasil pendapatan ke
desa/kelurahan, terdiri dari bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan, bagi hasil retribusi
ke Desa/Kelurahan, bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan, pengeluaran
untuk Pembiayaan, terdiri dari, pembayaran Pokok Pinjaman, penyertaan modal

9
pemerintah, pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala
Daerah otonom lainnya.
Pengeluaran pemerintah daerah terdiri dari:
a. Belanja rutin, yaitu pegeluaran yang rutin setiap tahun dilakukan oleh pemerintah
daerah. Belanja ini terdiri dari belanja administrasi umum, belanja barang dan
perjalanan dinas, dan belanja pemeliharaan, belanja operasional, belanja
pemeliharaan sarana dan prasarana umum.
b. Belanja investasi(pelayanan publik), yaitu pengeluaran yang bersifat temporer tidak
setiapa tahun.
c. Belanja bagi hasil dan keuangan (pengeluaran transfer) untuk ansuran pinjaman,
bantuan dan dana cadangan.
d. Belanja tak terduga, untuk pembiayaan belanja barang dan jasa yang langsung.
2.1.4. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (2013: 9), pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan
sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan
jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Secara konvensional,
pertumbuhan ekonomi suatu negara diukur sebagai peningkatan persentase dari Produk
Domestik Bruto (PDB), begitu juga untuk tingkat regional (daerah) dapat diukur
melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
PDB sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan
PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama
periode waktu tertentu. Cara menghitung PDB dibagi menjadi dua pendekatan yaitu
pertama, pendekatan pendapatan yang terdiri dari gaji, sewa, laba, dan bunga. Kedua,
pendekatan pengeluaran yang dihitung dengan menjumlahkan pengeluaran konsumsi,
pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto (Mankiw, 2007: 17).
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan
kata lain, perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil
masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil masyarakat pada
tahun sebelumnya.
2.1.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan mengenai faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang, penjelasan mengenai
bagaimana faktor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang lainnya, sehingga
10
menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan (Lincolin Arsyad, 1999). Terdapat
beberapa teori yang mengungkapkan mengenai pertumbuhan ekonomi. Menurut
pandangan ekonom klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan
John Straurt Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan,
mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3)
luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan.
Menurut teori neo klasik sollow ,Teori yang dikembangkan oleh Abramovits dan
Sollow melihat dari sudut pandang penawaran. Pertumbuhan ekonomi tergantung
kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi tergantung
pertumbuhan modal, penduduk dan tekhnologi. Solow mengemukakan bahwa faktor
terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan
pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan
pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja (Sukirno, 2013 : 437).
Menurut Keynes dalam buku Sadono Sukirno (2000: 19), kegiatan perekonomian
terutama tergantung kepada segi permintaan, yaitu tergantung kepada pengeluaran
agregat yang dilakukan dalam perekonomian pada suatu waktu tertentu. Pengeluaran
agregat adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk membeli barang dan
jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu periode tertentu.
Teori Harrod- Domar : Akumulasi modal, Teori ini mengemukakan bahwa investasi
berpengaruh terhadap permintaan agregat yaitu melalui penciptaan pendapatan dan
terhadap penawaran agregat melalui peningkatan kapasitas produksi. Selama investasi
netto tetap berlangsung pendapatan nyata dan output terus meningkat. Apabila
perkembangan ekonomi hendak dipertahankan dalam jangka panjang, maka investasi
senantiasa harus diperbesar, agar pertumbuhan pendapatan dapat cukup menjamin
penggunaan kapasitas produksi secara penuh atas stok modal yang sedang tumbuh
(Subandi, 2011:57). Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah berperan sebagai salah satu
investasi yang diberikan oleh pemerintah dalam mendorong pendapatan nasional.
2.2 Penelitian Terdahulu
NAMA JUDUL METODE HASIL
PENELITI PENELITIAN ANALISIS PENELITIAN

