Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi PDF
Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi PDF
DIYAN HERDIYANTORO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Diyan Herdiyantoro
NIM A225010091
ABSTRAK
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian
Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi,
mikrofilm dan sebagainya
BIODEGRADASI HIDROKARBON MINYAK BUMI OLEH
Bacillus sp. GALUR ICBB 7859 DAN ICBB 7865 DARI
EKOSISTEM AIR HITAM KALIMANTAN TENGAH
DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN
DIYAN HERDIYANTORO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Tanah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005
Judul Tesis : Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi oleh Bacillus sp.
Galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dari Ekosistem Air
Hitam Kalimantan Tengah dengan Penambahan
Surfaktan
Nama : Diyan Herdiyantoro
NIM : A225010091
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, M.S. Dr. Ir. Ani Suryani, D.E.A.
Ketua Anggota
Diketahui
Dr. Ir. Komaruddin Idris, M.S. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
tesis ini dengan judul Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi oleh Bacillus sp.
Galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dari Ekosistem Air Hitam Kalimantan Tengah
dengan Penambahan Surfaktan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Dwi Andreas
Santosa, M.S. dan Ibu Dr. Ir. Ani Suryani, D.E.A. selaku pembimbing atas arahan
dan motivasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian sampai penulisan
tesis ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Dr. Dra. Rahayu
Widyastuti, M.Sc. selaku dosen penguji. Penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, M.S. selaku direktur Indonesian Center for
Biodiversity and Biotechnology (ICBB) yang telah memberikan dukungan dana
dan fasilitas selama penelitian berlangsung. Isolat yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan koleksi dari ICBB-Culture Collection of Microorganisms,
http://www.icbb.org. Selain itu, ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada
kepala dan staf Laboratorium Biologi Tanah yang telah memberikan izin dalam
penggunaan laboratorium dan fasilitasnya dan membantu pelaksanaan
penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Syafri
Andi Pilliang, ibunda Sri Hastuti, adinda Rio Andrianto dan seluruh keluarga atas
segala do’a dan kasih sayangnya serta sahabat penulis Budi Eko Cahyono, S.P.
dan drh. Hellyne Rosalina yang selalu mendampingi penulis saat suka maupun
duka. Ungkapan terima kasih diucapkan kepada Khairani Rahman, S.P. yang
telah memberikan dukungan moril maupun materil yang tulus kepada penulis.
Kepada Zumi Saidah, S.P., M.Si., kehadiranmu dalam hati mampu memberikan
api semangat penulis dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah pascasarjana
ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Diyan Herdiyantoro
RIWAYAT HIDUP
Halaman
PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1
Latar Belakang ………………………………………………………. 1
Tujuan Penelitian …………………………………….….................. 3
Hipotesis Penelitian ………………………………………………… 3
Manfaat Penelitian …………………………………………………... 3
Halaman
Halaman
Halaman
1 Ciri morfologi dan fisiologi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan
ICBB 7865 .................................................................................. 49
2 Sifat fisik dan kimia Sangatta crude oil ...................................... 50
3 Komposisi media tumbuh bakteri dan surfaktan ........................ 51
4 Data bobot minyak bumi yang dapat diekstrak dari media
minimal cair dan media tanah .................................................... 52
5 Data penetapan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB
7859 dan ICBB 7865 pada media nutrient broth ........................ 53
6 Hasil perhitungan populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan
ICBB 7865 untuk kurva standar ................................................. 54
7 Data aktivitas bakteri di berbagai konsentrasi minyak bumi
pada media minimal cair ............................................................ 55
8 Data kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair ........ 56
9 Data kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair
dengan penambahan surfaktan Tween 80 ................................ 57
10 Data uji aktivitas bakteri pada media minimal cair ..................... 58
11 Data uji aktivitas bakteri pada media minimal cair dengan
penambahan surfaktan Tween 80 ............................................. 59
12 Data bobot minyak bumi hasil uji aktivitas bakteri dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi dan penambahan
surfaktan Tween 80 pada tanah tercemar minyak bumi ............ 60
13 Data biodegradasi hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween
80 pada tanah tercemar minyak bumi ........................................ 61
14 Data pH hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween
80 pada tanah tercemar minyak bumi ........................................ 62
15 Data CO2-C hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween
80 pada tanah tercemar minyak bumi ........................................ 63
16 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap bobot minyak bumi
pada media minimal cair setelah inkubasi 15 hari ..................... 64
17 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap biodegradasi
minyak bumi pada media minimal cair setelah 15 hari inkubasi
.................................................................................................... 64
18 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap pH pada media
minimal cair setelah 15 hari inkubasi ......................................... 64
19 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap kerapatan optik
pada media minimal cair setelah 15 hari inkubasi ..................... 64
20 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan
surfaktan Tween 80 terhadap bobot minyak bumi pada media
minimal cair setelah 15 hari inkubasi ......................................... 65
21 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan
surfaktan Tween 80 terhadap biodegradasi minyak bumi pada
media minimal cair setelah 15 hari inkubasi .............................. 65
22 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan
surfaktan Tween 80 terhadap pH pada media minimal cair
setelah 15 hari inkubasi ............................................................. 65
23 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan
surfaktan Tween 80 terhadap kerapatan optik pada media
minimal cair setelah 15 hari inkubasi ......................................... 65
24 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 66
25 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 66
26 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 66
27 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 66
28 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-7 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi ................................................................ 67
29 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-14 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi ................................................................ 67
30 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-21 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi ................................................................ 67
31 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-28 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi ................................................................ 67
32 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH
hari ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............... 68
33 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH
hari ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............. 68
34 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH
hari ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............. 68
35 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH
hari ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............. 68
36 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-
C hari ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............ 69
37 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-
C hari ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi .......... 69
38 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-
C hari ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi .......... 69
39 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-
C hari ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi .......... 69
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak dan gas bumi merupakan sumber energi utama untuk industri,
transportasi dan rumah tangga. Ekspor komoditi ini menyumbangkan devisa bagi
negara (Kadarwati et al. 1996). Indonesia adalah salah satu penghasil minyak
bumi terbesar (urutan ke-8 dari negara penghasil minyak dunia) dengan produksi
sebesar 1.27 juta barel per hari pada tahun 2003 (Sabur 2003).
Aktivitas industri perminyakan (pengeboran, pengilangan, proses produksi
dan transportasi) umumnya menghasilkan limbah minyak dan terjadi tumpahan
baik di tanah maupun perairan (Udiharto 1996a). Limbah dan tumpahan tersebut
akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas industri
perminyakan di lapangan. Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan dan berbahaya bagi makhluk hidup (Dibble & Bartha
1979; Bartha & Bossert 1984; Bossert & Bartha 1984; Mishra et al. 2001;
Santosa 2003).
Dalam UU No. 23/1997 dan PP No. 18/1999 disebutkan bahwa limbah
minyak bumi termasuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3). Produsen
dilarang menyimpannya terlalu lama tanpa pengolahan. Selain itu, produsen
diwajibkan segera mengolahnya menjadi komponen-komponen yang tidak
berbahaya dalam waktu 90 hari sejak limbah dihasilkan (Mursida 2002; Santosa
2003).
Usaha penanggulangan pencemaran minyak bumi secara konvensional
hasilnya kurang memuaskan. Membuang bahan pencemar dengan
membenamkannya ke dalam tanah tidak menanggulangi masalah. Bahan
tersebut dapat meresap ke air tanah dan mencemari perairan. Demikian juga
dengan usaha pembakaran yang dapat mengakibatkan pencemaran udara
(Kadarwati et al. 1996).
Alternatif lain yang dapat digunakan dalam penanggulangan pencemaran
minyak bumi adalah teknologi bioremediasi yaitu menggunakan bakteri yang
dalam aktivitasnya mampu memanfaatkan hidrokarbon minyak bumi sebagai
sumber karbon dan energi kemudian mengubahnya menjadi CO2, H2O dan
biomassa sel. Teknologi ini ramah lingkungan, efektif dan ekonomis.
Penerapannya pada lingkungan yang tercemar minyak bumi diharapkan dapat
mengurangi konsentrasi limbah minyak yang ada dan membantu usaha
penormalan kembali lingkungan tersebut (Dibble & Bartha 1979; Atlas 1981;
Bossert & Bartha 1984; Udiharto et al. 1995; Udiharto et al. 2000; Yani et al.
2003). Dalam Kepmen No. 04/1995 disebutkan bahwa pengolahan limbah
minyak bumi secara biologi harus dapat menurunkan konsentrasi hidrokarbon
hingga mencapai ambang batas yang disyaratkan aman bagi lingkungan, yaitu
10 000 ppm (Edvantoro 2003).
Aktivitas bakteri dalam mendegradasi limbah minyak bumi tergantung
kepada fisiologi bakteri dan kondisi beberapa parameter lingkungan setempat
seperti pH, kelembaban, aerasi, temperatur dan ketersediaan nutrisi. Pemilihan
inokulan yang sesuai dan menciptakan kondisi lingkungan yang optimal untuk
bakteri dapat mempercepat proses biodegradasi sehingga memungkinkan
terjadinya pengurangan konsentrasi hidrokarbon secara maksimal (Atlas 1981;
Kadarwati et al. 1994; Udiharto 1996a; Udiharto et al. 2000).
Bioremediasi dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri indigenous
maupun menginokulasikan bakteri terpilih dari tempat lain (Udiharto et al. 2000;
Mishra et al. 2001; Santosa 2003). Santosa et al. (2000) menyatakan bahwa
ekosistem air hitam Kalimantan Tengah menyimpan potensi bakteri yang dapat
digunakan untuk bioremediasi. Ekosistem air hitam tidak hanya penting karena
jenis flora dan faunanya tetapi juga mikroorganismenya penting untuk
dikembangkan karena berbagai kelompok bakteri mampu hidup pada kondisi
ekstrim lingkungan tersebut.
Listiyawati (2004) dapat mengisolasi konsorsium bakteri perombak
hidrokarbon minyak bumi dari ekositem air hitam Kalimantan Tengah. Hasil
pengujian menggunakan konsorsium DNH-U 3877 pada skala laboratorium
dalam penanganan limbah lumpur berminyak menunjukkan penurunan total
petroleum hydrocarbon (TPH) dari 58 882 ppm menjadi 6 652 ppm dalam waktu
6 minggu. Dalam konsorsium tersebut terdapat 2 koloni bakteri yang dominan,
yaitu Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865.