11
Analisis data yang hasil penelitian ini
Alvia Ayu Analisis digunakan adalah adalah: (1) variable
Anggraeny, Pengaruh analisis regresi tenaga kerja, tingkat
2015 Pengeluaran berganda dengan pendidikan, dan
Pemerintah, metode kuadrat penegluaran
Jumlah Tenaga terkecil OLS dengan pemerintah
Kerja, dan variable pengeluaran berpengaruh
Tingkat pemerintah terhadap signifikan terhadap
Pendidikan produk domestik produk domestik
Terhadap regional bruto di kota regional bruto; (2)
Pertumbuhan Surabaya. varible tenaga kerja
Ekonomi di Kota tidak memiliki
Surakarta Tahun pengaruh signifikan
1991-2013. terhadap peningkatan
produk domestik
regional bruto di kota
Surakarta; (3) variasi
variable produk
domestik regional
bruto di kota
Surakarta dijelaskan
oleh independen
tenaga kerja, tingkat
pendidikan dan
pengeluaran
pemerintah,
sedangkan sisanya
sebesar 2,2865%
variasi di jelaskan
oleh variasi variable
independen lain.

12
Analisis data
Muhammad Analisis sekunder yaitu data Berdasarkan hasil
Nur Afiat, 2016 Pengaruh runtun waktu yang pengujian
Pengeluaran bersumber dari menunjukan bahwa
Pemerintah variable struktur variabel pengeluaran
Terhadap Struktur ekonomi diukur pemerintah
Ekonomi Profinsi dengan sektor berpengaruh
Sulawesi industri. Teknik signifikan terhadap
Tenggara analisis statistik perubahan struktur
dengan regresi. ekonomi do propinsi
sulawesi tenggara.
Semakin tinggi
pengeluatan
pemerintah akan
semakin tinggi
perubahan struktur
ekonomi dari sektor
pertanian ke sektor
industri dan sektor
jasa.

Metode analisis data Berdasarkan hasil


M. Ghofur Pengaruh merupakan suatu analisis diperoleh
Wibowo, 2016 Pengeluaran metode yang hasil bahwa
Pemerintah, digunakan untuk pengeluaran
Pendapatan Asli memproses hasil pemerintah dan
Daerah (PAD), penelitian guna pertumbuhan
Jumlah Angkatan memperoleh suatu ekonomi berpengaruh
Kerja, dan kesimpulan. Data positif dan signifikan
Jumlah Penduduk tersebut di terhadap variable
Terhadap kumpulkan dan pertumbuhan
Pertumbuhan diolah menggunakan ekonomi.
Ekonomi di alat Uji Statistik
Wilayah Solo Deskriptif, Uji
13
Raya Periode Asumsi Klasik, Uji
2000-2014 Regresi Berganda
dan Uji Hipotesis.
Penelitian ini hasil penelitian ini
Merlin Analisis menggunakan regresi dapat disimpulkan
Anggraeni, 2017 Pengaruh data time series bahwa :
Pengeluaran dengan jumlah 1. variable
Pemerintah di periode sebanyak 46 pengeluaran
Sektor tahun. Teknik analisis pemerintah di sektor
Pendidikan, data yang digunakan pendidikan dalam
Kesehatan, dan untuk memecahkan jangak panjang
Pertanian permasalahan dalam ataupun pendek,
Terhadap penelitian ini adalah signifikan dalam
Pertumbuhan analisis data time mempengaruhi PDB
Ekonomi series dengan model Indonesia.
Indonesia Periode koreksi kesalahan 2. Variable
1970-2015. (Error Correction pengeluaran
Model/ ECM). pemerintah dis ektor
kesehatan dalam
jangka panjang dan
jangka pendek
sugnifikan dalam
mempengaruhi PDB
Indonesia.
3. Variable
pengeluaran
pemerintah di sektor
pertanian
berpengaruh positif
terhadap PDB
Indonesia.
4. Variable
pengeluaran
pemerintah di sektor
14
pendidikan,
kesehatan, dan
pertanian secara
simultan berpengaruh
baik terhadap PDB
dalam jangka pendek
maupun jangka
panjang.
Cliff Laisina, Pengaruh Jenis penelitian ini Berdasarkan hasil
Vecky Pengeluaran adalah kuantitatif analsis, didapat
Masinambow, Pemerintah di yang bersifat untuk kesimpulan yaitu
Wensy Rompas, Sektor mengetahui retribusi bahwa realisasi untuk
2015 Pendidikan dan yang di timbulkan sektor pendidikan
Sektor Kesehatan antara variable memiliki pengaruh
Terhadap PDRB realisasi untuk sektor yang signifikan
Melalui Indeks pendidikan dan terhadap IPM,
Pembangunan sektor kesehatan sedangkan untuk
Manusia di terhadap PDRB sektor kesehatan
Sulawesi Utara melalui indeks memiliki pengaruh
Tahun 2002- pembangunan yang tidak signifikan
2013. manusia. Penelitian baik secara parsial
ini menggunakan ataupun secara
analisis jalur. simultan. Pengaruh
IPM dan pengeluaran
pemerintah memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
PDRB baik secara
parsial maupun
simultan.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Variable Penelitian