Karakteristik minyak bumi yang tidak larut dalam air dan terjerap pada
partikel tanah dapat mengurangi bioavailabilitasnya terhadap bakteri sehingga
menjadi faktor pembatas laju biodegradasi karena di lain pihak aktivitas bakteri
dalam biodegradasi berlangsung pada antar muka air-minyak dalam larutan
tanah (Atlas 1981; Volkering et al. 1995; Tiehm & Stieber 2001; Wick et al. 2001).
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dengan mengaplikasikan surfaktan,
molekul yang mempunyai bagian hidrofilik dan hidrofobik yang mampu
menurunkan tegangan antar muka air dan minyak (Volkering et al. 1995; Tiehm &
Stieber 2001). Penggunaan surfaktan bersama dengan inokulasi bakteri terpilih
telah diketahui dapat meningkatkan proses biodegradasi. Surfaktan, melalui
proses dispersi, dapat meningkatkan kelarutan minyak dalam fase cairan
sehingga permukaan minyak yang dapat didegradasi oleh bakteri bertambah
(Van Dyke et al. 1991; Tiehm 1994; Liu et al. 1995; Udiharto et al. 1995; Thibault
et al. 1996; Sabagh & Atta 1999).
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah inokulasi Bacillus sp. galur ICBB
7859 dan ICBB 7865 yang diisolasi dari ekosistem air hitam Kalimantan Tengah
dengan penambahan surfaktan dapat meningkatkan biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi.
Manfaat Penelitian
Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 serta penambahan surfaktan
dapat dimanfaatkan dalam penanganan limbah dan rehabilitasi lingkungan yang
tercemar hidrokarbon minyak bumi.
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrokarbon minyak bumi tidak larut atau hanya sedikit sekali larut dalam
air tetapi sangat larut dalam pelarut non-polar (Keenan et al. 1993). Menurut
Koesoemadinata (1980) dan Speight (1980) secara umum sifat-sifat fisik minyak
bumi terdiri atas bobot jenis, titik didih, titik nyala dan nilai kalori (Tabel 2).
Tabel 2 Sifat fisik minyak bumi
No. Sifat Fisik Keterangan
1. Bobot jenis Bobot jenis (specific gravity) adalah sifat fisik minyak bumi yang penting
dan mempunyai nilai dalam perdagangan. Bobot jenis minyak bumi
dinyatakan dalam derajat API (American Petroleum Institute) atau API
gravity yang menunjukkan kualitas minyak bumi tersebut. Semakin kecil
bobot jenisnya atau semakin tinggi derajat API maka minyak bumi itu
memiliki nilai jual tinggi karena banyak mengandung bensin. Bobot jenis
minyak bumi tergantung pada suhu dimana semakin tinggi suhu maka
semakin rendah bobot jenisnya.
2. Titik didih Titik didih (boiling point) minyak bumi berbeda-beda sesuai dengan
derajat API-nya. Jika derajat API rendah maka titik didihnya tinggi karena
minyak bumi tersebut banyak mengandung fraksi berat. Jika derajat API
tinggi maka titik didihnya rendah dan lebih banyak mengandung fraksi
ringan (bensin). Titik didih mempunyai arti penting untuk transportasi
minyak bumi sehingga proses pembekuan dapat dicegah.
3. Titik nyala Titik nyala (flash point) adalah suhu dimana minyak bumi dapat terbakar
karena suatu percikan api. Semakin tinggi derajat API maka titik didih dan
titik nyalanya semakin rendah sehingga mudah terbakar karena percikan
api. Titik nyala mempunyai arti sangat penting karena semakin rendah
akan semakin berbahaya.
4. Nilai kalori Nilai kalori (heat of combustion) adalah jumlah kalori yang ditimbulkan
oleh 1 g minyak bumi yaitu dengan meningkatkan suhu 1 g air dari 3.5 °C
sampai 4.5 °C. Terdapat hubungan antara bobot jenis dan nilai kalori
yaitu bobot jenis minyak bumi antara 0.9 sampai 0.95 memberikan nilai
kalori sebesar 10 000-10 500 kal/g. Pada umumnya minyak bumi
mempunyai nilai kalori 10 000-10 800 kal/g.
Sumber: Koesoemadinata (1980) dan Speight (1980).
Minyak bumi tersusun dari senyawa hidrokarbon (> 90%) dan senyawa
non-hidrokarbon (Udiharto 1996a). Berdasarkan struktur molekulnya
persenyawaan hidrokarbon digolongkan atas 4 jenis, yaitu parafin, olefin,
naftalen dan aromatik (Kontawa 1993). Senyawa non-hidrokarbon minyak bumi
disusun oleh senyawa organik yang mengandung belerang, nitrogen, oksigen
dan logam organik yang terkonsentrasi dalam minyak fraksi berat dan residu
(Udiharto 1996a).
Menurut Kadarwati et al. (1994) hidrokarbon parafinik atau alifatik adalah
senyawa hidrokarbon yang mempunyai rantai karbon dengan ikatan jenuh dan
terbuka. Hidrokarbon naftenik atau sikloparafin adalah senyawa hidrokarbon
dengan ikatan jenuh yang mempunyai rantai tertutup atau berbentuk cincin atau
lingkar. Hidrokarbon aromatik merupakan senyawa hidrokarbon dengan molekul
berbentuk cincin yang terdiri atas 6 atom karbon dengan ikatan rangkap
bergantian.
Suatu persenyawaan hidrokarbon berbeda dari persenyawaan
hidrokarbon lainnya karena perbedaan perbandingan bobot unsur-unsur karbon
dan hidrogen yang terdapat di dalamnya atau perbedaan susunan unsur-unsur
karbon dan hidrogen di dalam molekul-molekul persenyawaan tersebut (Kontawa
1993).
Menurut Bossert dan Bartha (1984) jenis dan asal pencemaran minyak
bumi di tanah dapat terjadi melalui beberapa hal berikut, yaitu rembesan limbah
alam berupa minyak dan gas bumi, kecelakaan yang mengakibatkan rembesan
atau tumpahan minyak dan pembuangan limbah minyak.
Pada skala besar kecelakaan terjadi pada sumur-sumur bor minyak bumi
dan pecahnya pipa-pipa pengangkutan minyak sedangkan pada skala kecil
sering terjadi pada proses pengangkutan dengan mobil-mobil tanker dan
bocornya katup atau kran-kran kilang minyak.
Penyebaran
Gambar 1 Penyebaran tumpahan minyak di permukaan tanah (Bossert & Bartha 1984).
Penguapan
Kadar Air
Kadar air sangat penting untuk proses metabolik bakteri pada limbah
minyak karena bakteri hidup aktif pada antar muka minyak-air (Atlas 1981;
Udiharto 1996a). Menurut Dibble dan Bartha (1979) kelembaban optimum untuk
biodegradasi minyak di lingkungan tanah adalah 30-90% kapasitas penyangga
air. Kelembaban yang terlalu rendah menyebabkan tanah menjadi kering
sedangkan terlalu tinggi akan mengurangi penyediaan oksigen.
Suhu
Oksigen
pH Tanah
Ketersediaan Nutrisi
Minyak bumi sebagian besar terdiri atas campuran karbon dan hidrogen.
Tumpahan minyak bumi menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan rasio C:N
pada area tumpahan. Menurut Koren et al. (2003) biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi pada umumnya dibatasi oleh ketersediaan nitrogen. Jobson et al.
(1974) menyatakan agar pertumbuhan bakteri tidak terhambat diperlukan sekitar
10 bagian karbon untuk setiap satu bagian nitrogen. Jika rasio C:N besar,
misalnya 100:1 atau 1000:1, maka pertumbuhan bakteri dan pemanfaatan
karbon akan terhambat. Adanya defesiensi nitrogen di areal tumpahan minyak
akan diikuti oleh defesiensi fosfor yang juga merupakan faktor pembatas laju
degradasi. Untuk memperbaiki ketidakseimbangan nutrisi yang disebabkan oleh
jumlah karbon yang melimpah maka penambahan pupuk yang mengandung
nitrogen dan fosfor perlu dilakukan.
Menurut Bragg et al. (1993) nitrogen merupakan unsur pokok protein dan
asam nukleat yang berperan dalam pertumbuhan, perbanyakan dan
pembentukan dinding sel. Fosfor merupakan komponen utama asam nukleat dan
lemak sel membran yang berperan dalam proses pemindahan energi secara
biologi.
Dibble dan Bartha (1979) melaporkan C:N rasio 60:1 dan C:P rasio 800:1
merupakan rasio optimal kebutuhan bakteri dalam mendegradasi hidrokarbon
minyak bumi. API (1980) merekomendasikan jumlah pupuk N dan P yang
digunakan sebesar 500 kg N dan 50 kg P per 100 ton hidrokarbon minyak bumi
dengan mempertimbangkan biaya dan keamanan lingkungan dari pengaruh
penggunaan dosis pupuk tinggi yang dapat mencemari air tanah. Jobson et al.
(1974) melaporkan penambahan 600 kg N per ha tidak hanya meningkatkan
jumlah kultur campuran Flavobacterium dan Cytophaga sp. tetapi juga
meningkatkan laju biodegradasi minyak.
Surfaktan
Surfaktan (dari kata surface active agent) adalah senyawa yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Umumnya molekul surfaktan mengandung
ujung ekor hidrofobik yang terdiri atas satu rantai hidrokarbon atau lebih (group
alifatik atau aromatik) dan kepala hidrofilik (sulfonate, sulfate, amine atau
polyoxyethylene). Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan cara
mematahkan ikatan-ikatan hidrogen melalui peletakan kepala-kepala hidrofiliknya
pada permukaan air sedangkan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi
permukaan air (Gambar 3) (EPA 1983; Fessenden & Fessenden 1989).
Gambar 3 Kepala hidrofilik surfaktan yang terikat air (Fessenden & Fessenden 1989).
Bahan yang digunakan adalah isolat bakteri dari ekosistem air hitam
Kalimantan Tengah, yaitu Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 koleksi
Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB) (Lampiran 1),
minyak bumi (Sangatta crude oil) dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Jakarta (Lampiran 2),
surfaktan Tween 80, larutan fisiologis, nutrient broth, media minimal (Lampiran
3), KOH, HCl, penolptalin, metil oranye, heksan, toluena, metanol, akuades,
pupuk urea dan SP-36 dan contoh tanah pasir.
Alat yang digunakan adalah autoklaf, laminar flow, inkubator, mesin
pengocok, vortex, spektrofotometer, spatula, jarum ose, pipet, erlenmeyer,
cawan petri, tabung reaksi, pH meter, hot plate, corong pemisah, kertas saring,
pinggan porselin, oven, timbangan, toples kedap udara dan bak plastik.