15
Definisi operasional variabel merupakan konsep dan definisi menurut peneliti
terhadap variabel-variabel yang digunakan sebagai kata kunci dalam penelitian ini,
yang meliputi:
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai barang akhir yang
diproduksi di dalam suatu wilayah, Produk Domestik Bruto Regional Bruto disini
merupakan nilai output yang diperoleh pada masing-masing provinsi dan
perkembangan/pertumbuhan PDRB menggambarkan pertumbuhan ekonomi. Data
PDRB yang digunakan dalam model adalah PDRB riil atas dasar harga konstan
2000 dan dalam rupiah.
b. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan transfer dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah (dalam rupiah). Variabel Pengeluaran Pemerintah Daerah yang
digunakan adalah sektor pendidikan (dalam rupiah).
3.2. Metode Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan menggunakan data
sekunder untuk mengetahui/melihat dampak pengeluaran pemerintah di bidang
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat
pengguna data (Kuncoro, 2002). Data dalam penulisan ini bersumber dari instansi-
instansi terkait. Data-data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Diperoleh dari data Produk Domestik Regional Bruto Tanpa Migas per Kapita
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi (ribu rupiah), 2000-2013 yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3.3. Metode Analisis
Berkaitan dengan masalah pokok yang akan dianalisis, maka dalam penelitian ini
digunakan satu metode analisis yaitu analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan
untuk menganalisis angka-angka yang disajikan untuk menganalisis pertumbuhan
ekonomi nasional dan provinsi, pengeluaran pemerintah daerah dan pertumbuhan
ekonomi.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Studi Kasus