Pelaksanaan Penelitian
3 ml nutrient broth
1:1 1:2 1:4 1:8 1:16
kerapatan optik setiap pengenceran diukur
3 ml 100 ml 3 ml
nutrient broth 3 ml 3 ml 3 ml
kocok 24 jam
3 ml nutrient broth
1:1 1:2 1:4 1:8 1:16
0.5 ml
s e r i p e n g e n c e r a n
seri pengenceran
0.5 ml 0.5 ml 0.5 ml 0.5 ml 0.5 ml
Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 masing-masing diambil 1
ose, ditumbuhkan dalam nutrient broth selama 24 jam dengan pengocokan
kemudian diukur kerapatan optiknya. Setelah diketahui jumlah bakteri/ml biakan,
kemudian masing-masing isolat diinokulasikan ke dalam 100 ml media minimal
cair yang ditambahkan surfaktan Tween 80 pada dosis critical micelle
concentration-nya (0.015 ml/l) hingga mencapai kepadatan populasi 1.00 x 106
SPK/ml. Kerapatan optik diukur pada hari ke: 0, 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15.
Selanjutnya dibuat kurva dengan sumbu x adalah waktu inkubasi dan sumbu y
adalah nilai kerapatan optik. Selain itu juga dilakukan pengukuran pH media.
Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 masing-masing diambil 1
ose, ditumbuhkan dalam nutrient broth selama 24 jam dengan pengocokan
kemudian diukur kerapatan optiknya. Setelah diketahui jumlah bakteri/ml biakan,
kemudian masing-masing isolat diinokulasikan ke dalam 100 ml media minimal
cair hingga mencapai kepadatan populasi 1.00 x 106 SPK/ml.
Pengujian dilakukan dengan pengocokan selama 15 hari. Pada akhir
inkubasi dilakukan pengukuran pH, kerapatan optik, bobot minyak bumi (TPH)
dan persentase biodegradasi.
Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 masing-masing diambil 1
ose, ditumbuhkan dalam nutrient broth selama 24 jam dengan pengocokan
kemudian diukur kerapatan optiknya. Setelah diketahui jumlah bakteri/ml biakan,
kemudian masing-masing isolat diinokulasikan ke dalam 100 ml media minimal
cair yang ditambahkan surfaktan Tween 80 pada dosis critical micelle
concentration-nya (0.015 ml/l) hingga mencapai kepadatan populasi 1.00 x 106
SPK/ml.
Pengujian dilakukan dengan pengocokan selama 15 hari. Pada akhir
inkubasi dilakukan pengukuran pH, kerapatan optik, bobot minyak bumi (TPH)
dan persentase biodegradasi.
%B =
(BMo − BMn ) × 100
BMo
Dimana: %B = persen biodegradasi, BMo = bobot minyak bumi awal (g) dan BMn = bobot minyak
bumi akhir (g).
Pengukuran pH Tanah
Pengukuran CO2-C
(a − b )× t × 12 × 1000
r= BKM
n
Dimana: a = HCl contoh tanah (ml), b = HCl kontrol (ml), t = normalitas HCl (N), n = jumlah hari
inkubasi dan BKM = bobot kering tanah (g).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 pada
media nutrient broth disajikan pada Gambar 7. Data selengkapnya disajikan pada
Lampiran 5.
0.6
0.5
Kerapatan Optik
Gambar 7 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 pada media
nutrient broth.
Gambar 7 memperlihatkan bahwa pada selang waktu 0-4 jam Bacillus sp.
galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 mengalami fase adaptasi. Kedua isolat
mengalami fase pertumbuhan eksponensial pada selang waktu 4-24 jam dan
mengalami fase pertumbuhan stasioner pada selang waktu 24-48 jam.
Kurva standar populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
disajikan pada Gambar 8, yaitu memperlihatkan persamaan regresi linear antara
satuan pembentuk koloni (SPK) dan kerapatan optiknya. Data selengkapnya
disajikan pada Lampiran 6.
4.00E+07 2.00E+08
y = 9E+07x - 363693 y = 4E+08x - 6E+06
3.00E+07 1.50E+08
SPK/ml
SPK/ml
2.00E+07 1.00E+08
1.00E+07 5.00E+07
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
0.00E+00 0.00E+00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Kerapatan Optik Kerapatan Optik
Gambar 8 Kurva standar populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865.
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi di
Berbagai Konsentrasi Minyak Bumi pada Media Minimal Cair
Kemampuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi di berbagai konsentrasi minyak bumi
pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi disajikan pada Gambar 9 dan
Tabel 5. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Gambar 9 Uji aktivitas Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi di berbagai konsentrasi minyak bumi pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi.
120000
100000
80000
TPH (ppm)
TPH Aw al
60000
TPH Akhir
40000
20000
0
Bacillus sp. galur Bacillus sp. galur
Bacillus sp. ICBB 7859 Bacillus sp.
ICBB 7859 ICBB 7865
7865
Gambar 10 Total petroleum hydrocarbon (TPH) akhir karena pengaruh Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan ICBB 7865 di berbagai konsentrasi minyak bumi pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi.
Kurva pertumbuhan Bacillus sp. ICBB 7859 dan Bacillus sp. ICBB 7865
pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi disajikan pada Gambar 11 dan
Gambar 12. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8.
Gambar 11 Penentuan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
pada media minimal cair.
0.2 7.4
Kerapatan Optik Bacillus
Kerapatan Optik
pH
0.1
6.8 pH Bacillus sp. galur ICBB
7859
0.05 6.6 pH Bacillus sp. galur ICBB
7865
0 6.4
0 1 3 5 7 9 11 13 15
Waktu Inkubasi (hari)
Gambar 12 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi.
Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dengan
penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair selama 15 hari
inkubasi disajikan pada Gambar 13 dan Gambar 14. Data selengkapnya
disajikan pada Lampiran 9.
Gambar 13 Penentuan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair.
0.3 7.3
Kerapatan Optik Bacillus sp.
0.25 7.2
Kerapatan Optik
0.15
6.9 pH Bacillus sp. galur ICBB
0.1 7859
6.8
pH Bacillus sp. galur ICBB
0.05 6.7 7865
0 6.6
0 1 3 5 7 9 11 13 15
Waktu Inkubasi (hari)
Gambar 14 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dengan
penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair selama 15 hari
inkubasi.
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi pada
Media Minimal Cair
Kemampuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi selama 15 hari inkubasi pada media
minimal cair disajikan pada Tabel 6. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran
10. Hasil analisis ragam (Lampiran 16-19) menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap bobot minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan
optik.
Tabel 6 memperlihatkan bahwa perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865 dapat mendegradasi hidrokarbon minyak
bumi pada media minimal cair lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi
bakteri. Hal ini terlihat dari bobot minyak bumi dan pH yang lebih rendah dan
kerapatan optik yang lebih tinggi di akhir waktu inkubasi. Pada umumnya Bacillus
sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 mempunyai kemampuan yang sama dalam
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi.
Tabel 6 Pengaruh bakteri terhadap bobot minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan
optik pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi
Kemampuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi selama 15 hari inkubasi pada media
minimal cair yang ditambahkan surfaktan Tween 80 disajikan pada Tabel 7. Data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 11. Hasil analisis ragam (Lampiran 20-
23) menunjukkan bahwa perlakuan bakteri berpengaruh nyata terhadap bobot
minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan optik.
Tabel 7 memperlihatkan bahwa perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865 dapat mendegradasi hidrokarbon minyak
bumi lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi bakteri. Hal ini terlihat dari
bobot minyak bumi dan pH yang lebih rendah dan kerapatan optik yang lebih
tinggi di akhir waktu inkubasi.
Tabel 7 Pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan Tween 80 terhadap bobot
minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan optik pada media minimal cair
selama 15 hari inkubasi
70
60
Biodegradasi (%)
50
40
30
20
10
0
Bacillus sp. Bacillus sp.1 Bacillus sp. Bacillus sp.
galur ICBB galur ICBB galur ICBB galur ICBB
7859 7859 7865 7865
+Tween 80 +Tween 80
Gambar 15 Biodegradasi minyak bumi oleh Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
dan dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair
selama 15 hari inkubasi.
120000
100000 100000
80040
80000
TPH (ppm)
63720
Tanpa Bakteri
57100
60000 Bacillus sp. galur ICBB 7859
46840 43860
40000 Bacillus sp. galur ICBB 7865
43120 29860
18740
20000 24560
9880
15760 9620
0
0 7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
Gambar 16 Pengaruh bakteri terhadap TPH pada tanah tercemar minyak bumi.
Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB
7865 mampu menurunkan bobot minyak bumi masing-masing hingga mencapai
konsentrasi TPH 9 620 ppm dan 9 880 ppm pada akhir waktu inkubasi
sedangkan tanpa inokulasi bakteri 43 860 ppm. Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan
ICBB 7865 mempunyai kemampuan yang sama dalam menurunkan TPH
(Gambar 16). Penurunan tersebut disebabkan karena bakteri menggunakan
hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon dan energi untuk aktivitas dan
pertumbuhannya (Atlas 1981; Udiharto 1996a).
Penelitian terdahulu oleh Listiyawati (2004) dengan menggunakan
konsorsium bakteri DNH-U 3877 dalam mendegradasi limbah lumpur berminyak
menunjukkan penurunan TPH dari 58 882 ppm menjadi 6 652 ppm dalam waktu
6 minggu. Dalam konsorsium tersebut terdapat 2 koloni bakteri yang dominan
yaitu Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865.
Pada Gambar 16 terlihat bahwa penurunan TPH tercepat terjadi pada hari
ke-7 inkubasi. Dengan semakin bertambahnya waktu inkubasi penurunan TPH
berlangsung lebih lambat. Hal ini disebabkan karena pada awal waktu inkubasi
terjadi proses biodegradasi oleh bakteri dengan menggunakan hidrokarbon
minyak bumi yang lebih mudah untuk didegradasi. Menurut Leahly dan Colwell
(1990) dalam proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi akan terjadi
penguraian fraksi parafinik, naftenik dan aromatik dimana parafinik merupakan
fraksi yang paling mudah didegradasi sedangkan naftenik dan aromatik lebih sulit
untuk didegradasi. Hal tersebut berkaitan dengan perbedaan perbandingan
bobot unsur-unsur karbon dan hidrogen yang terdapat di dalamnya atau
perbedaan susunan unsur-unsur karbon dan hidrogen di dalam molekul-molekul
persenyawaan tersebut (Atlas 1989; Kontawa 1993).