16
Dana Pendidikan Lebih Banyak untuk Gaji Ketimbang Bangun Sekolah
Eduardo Simorangkir – detikFinance
Rabu, 22 Nov 2017 16:25 WIB
Jakarta - Alokasi anggaran pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan dana desa
yang dilakukan oleh pemerintah daerah tak bisa memberikan hasil yang optimal pada
pelaksanaannya di lapangan. Dari hasil evaluasi Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan Kementerian Keuangan, ditemukan fakta belum optimalnya pengelolaan
anggaran di daerah.
Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Boediarso Teguh Widodo
mencontohkan anggaran pendidikan. Alokasi 20% dari total APBN, jumlah yang
digunakan daerah untuk gaji dan tunjangan guru jauh lebih besar dibanding alokasi
untuk pembangunan maupun renovasi atau rehabilitasi sekolah yang rusak.
"Kalau kita lihat khusus anggaran pendidikan, data dan fakta berbicara. Anggaran
pendidikan di tahun 2017 itu Rp 419 triliun. Tetapi dari Rp 419 triliun tadi, Rp 261
triliunnya adalah untuk transfer ke daerah, Rp 155 triliunnya digunakan untuk
Kementerian/Lembaga seperti Kemenristekdikti dan Kemenag," terang Boediarso di
Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (22/11/2017).
"Ironisnya, dari Rp 261 triliun tadi, Rp 247 triliunnya itu untuk gaji dan tunjangan.
Porsi belanja modal untuk pembangunan, renovasi dan rehabilitasi gedung sekolah
hanya Rp 7,7 triliun. Itu sebabnya banyak gedung sekolah yang rusak di daerah," lanjut
Boedi.
Ironisnya lagi, anggaran pendidikan yang dialokasikan dari pusat tadi, tak semua
daerah mengalokasikan porsi yang sama. Padahal, anggaran dari pusat sudah banyak
dibelanjakan untuk belanja pegawai.
"Di APBD, anggaran pendidikan Rp 231 triliun dari total belanja. Tapi kalau kita
lihat, minimal harusnya sama atau jauh lebih besar dari pusat. Ini menyebabkan kondisi
sarana pendidikan belum memadai. Jumlah ruang SD kelasnya yang rusak ada 178.194.
Diperlukan sekitar Rp 20 triliun untuk merehabilitasi itu. Sementara kemampuan untuk
merehabilitasi gedung SD tadi hanya Rp 2,1 triliun. Artinya butuh waktu 10 tahun
hanya untuk bisa merehab gedung tadi kalau cuma bisa Rp 2 triliun setiap tahunnya,"
ungkap Boediarso.
Fakta ini semakin diperparah dengan kualitas pendidikan Indonesia yang jika
dibandingkan dengan 69 negara menduduki posisi jajaran bawah. Hal ini bisa menjadi
cerminan dari kuantitas dan kualitas tenaga pendidik yang dimiliki Indonesia.
17
Dari jumlah guru yang ada berjumlah 3,9 juta, 45% guru PNS, 55% guru non PNS,
25% guru di antaranya belum memenuhi syarat kualifikasi akademik dan 52% guru
belum memiliki sertifikat profesi. Padahal, tunjangan khusus guru sudah meningkat
hampir tiga kali lipat dari sebelumnya. "Peringkat skor pendidikan Indonesia untuk
science itu di nomor 62, membaca 61, matematika 63, dari 69 negara di tahun 2015,"
tandasnya.(eds/hns)
4.2 Pembahasan
4.1.1. Pengeluaran Pemerintah
Selama Pelita I pengeluaran pemerintah berjumlah Rp3.238,1 miliar, ekitar 62
persen diantaranya berupa pengeluaran rutin. Jumlah pengeluaran selama Pelita II
meningkat empat setengah kali lipat (456 persen) menjadi Rp17.997,5 miliar. Proporsi
pengeluaran pembangunan sedikit lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin, yakni
50,78% berbanding 49,22%. Dalam pelita berikutnya, proporsi pengeluaran
pembangunan juga lebih besar daripada pengeluaran rutin. Kenaikan jumlah total
pengeluaran tidak lagi sebesar sebelumnya, hanya naik 269 persen. Selama Pelita IV
dan Pelita V kembali proporsi pengeluaran rutin lebih besar daripada pengeluaran
pembangunan. Kenaikan jumlah total pengeluaran antara Pelita III dan Pelita IV
hanya 87 persen, sedangkan antara Pelita IV dan Pelita V naik 111 persen. Dengan
demikian, dalam analisis antar Pelita selama era PJP I, terjadi perubahan pola
pengeluaran pemerintah. Pengeluaran rutin lebih besar daripada pengeluaran
pembangunan dalam Pelita-pelita I, IV, dan V. Hanya dalam Pelita II dan Pelita III
porsi pengeluaran pembangunan lebih besar daripada pengeluaran rutin.
Pengeluaran pemerintah dapat pula ditelaah secara sektoral, baik pengeluaran rutin
maupun pengeluaran pembangunan. Persektoran versi APBN ini berkembang dari
satu Pelita ke Pelita berikutnya seiring dengan perkembangan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Semasa Pelita I , APBN hanya mengenal 13 sektor. Jumlah ini
berkembang menjadi 17 sektor pada Pelita II. Kemudian bertambah lagi menjadi 18
sektor semasa Pelita III hingga Pelita V. Sejak Rapelita VI, klasifikasi bidang
kehidupan di dalam RAPBN terdiri atas 20sektor dan 47 subsektor.
Jumlah pengeluaran pemerintah untuk pembangunan selama PJP I (Pelita I sampai
dengan Pelita V). Dilihat secara sektoral, bagian terbesar pengeluaran pembangunan
pemerintah teralokasikan untuk sektor perhubungan dan pariwisata. Sektor agama
adalah sektor di dalam APBN yang paling sedikit menerima alokasi pengeluaran
pembangunan pemerintah. Masih ada dua sektor lain yang selama era PJP I hanya
18
menerima kurang dari setengah persen pengeluaran pembangunan pemerintah, yaitu
sektor hukum dan sektor penerangan, pers, dan komunikasi sosial.

Dalam pemerintah pusat, terdapat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


(APBN) yaitu dana yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Belanja negara dalam APBN 2018, pemerintah dan DPR RI menyepakati belanja
sebesar Rp2.220,7 triliun. Besaran ini meliputi belanja pemerintah pusat sebesar
Rp1.454,5 triliun, serta transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp766,2 triliun.
Apabila dibandingkan dengan Outlook 2017, Belanja Pemerintah Pusat pada APBN
2018 mengalami peningkatan sebesar Rp111,4 T serta mengalami pertumbuhan
sebesar 8,3%.

Belanja negara dirahkan mencapai tujuan pembangunan nasional, antara lain


infrastruktur, pengurangan kemiskinan dan pengangguran, dalam rangka pemerataan
pembangunan dan perbaikan konektivitas serta tetap menjaga efisinsi. Belanja
pemerintah pusat menurut fungsi. Peningkatan signifikan pada beberapa fungsi
disebabkan oleh: fungsi Pelayanan umum untuk pemenuhan berbagai kewajiban
pemerintah termasuk pada pihak ketiga, fungsi ekonomi untuk mendukung upaya
percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperkuat daya dorong
ekonomi, dan fungsi kesehatan untuk mendukung pelaksanaan Program Kefarmasian
dan Alat Kesehatan melalui penyediaan vaksin baru dan pengalihan penyuluh KB dan
petugas lapangan KB dari pemda ke pempus.
Dalam APBN 2018, belanja K/L meningkat Rp78,2 T dari Outlook 2017. Belanja
K/L 2014-2018 tumbuh rata-rata 10,2% per tahun. Dan Belanja Non K/L dalam
APBN 2018 Belanja Non K/L sebesar 607,1 T yang terdiri dari bunga utang, subsidi
energi dan subsidi non energi.

19
Anggaran dalam pengeluaran pemerintah dialokasikan dalam:
1. Anggaran Pendidikan
Komitmen pemerintah terhadap bidang pendidikan tetap berlanjut. Anggaran
pendidikan meningkat Rp24,3 T dari Outlook tahun 2017. Anggaran pendidikan
dalam APBN 2018 sebesar 444,1 T.

2. Anggaran Kesehatan
Dalam APBN 2018 anggaran kesehatan sebesar 111,0 T. Anggaran kesehatan
meningkat Rp6,1 T dari Outlook tahun 2017
3. Anggaran Infrastruktur
Dalam APBN 2018 anggaran infrastruktur sebesar 410,4 T. Anggaran infrastruktur
tumbuh 5,2% dari Outlook tahun 2017, untuk mengejar ketertinggalan (gap)
Indonesia terhadap penyediaan infrastruktur.
4. Anggaran Perlindungan Sosial
Dalam APBN 2018 Anggaran perlindungan sosial sebesar 283,8 T. Anggaran
perlindungan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, dan
kesehatan).
5. Subsidi
Alokasi 2018 menurun sebesar Rp12,7 T dari Outlook 2017 yaitu sebesar Rp156,2
T.
6. Transfer ke Daerah & Dana Desa
Dalam APBN 2018 Transfer ke Daerah & Dana Desa sebesar Rp766,2 T.

4.1.2. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi

20
Pengeluaran pemerintah yang merupakan cerminan dari kebijakan fiskal adalah
salah satu instrumen pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.
Namun performance suatu perekonomian tentu tidak semata-mata karena pengaruh
dari kebijakan fiskal tersebut. Akan tetapi Performance perekonomian suatu daerah
dapat dilihat dari sejauh mana integrasi kebijakan moneter dan fiskal mampu
mengurangi kesenjangan di masyarakat. Peranan pengeluaran pemerintah baik yang
dibiayai melalui APBN maupun APBD khususnya pengeluaran untuk human capital
dan infrastruktur fisik, dapat mempercepat pertumbuhan, tetapi pada sisi lain
pembiayaan dari pengeluaran pemerintah tersebut dapat memperlambat pertumbuhan.
Hal ini sangat tergantung pada sejauh mana produktifitas pengeluaran pemertintah
tersebut dan distorsi pajak yang ditimbulkan, yang mana dalam konteks ini
pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi total
output (PDRB) yakni melalui penyediaan infrastruktur, barang–barang publik dan
insentif pemerintah terhadap dunia usaha seperti subsidi ekspor.
Menurut Suparmoko (1996), pengeluaran–pengeluaran pemerintah untuk jaminan
sosial, pembayaran bunga dan bantuan pemerintah lainnya akan menambah
pendapatan dan daya beli. Secara keseluruhan pengeluaran pemerintah ini akan
memperluas pasaran hasil–hasil perusahaan dari industri yang pada gilirannya akan
memperbesar pendapatan. Dengan bertambahnya pendapatan yang diperoleh
pemerintah, maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
4.1.3. Efektifitas Anggaran Pendidikan
Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang
dianggarkan melalui kementrian negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan
melalui transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaran pendidikan melalui
pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran
pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yan menjadi
tanggung jawab pemerintah. Perentase anggaran pendidikan adalah perbandingan
alokasi anggaran pendidikan terhadap total anggaran belanja negara. Dalam UUD RI
Tahun 1945 Amande,em IV Pasal 31 ayat (4): negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN serta dari APBD untuk memenuhi
kebutuhan penyelengaraan pendidikan nasional. dana pendidikan selain gaji pendidik
dan biaya pendidik kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari APBD.

21
Efektivitas dapat diartikan sebagai pencapaian tujuan secara tepat atau memilih
tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan
pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Untuk menganalisis efisiensi dan melihat angka
partisipasi sekolah (APS) untuk menganalisis efektivitas menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA). Kemampuan pemerintah daerah dalam
mengalokasikan belanja pendidikan dengan efisien dan efektif seharusnya dapat
dilakukan oleh semua daerah. Kebanyakan pemerintah daerah dalam Penggunaan
belanja pendidikan yang tidak efisien ini terjadi pemborosan pada penggunaan belanja
pendidikan namun penyediaan Output masih sangat kurang. Belanja pendidikan
cenderung efisien apabila daerah itu dapat melakukan efisiensi belanja pendidikan
dengan sangat baik. Anggaran pendidikan tidak boleh disalahgunakan, artinya
proporsi untuk setiap pembiayaan harus sesuai kebijakan pemerintah.
Anggaran Pendidikan, yang sebagian besar dialokasikan melalui transfer ke daerah,
meningkat seiring dengan peningkatan volume belanja negara.

Beberapa Pemanfaatan/Program Strategis Pendidikan (menjadi fokus kajian): Gaji


dan Tunjangan Guru, Program Indonesia Pintar, Bidik Misi, Bantuan Operasional
Sekolah, Sarana dan Prasarana
Anggaran dan jumlah guru terus meningkat, namun kinerja dinilai belum optimal,
dan terdapat isu distribusi.

22
Alokasi untuk sarana dan prasarana, perlu ditingkatkan dengan memperkuat
kebijakan afirmasi dan sinkronisasi Pusat Daerah.

23
4.1.4. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah sektor Pendidikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Investasi dalam hal pendidikan mutlak dibutuhkan maka pemerintah harus dapat
membangun suatu sarana dan sistem pendidikan yang baik. Alokasi anggaran
pengeluaran pemerintah terhadap pendidikan merupakan wujud nyata dari investasi
untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Pengeluaran pembangunan pada
sektor pembangunan dapat dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur pendidikan
dan menyelenggarakan pelayanan pendidikan kepada seluruh penduduk Indonesia
secara merata. Anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN merupakan wujud
realisasi pemerintah untuk meningkatkan pendidikan (Wahid, 2012).
Pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan akan berpengaruh terhadap
perkembangan di sektor pendidikan yaitu dengan meningkatnya jumlah murid yang
mampu menyelesaikan sekolahnya sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Semakin
tinggi rata-rata tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat,
maka semakin mudah bagi setiap individu dalam usia bekerja untuk mengerti,
menerapkan dan mendapatkan hasil dari kemajuan teknologi dan akhirnya
meningkatkan standar ekonomi dan hidup bangsa. Suatu bangsa harus meningkatkan
investasi bidang pendidikan dan kesehatan untuk mencapai pembangunan (Meier,
dalam Winarti, 2014: 41).
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang penting dalam melakukan
analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. PDRB per
kapita atas dasar harga konstan dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah yang sebenarnya. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendidikan dan dukungan
pemerintah. Meningkatnya pendidikan tentu akan memperbaiki kualitas sumber daya
manusia yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata pendidikan yang ditamatkan
tenaga kerja di masing-masing provinsi. Selain itu, dibutuhkan perhatian pemerintah
yang tercermin dalam realisasi anggaran pendidikan untuk masing-masing provinsi.
Implikasi dari pembahasan ini diharapkan pemerintah pusat dan daerah bersama-sama
untuk fokus dalam pembentukan sumber daya manusia baru yang dapat menjadi
tonggak kemajuan bangsa.
Dari hasil analisis deskriptif, pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan
produktivitas dari unit-unit ekonomi yang berhasil diciptakan pada tahun tertentu
24
terhadap nilai tahun sebelumnya yang dihitung berdasarkan data PDB atas dasar harga
konstan. Penggunaan nilai atas dasar harga konstan ini dimaksudkan untuk
menghindari pengaruh perubahan harga sehingga perubahan yang diukur merupakan
pertumbuhan ekonomi secara riil.
Variable pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan tidak secara langsung
dan serta merta akan mempengaruhi peningkatan PDRB, karena pengaruhnya akan
dirasakan beberapa tahun kemudian sebagai investasi manusia jangka panjang (long
term human capital investment).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis deskriptif hasil dan pembahasan, maka dalam penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang penting dalam melakukan
analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. PDRB per
kapita atas dasar harga konstan dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah yang sebenarnya. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendidikan dan
dukungan pemerintah. Meningkatnya pendidikan tentu akan memperbaiki kualitas
sumber daya manusia yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata pendidikan
yang ditamatkan tenaga kerja di masing-masing provinsi. Selain itu, dibutuhkan
perhatian pemerintah yang tercermin dalam realisasi anggaran pendidikan untuk
masing-masing provinsi. Implikasi dari pembahasan ini diharapkan pemerintah
pusat dan daerah bersama-sama untuk fokus dalam pembentukan sumber daya
manusia baru yang dapat menjadi tonggak kemajuan bangsa.

25
2. Variable pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan tidak secara langsung dan
serta merta akan mempengaruhi peningkatan PDRB, karena pengaruhnya akan
dirasakan beberapa tahun kemudian sebagai investasi manusia jangka panjang (long
term human capital investment).
5.2 Saran
Saran dari hasil kesimpulan tersebut di atas adalah:
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kekurangan, untuk penelitan di masa yang
akan datang metodologi yang dapat dipakai adalah Regresi Panel Dinamis
(Dynamic Panel Regression). Kelebihan dari metode Regresi Panel Dinamis adalah
dapat memasukkan variabel masa lalu (lag). Sehingga variabel yang pada waktu
saat ini (current) tidak berpengaruh secara signifikan mungkin pada variabel lainya
berpengaruh secara signifikan
2. Dari sisi pengeluaran, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, disarankan
pemerintah lebih meningkatkan pengeluaran pembangunannya di sektor
pendidikan terutama untuk alokasi sarana dan prasarana penunjang pendidikan
yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni Alivia Ayu. 2015. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Jumlah tenaga
Kerja, dan Tingkat Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surakarta
Tahun 1991-2013. Jurnal Ekonomi.
Anggraeni, Merlin. 2017. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan,
Kesehatan, dan Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1970-
2015. Jurnal Ekonomi.
Afiat,Muhammad Nur. 2016. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Struktur
Ekonomi Profinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ekonomi
Cliff Laisina, Vecky Masinambow, Wensy Rompas. 2015. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
di Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan Terhadap PDRB Melalui Indeks
Pembangunan Manusia di Sulawesi Utara Tahun 2002-2013.Jurnal Ekonomi.
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Ilyas, Marzuki. 1989. Ilmu Keuangan Negara (Publik Finance). Jakarta: FKIP Universitas
Syiah Kuala.
Informasi APBN 2018

26
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomi Pembangunan:Teori, Masalah, dan Kebijakan Edisi
Ketiga. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
PURWANTO j.2013.Teori Pengeluaran Pemerintah. digilib.unila.ac.id/BABII.pdf
Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbi Erlangga Edisi
Kedelapan, 2004
UUD RI Tahun 1945 Amande,em IV Pasal 31 ayat (4)
Wibowo, M. Ghofur. 2016. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Jumlah Angkatan Kerja, dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Wilayah Solo Raya Periode 2000-2014. Jurnal Ekonomi.
APBN 2005 samapai 2010 Diakses dari http://www.fiskal.depkeu.go.id/ webbkf/download
/datapokok-ind2010.pdf pada tanggal 10 Desember 2010.
http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2013/11/teori-pengeluaran-
pemerintah.html(diakses pada 6 April 2018)

27

Anda mungkin juga menyukai