100
80
Biodegradasi (%)
60 Tanpa Bakteri
Bacillus sp. galur ICBB 7859
40
Bacillus sp. galur ICBB 7865
20
0
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
Gambar 17 Pengaruh bakteri terhadap biodegradasi pada tanah tercemar minyak bumi.
Saidi et al. (1999) melaporkan pada media tanah entisol isolat bakteri
kultur tunggal Bacillus fusiformis (Pr61-Ms1), Bacillus thrungiensis (Si191-Mb1),
Klebsiella planticola (Bb171-Mb2) dan Bacillus fusiformis (Si201-Ms1) mampu
mendegradasi minyak bumi dan solar masing-masing sebesar 63.64%, 62.93%,
60.85% dan 58.19% setelah 28 hari inkubasi.
pH
Bacillus sp. galur ICBB 7859
7
Bacillus sp. galur ICBB 7865
6.5
6
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
25.00
CO2-C (mg/kg/hari)
20.00
Tanpa Bakteri
15.00
Bacillus sp. galur ICBB 7859
10.00
Bacillus sp. galur ICBB 7865
5.00
0.00
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
Gambar 19 Pengaruh bakteri terhadap CO2-C pada tanah tercemar minyak bumi.
25
CO2-C (mg/kg/hari)
20
15 Tanpa Surfaktan
Penambahan Surfaktan
10
0
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
Gambar 20 Pengaruh surfaktan terhadap CO2-C pada tanah tercemar minyak bumi.
9
a
8
CO2-C (mg/kg/hari)
ab
7
6 b
ab
5 S0=Tanpa Surfaktan
c
4 S1=Penambahan Surfaktan
3 c
2
1
0
B0=Tanpa B1=Bacillus sp. B2=Bacillus sp.
Bakteri galur ICBB 7859 galur ICBB 7865
Faktor Bakteri
Gambar 21 Pengaruh interaksi bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari ke-21 inkubasi
pada tanah tercemar minyak bumi.
Kesimpulan
1. Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865
disertai dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair
dapat meningkatkan biodegradasi hidrokarbon minyak bumi.
2. Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865
pada tanah yang tercemar minyak bumi memberikan nilai total petroleum
hydrocarbon (TPH) dan pH lebih rendah serta biodegradasi dan CO2-C lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi bakteri.
3. Perlakuan penambahan surfaktan Tween 80 pada tanah yang tercemar
minyak bumi memberikan nilai CO2-C lebih rendah dibandingkan dengan
tanpa penambahan surfaktan pada hari ke-28 inkubasi.
4. Interaksi perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan tanpa
penambahan surfaktan (B1S0), inokulasi ICBB 7865 dan penambahan
surfaktan (B2S1), inokulasi ICBB 7859 dan penambahan surfaktan (B1S1)
dan inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan surfaktan (B2S0)
memberikan nilai CO2-C lebih tinggi dibandingkan dengan interaksi perlakuan
tanpa inokulasi bakteri dan penambahan surfaktan (B0S1) dan tanpa
inokulasi bakteri dan tanpa penambahan surfaktan (B0S0) pada hari ke-21
inkubasi.
Saran
Volkering F, Breure AM, Andel JG, Rulkens WH. 1995. Influence of nonionic
surfactants on bioavailability and biodegradation of policyclic aromatic
hydrocarbons. Appl Environ Microbiol 61(5):1699-1705.
Walker JD, Colwell RR, Petrakis L. 1975. Degradation of petroleum by an alga,
Prototheca zopfii. Appl Environ Microbiol 30(1):79-81.
Wick LY, Springael D, Harms H. 2001. Bacterial strategies to improve the
bioavailability of hydrophobic organic pollutants. Di dalam: Stegmann R,
Brunner G, Calmano W, Matz G, editors. Treatment of Contaminated Soil.
Berlin, Heidelberg, New York, Barcelona, Hongkong, London, Milan,
Paris, Singapore, Tokyo: Springer. hlm 204-217.
Wisjnuprapto. 1996. Bioremediasi, manfaat dan pengembangannya. Di dalam:
Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam
Pengelolaan Lingkungan; Cibinong, 24-28 Juni 1996. hlm 173-185.
Yani M, Fauzi AM, Aribowo F. 2003. Bioremediasi lahan terkontaminasi senyawa
hidrokarbon. Di dalam: Prosiding Seminar Bioremediasi dan Rehabilitasi
Lahan Sekitar Perminyakan dan Pertambangan; Bogor, 20 Februari 2003.
Bogor: Forum Bioremediasi IPB.
Zhang Y, Miller RM. 1995. Effect of rhamnolopid (biosurfactant) structure on
solubilization and biodegradation of n-alkanes. Appl Environ Microbiol
61(6):2247-2251.
Zo Bell CE. 1969. Microbial modification of crude oil in the sea. Di dalam:
Proceedings of Joint Conference on Prevention and Control of Oil Spills.
Washington: API. hlm 317-326.
Zulfarina. 1999. Isolasi dan kloning shotgun gen xylanase dari Streptomyces
1145-1 [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Ciri morfologi dan fisiologi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB
7865
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Jam Kerapatan Optik Jam Kerapatan Optik
0 0.000 0 0.000
2 0.004 2 0.003
4 0.011 4 0.009
6 0.146 6 0.124
8 0.238 8 0.226
10 0.317 10 0.301
12 0.429 12 0.431
24 0.466 24 0.474
48 0.481 48 0.478
Lampiran 6 Hasil perhitungan populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 untuk kurva standar
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Kerapatan Kerapatan
Hari pH Hari pH
Optik Optik
0.000 7.00 0.000 7.00
0 0
0.000 7.00 0.000 7.00
0.127 7.23 0.113 7.07
1 1
0.123 7.24 0.120 7.03
0.168 7.27 0.169 7.21
3 3
0.179 7.25 0.177 7.19
0.110 7.23 0.090 7.18
5 5
0.126 7.20 0.110 7.11
0.090 7.10 0.075 7.01
7 7
0.101 7.16 0.088 7.05
0.125 7.10 0.072 6.99
9 9
0.115 7.13 0.060 7.03
0.133 7.01 0.084 6.90
11 11
0.130 7.05 0.090 6.87
0.128 6.95 0.050 6.81
13 13
0.132 7.02 0.057 6.85
0.170 6.87 0.053 6.76
15 15
0.163 6.95 0.055 6.70
Lampiran 9 Data kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair dengan
penambahan surfaktan Tween 80
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Kerapatan Kerapatan
Hari pH Hari pH
Optik Optik
0.000 7.00 0.000 7.00
0 0
0.000 7.00 0.000 7.00
0.209 7.25 0.180 7.06
1 1
0.223 7.23 0.188 7.10
0.262 7.25 0.214 7.26
3 3
0.273 7.22 0.212 7.20
0.205 7.15 0.169 7.21
5 5
0.193 7.17 0.185 7.17
0.170 7.13 0.152 7.18
7 7
0.175 7.15 0.165 7.13
0.112 7.12 0.134 7.15
9 9
0.120 7.15 0.140 7.09
0.078 6.98 0.128 7.01
11 11
0.080 7.04 0.125 7.03
0.057 6.93 0.090 6.96
13 13
0.063 6.99 0.104 6.93
0.059 6.83 0.089 6.84
15 15
0.055 6.86 0.101 6.88
Lampiran 10 Data uji aktivitas bakteri pada media minimal cair
Biodegradasi (%)
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 16.42 43.48 46.26 56.18
B0S0 16.16 26.82 41.44 47.78
B0S0 25.18 32.52 39.28 64.08
B0S1 20.84 36.42 40.34 57.58
B0S1 16.18 32.08 45.44 52.24
B0S1 25.00 46.34 44.60 58.96
B1S0 49.92 73.86 85.32 91.72
B1S0 64.88 76.18 84.62 90.26
B1S0 51.52 74.14 85.70 90.78
B1S1 59.04 77.92 84.60 90.44
B1S1 54.82 75.98 82.28 89.56
B1S1 61.06 74.54 82.86 89.56
B2S0 51.20 71.06 84.02 91.54
B2S0 45.88 67.06 75.00 92.02
B2S0 52.34 68.72 80.62 92.36
B2S1 58.68 76.94 83.32 87.76
B2S1 61.80 66.72 81.90 89.08
B2S1 49.06 70.36 82.68 88.00
Lampiran 14 Data pH hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween 80 pada tanah
tercemar minyak bumi
pH
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 7.87 7.53 7.68 7.41
B0S0 8.00 7.98 7.38 7.24
B0S0 7.97 8.16 7.65 7.77
B0S1 8.14 7.71 7.62 7.06
B0S1 7.65 7.48 7.72 7.56
B0S1 8.02 7.77 7.48 7.35
B1S0 7.56 7.31 6.87 7.03
B1S0 7.99 7.24 7.08 6.44
B1S0 7.95 7.49 6.85 6.61
B1S1 7.99 7.43 7.23 7.26
B1S1 7.69 7.47 7.15 7.15
B1S1 7.61 7.20 7.09 6.94
B2S0 8.08 7.35 7.55 6.97
B2S0 7.48 7.89 7.20 6.94
B2S0 8.03 7.48 7.52 6.79
B2S1 7.90 7.59 7.21 6.92
B2S1 7.84 7.33 7.11 6.60
B2S1 7.79 7.40 7.53 7.73
Lampiran 15 Data CO2-C hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween 80
pada tanah tercemar minyak bumi
CO2-C (mg/kg/hari)
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 13.56 6.82 3.33 1.33
B0S0 14.00 8.60 4.22 0.89
B0S0 14.22 9.27 2.89 2.00
B0S1 16.00 9.71 4.67 1.78
B0S1 14.89 9.04 4.67 1.11
B0S1 14.22 7.71 4.00 0.89
B1S0 21.56 15.04 7.56 6.44
B1S0 20.67 13.93 8.00 5.11
B1S0 24.44 15.93 8.67 4.22
B1S1 24.22 18.60 7.33 3.56
B1S1 22.67 17.04 6.22 2.22
B1S1 23.33 15.71 6.67 4.00
B2S0 20.89 13.93 6.67 4.44
B2S0 17.78 14.16 5.33 5.78
B2S0 19.11 13.27 6.89 4.67
B2S1 22.22 13.04 8.89 2.67
B2S1 19.56 14.82 7.56 4.67
B2S1 20.22 14.60 6.44 4.44
Lampiran 16 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap bobot minyak bumi pada
media minimal cair setelah inkubasi 15 hari
Lampiran 33 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Lampiran 34 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Lampiran 35 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Lampiran 37 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari
ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Lampiran 38 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari
ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Lampiran 39 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari
ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi