Anda di halaman 1dari 87

BIODEGRADASI HIDROKARBON MINYAK BUMI OLEH

Bacillus sp. GALUR ICBB 7859 DAN ICBB 7865 DARI


EKOSISTEM AIR HITAM KALIMANTAN TENGAH
DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN

DIYAN HERDIYANTORO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Biodegradasi Hidrokarbon


Minyak Bumi oleh Bacillus sp. Galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dari Ekosistem
Air Hitam Kalimantan Tengah dengan Penambahan Surfaktan adalah karya saya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2005

Diyan Herdiyantoro
NIM A225010091
ABSTRAK

DIYAN HERDIYANTORO. Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi oleh Bacillus


sp. Galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dari Ekosistem Air Hitam Kalimantan
Tengah dengan Penambahan Surfaktan. Dibimbing oleh DWI ANDREAS
SANTOSA dan ANI SURYANI.
Minyak dan gas bumi merupakan sumber energi utama untuk industri,
transportasi dan rumah tangga. Selain manfaat yang diperoleh, kegiatan industri
perminyakan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bioremediasi
merupakan teknologi yang didasarkan kepada aktivitas mikroorganisme yang
dapat mengurangi polutan-polutan yang mencemari lingkungan. Penggunaan
surfaktan bersama dengan inokulasi bakteri terpilih telah diketahui dapat
meningkatkan proses biodegradasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan ICBB 7865 dari ekosistem air hitam Kalimantan Tengah dengan
penambahan surfaktan dalam biodegradasi hidrokarbon minyak bumi pada
media minimal cair dan tanah yang tercemar minyak bumi.
Pada 100 ml media minimal cair masing-masing isolat diinokulasikan
hingga mencapai kepadatan populasi 1.00 x 106 sel/ml, sedangkan pada 200 g
campuran tanah dan minyak bumi (10% b/b) non-steril sejumlah 1.00 x 106 sel/g.
Surfaktan Tween 80 digunakan pada dosis critical micelle concentration-nya,
yaitu 0.015 ml/l.
Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB
7865 disertai dengan penambahan surfaktan pada media minimal cair dapat
meningkatkan biodegradasi hidrokarbon minyak bumi.
Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB
7865 pada tanah yang tercemar minyak bumi memberikan nilai total petroleum
hydrocarbon (TPH) dan pH lebih rendah serta biodegradasi dan CO2-C lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi bakteri. Perlakuan penambahan
surfaktan memberikan nilai CO2-C lebih rendah dibandingkan dengan tanpa
penambahan surfaktan pada hari ke-28 inkubasi. Interaksi perlakuan inokulasi
Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan tanpa penambahan surfaktan (B1S0), inokulasi
ICBB 7865 dan penambahan surfaktan (B2S1), inokulasi ICBB 7859 dan
penambahan surfaktan (B1S1) dan inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan
surfaktan (B2S0) memberikan nilai CO2-C lebih tinggi dibandingkan dengan
interaksi perlakuan tanpa inokulasi bakteri dan penambahan surfaktan (B0S1)
dan tanpa inokulasi bakteri dan tanpa penambahan surfaktan (B0S0) pada hari
ke-21 inkubasi.
ABSTRACT

DIYAN HERDIYANTORO. Crude Oil Biodegradation by Bacillus sp. Strain ICBB


7859 and ICBB 7865 from Black Water Ecosystem of Central Kalimantan and
The Addition of Surfactant. Under supervision of DWI ANDREAS SANTOSA and
ANI SURYANI.
Petroleum is the source of energy for industrial, transportation and
domestic activities. As an energy resource, it has many advantages but also can
cause environmental pollution. Bioremediation is a technology based on microbial
activities which can degrade environmental contaminants. Addition of surfactants
along with bacterial inoculation have been reported to enhance the degradation
process.
The purpose of this research was to determine the effect of Bacillus sp.
strain ICBB 7859 and ICBB 7865 and the addition of surfactant on the
biodegradation of crude oil in liquid minimum medium and non-sterile oil
contaminated soil.
In 100 ml of liquid minimum medium the inoculants were inoculated at the
population density of 1.00 x 106 cells/ml while in 200 g of unsterilized soil and
crude oil mixtured (10% wt/wt) 1.00 x 106 cells/g. The dosage of surfactant
Tween 80 was at its critical micelle concentration, i.e. 0.015 ml/l.
Inoculation treatments with Bacillus sp. strain ICBB 7859 and ICBB 7865
in liquid minimum medium along with addition of surfactant enhanced crude oil
biodegradation.
Inoculation treatments with Bacillus sp. strain ICBB 7859 and ICBB 7865
on oil contaminated soil resulted lower total petroleum hydrocarbon (TPH) and
pH, and higher biodegradation and CO2-C production than without bacteria
inoculation. However, addition of surfactant treatment resulted lower CO2-C
production than without addition of surfactant at 28th day of incubation. Interaction
treatments with Bacillus sp. strain ICBB 7859 and without addition of surfactant
(B1S0), ICBB 7865 and addition of surfactant (B2S1), ICBB 7859 and addition of
surfactant (B1S1) and ICBB 7865 and without addition of surfactant (B2S0)
resulted higher CO2-C production than without bacteria inoculation and addition
of surfactant (B0S1) and without bacteria inoculation and without addition of
surfactant (B0S0) at 21st day of incubation.
© Hak cipta milik Diyan Herdiyantoro, tahun 2005
Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian
Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi,
mikrofilm dan sebagainya
BIODEGRADASI HIDROKARBON MINYAK BUMI OLEH
Bacillus sp. GALUR ICBB 7859 DAN ICBB 7865 DARI
EKOSISTEM AIR HITAM KALIMANTAN TENGAH
DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN

DIYAN HERDIYANTORO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Tanah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005
Judul Tesis : Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi oleh Bacillus sp.
Galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dari Ekosistem Air
Hitam Kalimantan Tengah dengan Penambahan
Surfaktan
Nama : Diyan Herdiyantoro
NIM : A225010091

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, M.S. Dr. Ir. Ani Suryani, D.E.A.
Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Tanah Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Komaruddin Idris, M.S. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

Tanggal Ujian: 19 Mei 2005 Tanggal Lulus:


” S esungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap ” .
(Q.S. Alam Nasyrah 94:6-8)

Kupersembahkan karya kecil ini kepada


ayahanda Syafri Andi Pilliang dan ibunda
Sri Hastuti serta seseorang yang telah
hadir dalam hati yang mudah-mudahan
dijanjikan Allah SWT untukku.
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
tesis ini dengan judul Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi oleh Bacillus sp.
Galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dari Ekosistem Air Hitam Kalimantan Tengah
dengan Penambahan Surfaktan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Dwi Andreas
Santosa, M.S. dan Ibu Dr. Ir. Ani Suryani, D.E.A. selaku pembimbing atas arahan
dan motivasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian sampai penulisan
tesis ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Dr. Dra. Rahayu
Widyastuti, M.Sc. selaku dosen penguji. Penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, M.S. selaku direktur Indonesian Center for
Biodiversity and Biotechnology (ICBB) yang telah memberikan dukungan dana
dan fasilitas selama penelitian berlangsung. Isolat yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan koleksi dari ICBB-Culture Collection of Microorganisms,
http://www.icbb.org. Selain itu, ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada
kepala dan staf Laboratorium Biologi Tanah yang telah memberikan izin dalam
penggunaan laboratorium dan fasilitasnya dan membantu pelaksanaan
penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Syafri
Andi Pilliang, ibunda Sri Hastuti, adinda Rio Andrianto dan seluruh keluarga atas
segala do’a dan kasih sayangnya serta sahabat penulis Budi Eko Cahyono, S.P.
dan drh. Hellyne Rosalina yang selalu mendampingi penulis saat suka maupun
duka. Ungkapan terima kasih diucapkan kepada Khairani Rahman, S.P. yang
telah memberikan dukungan moril maupun materil yang tulus kepada penulis.
Kepada Zumi Saidah, S.P., M.Si., kehadiranmu dalam hati mampu memberikan
api semangat penulis dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah pascasarjana
ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2005

Diyan Herdiyantoro
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 24 Oktober 1977 dari


ayah Syafri Andi Pilliang dan ibu Sri Hastuti. Penulis merupakan putra pertama
dari dua bersaudara.
Pendidikan dasar ditempuh di SDN Sukamaju I Cimahi dan lulus pada
tahun 1990. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 3 Cimahi dan
lulus pada tahun 1993. Setelah itu penulis meneruskan ke SMAN 2 Cimahi dan
lulus pada tahun 1996.
Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan lulus pada tahun 2001. Selama mengikuti perkuliahan,
penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah pada
tahun ajaran 1999/2000 dan 2000/2001. Kemudian pada tahun yang sama
penulis melanjutkan program S2 di Program Studi Ilmu Tanah, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Karya ilmiah berjudul Pengaruh Inokulasi
Bakteri Perombak Hidrokarbon Minyak Bumi dan Penambahan Pupuk N dan P
dalam Biodegradasi Limbah Minyak telah disajikan dalam Seminar Nasional di
Jakarta pada bulan Juli 2003. Sebuah artikel telah diterbitkan dengan judul Effect
of Inoculation of Hydrocarbon Degrading Bacteria and Addition of Nitrogen and
Phosphor Inorganic Fertilizers on Crude Oil Waste Biodegradation pada Jurnal
Ilmiah Pertanian GAKURYOKU Vol IX, No. 2, Th. 2003.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xiv


DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xvii

PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1
Latar Belakang ………………………………………………………. 1
Tujuan Penelitian …………………………………….….................. 3
Hipotesis Penelitian ………………………………………………… 3
Manfaat Penelitian …………………………………………………... 3

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………...................... 4


Karakteristik Minyak Bumi …………………………….................. 4
Minyak Bumi dan Pengilangan Minyak Bumi …………………. 4
Sifat Fisik Minyak Bumi …………………………….................... 4
Sifat Kimia Minyak Bumi ………………………………............... 5
Pencemaran Tanah oleh Minyak Bumi ……….………............... 6
Rembesan Limbah Alam …………………………….................. 6
Rembesan dan Tumpahan Minyak Bumi Akibat Kecelakaan .. 6
Pembuangan Limbah Minyak Bumi ......................................... 6
Pengaruh Pencemaran Minyak Bumi Terhadap Manusia,
Tumbuhan dan Hewan ……………………………………….......... 7
Pengaruh Pencemaran Minyak Bumi Terhadap Manusia …… 7
Pengaruh Pencemaran Minyak Bumi Terhadap Tumbuhan … 7
Pengaruh Pencemaran Minyak Bumi Terhadap Hewan …….. 8
Dinamika Tumpahan Minyak Bumi di Tanah …………………... 9
Penyebaran ……………………………………………………….. 9
Penguapan …………………………………….…....................... 9
Pencucian …………………………………………………………. 10
Degradasi Secara Fotooksidasi ……………….….…................ 10
Bioremediasi Minyak Bumi ………………………………………... 10
Mikroorganisme Pendegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi ..... 12
Mekanisme Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi .............. 14
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Biodegradasi
Hidrokarbon Minyak Bumi …………………………….................. 16
Kadar Air …………………………………………….................... 16
Suhu ……………………………………………………………….. 16
Oksigen ……………………………………………………………. 17
pH Tanah …………………………………………….................... 17
Ketersediaan Nutrisi …………………….……………………….. 17
Ekosistem Air Hitam Kalimantan Tengah ................................. 18
Surfaktan ...................................................................................... 19
Sifat dan Karakteristik Surfaktan ............................................. 19
Penggunaan Surfaktan dalam Biodegradasi Hidrokarbon
Minyak Bumi ............................................................................ 20

BAHAN DAN METODE …………………………………........................ 22


Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………….. 22
Bahan dan Alat ………………………………………………………. 22
Pelaksanaan Penelitian …………………………………………….. 22
Penentuan Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Nutrient
Broth ........................................................................................ 22
Penentuan Kurva Standar Populasi Bakteri ............................ 23
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak
Bumi di Berbagai Konsentrasi Minyak Bumi pada Media
Minimal Cair ............................................................................. 23
Penentuan Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Minimal
Cair .......................................................................................... 24
Penentuan Kurva Pertumbuhan Bakteri dengan Penambahan
Surfaktan pada Media Minimal Cair ........................................ 24
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon
Minyak Bumi pada Media Minimal Cair ............................... 24
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon
Minyak Bumi dengan Penambahan Surfaktan pada Media
Minimal Cair ........................................................................... 25
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak
Bumi dan Penambahan Surfaktan pada Tanah Tercemar
Minyak Bumi ............................................................................ 25
Pengukuran Bobot Minyak Bumi (TPH) ................................... 26
Pengukuran pH Tanah ………………………………................. 28
Pengukuran CO2-C ………..………………………………… …... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………. 29


Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Nutrient Broth ......... 29
Kurva Standar Populasi Bakteri ................................................. 29
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon
Minyak Bumi di Berbagai Konsentrasi Minyak Bumi pada
Media Minimal Cair ………………………………………………….. 30
Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Minimal Cair ............ 31
Kurva Pertumbuhan Bakteri dengan Penambahan Surfaktan
pada Media Minimal Cair ............................................................. 33
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon
Minyak Bumi pada Media Minimal Cair ..................................... 34
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon
Minyak Bumi dengan Penambahan Surfaktan pada Media
Minimal Cair ................................................................................. 34
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon
Minyak Bumi dan Penambahan Surfaktan pada Tanah
Tercemar Minyak Bumi ............................................................... 35
Pengaruh Bakteri Terhadap Total Petroleum Hydrocarbon
(TPH) ....................................................................................... 35
Pengaruh Bakteri Terhadap Biodegradasi .............................. 37
Pengaruh Bakteri Terhadap pH ............................................... 37
Pengaruh Bakteri Terhadap CO2-C ......................................... 38
Pengaruh Surfaktan Terhadap CO2-C ..................................... 39
Pengaruh Interaksi Bakteri dan Surfaktan Terhadap CO2-C ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………. 41


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 42
LAMPIRAN .......................................................................................... 48
DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hasil pengolahan minyak bumi dan kegunaannya .................... 4


2 Sifat fisik minyak bumi ............................................................... 5
3 Jenis-jenis teknologi bioremediasi ............................................. 11
4 Biaya pengolahan oil sludge pada berbagai metode
bioremediasi ............................................................................... 12
5 Total petroleum hydrocarbon (TPH), biodegradasi, kerapatan
optik dan pH di berbagai konsentrasi minyak bumi pada media
minimal cair karena pengaruh Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 selama 15 hari inkubasi …… …………………… 30
6 Pengaruh bakteri terhadap bobot minyak bumi, biodegradasi,
pH dan kerapatan optik pada media minimal cair selama 15
hari inkubasi ............................................................................... 34
7 Pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan Tween 80
terhadap bobot minyak bumi, biodegradasi, pH dan
kerapatan optik pada media minimal cair selama 15 hari
inkubasi ...................................................................................... 35
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Penyebaran tumpahan minyak di permukaan tanah ................. 9


2 Penggunaan hidrokarbon minyak bumi oleh bakteri: (A)
penggunaan hidrokarbon terlarut, (B) kontak langsung bakteri
dengan hidrokarbon pada antar muka air-minyak, (C) kontak
langsung bakteri dengan butiran-butiran hidrokarbon yang
terdispersi dalam larutan dan (D) peningkatan kelarutan
hidrokarbon karena dihasilkan biosurfaktan .............................. 15
3 Kepala hidrofilik surfaktan yang terikat air ................................. 19
4 Jenis-jenis surfaktan .................................................................. 20
5 Surfaktan meningkatkan bioavailabilitas minyak terhadap
bakteri: (A) laju biodegradasi terbatas karena minyak tidak
larut dan (B) peningkatan kelarutan minyak dan laju
biodegradasi karena adanya misel surfaktan ............................ 21
6 Penetapan kurva standar populasi bakteri ................................. 23
7 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB
7865 pada media nutrient broth ………………………………….. 29
8 Kurva standar populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB
7865 ………………………………………..................................... 29
9 Uji aktivitas Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
dalam biodegradasi hidrokarbon minyak bumi di berbagai
konsentrasi minyak bumi pada media minimal cair selama 15
hari inkubasi ………………………………………………………… 30
10 Total petroleum hydrocarbon (TPH) akhir karena pengaruh
Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 di berbagai
konsentrasi minyak bumi pada media minimal cair selama 15
hari inkubasi ………………………………………………………… 31
11 Penentuan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 pada media minimal cair ………….................... 31
12 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB
7865 pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi ………. 32
13 Penentuan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 dengan penambahan surfaktan Tween 80
pada media minimal cair …………………………….......... .......... 33
14 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB
7865 dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi ……………………………. 33
15 Biodegradasi minyak bumi oleh Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 dan dengan penambahan surfaktan Tween 80
pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi ..................... 35
16 Pengaruh bakteri terhadap TPH pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 36
17 Pengaruh bakteri terhadap biodegradasi pada tanah tercemar
minyak bumi ………………………………………………….......... 37
18 Pengaruh bakteri terhadap pH pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 38
19 Pengaruh bakteri terhadap CO2-C pada tanah tercemar
minyak bumi ............................................................................... 38
20 Pengaruh surfaktan terhadap CO2-C pada tanah tercemar
minyak bumi ............................................................................... 39
21 Pengaruh interaksi bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari
ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi .................... 40
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Ciri morfologi dan fisiologi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan
ICBB 7865 .................................................................................. 49
2 Sifat fisik dan kimia Sangatta crude oil ...................................... 50
3 Komposisi media tumbuh bakteri dan surfaktan ........................ 51
4 Data bobot minyak bumi yang dapat diekstrak dari media
minimal cair dan media tanah .................................................... 52
5 Data penetapan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB
7859 dan ICBB 7865 pada media nutrient broth ........................ 53
6 Hasil perhitungan populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan
ICBB 7865 untuk kurva standar ................................................. 54
7 Data aktivitas bakteri di berbagai konsentrasi minyak bumi
pada media minimal cair ............................................................ 55
8 Data kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair ........ 56
9 Data kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair
dengan penambahan surfaktan Tween 80 ................................ 57
10 Data uji aktivitas bakteri pada media minimal cair ..................... 58
11 Data uji aktivitas bakteri pada media minimal cair dengan
penambahan surfaktan Tween 80 ............................................. 59
12 Data bobot minyak bumi hasil uji aktivitas bakteri dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi dan penambahan
surfaktan Tween 80 pada tanah tercemar minyak bumi ............ 60
13 Data biodegradasi hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween
80 pada tanah tercemar minyak bumi ........................................ 61
14 Data pH hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween
80 pada tanah tercemar minyak bumi ........................................ 62
15 Data CO2-C hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween
80 pada tanah tercemar minyak bumi ........................................ 63
16 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap bobot minyak bumi
pada media minimal cair setelah inkubasi 15 hari ..................... 64
17 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap biodegradasi
minyak bumi pada media minimal cair setelah 15 hari inkubasi
.................................................................................................... 64
18 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap pH pada media
minimal cair setelah 15 hari inkubasi ......................................... 64
19 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap kerapatan optik
pada media minimal cair setelah 15 hari inkubasi ..................... 64
20 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan
surfaktan Tween 80 terhadap bobot minyak bumi pada media
minimal cair setelah 15 hari inkubasi ......................................... 65
21 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan
surfaktan Tween 80 terhadap biodegradasi minyak bumi pada
media minimal cair setelah 15 hari inkubasi .............................. 65
22 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan
surfaktan Tween 80 terhadap pH pada media minimal cair
setelah 15 hari inkubasi ............................................................. 65
23 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan
surfaktan Tween 80 terhadap kerapatan optik pada media
minimal cair setelah 15 hari inkubasi ......................................... 65
24 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 66
25 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 66
26 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 66
27 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak
bumi ........................................................................................... 66
28 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-7 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi ................................................................ 67
29 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-14 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi ................................................................ 67
30 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-21 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi ................................................................ 67
31 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-28 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi ................................................................ 67
32 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH
hari ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............... 68
33 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH
hari ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............. 68
34 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH
hari ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............. 68
35 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH
hari ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............. 68
36 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-
C hari ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi ............ 69
37 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-
C hari ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi .......... 69
38 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-
C hari ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi .......... 69
39 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-
C hari ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi .......... 69
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Minyak dan gas bumi merupakan sumber energi utama untuk industri,
transportasi dan rumah tangga. Ekspor komoditi ini menyumbangkan devisa bagi
negara (Kadarwati et al. 1996). Indonesia adalah salah satu penghasil minyak
bumi terbesar (urutan ke-8 dari negara penghasil minyak dunia) dengan produksi
sebesar 1.27 juta barel per hari pada tahun 2003 (Sabur 2003).
Aktivitas industri perminyakan (pengeboran, pengilangan, proses produksi
dan transportasi) umumnya menghasilkan limbah minyak dan terjadi tumpahan
baik di tanah maupun perairan (Udiharto 1996a). Limbah dan tumpahan tersebut
akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas industri
perminyakan di lapangan. Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan dan berbahaya bagi makhluk hidup (Dibble & Bartha
1979; Bartha & Bossert 1984; Bossert & Bartha 1984; Mishra et al. 2001;
Santosa 2003).
Dalam UU No. 23/1997 dan PP No. 18/1999 disebutkan bahwa limbah
minyak bumi termasuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3). Produsen
dilarang menyimpannya terlalu lama tanpa pengolahan. Selain itu, produsen
diwajibkan segera mengolahnya menjadi komponen-komponen yang tidak
berbahaya dalam waktu 90 hari sejak limbah dihasilkan (Mursida 2002; Santosa
2003).
Usaha penanggulangan pencemaran minyak bumi secara konvensional
hasilnya kurang memuaskan. Membuang bahan pencemar dengan
membenamkannya ke dalam tanah tidak menanggulangi masalah. Bahan
tersebut dapat meresap ke air tanah dan mencemari perairan. Demikian juga
dengan usaha pembakaran yang dapat mengakibatkan pencemaran udara
(Kadarwati et al. 1996).
Alternatif lain yang dapat digunakan dalam penanggulangan pencemaran
minyak bumi adalah teknologi bioremediasi yaitu menggunakan bakteri yang
dalam aktivitasnya mampu memanfaatkan hidrokarbon minyak bumi sebagai
sumber karbon dan energi kemudian mengubahnya menjadi CO2, H2O dan
biomassa sel. Teknologi ini ramah lingkungan, efektif dan ekonomis.
Penerapannya pada lingkungan yang tercemar minyak bumi diharapkan dapat
mengurangi konsentrasi limbah minyak yang ada dan membantu usaha
penormalan kembali lingkungan tersebut (Dibble & Bartha 1979; Atlas 1981;
Bossert & Bartha 1984; Udiharto et al. 1995; Udiharto et al. 2000; Yani et al.
2003). Dalam Kepmen No. 04/1995 disebutkan bahwa pengolahan limbah
minyak bumi secara biologi harus dapat menurunkan konsentrasi hidrokarbon
hingga mencapai ambang batas yang disyaratkan aman bagi lingkungan, yaitu
10 000 ppm (Edvantoro 2003).
Aktivitas bakteri dalam mendegradasi limbah minyak bumi tergantung
kepada fisiologi bakteri dan kondisi beberapa parameter lingkungan setempat
seperti pH, kelembaban, aerasi, temperatur dan ketersediaan nutrisi. Pemilihan
inokulan yang sesuai dan menciptakan kondisi lingkungan yang optimal untuk
bakteri dapat mempercepat proses biodegradasi sehingga memungkinkan
terjadinya pengurangan konsentrasi hidrokarbon secara maksimal (Atlas 1981;
Kadarwati et al. 1994; Udiharto 1996a; Udiharto et al. 2000).
Bioremediasi dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri indigenous
maupun menginokulasikan bakteri terpilih dari tempat lain (Udiharto et al. 2000;
Mishra et al. 2001; Santosa 2003). Santosa et al. (2000) menyatakan bahwa
ekosistem air hitam Kalimantan Tengah menyimpan potensi bakteri yang dapat
digunakan untuk bioremediasi. Ekosistem air hitam tidak hanya penting karena
jenis flora dan faunanya tetapi juga mikroorganismenya penting untuk
dikembangkan karena berbagai kelompok bakteri mampu hidup pada kondisi
ekstrim lingkungan tersebut.
Listiyawati (2004) dapat mengisolasi konsorsium bakteri perombak
hidrokarbon minyak bumi dari ekositem air hitam Kalimantan Tengah. Hasil
pengujian menggunakan konsorsium DNH-U 3877 pada skala laboratorium
dalam penanganan limbah lumpur berminyak menunjukkan penurunan total
petroleum hydrocarbon (TPH) dari 58 882 ppm menjadi 6 652 ppm dalam waktu
6 minggu. Dalam konsorsium tersebut terdapat 2 koloni bakteri yang dominan,
yaitu Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865.
Karakteristik minyak bumi yang tidak larut dalam air dan terjerap pada
partikel tanah dapat mengurangi bioavailabilitasnya terhadap bakteri sehingga
menjadi faktor pembatas laju biodegradasi karena di lain pihak aktivitas bakteri
dalam biodegradasi berlangsung pada antar muka air-minyak dalam larutan
tanah (Atlas 1981; Volkering et al. 1995; Tiehm & Stieber 2001; Wick et al. 2001).
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dengan mengaplikasikan surfaktan,
molekul yang mempunyai bagian hidrofilik dan hidrofobik yang mampu
menurunkan tegangan antar muka air dan minyak (Volkering et al. 1995; Tiehm &
Stieber 2001). Penggunaan surfaktan bersama dengan inokulasi bakteri terpilih
telah diketahui dapat meningkatkan proses biodegradasi. Surfaktan, melalui
proses dispersi, dapat meningkatkan kelarutan minyak dalam fase cairan
sehingga permukaan minyak yang dapat didegradasi oleh bakteri bertambah
(Van Dyke et al. 1991; Tiehm 1994; Liu et al. 1995; Udiharto et al. 1995; Thibault
et al. 1996; Sabagh & Atta 1999).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan Bacillus sp. galur


ICBB 7859 dan ICBB 7865 yang diisolasi dari ekosistem air hitam Kalimantan
Tengah dengan penambahan surfaktan dalam mendegradasi hidrokarbon
minyak bumi.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah inokulasi Bacillus sp. galur ICBB
7859 dan ICBB 7865 yang diisolasi dari ekosistem air hitam Kalimantan Tengah
dengan penambahan surfaktan dapat meningkatkan biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi.

Manfaat Penelitian

Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 serta penambahan surfaktan
dapat dimanfaatkan dalam penanganan limbah dan rehabilitasi lingkungan yang
tercemar hidrokarbon minyak bumi.
TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Minyak Bumi

Minyak Bumi dan Pengilangan Minyak Bumi

Minyak bumi merupakan campuran kompleks hidrokarbon padat, cair dan


gas yang merupakan hasil akhir penguraian bahan-bahan hewani dan nabati
yang telah terpendam dalam kerak bumi dalam waktu lama dan mengandung
sedikit senyawa nitrogen dan belerang (Atlas & Bartha 1981; Keenan et al.
1993). Minyak bumi yang dihasilkan di Indonesia bervariasi jenisnya dari ringan
encer yang berwarna kecoklatan dan mengandung bagian-bagian ringan yang
mudah disuling sampai pada jenis kental yang merupakan substansi setengah
padat berwarna kehitaman dengan sedikit mengandung bagian ringan (Kontawa
1993).
Menurut Keenan et al. (1993) pengilangan minyak bumi merupakan
pemisahan senyawa organik seperti adanya di alam dan pengolahan beberapa
diantaranya menjadi senyawa organik lain melalui pemisahan minyak kasar
dengan penyulingan bertingkat menjadi kelompok-kelompok dengan interval titik
didih yang berlainan. Hasil pengolahan minyak bumi dan kegunaannya disajikan
pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil pengolahan minyak bumi dan kegunaannya


Interval Ukuran Interval Titik
No. Hasil Penggunaan
Molekul Didih (ºC)
1. Gas C1-C5 -164-30 Bahan bakar gas
2. Eter petroleum C5-C7 30-90 Pelarut; binatu kimia (dry cleaning)
3. Bensin C5-C12 30-200 Bahan bakar motor
4. Minyak tanah C12-C16 175-275 Minyak lampu; minyak kompor
5. Minyak diesel C15-C18 250-400 Bahan bakar mesin diesel
6. Minyak pelumas > C16 > 350 Pelumasan
7. Lilin parafin > C20 52-57 Lilin; korek api
8. Aspal - Residu Pelapis jalan
Sumber: Keenan et al. (1993).

Sifat Fisik Minyak Bumi

Hidrokarbon minyak bumi tidak larut atau hanya sedikit sekali larut dalam
air tetapi sangat larut dalam pelarut non-polar (Keenan et al. 1993). Menurut
Koesoemadinata (1980) dan Speight (1980) secara umum sifat-sifat fisik minyak
bumi terdiri atas bobot jenis, titik didih, titik nyala dan nilai kalori (Tabel 2).
Tabel 2 Sifat fisik minyak bumi
No. Sifat Fisik Keterangan
1. Bobot jenis Bobot jenis (specific gravity) adalah sifat fisik minyak bumi yang penting
dan mempunyai nilai dalam perdagangan. Bobot jenis minyak bumi
dinyatakan dalam derajat API (American Petroleum Institute) atau API
gravity yang menunjukkan kualitas minyak bumi tersebut. Semakin kecil
bobot jenisnya atau semakin tinggi derajat API maka minyak bumi itu
memiliki nilai jual tinggi karena banyak mengandung bensin. Bobot jenis
minyak bumi tergantung pada suhu dimana semakin tinggi suhu maka
semakin rendah bobot jenisnya.
2. Titik didih Titik didih (boiling point) minyak bumi berbeda-beda sesuai dengan
derajat API-nya. Jika derajat API rendah maka titik didihnya tinggi karena
minyak bumi tersebut banyak mengandung fraksi berat. Jika derajat API
tinggi maka titik didihnya rendah dan lebih banyak mengandung fraksi
ringan (bensin). Titik didih mempunyai arti penting untuk transportasi
minyak bumi sehingga proses pembekuan dapat dicegah.
3. Titik nyala Titik nyala (flash point) adalah suhu dimana minyak bumi dapat terbakar
karena suatu percikan api. Semakin tinggi derajat API maka titik didih dan
titik nyalanya semakin rendah sehingga mudah terbakar karena percikan
api. Titik nyala mempunyai arti sangat penting karena semakin rendah
akan semakin berbahaya.
4. Nilai kalori Nilai kalori (heat of combustion) adalah jumlah kalori yang ditimbulkan
oleh 1 g minyak bumi yaitu dengan meningkatkan suhu 1 g air dari 3.5 °C
sampai 4.5 °C. Terdapat hubungan antara bobot jenis dan nilai kalori
yaitu bobot jenis minyak bumi antara 0.9 sampai 0.95 memberikan nilai
kalori sebesar 10 000-10 500 kal/g. Pada umumnya minyak bumi
mempunyai nilai kalori 10 000-10 800 kal/g.
Sumber: Koesoemadinata (1980) dan Speight (1980).

Sifat Kimia Minyak Bumi

Minyak bumi tersusun dari senyawa hidrokarbon (> 90%) dan senyawa
non-hidrokarbon (Udiharto 1996a). Berdasarkan struktur molekulnya
persenyawaan hidrokarbon digolongkan atas 4 jenis, yaitu parafin, olefin,
naftalen dan aromatik (Kontawa 1993). Senyawa non-hidrokarbon minyak bumi
disusun oleh senyawa organik yang mengandung belerang, nitrogen, oksigen
dan logam organik yang terkonsentrasi dalam minyak fraksi berat dan residu
(Udiharto 1996a).
Menurut Kadarwati et al. (1994) hidrokarbon parafinik atau alifatik adalah
senyawa hidrokarbon yang mempunyai rantai karbon dengan ikatan jenuh dan
terbuka. Hidrokarbon naftenik atau sikloparafin adalah senyawa hidrokarbon
dengan ikatan jenuh yang mempunyai rantai tertutup atau berbentuk cincin atau
lingkar. Hidrokarbon aromatik merupakan senyawa hidrokarbon dengan molekul
berbentuk cincin yang terdiri atas 6 atom karbon dengan ikatan rangkap
bergantian.
Suatu persenyawaan hidrokarbon berbeda dari persenyawaan
hidrokarbon lainnya karena perbedaan perbandingan bobot unsur-unsur karbon
dan hidrogen yang terdapat di dalamnya atau perbedaan susunan unsur-unsur
karbon dan hidrogen di dalam molekul-molekul persenyawaan tersebut (Kontawa
1993).

Pencemaran Tanah oleh Minyak Bumi

Menurut Bossert dan Bartha (1984) jenis dan asal pencemaran minyak
bumi di tanah dapat terjadi melalui beberapa hal berikut, yaitu rembesan limbah
alam berupa minyak dan gas bumi, kecelakaan yang mengakibatkan rembesan
atau tumpahan minyak dan pembuangan limbah minyak.

Rembesan Limbah Alam

Pelengkungan formasi geologi dapat menyebabkan minyak bumi


meresap melalui celah-celah bebatuan menuju ke permukaan bumi walaupun
tanpa proses pengeboran. Jumlahnya diperkirakan 600 000 ton per tahun akan
masuk ke perairan dan pada lingkungan terestrial sekitar 245 000 ton minyak
bumi tersebut akan terombak oleh aktivitas mikroorganisme. Selain itu,
perombakan juga terjadi pada reservoir di dalam tanah dimana oksigen dan
nutrisi mineral tersedia melalui infiltrasi. Melalui proses tersebut diperkirakan 10%
deposit minyak hancur.

Rembesan dan Tumpahan Minyak Bumi Akibat Kecelakaan

Pada skala besar kecelakaan terjadi pada sumur-sumur bor minyak bumi
dan pecahnya pipa-pipa pengangkutan minyak sedangkan pada skala kecil
sering terjadi pada proses pengangkutan dengan mobil-mobil tanker dan
bocornya katup atau kran-kran kilang minyak.

Pembuangan Limbah Minyak Bumi

Pembuangan limbah minyak dari pabrik pemurnian minyak bumi, dasar


tanki penyimpanan dan operasi pembersihan tumpahan minyak akan
menghasilkan lumpur berminyak (oil sludge) dimana faktor teknologi dan
ekonomi sering menjadi kendala dalam penanganannya. Selain itu, pemanfaatan
limbah minyak melalui penyemprotan ke jalan untuk menahan debu dan
mengokohkan konstruksi pinggiran jalan dari erosi dengan cara mencampur
aspal dan jerami dapat menyebabkan pencemaran air tanah karena terjadi
rembesan minyak.
Pengaruh Pencemaran Minyak Bumi Terhadap Manusia, Tumbuhan dan
Hewan
Pengaruh Pencemaran Minyak Bumi Terhadap Manusia

Menurut Udiharto (2000) tingkat toksisitas hidrokarbon minyak bumi dapat


bersifat akut atau kronik. Toksisitas akut terjadi dalam jangka waktu yang relatif
pendek dengan bahan yang berkontak di lingkungan cukup tinggi sedangkan
toksisitas kronik terjadi dalam jangka waktu lama dengan bahan yang berkontak
relatif lebih rendah. Pengaruh toksik akut pada umumnya menyerang sistem
syaraf pusat. Sifat toksik yang kronik dapat mempengaruhi kerusakan sel
sumsum tulang dan menyebabkan penyakit kanker.

Pengaruh Pencemaran Minyak Bumi Terhadap Tumbuhan

Menurut Bossert dan Bartha (1984) tumpahan minyak bumi di permukaan


tanah memberikan pengaruh negatif terhadap tumbuhan, yaitu toksisitas akibat
kontak langsung atau tidak langsung karena adanya interaksi minyak dengan
komponen abiotik dan mikroorganisme tanah.
Toksisitas kontak terjadi karena hidrokarbon melarutkan struktur
membran lipid sel. Walaupun komponen minyak bumi bertitik didih rendah cepat
hilang melalui evaporasi dan pencucian (pada tanah dengan kondisi lembab dan
beraerasi baik), tetapi menyebabkan toksisitas kontak yang tinggi terhadap akar
dan daun. Tingkatan toksisitas sebagai berikut: monoaromatik > olefin dan
naftalen > parafin dimana setiap tingkatan berbanding lurus dengan peningkatan
polaritas dan berbanding terbalik dengan penambahan bobot molekul (Bossert &
Bartha 1984). Mason (1996) menyebutkan tumpahan minyak dapat menghambat
laju fotosintesis karena mempengaruhi permeabilitas membran sel dan
mengurangi penyerapan cahaya matahari oleh kloroplas.
Pengaruh tidak langsung terjadi karena adanya kompetisi penggunaan
nutrisi mineral dan oksigen antara akar tumbuhan dan mikroorganisme
pendegradasi hidrokarbon dan mendorong terbentuknya kondisi anaerobik
sehingga dihasilkan senyawa fitotoksik seperti H2S. Selain itu, minyak dengan
sifatnya yang hidrofobik dapat menyebabkan struktur tanah menjadi buruk
sehingga membatasi kemampuannya dalam menyerap air dan udara (Bossert &
Bartha 1984).
Kontaminasi hidrokarbon minyak bumi di permukaan tanah menyebabkan
terhambatnya perkembangan tumbuhan. Mishra et al. (2001) melaporkan di
lokasi kilang minyak Mathura-India yang tercemar limbah minyak tidak ada
vegetasi yang tumbuh. Bossert dan Bartha (1984) menyebutkan bahwa tanaman
umbi-umbian seperti ubi jalar dan singkong sangat sensitif terhadap hidrokarbon
minyak bumi sedangkan mangga, pisang dan tanaman yang mempunyai rhizoma
lebih mampu beradaptasi.
Konsentrasi hidrokarbon minyak bumi dalam jumlah sedang (1-5%) di
atas permukaan tanah umumnya kurang merusak terhadap tumbuhan.
Konsentrasi yang rendah (< 1%) kadang-kadang meningkatkan perkembangan
tumbuhan. Hal ini mungkin disebabkan adanya bagian dari komponen
hidrokarbon minyak bumi yang berfungsi sebagai hormon tumbuh (Bossert &
Bartha 1984).

Pengaruh Pencemaran Minyak Bumi Terhadap Hewan

Inverterbrata tanah mempunyai kandungan lipid yang tinggi dan laju


metabolisme yang cepat sehingga sangat sensitif terhadap toksisitas kontak dari
minyak bertitik didih rendah. Hidrokarbon dengan titik didih yang lebih tinggi dan
kurang fitotoksisitasnya dapat menyumbat stomata mikroartropoda sehingga
menghambat proses respirasi. Hal tersebut dijadikan dasar dalam
mengendalikan larva nyamuk dengan menggunakan minyak (Bossert & Bartha
1984).
Amfibi lebih mudah terkena dampak negatif dari minyak karena kulitnya
yang permeabel. Pada percobaan dengan menggunakan beberapa konsentrasi
minyak, telur dapat menetas menjadi berudu tanpa dipengaruhi oleh konsentrasi
minyak. Tetapi, perkembangan berudu terhambat pada konsentrasi minyak yang
tinggi bahkan pada konsentrasi > 100 mg/l tidak ada berudu yang mengalami
metamorfosa menjadi katak dewasa (Mason 1996).
Tumpahan minyak bumi menyebabkan terganggunya perkembangbiakan
burung karena lingkungan menjadi tidak sesuai untuk penetasan telur dan
terdapatnya unsur beracun. Beberapa percobaan menunjukkan bahwa minyak
yang diberikan pada kulit telur mallard (Anas platyrhynchos) menyebabkan telur
tidak menetas karena terdapat komponen aromatik yang toksik bagi telur. Pada
dosis 10 µl, embrio menjadi abnormal yang ditandai dengan berubahnya bentuk
paruh, susunan tulang dan bulu burung yang tidak lengkap (Mason 1996).
Dinamika Tumpahan Minyak Bumi di Tanah

Penyebaran

Penyebaran tumpahan minyak bumi di permukaan tanah ditentukan oleh


beberapa faktor utama diantaranya volume tumpahan, kekentalan minyak, kontur
lahan dan porositas tanah sedangkan beberapa faktor lain seperti tanaman
penutup dan keadaan cuaca juga ikut menentukan penyebarannya. Penyebaran
minyak secara horizontal menambah luasan lahan yang tercemar sedangkan
pergerakan secara vertikal menyebabkan terkontaminasinya air tanah (Gambar
1) (Raisbeck & Mohtadi 1974; Somers 1974; MacKay & Mohtadi 1975; Van
Loocke et al. 1975; McGill et al. 1981).

Gambar 1 Penyebaran tumpahan minyak di permukaan tanah (Bossert & Bartha 1984).

Penguapan

Menurut McGill et al. (1981) sebesar 20-40% minyak bumi akan


mengalami proses penguapan dari tanah tercemar. Besarnya penguapan
tergantung dari suhu, permukaan yang impermeabel dan vegetasi. Penguapan
tertinggi terjadi bila kondisi kelembaban tanah rendah dan suhu lingkungan
tinggi.
Penguapan terjadi pada senyawa-senyawa hidrokarbon dengan bobot
molekul rendah. Penguapan tidak berlangsung terus-menerus karena dalam
minyak bumi terdapat senyawa hidrokarbon yang mempunyai bobot molekul
lebih tinggi. Hidrokarbon dengan bobot molekul kurang dari C15 (titik didih < 250
°C) lebih mudah menguap, antara C15-C25 (titik didih 250-400 °C) menguap lebih
lambat sedangkan lebih besar dari C25 sulit menguap (Mulyono 1989).
Pencucian

Pencucian hidrokarbon minyak bumi pada permukaan dan air tanah


ditentukan oleh kelarutan minyak dalam fase cairan, tekstur tanah dan kuantitas-
intensitas air hujan. Francke dan Clark (1974) melaporkan hanya 1.6% minyak
hilang karena pencucian setelah hujan lebat pada minggu pertama percobaan.

Degradasi Secara Fotooksidasi

Tumpahan minyak bumi di atas permukaan impermeabel atau bebatuan


akan mengalami degradasi secara fotooksidasi. Senyawa logam organik
bertindak sebagai katalisator sedangkan senyawa mengandung sulfur
menghambat proses tersebut. Proses fotooksidasi berjalan efektif oleh cahaya
ultraviolet pada panjang gelombang < 400 nm (Clark & MacLeod 1977). Atlas
dan Bartha (1981) menyebutkan tumpahan minyak yang terpapar sinar matahari
selama 8 jam terdegradasi 0.2 ton per km2. Menurut Floodgate (1984) produk
yang dihasilkan melalui fotooksidasi lebih mudah larut dan peka terhadap
serangan mikroorganisme tetapi jika terjadi reaksi polimerasi akan terbentuk
senyawa rekalsitran yang lebih tahan.

Bioremediasi Minyak Bumi

Bioremediasi merupakan bagian dari bioteknologi lingkungan yang


memanfaatkan proses alami biodegradasi dengan menggunakan aktivitas
mikroorganisme yang dapat memulihkan tanah, air dan sedimen dari kontaminasi
terutama senyawa organik (Yani et al. 2003). Jenis-jenis teknologi bioremediasi
disajikan pada Tabel 3.
Teknologi bioremediasi pada umumnya dapat dibedakan menjadi
teknologi ex situ dan in situ. Teknologi ex situ adalah pengolahan yang
mencakup pemindahan bahan yang terkontaminasi atau buangan limbah ke
tempat lain untuk diolah lebih lanjut. Sebaliknya teknologi in situ mencakup
pengolahan bahan yang terkontaminasi atau buangan limbah yang dilakukan
tanpa memindahkan bahan-bahan tersebut ke tempat lain (Kadarwati et al.
1996).
Bioremediasi dapat mengatasi masalah-masalah yang tidak teratasi
dengan cara-cara konvensional seperti secara mekanik, fisika dan proses kimia.
Bioremediasi diharapkan dapat membersihkan lingkungan yang terkontaminasi
oleh campuran kompleks dari senyawa-senyawa organik seperti limbah kilang
minyak (Kadarwati et al. 1996).

Tabel 3. Jenis-jenis teknologi bioremediasi


No. Jenis Proses
1. Biostimulasi Penggunaan nutrien atau substrat seperti pupuk dan suplemen
pertumbuhan untuk menstimulasi mikroorganisme yang dapat
melakukan bioremediasi.
2. Bioaugmentasi Penambahan kultur bakteri atau enzim pada media yang
terkontaminasi.
3. Biofilter Memisahkan gas organik dengan melewatkan udara melalui kompos
atau tanah yang mengandung mikroorganisme yang mampu
mendegradasi gas. Teknik ini digunakan untuk memisahkan komponen
volatil (VOC’s) dari udara.
4. Bioreaktor Penanganan terhadap bahan yang terkontaminasi pada tanki besar
yang mengandung organisme atau enzim.
5. Bioventing Teknik yang mirip dengan biostimulasi. Teknik ini dilakukan dengan
menyemburkan oksigen ke dalam tanah untuk menstimulasi
pertumbuhan mikroorganisme.
6. Pengomposan Teknik ini dilakukan dengan mencampur bahan terkontaminasi dengan
kompos yang mengandung mikroorganisme bioremediasi. Campuran
diinkubasi pada kondisi aerobik dan hangat.
7. Landfarming Penggunaan teknik farming tilling dan soil amandement untuk
mendorong pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi di lokasi
terkontaminasi.
Sumber: Yani et al. (2003).

Ide yang mendasari bioremediasi adalah semua mikroorganisme mampu


mengkonsumsi substrat dari alam untuk pertumbuhan dan metabolismenya.
Bakteri, protista dan jamur sangat baik digunakan untuk mendegradasi molekul
kompleks dengan memasukkan bahan tersebut ke dalam metabolismenya.
Kemampuan untuk mendegradasi tergantung pada enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme. Minyak bumi dapat didegradasi oleh mikroorganisme karena
kemampuannya menghasilkan enzim yang selektif terhadap minyak sebagai
substratnya (Yani et al. 2003).
Menurut Wisjnuprapto (1996) bioremediasi mempunyai keuntungan dan
kerugian yang harus dipertimbangkan. Dua keuntungan utama adalah biaya
investasi yang rendah (Tabel 4) dan efektif dalam mengolah polutan sampai
pada tingkat yang dapat diterima oleh lingkungan. Kerugiannya adalah dalam hal
perancangan dan operasi karena dengan bioremediasi sistemnya harus dikelola
dengan sangat baik. Tetapi hal ini seimbang dengan biaya investasi yang
rendah. Masalah lain adalah kemungkinan adanya hasil samping yang tidak
dikenal yang dapat tersebar tanpa terdeteksi selama proses bioremediasi.
Pemantauan lapangan, adanya pengetahuan tentang produk degradasi dan studi
tentang pengolahan yang cukup memadai akan memberikan informasi untuk
mencegah penyebaran hasil samping yang tidak diinginkan.
Tabel 4. Biaya pengolahan oil sludge pada berbagai metode bioremediasi
3
Biaya/m
Metode
Pound Sterling US Dollar
Landfill
Inggris 25-120 35-171
Amerika Serikat 100-200 143-286
Thermal
Ex situ 100-500 143-715
In situ 75-300 107-429
Soil washing 35-100 50-72
Bioremediation 5-75 7-107
Sumber: Mursida (2002).

Penerapan bioremediasi sebagai teknik pengolahan limbah sudah


semakin berkembang terutama karena alasan biaya operasional yang relatif
murah dibandingkan dengan teknologi lain. PT Caltex Pacific Indonesia, Exxon
Mobil Oil, Unocol, Vico dan Total telah menerapkan teknologi ini (Edvantoro
2003). Di PT Caltex Pacific Indonesia, bioremediasi dengan mengoptimalkan
kondisi tanah untuk pertumbuhan bakteri indigenous menghasilkan konsentrasi
TPH • 1% dalam waktu 4 bulan (PT Caltex Pacific Indonesia 2003). Menurut
Edvantoro (2003) pengolahan limbah menggunakan teknik bioremediasi pada
prinsipnya dapat diterapkan di Indonesia selama pelaksanaan kegiatan
pengolahannya memenuhi persyaratan teknis dan aman bagi lingkungan.
Konsentrasi TPH akhir yang diperkenankan pada pengolahan limbah minyak
bumi melalui teknik bioremediasi adalah 10 000 ppm.

Mikroorganisme Pendegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi

Keberhasilan biodegradasi hidrokarbon minyak bumi tergantung kepada


aktivitas mikroorganisme dan kondisi lingkungannya. Menurut Kadarwati et al.
(1994) mikroorganisme yang banyak hidup dan berperan di lingkungan
hidrokarbon minyak bumi sebagian besar adalah bakteri. Bakteri yang sesuai
harus mempunyai kemampuan fisiologi dan metabolik untuk mendegradasi
bahan pencemar (Udiharto et al. 2000). Menurut Miller (1995) bakteri mampu
beradaptasi pada lingkungan hidrokarbon melalui beberapa cara, yaitu: (i)
pembentukan bagian hidrofobik pada dinding sel sehingga meningkatkan afinitas
sel terhadap hidrokarbon, (ii) dihasilkannya surfaktan ektraselular yang dapat
meningkatkan kelarutan hidrokarbon dan (iii) modifikasi intraselular membran
sitoplasmik yang dapat mengurangi toksisitas hidrokarbon terhadap bakteri.
Dalam beberapa hal, lingkungan yang akan dilakukan bioremediasi sudah
terdapat bakteri indigenous tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik perlu
ditambahkan bakteri eksogenous yang lebih sesuai (Noegroho 1999). Mishra et
al. (2001) menyatakan jika jumlah bakteri indigenous kurang dari 105 SPK/g
tanah maka biodegradasi tidak berjalan maksimal sehingga perlu dilakukan
penambahan bakteri eksogenous.
Atlas (1981) melaporkan sejumlah mikroorganisme pendegradasi
hidrokarbon minyak bumi, yaitu: (i) Bakteri: Pseudomonas, Achromobacter,
Arthrobacter, Michrococcus, Nocardia, Vibrio, Acinetobacter, Brevibacterium,
Corynebacterium, Flavobacterium, Leucothrix, Rhizobium, Spirillum, Alcaligenes,
Xanthomonas, Cytophaga, Thermomicrobium dan Klebbsiella; (ii) Khamir:
Candida, Rhodotorulla, Aurobasidium, Rhodosporidium, Saccharomyces,
Sporobolomyces, Trichosporon dan Cladosprium; (iii) Fungi: Penicillium,
Cunninghamella, Verticillium spp., Aspergillus, Mucoterales, Monilales,
Graphium, Fusarium, Trichoderma, Acremonium, Mortierella, Gliocladium dan
Sphaeropsidales; (iv) Algae: Protopheca dan (v) Cyanobacteria: Mierocoleus sp.,
Anabaena spp., Agmenellum sp., Coccochloris sp., Nostoc sp., Chlorella spp.,
Dunaalella sp., Ulva sp., Amphora sp., Chlamydomonas sp., Cylindretheca dan
Petalonia.
Walker et al. (1975) melaporkan kemampuan alga (Protopheca zopfii)
dalam mendegradasi minyak. Pada minyak motor senyawa aromatik
terdegradasi lebih besar daripada senyawa hidrokarbon jenuh sedangkan pada
minyak mentah senyawa hidrokarbon jenuh terdegradasi lebih besar daripada
aromatik.
Oetomo (1997) mengisolasi bakteri perombak hidrokarbon minyak bumi
dari lingkungan laut Tanjung Priok yang tercemar minyak, yaitu Pseudomonas
sp., Bacillus sp., Nocardia sp., Staphylocuccus sp., Vibrio sp. dan Mycobacterium
sp. Pseudomonas sp. mempunyai kemampuan tertinggi dalam mendegradasi
minyak bumi baik pada media air laut maupun air tawar.
Masitho (1999) mengisolasi Bacillus sp., Acinetobacter sp. 1 dan
Acinetobacter sp. 2 dari ekosistem mangrove. Acinetobacter sp. 1 dapat
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi lebih baik dari kedua isolat lainnya.
Saidi et al. (1999) mengisolasi bakteri perombak minyak bumi dan solar
dari ekosistem air hitam Kalimantan Tengah, yaitu Brevibacillus thuringiensis
(Ah41-Ms1), Bacillus fusiformis (Pr61-Ms1), Bacillus fusiformis (Si201-Ms1),
Klebsiella planticola (Bb171-Mb2), Bacillus thrungiensis (Si191-Mb1) dan
Brevibacillus chossihinensis (Nn311-Mb2). Hasil pengujian bakteri terpilih pada
media minimal cair setelah 10 hari inkubasi dapat meningkatkan produksi CO2-C
dan biodegradasi minyak serta menurunkan pH dan bobot minyak dimana nilai
tertinggi ditunjukkan Bacillus fusiformis (Si201-Ms1) dan Bacillus fusiformis
(Pr61-Ms1). Hasil pengujian bakteri terpilih pada tanah entisol yang ditambahkan
minyak bumi dan solar dapat menurunkan pH, bobot minyak dan konsentrasi
fenol dan meningkatkan produksi CO2-C serta biodegradasi minyak bumi.
Mishra et al. (2001) melaporkan pengaruh inokulasi bakteri dalam proses
bioremediasi in situ tanah terkontaminasi oil sludge dimana populasi bakteri
indigenous rendah (103-104 SPK/g tanah). Plot A dan B diberi perlakuan inokulasi
bakteri dan nutrisi. Hasilnya terjadi perombakan TPH sebesar 92% dan 82.7%
selama 1 tahun sedangkan plot C sebagai kontrol hanya 14%. Pada akhir
percobaan terjadi peningkatan daya memegang air dari 59 ± 4% menjadi 71 ±
3% karena telah terjadi penurunan konsentrasi minyak di dalam tanah. Tidak ada
vegetasi yang tumbuh pada lahan tersebut tetapi 3 bulan setelah inokulasi mulai
terlihat adanya vegetasi sejalan dengan meningkatnya kemampuan tanah
memegang air.

Mekanisme Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi

Bakteri menggunakan hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon


dan energi (Atlas 1981; Udiharto 1996a). Proses biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi akan menghasilkan CO2, H2O dan biomassa sel (Bossert & Bartha
1984).
Menurut Udiharto et al. (1995) selama aktivitas berlangsung bakteri
mengeluarkan metabolit-metabolit ke dalam media berupa asam, surfaktan dan
gas yang dapat mempengaruhi lingkungannya diantaranya asam menurunkan
pH dan surfaktan menurunkan tegangan antar muka media. Penurunan tegangan
antar muka media menyebabkan minyak terdispersi dan memperbesar kontak
permukaan antara bakteri dan minyak sehingga akan terjadi peningkatan
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi. Selain itu, biomassa yang dihasilkan
merupakan akumulasi massa sel yang sebagian besar tersusun oleh protein.
Protein dapat meningkatkan kesuburan tanah tercemar karena merupakan
sumber pupuk nitrogen bagi lahan yang mendapatkannya.
Sebelum biodegradasi berlangsung, hidrokarbon minyak bumi akan
masuk ke dalam sitoplasma bakteri. Ada dua teori mekanisme masuknya
hidrokarbon ke dalam sitoplasma. Pertama, hidrokarbon menjadi mudah larut
dan yang kedua terjadi adhesi antara butiran hidrokarbon dengan cairan dalam
sel (Higgins & Gillbert 1977).
Proses selanjutnya, bakteri memproduksi enzim yang dapat
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi. Enzim mendegradasi senyawa tersebut
dengan cara mengeksploitasi kebutuhan bakteri akan energi (Wisjnuprapto
1996). Menurut Kadarwati et al. (1994) dalam pertumbuhannya bakteri akan
mengeluarkan enzim yang akan bergabung dengan substansi membentuk
senyawa kompleks enzim-substansi, kemudian terurai menjadi produk lain.
Enzim tidak habis dalam reaksi tersebut tetapi dilepaskan kembali untuk reaksi
selanjutnya dengan substansi lainnya. Proses ini terjadi berulang-ulang sampai
semua substansi yang tersedia terpakai.
Bentuk-bentuk penggunaan hidrokarbon minyak bumi oleh bakteri
disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Penggunaan hidrokarbon minyak bumi oleh bakteri: (A) penggunaan


hidrokarbon terlarut, (B) kontak langsung bakteri dengan hidrokarbon pada
antar muka air-minyak, (C) kontak langsung bakteri dengan butiran-butiran
hidrokarbon yang terdispersi dalam larutan dan (D) peningkatan kelarutan
hidrokarbon karena dihasilkan biosurfaktan (Miller 1995).

Tingkat kemudahan hidrokarbon minyak bumi didegradasi oleh bakteri


tergantung kepada struktur dan bobot molekulnya (Atlas 1989). Secara umum
kemampuan biodegradasi naik dengan kenaikan panjang rantai (Kadarwati et al.
1996). Selama proses biodegradasi terjadi perombakan fraksi parafinik, naftenik
dan aromatik. Parafinik merupakan fraksi yang paling mudah didegradasi
sedangkan naftenik dan aromatik lebih sulit (Leahly & Colwell 1990).
Menurut Udiharto (1996a) kemampuan bakteri mendegradasi hidrokarbon
minyak bumi berbeda-beda. Panjang rantai optimum untuk didegradasi antara
10-20 rantai karbon. Hidrokarbon dengan panjang rantai kurang dari 9 sulit
didegradasi karena senyawa ini bersifat toksik tetapi beberapa bakteri tertentu
(methanotrop) dapat mendegradasinya. Beberapa hasil percobaan menunjukkan
bahwa: (i) hidrokarbon alifatik umumnya mudah didegradasi daripada aromatik,
(ii) hidrokarbon alifatik rantai lurus umumnya lebih mudah terdegradasi daripada
rantai cabang. Introduksi cabang ke molekul hidrokarbon menghambat proses
biodegradasi, (iii) hidrokarbon jenuh lebih mudah terdegradasi daripada yang
tidak jenuh. Adanya ikatan dobel atau tripel antar karbon menghambat proses
biodegradasi dan (iv) hidrokarbon alifatik rantai panjang lebih mudah didegradasi
daripada rantai pendek.

Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Biodegradasi Hidrokarbon Minyak


Bumi
Biodegradasi hidrokarbon minyak bumi merupakan proses yang kompleks
dan tergantung kepada karakteristik minyak, komunitas mikroorganisme dan
kondisi lingkungan (Rahayu & Noegroho 1999). Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi biodegradasi hidrokarbon minyak bumi yaitu: kadar air, suhu,
oksigen, pH dan nutrisi yang tersedia (Atlas 1981; Cooney 1984; Skladany &
Metting 1993; Kadarwati et al. 1994; Udiharto 1996a; Wisjnuprapto 1996).

Kadar Air

Kadar air sangat penting untuk proses metabolik bakteri pada limbah
minyak karena bakteri hidup aktif pada antar muka minyak-air (Atlas 1981;
Udiharto 1996a). Menurut Dibble dan Bartha (1979) kelembaban optimum untuk
biodegradasi minyak di lingkungan tanah adalah 30-90% kapasitas penyangga
air. Kelembaban yang terlalu rendah menyebabkan tanah menjadi kering
sedangkan terlalu tinggi akan mengurangi penyediaan oksigen.

Suhu

Suhu lingkungan mempengaruhi kemampuan bakteri dalam


mendegradasi hidrokarbon minyak bumi (Atlas 1975). Skladany dan Metting
(1993) menyatakan bahwa suhu mempengaruhi reaksi-reaksi biokimia. Menurut
Atlas (1981) biodegradasi minyak bumi berlangsung pada kisaran suhu yang luas
tetapi tidak selalu menjadi faktor utama yang membatasi biodegradasi jika faktor
lingkungan lain baik. Menurut Udiharto (1996a) berdasarkan suhu lingkungannya
bakteri dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (i) psikrofilik memerlukan
suhu optimum antara 5-15 °C, (ii) mesofilik memerlukan suhu optimum antara 25-
40 °C dan (iii) thermofilik memerlukan suhu optimum antara 45-60 °C.
Proses bioremediasi umumnya menggunakan bakteri mesofilik
sedangkan kelompok lain dapat digunakan pada kondisi khusus seperti
Corynebacterium yang diisolasi dari tanah di antartika yang tercemar minyak
dapat aktif mendegradasi pada suhu 1 °C. Bacillus stearothermophillus dapat
tumbuh dan berkembang biak dalam medium thermofil (55 °C) dengan minyak
bumi sebagai sumber karbonnya (Udiharto 1993).
Suhu optimum untuk mendapatkan laju biodegradasi yang tinggi antara
30-40 °C (Huddleston & Cresswell 1976). Zo Bell (1969) mengemukakan bahwa
laju biodegradasi lebih tinggi terjadi pada suhu 25 °C daripada 5 °C. Hasil
penelitian Atlas (1975) menunjukkan bahwa senyawa parafin bercabang seperti
pristan dapat didegradasi oleh bakteri pada suhu 10 °C dan 20 °C.

Oksigen

Biodegradasi hidrokarbon minyak bumi membutuhkan oksigen sebagai


akseptor elektron karena dasar proses biodegradasi adalah oksidasi (Cooney
1984). Kekurangan oksigen menyebabkan biodegradasi menurun tajam. Idealnya
1 g oksigen digunakan untuk mendegradasi 3.5 g minyak bumi (Zo Bell 1969;
Floodgate 1979).
Oksigen dapat disuplai melalui pengadukan tanah secara berkala atau
dialirkan melalui pipa-pipa (Bewley 1996). Selain itu, Atlas (1981) menyatakan
bahwa bioturbasi tanah oleh cacing dapat meningkatkan laju biodegradasi
melalui penambahan ruang pori udara.

pH Tanah

pH tanah mempengaruhi laju biodegradasi baik secara langsung atau


tidak langsung. Bakteri umumnya tumbuh dengan baik pada pH 6.0-8.0 (Udiharto
1996a). Secara tidak langsung mempengaruhi naik atau turunnya ketersediaan
nutrisi khususnya fosfor (Bewley 1996).
Menurut Dibble dan Bartha (1979) pH optimum untuk biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi oleh bakteri adalah 7.5-7.8 sedangkan fungi umumnya
lebih toleran terhadap kondisi asam. Verstraete et al. (1976) melaporkan bahwa
peningkatan pH dari 4.5 menjadi 7.4 pada tanah podsolik masam dapat
meningkatkan biodegradasi senyawa alkana dan aromatik.

Ketersediaan Nutrisi

Minyak bumi sebagian besar terdiri atas campuran karbon dan hidrogen.
Tumpahan minyak bumi menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan rasio C:N
pada area tumpahan. Menurut Koren et al. (2003) biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi pada umumnya dibatasi oleh ketersediaan nitrogen. Jobson et al.
(1974) menyatakan agar pertumbuhan bakteri tidak terhambat diperlukan sekitar
10 bagian karbon untuk setiap satu bagian nitrogen. Jika rasio C:N besar,
misalnya 100:1 atau 1000:1, maka pertumbuhan bakteri dan pemanfaatan
karbon akan terhambat. Adanya defesiensi nitrogen di areal tumpahan minyak
akan diikuti oleh defesiensi fosfor yang juga merupakan faktor pembatas laju
degradasi. Untuk memperbaiki ketidakseimbangan nutrisi yang disebabkan oleh
jumlah karbon yang melimpah maka penambahan pupuk yang mengandung
nitrogen dan fosfor perlu dilakukan.
Menurut Bragg et al. (1993) nitrogen merupakan unsur pokok protein dan
asam nukleat yang berperan dalam pertumbuhan, perbanyakan dan
pembentukan dinding sel. Fosfor merupakan komponen utama asam nukleat dan
lemak sel membran yang berperan dalam proses pemindahan energi secara
biologi.
Dibble dan Bartha (1979) melaporkan C:N rasio 60:1 dan C:P rasio 800:1
merupakan rasio optimal kebutuhan bakteri dalam mendegradasi hidrokarbon
minyak bumi. API (1980) merekomendasikan jumlah pupuk N dan P yang
digunakan sebesar 500 kg N dan 50 kg P per 100 ton hidrokarbon minyak bumi
dengan mempertimbangkan biaya dan keamanan lingkungan dari pengaruh
penggunaan dosis pupuk tinggi yang dapat mencemari air tanah. Jobson et al.
(1974) melaporkan penambahan 600 kg N per ha tidak hanya meningkatkan
jumlah kultur campuran Flavobacterium dan Cytophaga sp. tetapi juga
meningkatkan laju biodegradasi minyak.

Ekosistem Air Hitam Kalimantan Tengah

Santosa et al. (2000) menyatakan bahwa ekosistem air hitam Kalimantan


Tengah menyimpan potensi bakteri yang dapat digunakan untuk bioremediasi.
Ekosistem ini merupakan pengembangan istilah dari sungai, danau dan rawa
yang memiliki warna air hitam jernih, tidak berbau, terbentuk melalui proses
alamiah yang berlangsung selama ribuan tahun, kaya akan bahan organik dan
dipengaruhi baik langsung maupun tidak langsung oleh lahan gambut. Ekosistem
air hitam tidak hanya penting karena jenis flora dan faunanya tetapi juga
mikroorganismenya penting untuk dikembangkan karena berbagai kelompok
bakteri mampu hidup pada kondisi ekstrim lingkungan tersebut.
Menurut Tim Amdal IPB (1996) ciri-ciri ekosistem air hitam Kalimantan
Tengah adalah sebagai berikut: pH air atau sedimen 3-4, kandungan senyawa
sulfida (H2S) dan fenol 1 000 kali dan 300 kali di atas baku mutu air, BOD rendah
dengan COD yang tinggi sebesar 40-100 mg/l, mengandung minyak dan lemak
sebesar 8.5-12.98 mg/l.
Eksplorasi dari ekosistem air hitam Kalimantan Tengah telah berhasil
diisolasi Streptomyces penghasil xylanase (Zulfarina 1999), bakteri perombak
minyak solar dan minyak bumi (Saidi et al. 1999), bakteri perombak fenol
(Djamsari 2000), bakteri penghasil selulase ekstremofilik (Fikrinda 2000), bakteri
asidofilik pengoksidasi besi dan sulfur (Nurseha 2000), Actinomycetes yang
tahan terhadap Staphylococcus aureus dan E. coli KCCM 11823 (Indriasari
2000), bakteri penghas il â-lactam (Neneng 2000) dan konsorsium bakteri
perombak hidrokarbon minyak bumi (Listiyawati 2004).

Surfaktan

Sifat dan Karakteristik Surfaktan

Surfaktan (dari kata surface active agent) adalah senyawa yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Umumnya molekul surfaktan mengandung
ujung ekor hidrofobik yang terdiri atas satu rantai hidrokarbon atau lebih (group
alifatik atau aromatik) dan kepala hidrofilik (sulfonate, sulfate, amine atau
polyoxyethylene). Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan cara
mematahkan ikatan-ikatan hidrogen melalui peletakan kepala-kepala hidrofiliknya
pada permukaan air sedangkan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi
permukaan air (Gambar 3) (EPA 1983; Fessenden & Fessenden 1989).

Gambar 3 Kepala hidrofilik surfaktan yang terikat air (Fessenden & Fessenden 1989).

Jumlah minimal surfaktan yang dibutuhkan untuk menurunkan tegangan


permukaan disebut dengan critical micelle concentration (CMC). Pada
konsentrasi ini akan terbentuk misel yang terdiri atas 10-200 molekul surfaktan
(Volkering et al. 1995). Efektivitas surfaktan ditentukan dengan nilai CMC-nya.
Suatu surfaktan dikatakan efektif bila dapat menurunkan tegangan permukaan air
dari 72 dyne/cm menjadi sekitar 35 dyne/cm (Santosa 1995).
Berdasarkan sifat gugus hidrofiliknya maka surfaktan dikelompokkan
menjadi anionik, kationik dan netral (Gambar 4). Sabun dengan gugus
karboksilatnya adalah contoh surfaktan anionik. Benzalkonium klorida yang
bersifat anti bakteri adalah surfaktan kationik. Surfaktan netral mengandung
suatu gugus ion-ion seperti suatu karbohidrat yang dapat berikatan hidrogen
dengan air (Fessenden & Fessenden 1989).

Gambar 4 Jenis-jenis surfaktan (Fessenden & Fessenden 1989).

Penggunaan Surfaktan dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi

Salah satu faktor yang membatasi laju biodegradasi hidrokarbon minyak


bumi di tanah adalah karakteristik minyak yang tidak larut dalam air dan terjerap
pada partikel tanah sehingga mengurangi bioavailabilitas polutan terhadap
bakteri karena di lain pihak aktivitas bakteri dalam biodegradasi berlangsung
pada antar muka air-minyak dalam larutan tanah (Atlas 1981; Volkering et al.
1995; Tiehm & Stieber 2001; Wick et al. 2001).
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
mengaplikasikan surfaktan, molekul yang mempunyai bagian hidrofilik dan
hidrofobik yang mampu menurunkan tegangan permukaan air dan minyak
melalui pengikatan bagian hidrofilik surfaktan dengan air dan bagian hidrofobik
dengan minyak (Volkering et al. 1995; Tiehm & Stieber 2001). Surfaktan, melalui
proses dispersi, dapat meningkatkan kelarutan minyak dalam fase cairan
sehingga permukaan minyak yang dapat didegradasi oleh bakteri bertambah
(Gambar 5) (Van Dyke et al. 1991; Tiehm 1994; Liu et al. 1995; Udiharto et al.
1995; Thibault et al. 1996; Sabagh & Atta 1999).
Volkering et al. (1995) menyatakan 3 mekanisme yang menyebabkan
surfaktan dapat meningkatkan bioavailabilitas minyak terhadap bakteri, yaitu: (i)
terjadi dispersi minyak dalam larutan karena penurunan tegangan antar muka air-
minyak sehingga meningkatkan kontak area antara minyak dan bakteri, (ii) terjadi
peningkatan kelarutan minyak ke dalam sel bakteri karena terbentuknya misel
dan (iii) memfasilitasi pergerakan minyak dari pori-pori tanah ke larutan dengan
cara menurunkan tegangan antar muka air di dalam pori-pori tanah.
Gambar 5 Surfaktan meningkatkan bioavailabilitas minyak terhadap bakteri: (A) laju
biodegradasi terbatas karena minyak tidak larut dan (B) peningkatan
kelarutan minyak dan laju biodegradasi karena adanya misel surfaktan
(Tiehm & Stieber 2001).

Hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan surfaktan adalah


jenisnya harus mudah diurai oleh mikroorganisme, tidak toksik bagi lingkungan
dan dalam hal meningkatkan biodegradasi hidrokarbon minyak bumi maka
surfaktan tidak digunakan bakteri sebagai sumber karbon dan energi (Phillips &
Stewart 1974; Atlas 1981; Bewley 1996; Tiehm & Stieber 2001; Edvantoro 2003).
Thibault et al. (1996) melaporkan bahwa inokulasi bakteri dan pemberian
surfaktan Witconol SN70 pada tanah dengan kadar air kapasitas lapang dapat
mendegradasi pyrene sebesar 80%. Selain itu, Yani et al. (2003) melaporkan
bahwa inokulasi bakteri dan penambahan surfaktan menghasilkan laju
biodegradasi tertinggi daripada biostimulasi atau bioaugmentasi sebesar 1.38 g
minyak/kg tanah/hari.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari Februari 2004 sampai Januari 2005 di


Laboratorium Biologi Tanah, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah isolat bakteri dari ekosistem air hitam
Kalimantan Tengah, yaitu Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 koleksi
Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB) (Lampiran 1),
minyak bumi (Sangatta crude oil) dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) LEMIGAS Jakarta (Lampiran 2),
surfaktan Tween 80, larutan fisiologis, nutrient broth, media minimal (Lampiran
3), KOH, HCl, penolptalin, metil oranye, heksan, toluena, metanol, akuades,
pupuk urea dan SP-36 dan contoh tanah pasir.
Alat yang digunakan adalah autoklaf, laminar flow, inkubator, mesin
pengocok, vortex, spektrofotometer, spatula, jarum ose, pipet, erlenmeyer,
cawan petri, tabung reaksi, pH meter, hot plate, corong pemisah, kertas saring,
pinggan porselin, oven, timbangan, toples kedap udara dan bak plastik.

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Nutrient Broth

Kurva pertumbuhan isolat pada media nutrient broth ditentukan dengan


mengukur kerapatan optik (620 nm) pada waktu tertentu. Bacillus sp. galur ICBB
7859 dan ICBB 7865 masing-masing diambil 1 ose kemudian dimasukkan ke
dalam 100 ml media nutrient broth dan dilakukan pengocokan. Kerapatan optik
diukur pada jam ke: 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 24 dan 48. Hasil pengukuran dibuat
kurva dengan sumbu x adalah waktu inkubasi dan sumbu y adalah nilai
kerapatan optik.
Penentuan Kurva Standar Populasi Bakteri

Kurva standar populasi menggambarkan hubungan antara nilai kerapatan


optik suspensi bakteri (sumbu x) dengan jumlah satuan pembentuk koloni (SPK)
bakteri per ml biakan (sumbu y). Kurva ini ditentukan dengan metode
turbidimetrik (Gambar 6) (Hadioetomo 1993). Kurva standar yang diperoleh
digunakan untuk menentukan jumlah bakteri sejenis untuk keperluan inokulasi
pada suatu percobaan dengan populasi yang seragam.
1 ose
3 ml
3 ml 3 ml 3 ml 3 ml blanko

3 ml nutrient broth
1:1 1:2 1:4 1:8 1:16
kerapatan optik setiap pengenceran diukur
3 ml 100 ml 3 ml
nutrient broth 3 ml 3 ml 3 ml
kocok 24 jam
3 ml nutrient broth
1:1 1:2 1:4 1:8 1:16
0.5 ml
s e r i p e n g e n c e r a n
seri pengenceran
0.5 ml 0.5 ml 0.5 ml 0.5 ml 0.5 ml

10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6

4.5 ml garam fisiologis 0.1 ml 0.1 ml

nutrient broth agar plate count

Gambar 6 Penetapan kurva standar populasi bakteri.

Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi di


Berbagai Konsentrasi Minyak Bumi pada Media Minimal Cair

Pengujian dilakukan untuk mengetahui kemampuan tumbuh bakteri dan


kemampuan biodegradasi di berbagai konsentrasi minyak bumi pada media
minimal cair. Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 ditumbuhkan dalam
nutrient broth selama 24 jam dengan pengocokan kemudian diukur kerapatan
optiknya. Setelah diketahui jumlah bakteri/ml biakan, kemudian masing-masing
isolat diinokulasikan ke dalam 30 ml media minimal cair hingga mencapai
kepadatan populasi 1.00 x 106 SPK/ml.
Media minimal cair mengandung 10 000 ppm, 50 000 ppm dan 100 000
ppm minyak bumi. Pengujian dilakukan dengan pengocokan selama 15 hari.
Pada akhir inkubasi dilakukan pengukuran pH, kerapatan optik, bobot minyak
bumi (total petroleum hydrocarbon/TPH) dan persentase biodegradasi.
Penentuan Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Minimal Cair

Kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair ditentukan dengan


mengukur kerapatan optik (550 nm) pada waktu tertentu. Bacillus sp. galur ICBB
7859 dan ICBB 7865 ditumbuhkan dalam nutrient broth selama 24 jam dengan
pengocokan kemudian diukur kerapatan optiknya. Setelah diketahui jumlah
bakteri/ml biakan, kemudian masing-masing isolat diinokulasikan ke dalam 100
ml media minimal cair hingga mencapai kepadatan populasi 1.00 x 106 SPK/ml.
Kerapatan optik diukur pada hari ke: 0, 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15. Selanjutnya
dibuat kurva dengan sumbu x adalah waktu inkubasi dan sumbu y adalah nilai
kerapatan optik. Selain itu juga dilakukan pengukuran pH media.

Penentuan Kurva Pertumbuhan Bakteri dengan Penambahan Surfaktan


pada Media Minimal Cair

Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 masing-masing diambil 1
ose, ditumbuhkan dalam nutrient broth selama 24 jam dengan pengocokan
kemudian diukur kerapatan optiknya. Setelah diketahui jumlah bakteri/ml biakan,
kemudian masing-masing isolat diinokulasikan ke dalam 100 ml media minimal
cair yang ditambahkan surfaktan Tween 80 pada dosis critical micelle
concentration-nya (0.015 ml/l) hingga mencapai kepadatan populasi 1.00 x 106
SPK/ml. Kerapatan optik diukur pada hari ke: 0, 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15.
Selanjutnya dibuat kurva dengan sumbu x adalah waktu inkubasi dan sumbu y
adalah nilai kerapatan optik. Selain itu juga dilakukan pengukuran pH media.

Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi pada


Media Minimal Cair

Pengujian dilakukan berdasarkan rancangan acak lengkap 1 faktor dan 5


kali ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah B0 = tanpa inokulasi bakteri, B1 =
inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan B2 = inokulasi Bacillus sp. galur ICBB
7865.
Model linear aditif dari perancangan percobaan sebagai berikut:
Yij = µ + Bi + εij
Dimana: Yij nilai pengamatan pada inokulasi bakteri ke-i dan ulangan ke-j, µ merupakan rataan,
sedangkan εij merupakan pengaruh acak pada inokulasi bakteri ke-i ulangan ke-j.

Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 masing-masing diambil 1
ose, ditumbuhkan dalam nutrient broth selama 24 jam dengan pengocokan
kemudian diukur kerapatan optiknya. Setelah diketahui jumlah bakteri/ml biakan,
kemudian masing-masing isolat diinokulasikan ke dalam 100 ml media minimal
cair hingga mencapai kepadatan populasi 1.00 x 106 SPK/ml.
Pengujian dilakukan dengan pengocokan selama 15 hari. Pada akhir
inkubasi dilakukan pengukuran pH, kerapatan optik, bobot minyak bumi (TPH)
dan persentase biodegradasi.

Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi dengan


Penambahan Surfaktan pada Media Minimal Cair

Pengujian dilakukan berdasarkan rancangan acak lengkap 1 faktor dan 5


kali ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah B0 = tanpa inokulasi bakteri, B1 =
inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan B2 = inokulasi Bacillus sp. galur ICBB
7865.
Model linear aditif dari perancangan percobaan sebagai berikut:
Yij = µ + Bi + εij
Dimana: Yij nilai pengamatan pada inokulasi bakteri ke-i dan ulangan ke-j, µ merupakan rataan,
sedangkan εij merupakan pengaruh acak pada inokulasi bakteri ke-i ulangan ke-j.

Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 masing-masing diambil 1
ose, ditumbuhkan dalam nutrient broth selama 24 jam dengan pengocokan
kemudian diukur kerapatan optiknya. Setelah diketahui jumlah bakteri/ml biakan,
kemudian masing-masing isolat diinokulasikan ke dalam 100 ml media minimal
cair yang ditambahkan surfaktan Tween 80 pada dosis critical micelle
concentration-nya (0.015 ml/l) hingga mencapai kepadatan populasi 1.00 x 106
SPK/ml.
Pengujian dilakukan dengan pengocokan selama 15 hari. Pada akhir
inkubasi dilakukan pengukuran pH, kerapatan optik, bobot minyak bumi (TPH)
dan persentase biodegradasi.

Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi dan


Penambahan Surfaktan pada Tanah Tercemar Minyak Bumi

Pengujian dilakukan berdasarkan rancangan acak lengkap 2 faktor dan 3


kali ulangan. Untuk faktor yang berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Duncan
(Mattjik & Sumertajaya 2002). Kedua faktor tersebut adalah:
1. Faktor bakteri (B) terdiri dari 3 taraf, yaitu: (i) B0 = tanpa inokulasi bakteri, (ii)
B1 = inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan (iii) B2 = inokulasi Bacillus
sp. galur ICBB 7865.
2. Faktor surfaktan (S) terdiri dari 2 taraf, yaitu: (i) S0 = tanpa penambahan
surfaktan dan (ii) S1 = penambahan surfaktan.
Model linear aditif dari perancangan percobaan sebagai berikut:
Yijk = µ + ái + âj + (áâ)ij + εijk
Dimana: Yijk nilai pengamatan pada faktor inokulasi bakteri taraf ke-i, faktor surfaktan taraf ke-j dan
ulangan ke-k, µ merupakan rataan, ái pengaruh utama faktor inokulas i bakteri, âj pengaruh utama
faktor s urfaktan, (áâ)ij merupakan komponen interaksi dari faktor inokulasi bakteri dan surfaktan
sedangkan εijk merupakan pengaruh acak yang menyebar normal.

Sebelum diinokulasikan ke media tanah, Bacillus sp. galur ICBB 7859


dan ICBB 7865 ditumbuhkan dalam 250 ml nutrient broth selama 24 jam dengan
pengocokan. Kemudian diukur nilai kerapatan optiknya untuk menetapkan jumlah
per ml biakan bakteri dengan menggunakan kurva standar. Selanjutnya masing-
masing isolat diinokulasikan ke dalam tanah tercemar minyak bumi hingga
mencapai kepadatan populasi 1.00 x 106 sel/g tanah. Surfaktan Tween 80
digunakan dengan dosis pada critical micelle concentration-nya (0.015 ml/l) pada
kadar air kapasitas lapang.
Media yang digunakan adalah tanah tercemar minyak bumi non-steril
sebesar 200 g yang merupakan campuran 180 g BKM tanah dan 20 g minyak
bumi (10% b/b). Tanah dikondisikan optimum untuk pertumbuhan bakteri, yaitu
dengan mengatur kadar air kapasitas lapang dan memberikan aerasi melalui
pengadukan tanah 2 kali seminggu. Selain itu, ditambahkan pupuk urea dan SP-
36 masing-masing 500 kg N dan 50 kg P per 100 ton hidrokarbon minyak bumi
(API 1980).
Parameter yang diukur adalah bobot minyak bumi (TPH) dan persentase
biodegradasi, CO2-C dan pH tanah pada hari ke: 7, 14, 21 dan 28 inkubasi.

Pengukuran Bobot Minyak Bumi (TPH)

Pengukuran bobot minyak bumi didasarkan pada kelarutannya dalam


pengekstrak heksan atau kloroform. Setelah ekstraksi, pelarut diuapkan dan
bobot minyak bumi ditentukan secara gravimetri (Greenberg et al. 1992, diacu
dalam Udiharto 1996b).
Tahap pengukuran bobot minyak bumi dalam tanah sebagai berikut:
- Contoh tanah 5 g + 2.5 ml akuades + 5 ml metanol + 0.15 g KOH + 2.5 ml
toluena.
- Campuran direfluks selama 45 menit kemudian didinginkan dan disaring.
Hasil saringan dimasukkan ke dalam corong pemisah.
- Diekstrak dengan n-heksan.
- Dikocok perlahan sampai larutan terpisah menjadi 2 bagian.
- Bagian bawah yang berupa air dikeluarkan sedangkan bagian atas
ditampung dalam pinggan porselin.
- Ekstrak dalam pinggan porselin diuapkan dari pelarutnya pada suhu 70 ºC
selama 1 jam.
- Disimpan dalam eksikator dan ditimbang sampai bobotnya konstan.
Tahap pengukuran bobot minyak bumi dalam media cair sebagai berikut:
- Ditambahkan 10% v/v kloroform ke dalam tabung perlakuan kemudian
dimasukkan ke dalam corong pemisah dan dikocok perlahan selama 15
menit sampai larutan terpisah dua bagian.
- Bagian atas yang berupa air dikeluarkan sedangkan bagian bawah
ditampung dalam pinggan porselin.
- Ekstrak dalam pinggan porselin tersebut dimasukkan ke dalam inkubator
pada suhu 100 ºC selama 15 menit.
- Disimpan dalam eksikator selama 30 menit kemudian ditimbang sampai
bobotnya konstan.
Bobot minyak bumi dihitung dengan menggunakan rumus:
BM = x – y
Dimana: BM = bobot minyak bumi (g), x = bobot pinggan porselin + bobot minyak bumi (g) dan y =
bobot pinggan porselin (g).

Total petroleum hydrocarbon (TPH) dihitung dengan menggunakan


rumus:
BM
TPH =
C
Dimana: TPH = total petroleum hydrocarbon (ppm), BM = bobot minyak bumi (mg atau µl) dan C =
bobot campuran minyak bumi dan media (kg atau l).

Persentase biodegradasi minyak bumi dihitung dengan menggunakan


rumus:

%B =
(BMo − BMn ) × 100
BMo
Dimana: %B = persen biodegradasi, BMo = bobot minyak bumi awal (g) dan BMn = bobot minyak
bumi akhir (g).

Sebelum dilakuan pengukuran bobot minyak bumi pada masing-masing


unit percobaan, terlebih dahulu dilakukan penentuan bobot minyak bumi yang
dapat diekstrak dari suatu unit percobaan (Lampiran 4). Pada media minimal cair
ditentukan dengan mengukur bobot minyak bumi yang dapat diekstrak dari 1 g
minyak bumi yang terkandung dalam 10 ml media minimal cair. Sedangkan pada
media tanah ditentukan dengan mengukur 0.5 g minyak bumi yang terkandung
dalam 5 g campuran minyak bumi dan tanah. Selanjutnya persentase minyak
bumi yang dapat diekstrak dijadikan faktor pengali untuk bobot minyak bumi yang
didapatkan dari masing-masing unit percobaan.

Pengukuran pH Tanah

Pengukuran pH tanah bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri


dalam menghasilkan metabolit berupa asam.
Sebanyak 10 g tanah ditambahkan akuades dengan perbandingan 1:1
kemudian dikocok selama 30 menit. Selanjutnya pH tanah diukur dengan
menggunakan pH meter.

Pengukuran CO2-C

Pengukuran CO2-C bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas bakteri


dalam menurunkan bobot minyak bumi.
Tanah dimasukkan ke dalam toples kemudian diberi 2 tabung film berisi 5
ml 0.2 N KOH dan 10 ml air dan ditutup sampai kedap udara. Selanjutnya
diinkubasi selama 3 hari pada hari ke: 7, 14, 21 dan 28 pada suhu ruang di
tempat gelap. Hal yang sama dilakukan pada kontrol, yaitu toples tanpa tanah.
Pada akhir inkubasi ditambahkan 2 tetes penolptalin ke dalam tabung film
KOH kemudian dititrasi dengan HCl sampai warna merah hilang dan dicatat
volume HCl yang diperlukan. Selanjutnya ditambahkan 2 tetes metil oranye dan
dititrasi lagi dengan HCl sampai warna kuning berubah menjadi pink lalu volume
HCl yang diperlukan dicatat.
Menurut Anas (1989) jumlah CO2-C yang dihasilkan per kg tanah lembab
per hari dihitung dengan rumus:

(a − b )× t × 12 × 1000
r= BKM
n
Dimana: a = HCl contoh tanah (ml), b = HCl kontrol (ml), t = normalitas HCl (N), n = jumlah hari
inkubasi dan BKM = bobot kering tanah (g).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Nutrient Broth

Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 pada
media nutrient broth disajikan pada Gambar 7. Data selengkapnya disajikan pada
Lampiran 5.

0.6
0.5
Kerapatan Optik

0.4 Bacillus sp. galur


ICBB 7859
0.3
Bacillus sp. galur
0.2 ICBB 7865
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 24 48
Waktu Inkubasi (jam)

Gambar 7 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 pada media
nutrient broth.

Gambar 7 memperlihatkan bahwa pada selang waktu 0-4 jam Bacillus sp.
galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 mengalami fase adaptasi. Kedua isolat
mengalami fase pertumbuhan eksponensial pada selang waktu 4-24 jam dan
mengalami fase pertumbuhan stasioner pada selang waktu 24-48 jam.

Kurva Standar Populasi Bakteri

Kurva standar populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
disajikan pada Gambar 8, yaitu memperlihatkan persamaan regresi linear antara
satuan pembentuk koloni (SPK) dan kerapatan optiknya. Data selengkapnya
disajikan pada Lampiran 6.

4.00E+07 2.00E+08
y = 9E+07x - 363693 y = 4E+08x - 6E+06
3.00E+07 1.50E+08
SPK/ml

SPK/ml

2.00E+07 1.00E+08

1.00E+07 5.00E+07
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
0.00E+00 0.00E+00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Kerapatan Optik Kerapatan Optik

Gambar 8 Kurva standar populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865.
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi di
Berbagai Konsentrasi Minyak Bumi pada Media Minimal Cair

Kemampuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi di berbagai konsentrasi minyak bumi
pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi disajikan pada Gambar 9 dan
Tabel 5. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865

0 10 000 50 000 100 000 0 10 000 50 000 100 000


ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm

Gambar 9 Uji aktivitas Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi di berbagai konsentrasi minyak bumi pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi.

Tabel 5 Total petroleum hydrocarbon (TPH), biodegradasi, kerapatan optik dan pH di


berbagai konsentrasi minyak bumi pada media minimal cair karena pengaruh
Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 selama 15 hari inkubasi

Konsentrasi Minyak Bumi


10 000 ppm 50 000 ppm 100 000 ppm
Isolat Parameter
Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Bacillus TPH (ppm) 10 000 4 900 50 000 29 050 100 000 67 883
sp. galur Biodegradasi (%) 0.0 51.0 0.0 41.9 0.0 32.1
ICBB Kerapatan Optik 0.000 0.020 0.000 0.024 0.000 0.057
7859 pH 7.00 6.70 7.00 6.73 7.00 6.70
Bacillus TPH (ppm) 10 000 5 033 50 000 29 400 100 000 71 650
sp. galur Biodegradasi (%) 0.0 49.7 0.0 41.2 0.0 28.4
ICBB Kerapatan Optik 0.000 0.011 0.000 0.012 0.000 0.086
7865 pH 7.00 6.67 7.00 6.70 7.00 6.66

Gambar 9 dan Tabel 5 memperlihatkan bahwa Bacillus sp. galur ICBB


7859 dan ICBB 7865 mampu untuk tumbuh pada berbagai konsentrasi minyak
bumi. Hal ini ditunjukkan oleh TPH dan pH media yang mengalami penurunan
serta biodegradasi dan kerapatan optik yang mengalami kenaikan di akhir waktu
inkubasi.
Menurunnya TPH dan meningkatnya kerapatan optik berarti telah terjadi
biodegradasi dimana kedua isolat bakteri menggunakan minyak bumi sebagai
satu-satunya sumber karbon untuk menghasilkan energi dan pertumbuhannya.
Sedangkan penurunan pH media disebabkan oleh asam-asam organik yang
dihasilkan selama proses biodegradasi.
Gambar 10 memperlihatkan bahwa pada umumnya Bacillus sp. galur
ICBB 7859 memiliki kemampuan yang lebih baik dalam biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi. Hal ini terlihat dari TPH akhir yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan Bacillus sp. galur ICBB 7865. Total petroleum hydrocarbon (TPH) akhir
dengan perlakuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 pada konsentrasi minyak bumi
10 000 ppm, 50 000 ppm dan 100 000 ppm masing-masing adalah 4 900 ppm,
29 050 ppm dan 67 883 ppm, sedangkan Bacillus sp. galur ICBB 7865 5 033
ppm, 29 400 ppm dan 71 650 ppm.

120000
100000

80000
TPH (ppm)

TPH Aw al
60000
TPH Akhir
40000

20000
0
Bacillus sp. galur Bacillus sp. galur
Bacillus sp. ICBB 7859 Bacillus sp.
ICBB 7859 ICBB 7865
7865
Gambar 10 Total petroleum hydrocarbon (TPH) akhir karena pengaruh Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan ICBB 7865 di berbagai konsentrasi minyak bumi pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi.

Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Minimal Cair

Kurva pertumbuhan Bacillus sp. ICBB 7859 dan Bacillus sp. ICBB 7865
pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi disajikan pada Gambar 11 dan
Gambar 12. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8.

Tanpa Bakteri Bacillus sp. galur Bacillus sp. galur


ICBB 7859 ICBB 7865

Gambar 11 Penentuan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
pada media minimal cair.

Gambar 12 memperlihatkan bahwa pada hari ke-3 kedua isolat mencapai


pertumbuhan maksimal pada fase eksponensial. Pertumbuhan Bacillus sp. galur
ICBB 7859 pada selang waktu 3-7 hari mengalami penurunan kemudian naik
kembali sampai hari ke-15. Sedangkan Bacillus sp. galur ICBB 7865 mengalami
penurunan sampai hari ke-9 kemudian naik pada hari ke-11 dan turun kembali
sampai hari ke-15. Pada umumnya pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 pada media minimal cair tersebut diikuti oleh penurunan pH
medianya.

0.2 7.4
Kerapatan Optik Bacillus
Kerapatan Optik

7.2 sp. galur ICBB 7859


0.15
Kerapatan Optik BacilIus
7 sp. galur ICBB 7865

pH
0.1
6.8 pH Bacillus sp. galur ICBB
7859
0.05 6.6 pH Bacillus sp. galur ICBB
7865
0 6.4
0 1 3 5 7 9 11 13 15
Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 12 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi.

Pada Gambar 12 terlihat adanya fase pertumbuhan naik setelah fase


pertumbuhan turun. Hal ini menunjukkan bahwa pada awal terjadinya
biodegradasi minyak bumi bakteri menggunakan fraksi minyak yang paling
mudah untuk didegradasi sehingga mencapai pertumbuhan yang maksimal.
Setelah fraksi minyak tersebut habis maka akan terjadi penurunan pertumbuhan.
Bakteri memulai kembali pertumbuhannya dengan menggunakan fraksi minyak
bumi yang lebih sulit untuk didegradasi. Menurut Leahly dan Colwell (1990)
dalam proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi akan terjadi penguraian
fraksi parafinik, naftenik dan aromatik. Parafinik merupakan fraksi yang paling
mudah didegradasi oleh bakteri sedangkan naftenik dan aromatik lebih sulit
untuk didegradasi.
Gambar 12 memperlihatkan bahwa pada awal biodegradasi terjadi
kenaikan pH media. Hal ini memperkuat hasil penelitian Rahayu dan Noegroho
(1999) mengenai pengaruh mikroorganisme pada bioproses limbah cair kilang
minyak dimana terjadi kenaikan pH media yang berkisar dari 6.3 sampai 7.5
setelah 3 hari inkubasi. Menurut Dwidjoseputro (2003) penguraian senyawa-
senyawa yang mengandung nitrogen akan membentuk amonium karbonat.
Selanjutnya amonium karbonat mudah terurai menjadi amoniak, karbondioksida
dan air. Amoniak bereaksi dengan air menjadi NH4OH dan dapat menaikkan pH
media.
Kurva Pertumbuhan Bakteri dengan Penambahan Surfaktan pada Media
Minimal Cair

Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dengan
penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair selama 15 hari
inkubasi disajikan pada Gambar 13 dan Gambar 14. Data selengkapnya
disajikan pada Lampiran 9.

Tanpa Bakteri Bacillus sp. galur Bacillus sp. galur


+ Tween 80 ICBB 7859 ICBB 7865
+ Tween 80 + Tween 80

Gambar 13 Penentuan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair.

Gambar 14 memperlihatkan bahwa pada hari ke-3 kedua isolat mencapai


pertumbuhan maksimal pada fase eksponensial dengan pertumbuhan tertinggi
pada Bacillus sp. galur ICBB 7859. Pertumbuhan kedua isolat pada selang waktu
3-15 hari mengalami penurunan dan tidak mengalami fase kenaikan lagi. Dengan
penambahan surfaktan akan terjadi peningkatan bioavailabilitas minyak bumi
terhadap bakteri baik fraksi yang mudah atau yang sulit didegradasi sehingga
dengan cepat bakteri mampu menggunakan minyak bumi untuk
pertumbuhannya. Pada umumnya pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal
cair diikuti oleh penurunan pH medianya.

0.3 7.3
Kerapatan Optik Bacillus sp.
0.25 7.2
Kerapatan Optik

galur ICBB 7859


7.1 Kerapatan Optik Bacillus sp.
0.2
7 galur ICBB 7865
pH

0.15
6.9 pH Bacillus sp. galur ICBB
0.1 7859
6.8
pH Bacillus sp. galur ICBB
0.05 6.7 7865
0 6.6
0 1 3 5 7 9 11 13 15
Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 14 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dengan
penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair selama 15 hari
inkubasi.
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi pada
Media Minimal Cair

Kemampuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi selama 15 hari inkubasi pada media
minimal cair disajikan pada Tabel 6. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran
10. Hasil analisis ragam (Lampiran 16-19) menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap bobot minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan
optik.
Tabel 6 memperlihatkan bahwa perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865 dapat mendegradasi hidrokarbon minyak
bumi pada media minimal cair lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi
bakteri. Hal ini terlihat dari bobot minyak bumi dan pH yang lebih rendah dan
kerapatan optik yang lebih tinggi di akhir waktu inkubasi. Pada umumnya Bacillus
sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 mempunyai kemampuan yang sama dalam
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi.

Tabel 6 Pengaruh bakteri terhadap bobot minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan
optik pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi

Bobot Minyak Biodegradasi Kerapatan


Perlakuan pH
Bumi (g) (%) Optik
Tanpa Bakteri 0.9967 a 0.3 b 6.97 a 0.000 c
Bacillus sp. ICBB 7859 0.5427 b 45.7 a 6.74 b 0.170 a
Bacillus sp. ICBB 7865 0.5759 b 42.4 a 6.70 b 0.058 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(DMRT)

Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi dengan


Penambahan Surfaktan pada Media Minimal Cair

Kemampuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi selama 15 hari inkubasi pada media
minimal cair yang ditambahkan surfaktan Tween 80 disajikan pada Tabel 7. Data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 11. Hasil analisis ragam (Lampiran 20-
23) menunjukkan bahwa perlakuan bakteri berpengaruh nyata terhadap bobot
minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan optik.
Tabel 7 memperlihatkan bahwa perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865 dapat mendegradasi hidrokarbon minyak
bumi lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi bakteri. Hal ini terlihat dari
bobot minyak bumi dan pH yang lebih rendah dan kerapatan optik yang lebih
tinggi di akhir waktu inkubasi.
Tabel 7 Pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan Tween 80 terhadap bobot
minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan optik pada media minimal cair
selama 15 hari inkubasi

Bobot Minyak Biodegradasi Kerapatan


Perlakuan pH
Bumi (g) (%) Optik
Tanpa Bakteri + Surfaktan 0.9962 a 0.4 b 6.93 a 0.000 c
Bacillus sp. ICBB 7859 +
Surfaktan 0.4981 b 50.2 a 6.58 b 0.056 b
Bacillus sp. ICBB 7865 +
Surfaktan 0.5246 b 47.5 a 6.64 b 0.097 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(DMRT)

Hasil pengujian aktivitas isolat dalam biodegradasi hidrokarbon minyak


bumi pada media minimal cair dan pada media cair yang ditambahkan surfaktan
menunjukkan bahwa penambahan surfaktan Tween 80 dapat meningkatkan
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi (Gambar 15). Hal ini disebabkan oleh
peningkatan kelarutan minyak bumi pada media melalui proses dispersi sehingga
luas permukaan minyak untuk didegradasi oleh bakteri semakin meningkat.
Menurut Sabagh dan Atta (1999) peningkatan luas permukaan minyak melalui
proses dispersi dapat meningkatkan populasi bakteri dan meningkatkan proses
biodegradasi karena terjadi peningkatan bioavailabilitas minyak terhadap bakteri.

70
60
Biodegradasi (%)

50
40
30
20
10
0
Bacillus sp. Bacillus sp.1 Bacillus sp. Bacillus sp.
galur ICBB galur ICBB galur ICBB galur ICBB
7859 7859 7865 7865
+Tween 80 +Tween 80

Gambar 15 Biodegradasi minyak bumi oleh Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
dan dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair
selama 15 hari inkubasi.

Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi dan


Penambahan Surfaktan pada Tanah Tercemar Minyak Bumi
Pengaruh Bakteri Terhadap Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)

Pengaruh bakteri terhadap TPH disajikan pada Gambar 16. Data


selengkapnya disajikan pada Lampiran 12. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 24-27. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap bobot minyak bumi hari ke: 7, 14, 21 dan 28
inkubasi.

120000
100000 100000

80040
80000
TPH (ppm)
63720
Tanpa Bakteri
57100
60000 Bacillus sp. galur ICBB 7859
46840 43860
40000 Bacillus sp. galur ICBB 7865
43120 29860
18740
20000 24560
9880
15760 9620
0
0 7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 16 Pengaruh bakteri terhadap TPH pada tanah tercemar minyak bumi.

Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB
7865 mampu menurunkan bobot minyak bumi masing-masing hingga mencapai
konsentrasi TPH 9 620 ppm dan 9 880 ppm pada akhir waktu inkubasi
sedangkan tanpa inokulasi bakteri 43 860 ppm. Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan
ICBB 7865 mempunyai kemampuan yang sama dalam menurunkan TPH
(Gambar 16). Penurunan tersebut disebabkan karena bakteri menggunakan
hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon dan energi untuk aktivitas dan
pertumbuhannya (Atlas 1981; Udiharto 1996a).
Penelitian terdahulu oleh Listiyawati (2004) dengan menggunakan
konsorsium bakteri DNH-U 3877 dalam mendegradasi limbah lumpur berminyak
menunjukkan penurunan TPH dari 58 882 ppm menjadi 6 652 ppm dalam waktu
6 minggu. Dalam konsorsium tersebut terdapat 2 koloni bakteri yang dominan
yaitu Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865.
Pada Gambar 16 terlihat bahwa penurunan TPH tercepat terjadi pada hari
ke-7 inkubasi. Dengan semakin bertambahnya waktu inkubasi penurunan TPH
berlangsung lebih lambat. Hal ini disebabkan karena pada awal waktu inkubasi
terjadi proses biodegradasi oleh bakteri dengan menggunakan hidrokarbon
minyak bumi yang lebih mudah untuk didegradasi. Menurut Leahly dan Colwell
(1990) dalam proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi akan terjadi
penguraian fraksi parafinik, naftenik dan aromatik dimana parafinik merupakan
fraksi yang paling mudah didegradasi sedangkan naftenik dan aromatik lebih sulit
untuk didegradasi. Hal tersebut berkaitan dengan perbedaan perbandingan
bobot unsur-unsur karbon dan hidrogen yang terdapat di dalamnya atau
perbedaan susunan unsur-unsur karbon dan hidrogen di dalam molekul-molekul
persenyawaan tersebut (Atlas 1989; Kontawa 1993).

Pengaruh Bakteri Terhadap Biodegradasi

Pengaruh bakteri terhadap biodegradasi disajikan pada Gambar 17. Data


selengkapnya disajikan pada Lampiran 13. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 28-31. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap biodegradasi hari ke: 7, 14, 21 dan 28 inkubasi.
Biodegradasi oleh perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan
inokulasi ICBB 7865 lebih tinggi daripada tanpa inokulasi bakteri yaitu masing-
masing 90.39%, 90.13% dan 56.14% pada akhir waktu inkubasi. Bacillus sp.
galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 mempunyai kemampuan yang sama dalam
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi (Gambar 17). Hal ini mungkin
disebabkan karena kedua isolat berasal dari genus yang sama.

100

80
Biodegradasi (%)

60 Tanpa Bakteri
Bacillus sp. galur ICBB 7859
40
Bacillus sp. galur ICBB 7865
20

0
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 17 Pengaruh bakteri terhadap biodegradasi pada tanah tercemar minyak bumi.

Saidi et al. (1999) melaporkan pada media tanah entisol isolat bakteri
kultur tunggal Bacillus fusiformis (Pr61-Ms1), Bacillus thrungiensis (Si191-Mb1),
Klebsiella planticola (Bb171-Mb2) dan Bacillus fusiformis (Si201-Ms1) mampu
mendegradasi minyak bumi dan solar masing-masing sebesar 63.64%, 62.93%,
60.85% dan 58.19% setelah 28 hari inkubasi.

Pengaruh Bakteri Terhadap pH

Pengaruh bakteri terhadap pH disajikan pada Gambar 18. Data


selengkapnya disajikan pada Lampiran 14. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 32-35. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap pH hari ke: 14, 21 dan 28 inkubasi sedangkan hari
ke-7 tidak berpengaruh nyata.
8.5

7.5 Tanpa Bakteri

pH
Bacillus sp. galur ICBB 7859
7
Bacillus sp. galur ICBB 7865
6.5

6
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 18 Pengaruh bakteri terhadap pH pada tanah tercemar minyak bumi.

Gambar 18 memperlihatkan bahwa selama 28 hari inkubasi terjadi


penurunan pH pada tanah tercemar minyak bumi. Nilai pH oleh perlakuan
inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865 lebih rendah
daripada tanpa inokulasi bakteri yaitu masing-masing 6.91, 6.99 dan 7.40 pada
akhir waktu inkubasi. Penurunan pH tersebut disebabkan oleh senyawa-senyawa
asam organik yang dihasilkan selama proses biodegradasi (Udiharto et al. 2000).

Pengaruh Bakteri Terhadap CO2-C

Pengaruh bakteri terhadap CO2-C disajikan pada Gambar 19. Data


selengkapnya disajikan pada Lampiran 15. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 36-39. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap CO2-C hari ke: 7, 14, 21 dan 28 inkubasi.

25.00
CO2-C (mg/kg/hari)

20.00
Tanpa Bakteri
15.00
Bacillus sp. galur ICBB 7859
10.00
Bacillus sp. galur ICBB 7865
5.00

0.00
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 19 Pengaruh bakteri terhadap CO2-C pada tanah tercemar minyak bumi.

Gambar 19 memperlihatkan bahwa CO2-C yang dihasilkan oleh


perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 pada umumnya lebih tinggi
daripada inokulasi ICBB 7865 dan tanpa inokulasi bakteri. Hal ini disebabkan
karena aktivitas Bacillus sp. galur ICBB 7859 dalam biodegradasi lebih tinggi
daripada ICBB 7865 dan tanpa inokulasi bakteri. Menurut Bossert dan Bartha
(1984) proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi akan menghasilkan CO2,
H2O dan biomassa sel.
Karbondioksida (CO2-C) yang dihasilkan memperlihatkan penurunan
dengan semakin bertambahnya waktu inkubasi. Hal ini disebabkan karena telah
berkurangnya hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon dan energi atau
terjadi penumpukan zat-zat beracun hasil dari metabolisme bakteri sehingga
menghambat aktivitasnya dalam biodegradasi. Menurut Dibble dan Bartha (1979)
terjadinya akumulasi hasil metabolisme bakteri yang bersifat toksik selama
proses biodegradasi akan menyebabkan berkurangnya CO2 yang dihasilkan.

Pengaruh Surfaktan Terhadap CO2-C

Pengaruh surfaktan terhadap CO2-C disajikan pada Gambar 20. Data


selengkapnya disajikan pada Lampiran 15. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 36-39. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan surfaktan
berpengaruh nyata terhadap CO2-C hari ke-28 inkubasi sedangkan hari ke: 7, 14
dan 21 tidak berpengaruh nyata.

25
CO2-C (mg/kg/hari)

20

15 Tanpa Surfaktan
Penambahan Surfaktan
10

0
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 20 Pengaruh surfaktan terhadap CO2-C pada tanah tercemar minyak bumi.

Gambar 20 memperlihatkan bahwa CO2-C yang dihasilkan oleh


perlakuan penambahan surfaktan Tween 80 lebih rendah dibandingkan dengan
tanpa penambahan surfaktan pada hari ke-28 inkubasi. Hal ini mungkin
disebabkan karena fraksi minyak bumi yang mudah untuk didegradasi sudah
berkurang jumlahnya sehingga bakteri menggunakan surfaktan sebagai alternatif
sumber karbon dan energi. Hal ini dapat dibandingkan dengan hasil penelitian
Phillips dan Stewart (1974) yang menunjukkan bahwa penambahan surfaktan
menghambat proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi karena bakteri
menggunakannya sebagai alternatif sumber karbon dan energi.
Pengaruh Interaksi Bakteri dan Surfaktan Terhadap CO2-C

Pengaruh interaksi bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C disajikan pada


Gambar 21. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 15. Hasil analisis
ragam disajikan pada Lampiran 36-39. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
interaksi bakteri dan surfaktan berpengaruh nyata terhadap CO2-C hari ke-21
inkubasi.

9
a
8
CO2-C (mg/kg/hari)

ab
7
6 b
ab
5 S0=Tanpa Surfaktan
c
4 S1=Penambahan Surfaktan
3 c
2
1
0
B0=Tanpa B1=Bacillus sp. B2=Bacillus sp.
Bakteri galur ICBB 7859 galur ICBB 7865
Faktor Bakteri

Gambar 21 Pengaruh interaksi bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari ke-21 inkubasi
pada tanah tercemar minyak bumi.

Gambar 21 memperlihatkan bahwa interaksi perlakuan inokulasi Bacillus


sp. galur ICBB 7859 dan tanpa penambahan surfaktan (B1S0), inokulasi ICBB
7865 dan penambahan surfaktan (B2S1), inokulasi ICBB 7859 dan penambahan
surfaktan (B1S1) dan inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan surfaktan
(B2S0) menghasilkan CO2-C lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan
dengan interaksi perlakuan tanpa inokulasi bakteri dan penambahan surfaktan
(B0S1) dan tanpa inokulasi bakteri dan tanpa penambahan surfaktan (B0S0).
Antara interaksi perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan tanpa
penambahan surfaktan (B1S0) dan inokulasi ICBB 7859 dan penambahan
surfaktan (B1S1) tidak berbeda nyata demikian juga dengan interaksi perlakuan
inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan surfaktan (B2S0) dan inokulasi
ICBB 7865 dan penambahan surfaktan (B2S1). Selain itu, interaksi perlakuan
inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan tanpa penambahan surfaktan (B1S0)
menghasilkan CO2-C lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan
interaksi perlakuan inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan surfaktan
(B2S0).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865
disertai dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair
dapat meningkatkan biodegradasi hidrokarbon minyak bumi.
2. Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865
pada tanah yang tercemar minyak bumi memberikan nilai total petroleum
hydrocarbon (TPH) dan pH lebih rendah serta biodegradasi dan CO2-C lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi bakteri.
3. Perlakuan penambahan surfaktan Tween 80 pada tanah yang tercemar
minyak bumi memberikan nilai CO2-C lebih rendah dibandingkan dengan
tanpa penambahan surfaktan pada hari ke-28 inkubasi.
4. Interaksi perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan tanpa
penambahan surfaktan (B1S0), inokulasi ICBB 7865 dan penambahan
surfaktan (B2S1), inokulasi ICBB 7859 dan penambahan surfaktan (B1S1)
dan inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan surfaktan (B2S0)
memberikan nilai CO2-C lebih tinggi dibandingkan dengan interaksi perlakuan
tanpa inokulasi bakteri dan penambahan surfaktan (B0S1) dan tanpa
inokulasi bakteri dan tanpa penambahan surfaktan (B0S0) pada hari ke-21
inkubasi.

Saran

Dalam hal pemilihan jenis surfaktan yang digunakan untuk meningkatkan


proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi maka dipilih surfaktan yang tidak
digunakan oleh bakteri sebagai sumber karbon dan energi.
DAFTAR PUSTAKA

[API] American Petroleum Institute. 1980. Manual on Disposal of Refinery


Wastes. Washington DC: API.
Anas I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Dirjen Perguruan Tinggi, PAU, IPB.
Atlas RM. 1975. Effects of temperature and crude oil composition on petroleum
biodegradation. Appl Environ Microbiol 30(3):396-403.
Atlas RM. 1981. Microbial degradation of petroleum hydrocarbons: an
environmental perspective. Microbiol Rev 45(1):180-209.
Atlas RM. 1989. Microbiology: Fundamentals and Applications. New York:
Macmillan Publishing Co.
Atlas RM, Bartha R. 1981. Microbial Ecology: Fundamentals and Applications.
London: Addison Wesley Publishing Company.
Bartha R, Bossert I. 1984. The treatment and disposal of petroleum wastes. Di
dalam: Atlas RM, editor. Petroleum Microbiology. New York: Macmillan
Publishing Co. hlm 553-577.
Bewley JF. 1996. Field implementation of in situ bioremediation: key
physicochemical and biological factor. Di dalam: Stozky G, Bollay JM,
editors. Soil Biochemistry. New York: Marcel Dekker Inc. hlm 475-555.

Bossert I, Bartha R. 1984. The fate of petroleum in soil ecosystems. Di dalam:


Atlas RM, editor. Petroleum Microbiology. New York: Macmillan
Publishing Co. hlm 435-473.
Bragg JR, Prince RC, Wilkinson JB, Atlas RM. 1993. Bioremediation for
Shoreline Clean Up Following The 1989 Alaskan Oil Spill. Washington
DC: Office of Research and Development, United States Environmental
Protection Agency.
Clark RC, MacLeod WD. 1977. Imputs, transport mechanism and observed
concentrations of petroleum in the marine environment. Di dalam: Effects
of Petroleum on Artic and Sub Artic Marine Environments and Organism.
Malins DC, editor. London: Academic Press. hlm 91-223.
Cooney JJ. 1984. The fate of petroleum pollutans in fresh water ecosystem. Di
dalam: Atlas RM, editor. Petroleum Microbiology. New York: Macmillan
Publishing Co. hlm 400-433.
Dibble JT, Bartha R. 1979. Effect of environmental parameters on the
biodegradation of oil sludge. Appl Environ Microbiol 37(4):729-739.
Djamsari W. 2000. Isolasi dan karakterisasi mikroba pendegradasi fenol dari
ekosistem air hitam Kalimantan Tengah [tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, Program Pascasarjana.
Dwidjoseputro D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Edvantoro BB. 2003. Implementasi peraturan tentang pengelolaan limbah B3 dan
bioremediasi di Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar Bioremediasi dan
Rehabilitasi Lahan Sekitar Perminyakan dan Pertambangan; Bogor, 20
Februari 2003. Bogor: Forum Bioremediasi IPB.
[EPA] Environmental Protection Agency. 1983. Hazardous Waste Land
Treatment. Washington DC: Office of Research and Development, United
States Environmental Protection Agency.
Fessenden RJ, Fessenden JS. 1989. Kimia Organik. Terjemahan. Ed ke-3. Jilid
ke-2. Jakarta: Erlangga.
Fikrinda. 2000. Isolasi dan karakterisasi bakteri ekstremofilik penghasil selulase
dari ekosistem air hitam [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program
Pascasarjana.
Floodgate GD. 1979. Nutrient limitation. Di dalam: Bourquin AW, Pritchard PH,
editors. Proceedings of Workshop Microbial Degradation of Pollutants in
Marine Environments. Gulf Breeze: Environmental Research Laboratory.
hlm 107-118.
Floodgate GD. 1984. The fate of petroleum in marine ecosystem. Di dalam: Atlas
RM, editor. Petroleum Microbiology. New York: Macmillan Publishing Co.
hlm 355-397.
Francke HC, Clark FE. 1974. Disposal of Oil Wastes by Microbial Assimilation.
Washington DC: United States Atomic Energy Commision.
Gurujeyalakshmi G, Oriel P. 1989. Isolation of phenol-degrading Bacillus
strearothemophilus and partial characterization of the phenol hydroxylase.
Appl Environ Microbiol 55(2):500-502.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.
Higgins IJ, Gilbert PD. 1977. The biodegradation of hydrocarbon the oil industry
and microbial ecosystem. Di dalam: Proceedings of Meeting Organized by
The Institute of Petroleum and Held; England, September. The University
of Warwick.
Huddelston RL, Cresswell LW. 1976. Environmental and nutritional constraints of
microbial hydrocarbon utilization in the soil. Di dalam: The Role of
Microorganism in The Recovery of Oil. Proceedings of 1975 Engineering
Foundations Conference; Washington. hlm 71-72.
Indriasari V. 2000. Eksplorasi Actinomycetes dari sedimen ekosistem air hitam
serta daya uji hambatnya terhadap Staphylococcus aureus dan E. coli
KCCM 11823 [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Jobson A, McLaughlin M, Cook FD, Westlake DWS. 1974. Effect of
amandements on the microbial utilization of oil applied to soil. Appl
Environ Microbiol 27(1):166-171.
Kadarwati S et al. 1994. Aktivitas mikroba dalam transformasi substansi di
lingkungan situs hidrokarbon. Lembaran Publikasi Lemigas 2:28-38.
Kadarwati S, Noegroho H, Udiharto M. 1996. Bioproses untuk penanganan
limbah kilang migas. Di dalam: Proceedings Temu Karya Pengolahan
1996; Jakarta. hlm 1-13.
Keenan, Kleinfelter, Wood. 1993. Kimia untuk Universitas. Pudjaatmaka AH,
penerjemah. Jilid ke-2. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: General
College Chemistry.
Koesoemadinata RP. 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Bandung: ITB.
Kontawa A. 1993. Klasifikasi minyak bumi Indonesia. Lembaran Publikasi
Lemigas 2:21-26.
Koren O, Knezevic, Ron EZ, Rosenberg E. 2003. Petroleum pollution
bioremediation using water-insoluble uric acid as the nitrogen source.
Appl Environ Microbiol 69(10):6337-6339.
Leahly JG, Colwell RR. 1990. Microbial degradation of hydrocarbon: in the
environmental. Microbiol Rev 305-315.
Listiyawati. 2004. Isolasi dan karakterisasi konsorsium mikroba perombak lumpur
minyak dari ekosistem air hitam [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Program Pascasarjana.
Liu Z, Jacobson AM, Luthy RG. 1995. Biodegradation of naphthalene in aqueous
nonionic surfactant system. Appl Environ Microbiol 61(1):145-151.
MacKay D, Mohtadi MF. 1975. The area affected by oil spills on land. Can J
Chem Eng 53:140-143.
Masitho D. 1999. Biodegradasi minyak bumi oleh bakteri dari ekosistem
mangrove [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
Mason CF. 1996. Biology of Freshwater Pollution. Ed ke-3. Department of
Biology University of Essex.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan. Bogor: IPB Press.
McGill WB, Rowell MJ, Westlake DWS. 1981. Biochemistry, ecology, and
microbiology of petroleum components in soil. Di dalam: Paul EA, Ladd
JN, editors. Soil Biochemistry. New York: Marcel Dekker. hlm 229-296.
Miller RM. 1995. Surfactant enhanced bioavailability of slighty soluble organic
compounds. Di dalam: Skipper HD, Turco RF, editors. Bioremediation:
Science and Applications. SSSA Special Publication 43. hlm 33-54.
Mishra S, Jyot J, Kuhad RC, Lal B. 2001. Evaluation of inoculum addition to
stimulate in situ bioremediation of oily-sludge-contaminated soil. Appl
Environ Microbiol 4:1675-1681.
Mulyono M. 1989. Hidrokarbon di lingkungan perairan. Jakarta: PPPTMGB
Lemigas.
Mursida L. 2002. Konsorsium mikroorganisme vs oil sludge. OILplus:15 April-14
Mei. hlm 48-51.
Neneng L. 2000. Karakteris as i antibiotik yang res is ten terhadap â-lactam tipe
TEM-1 dari isolat ICBB 1171 asal ekosistem air hitam Kalimantan Tengah
[tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
Noegroho H. 1999. Pengaruh aerasi pada bioproses limbah kilang minyak.
Lembaran Publikasi Lemigas 2:20-24.
Nurseha. 2000. Isolasi dan uji aktivitas bakteri asidofil pengoksidasi besi dan
sulfur dari ekosistem air hitam [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Program Pascasarjana.
Oetomo D. 1997. Studi awal biodegradasi minyak bumi oleh mikroorganisme
[tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
Phillips GJM, Stewart JE. 1974. Effect of four dispersants on biodegradation and
growth of bacteria on crude oil. Appl Microbiol 28(4):547-552.
PT Caltex Pacific Indonesia. 2003. Pengolahan tanah terkontaminasi minyak
dengan teknik bioremediasi di lapangan Minas, PT Caltex Pacific
Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar Bioremediasi dan Rehabilitasi
Lahan Sekitar Perminyakan dan Pertambangan; Bogor, 20 Februari 2003.
Bogor: Forum Bioremediasi IPB.
Rahayu A, Noegroho H. 1999. Pengaruh mikroba pada bioproses limbah cair
kilang minyak. Lembaran Publikasi Lemigas 4:43-48.
Raisbeck JM, Mohtadi MF. 1974. The environmental impacts of oil spill on land in
the artic regions. Water Air Soil Pollut 3:195-208.
Reisfeld AE, Rosenberg, Gutnick D. 1972. Microbial degradation of crude oil:
factor affecting the dispersion in sea water by mixed and pure culture.
Appl Environ Microbiol 24(3):363-368.
Sabagh A, Atta AM. 1999. Water-based non-ionic polymeric surfactants as oil
spill dispersants. J Chem Technol Biotechnol 74:1075-1081.
Sabur A. 2003. Atlas Pertambangan. Surabaya: PT Karya Pembina Swajaya.
Saidi D, Anas I, Hadi N, Santosa DA. 1999. Kemampuan bakteri dari ekosistem
air hitam kalimantan tengah dalam merombak minyak bumi dan solar. J
Tnh Ling 2(2):1-7.
Santosa DA. 1995. Bioteknologi Penambangan Minyak Bumi. Laboratorium
Biologi Tanah Jurusan Tanah Faperta IPB.
Santosa DA. 2003. Environmental biotechnology: biotechnology for degradation
of oil sludge, remediation of acid rock drainage and detoxification of
mercury. Di dalam: Prosiding Seminar Bioremediasi dan Rehabilitasi
Lahan Sekitar Perminyakan dan Pertambangan; Bogor, 20 Februari 2003.
Bogor: Forum Bioremediasi IPB.
Santosa DA. Suhartono MT, Saraswati R, Suwanto A. 2000. Black Water
Ecosystem: Macro and Micro Biodiversity, In Situ DNA Isolation and
Cloning of Gene Encoding Extremozymes. Research Report. Riset
Unggulan Terpadu V. Ministry for Research and Technology, Republic
Indonesia.
Skladany GJ, Metting FB. 1993. Bioremediation of contaminated soil. Di dalam:
Metting FB, editor. Soil Microbial Ecology (Applications in Agricultural and
Environmental Management). New York: Marcel Dekker Inc. hlm 483-513.
Somers JA. 1974. The fate of spilled oil in the soil. Hydrolog Sci Bull 19:501-521.
Speight JG. 1980. The Chemistry and Technology of Petroleum. New York:
Marcel Dekker Inc.
Swisher RD. 1970. Surfactant Biodegradation. Ed ke-2. New York and Basel:
Marcel Dekker Inc.
Thibault SL, Anderson M, Frankenberger WT. 1996. Influence of surfactants on
pyrene desorption and degradation in soils. Appl Environ Microbiol
62(1):283-287.

Tiehm A. 1994. Degradation of polycyclic aromatic hydrocarbons in the presence


of synthetic surfactants. Appl Environ Microbiol 60(1):258-263.
Tiehm A, Stieber M. 2001. Strategies to improve PAH bioavailability: addition of
surfactants, ozonation and application of ultrasound. Di dalam: Stegmann
R, Brunner G, Calmano W, Matz G, editors. Treatment of Contaminated
Soil. Berlin, Heidelberg, New York, Barcelona, Hongkong, London, Milan,
Paris, Singapore, Tokyo: Springer. hlm 299-323.
Tim Amdal IPB. 1996. Studi Analisis Dampak Lingkungan Pembangunan
Jaringan Perairan dan Pencetakan Sawah Lahan Gambut Daerah Kerja A
Seluas 222 100 Ha di Kabupaten Kapuas dan Barito Selatan, Provinsi
Kalimantan Tengah. Dirjen DPU RI.
Udiharto M. 1993. Pengaruh aktivitas Basillus stearothermophillus terhadap
tegangan permukaan crude oil. Lembaran Publikasi Lemigas 1:31-35.
Udiharto M. 1996a. Bioremediasi minyak bumi. Di dalam: Prosiding Pelatihan dan
Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan;
Cibinong, 24-28 Juni 1996. hlm 24-39.

Udiharto M. 1996b. Pengujian biodegradasi limbah minyak bumi dalam air. Di


dalam: Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam
Pengelolaan Lingkungan; Cibinong, 24-28 Juni 1996. hlm 251-258.
Udiharto M. 2000. Hubungan antara tingkat tosisitas dan hidrokarbon aromatik
yang terkandung dalam lumpur pengeboran dan bahan dasarnya.
Lembaran Publikasi Lemigas 3:3-8.
Udiharto M, Rahayu SA, Haris A, Zulkifliani. 1995. Peran bakteri dalam degradasi
minyak dan pemanfaatannya dalam penanggulangan minyak buangan. Di
dalam: Prosiding Diskusi Ilmiah VIII PPPTMGB; Jakarta, 13-14 Juni 1995.
hlm 235-239.
Udiharto M, Yusuf A, Syafrizal. 2000. The hydrocarbon losses on oil
contaminated soil by landfarming bioremediation: a laboratory study.
Lemigas Scientific Contributions 2:23-28.
Van Dyke MI, Lee H, Jack TT. 1991. Application of microbial surfactant.
Biotechnol Adv 9(2):165-183.
Van Loocke R, DeBorger R, Voets JP, Verstraete W. 1975. Soil and ground
water contamination by oil spills: problems and remedies. Int J Environ
Studies 8:99-111.
Verstraete W, Van Loocke, DeBorger R, Verlinde A. 1976. Modelling of the
breakdown and mobilization of hydrocarbons in unsaturated soil layers. Di
dalam: Sharpley JM, Kaplan AM, editors. Proceedings of Third
International Biodegradation Symposium. London: Applied Science
Publishers. hlm 99-122.

Volkering F, Breure AM, Andel JG, Rulkens WH. 1995. Influence of nonionic
surfactants on bioavailability and biodegradation of policyclic aromatic
hydrocarbons. Appl Environ Microbiol 61(5):1699-1705.
Walker JD, Colwell RR, Petrakis L. 1975. Degradation of petroleum by an alga,
Prototheca zopfii. Appl Environ Microbiol 30(1):79-81.
Wick LY, Springael D, Harms H. 2001. Bacterial strategies to improve the
bioavailability of hydrophobic organic pollutants. Di dalam: Stegmann R,
Brunner G, Calmano W, Matz G, editors. Treatment of Contaminated Soil.
Berlin, Heidelberg, New York, Barcelona, Hongkong, London, Milan,
Paris, Singapore, Tokyo: Springer. hlm 204-217.
Wisjnuprapto. 1996. Bioremediasi, manfaat dan pengembangannya. Di dalam:
Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam
Pengelolaan Lingkungan; Cibinong, 24-28 Juni 1996. hlm 173-185.
Yani M, Fauzi AM, Aribowo F. 2003. Bioremediasi lahan terkontaminasi senyawa
hidrokarbon. Di dalam: Prosiding Seminar Bioremediasi dan Rehabilitasi
Lahan Sekitar Perminyakan dan Pertambangan; Bogor, 20 Februari 2003.
Bogor: Forum Bioremediasi IPB.
Zhang Y, Miller RM. 1995. Effect of rhamnolopid (biosurfactant) structure on
solubilization and biodegradation of n-alkanes. Appl Environ Microbiol
61(6):2247-2251.
Zo Bell CE. 1969. Microbial modification of crude oil in the sea. Di dalam:
Proceedings of Joint Conference on Prevention and Control of Oil Spills.
Washington: API. hlm 317-326.
Zulfarina. 1999. Isolasi dan kloning shotgun gen xylanase dari Streptomyces
1145-1 [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Ciri morfologi dan fisiologi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB
7865

Bacillus sp. galur ICBB Bacillus sp. galur ICBB


Parameter
7859 7865
Warna koloni Putih Krem
Bentuk Bundar Bundar
Tepian Licin Berombak
Elevasi Cembung Datar
Gram + +
Dekomposisi casein - -
Oxidase - -
Motility Motil Motil
Nitrate - -
Lysine - -
Ornithine - -
H2S - -
Glucose + -
Mannitol + +
Xylose + +
O. N. P. G. + +
Indole - +
Urease - -
U. P. - -
Citrate - -
T. D. A. - -
Lampiran 2 Sifat fisik dan kimia Sangatta crude oil

Sifat fisik dan kimia Satuan Nilai


Specific gravity at 60 °F 0.8476
API gravity at 60 °F 35.4
Kinematic viscosity at 100 °F cSt 2.920
at 122 °F cSt 2.342
at 140 °F cSt 2.002
Pour point °C 21
Flash point “ABEL” °C below 0
Reid vapour pressure at 100 °F psi 1.85
Water content vol% trace
Gross heat of combustion MJ/kg 45.195
Ashpaltenest content wt% 0.434
Wax content wt% 9.1704
Condradson carbon residue wt% 0.721
Ash content wt% 0.001
Lampiran 3 Komposisi media tumbuh bakteri dan surfaktan

No. Media Komposisi Dosis


1. Nutrient Agar Ekstrak daging 3.0 g
Pepton 5.0 g
Agar 15.0 g
Akuades 1000 ml

2. Nutrient Broth Ekstrak daging 3.0 g


Pepton 5.0 g
Akuades 1000 ml

3. Larutan fisiologis NaCl 8.5 g


Akuades 1000 ml

4. Media minimum K2HPO4 0.5 g


(Gurujeyalakhsmi & Oriel 1989) NH4Cl 1g
MgSO4.7H2O 20 mg
Yeast ekstrak 0.2 g
Casamino acid 0.1 g
Trace element 1 ml
Agar 20 g

5. Modifikasi media minimum K2HPO4 0.5 g


NH4Cl 1g
MgSO4.7H2O 20 mg
Yeast ekstrak 0.2 g
Casamino acid 0.1 g
Trace element 1 ml
Minyak bumi 1%-10% (b/v)
Akuades 1000 ml

6. Surfaktan Tween 0.015 ml/l


80/Polyoxyethylene sorbitan (critical
monooleate (Sigma Chemical micelle
Co.) concentration)
Lampiran 4 Data bobot minyak bumi yang dapat diekstrak dari media minimal
cair dan media tanah

Media Minimal Cair Media Tanah


No. No.
Bobot Minyak Bumi (g) Bobot Minyak Bumi (g)
1. 0.9108 1. 0.3787
2. 0.8895 2. 0.4211
3. 0.8671 3. 0.3598
4. 0.9407 4. 0.4123
5. 0.8729 5. 0.3996
6. 0.8455 6. 0.4089
7. 0.9253 7. 0.4112
8. 0.8898 8. 0.3889
9. 0.9164 9. 0.4018
10. 0.9322 10. 0.3695
11. 0.9213 11. 0.4251
12. 0.8909 12. 0.3830
Rata-rata: 0.9002 g Rata-rata: 0.3967 g
Minyak bumi dapat diekstrak: 90.02% Minyak bumi dapat diekstrak: 79.34%
Lampiran 5 Data penetapan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 pada media nutrient broth

Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Jam Kerapatan Optik Jam Kerapatan Optik
0 0.000 0 0.000
2 0.004 2 0.003
4 0.011 4 0.009
6 0.146 6 0.124
8 0.238 8 0.226
10 0.317 10 0.301
12 0.429 12 0.431
24 0.466 24 0.474
48 0.481 48 0.478
Lampiran 6 Hasil perhitungan populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 untuk kurva standar

Bakteri Parameter 1:1 1:2 1:4 1:8 1:16 Persamaan Regresi


Transmitan (%) 43.0 64.0 79.8 89.6 94.8
Bacillus sp.
Kerapatan
galur ICBB SPK/ml = 9E+07 OD-363693
Optik (X) 0.367 0.194 0.098 0.048 0.023
7859
SPK/ml (Y) 3.40E+07 1.70E+07 0.85E+07 0.43E+07 0.21E+07
Transmitan (%) 37.6 58.4 75.0 86.4 91.8
Bacillus sp.
Kerapatan
galur ICBB SPK/ml = 4E+08 OD-6E+06
Optik (X) 0.425 0.243 0.125 0.063 0.037
7865
SPK/ml (Y) 16E+07 8E+07 4E+07 2E+07 1E+07
Lampiran 7 Data aktivitas bakteri di berbagai konsentrasi minyak bumi pada
media minimal cair

Kadar Minyak Kerapatan Bobot Minyak Biodegradasi


Bakteri pH
Bumi Optik Bumi (g) (%)
0.018 6.72 0.138 54.00
Bacillus 1%
0.020 6.68 0.156 48.00
sp.
0.025 6.76 0.875 41.67
galur 5%
0.023 6.70 0.868 42.13
ICBB
7859 0.060 6.70 2.030 32.33
10%
0.053 6.69 2.043 31.90
0.013 6.65 0.159 47.00
Bacillus 1%
0.009 6.68 0.143 52.33
sp.
0.010 6.69 0.894 40.40
galur 5%
0.013 6.71 0.870 42.00
ICBB
7865 0.092 6.69 2.146 28.47
10%
0.080 6.62 2.153 28.23
Lampiran 8 Data kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair

Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Kerapatan Kerapatan
Hari pH Hari pH
Optik Optik
0.000 7.00 0.000 7.00
0 0
0.000 7.00 0.000 7.00
0.127 7.23 0.113 7.07
1 1
0.123 7.24 0.120 7.03
0.168 7.27 0.169 7.21
3 3
0.179 7.25 0.177 7.19
0.110 7.23 0.090 7.18
5 5
0.126 7.20 0.110 7.11
0.090 7.10 0.075 7.01
7 7
0.101 7.16 0.088 7.05
0.125 7.10 0.072 6.99
9 9
0.115 7.13 0.060 7.03
0.133 7.01 0.084 6.90
11 11
0.130 7.05 0.090 6.87
0.128 6.95 0.050 6.81
13 13
0.132 7.02 0.057 6.85
0.170 6.87 0.053 6.76
15 15
0.163 6.95 0.055 6.70
Lampiran 9 Data kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair dengan
penambahan surfaktan Tween 80

Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Kerapatan Kerapatan
Hari pH Hari pH
Optik Optik
0.000 7.00 0.000 7.00
0 0
0.000 7.00 0.000 7.00
0.209 7.25 0.180 7.06
1 1
0.223 7.23 0.188 7.10
0.262 7.25 0.214 7.26
3 3
0.273 7.22 0.212 7.20
0.205 7.15 0.169 7.21
5 5
0.193 7.17 0.185 7.17
0.170 7.13 0.152 7.18
7 7
0.175 7.15 0.165 7.13
0.112 7.12 0.134 7.15
9 9
0.120 7.15 0.140 7.09
0.078 6.98 0.128 7.01
11 11
0.080 7.04 0.125 7.03
0.057 6.93 0.090 6.96
13 13
0.063 6.99 0.104 6.93
0.059 6.83 0.089 6.84
15 15
0.055 6.86 0.101 6.88
Lampiran 10 Data uji aktivitas bakteri pada media minimal cair

Bobot Minyak Bumi Biodegradasi Kerapatan


Perlakuan pH
(g) (%) Optik
0.9980 0.20 6.97 0.000
0.9947 0.53 7.00 0.000
Tanpa
0.9946 0.54 6.89 0.000
Bakteri
0.9986 0.14 6.98 0.000
0.9977 0.23 7.00 0.000
0.6625 33.75 6.87 0.164
Bacillus sp. 0.5432 45.68 6.71 0.171
galur ICBB 0.5568 44.32 6.80 0.166
7859 0.5262 47.38 6.70 0.173
0.4246 57.54 6.64 0.177
0.6908 30.92 6.80 0.052
Bacillus sp. 0.5713 42.87 6.70 0.057
galur ICBB 0.4658 53.42 6.61 0.065
7865 0.5852 41.48 6.76 0.055
0.5662 43.38 6.65 0.060
Lampiran 11 Data uji aktivitas bakteri pada media minimal cair dengan
penambahan surfaktan Tween 80

Bobot Minyak Bumi Biodegradasi Kerapatan


Perlakuan pH
(g) (%) Optik
0.9954 0.46 6.84 0.000
0.9992 0.08 6.96 0.000
Tanpa
0.9967 0.33 7.00 0.000
Bakteri
0.9951 0.49 6.96 0.000
0.9946 0.54 6.91 0.000
0.5120 48.80 6.67 0.053
Bacillus sp. 0.4985 50.15 6.62 0.057
galur ICBB 0.6153 38.47 6.78 0.049
7859 0.4828 51.72 6.58 0.059
0.3819 61.81 6.26 0.060
0.5288 47.12 6.75 0.092
Bacillus sp. 0.6405 35.95 6.77 0.084
galur ICBB 0.5263 47.37 6.69 0.095
7865 0.4045 59.55 6.48 0.108
0.5231 47.69 6.52 0.106
Lampiran 12 Data bobot minyak bumi hasil uji aktivitas bakteri dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi dan penambahan
surfaktan Tween 80 pada tanah tercemar minyak bumi

Bobot Minyak Bumi (g)


Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 0.4179 0.2826 0.2687 0.2191
B0S0 0.4192 0.3659 0.2928 0.2611
B0S0 0.3741 0.3374 0.3036 0.1796
B0S1 0.3958 0.3179 0.2983 0.2121
B0S1 0.4191 0.3396 0.2728 0.2388
B0S1 0.3750 0.2683 0.2770 0.2052
B1S0 0.2504 0.1307 0.0734 0.0414
B1S0 0.1756 0.1191 0.0769 0.0487
B1S0 0.2424 0.1293 0.0715 0.0461
B1S1 0.2048 0.1104 0.0770 0.0478
B1S1 0.2259 0.1201 0.0886 0.0522
B1S1 0.1947 0.1273 0.0857 0.0522
B2S0 0.2440 0.1447 0.0799 0.0423
B2S0 0.2706 0.1647 0.1250 0.0399
B2S0 0.2383 0.1564 0.0969 0.0382
B2S1 0.2066 0.1153 0.0834 0.0612
B2S1 0.1910 0.1664 0.0905 0.0546
B2S1 0.2547 0.1482 0.0866 0.0600
Lampiran 13 Data biodegradasi hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween 80
pada tanah tercemar minyak bumi

Biodegradasi (%)
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 16.42 43.48 46.26 56.18
B0S0 16.16 26.82 41.44 47.78
B0S0 25.18 32.52 39.28 64.08
B0S1 20.84 36.42 40.34 57.58
B0S1 16.18 32.08 45.44 52.24
B0S1 25.00 46.34 44.60 58.96
B1S0 49.92 73.86 85.32 91.72
B1S0 64.88 76.18 84.62 90.26
B1S0 51.52 74.14 85.70 90.78
B1S1 59.04 77.92 84.60 90.44
B1S1 54.82 75.98 82.28 89.56
B1S1 61.06 74.54 82.86 89.56
B2S0 51.20 71.06 84.02 91.54
B2S0 45.88 67.06 75.00 92.02
B2S0 52.34 68.72 80.62 92.36
B2S1 58.68 76.94 83.32 87.76
B2S1 61.80 66.72 81.90 89.08
B2S1 49.06 70.36 82.68 88.00
Lampiran 14 Data pH hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween 80 pada tanah
tercemar minyak bumi

pH
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 7.87 7.53 7.68 7.41
B0S0 8.00 7.98 7.38 7.24
B0S0 7.97 8.16 7.65 7.77
B0S1 8.14 7.71 7.62 7.06
B0S1 7.65 7.48 7.72 7.56
B0S1 8.02 7.77 7.48 7.35
B1S0 7.56 7.31 6.87 7.03
B1S0 7.99 7.24 7.08 6.44
B1S0 7.95 7.49 6.85 6.61
B1S1 7.99 7.43 7.23 7.26
B1S1 7.69 7.47 7.15 7.15
B1S1 7.61 7.20 7.09 6.94
B2S0 8.08 7.35 7.55 6.97
B2S0 7.48 7.89 7.20 6.94
B2S0 8.03 7.48 7.52 6.79
B2S1 7.90 7.59 7.21 6.92
B2S1 7.84 7.33 7.11 6.60
B2S1 7.79 7.40 7.53 7.73
Lampiran 15 Data CO2-C hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween 80
pada tanah tercemar minyak bumi

CO2-C (mg/kg/hari)
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 13.56 6.82 3.33 1.33
B0S0 14.00 8.60 4.22 0.89
B0S0 14.22 9.27 2.89 2.00
B0S1 16.00 9.71 4.67 1.78
B0S1 14.89 9.04 4.67 1.11
B0S1 14.22 7.71 4.00 0.89
B1S0 21.56 15.04 7.56 6.44
B1S0 20.67 13.93 8.00 5.11
B1S0 24.44 15.93 8.67 4.22
B1S1 24.22 18.60 7.33 3.56
B1S1 22.67 17.04 6.22 2.22
B1S1 23.33 15.71 6.67 4.00
B2S0 20.89 13.93 6.67 4.44
B2S0 17.78 14.16 5.33 5.78
B2S0 19.11 13.27 6.89 4.67
B2S1 22.22 13.04 8.89 2.67
B2S1 19.56 14.82 7.56 4.67
B2S1 20.22 14.60 6.44 4.44
Lampiran 16 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap bobot minyak bumi pada
media minimal cair setelah inkubasi 15 hari

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Perlakuan 2 0.6407 0.3203 70.78 0.0001*
Galat 12 0.0543 0.0045
Total 14 0.6950

Lampiran 17 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap biodegradasi minyak


bumi pada media minimal cair setelah 15 hari inkubasi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Perlakuan 2 6406.5977 3203.2989 70.78 0.0001*
Galat 12 543.1141 45.2595
Total 14 6949.7118

Lampiran 18 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap pH pada media minimal


cair setelah 15 hari inkubasi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Perlakuan 2 0.2025 0.1012 18.60 0.0002*
Galat 12 0.0653 0.0054
Total 14 0.2678

Lampiran 19 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap kerapatan optik pada


media minimal cair setelah 15 hari inkubasi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Perlakuan 2 0.0749 0.03745 2144.21 0.0001*
Galat 12 0.0002 0.00002
Total 14 0.0751
Lampiran 20 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan
Tween 80 terhadap bobot minyak bumi pada media minimal cair
setelah 15 hari inkubasi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Perlakuan 2 0.7853 0.3926 84.81 0.0001*
Galat 12 0.0556 0.0046
Total 14 0.8409

Lampiran 21 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan


Tween 80 terhadap biodegradasi minyak bumi pada media minimal
cair setelah 15 hari inkubasi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Perlakuan 2 7852.9469 3926.4735 84.81 0.0001*
Galat 12 555.5899 46.2992
Total 14 8408.5368

Lampiran 22 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan


Tween 80 terhadap pH pada media minimal cair setelah 15 hari
inkubasi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Perlakuan 2 0.3546 0.1773 8.91 0.0042*
Galat 12 0.2387 0.0199
Total 14 0.5933

Lampiran 23 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan


Tween 80 terhadap kerapatan optik pada media minimal cair
setelah 15 hari inkubasi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Perlakuan 2 0.0237 0.01185 294.17 0.0001*
Galat 12 0.0005 0.00004
Total 14 0.0242
Lampiran 24 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 0.1239 0.0620 82.87 0.0001*
Surfaktan 1 0.0015 0.0015 2.02 0.1806
Bakteri*Surfaktan 2 0.0006 0.0003 0.37 0.6954
Galat 12 0.0090 0.0007
Total 17 0.1349

Lampiran 25 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot


minyak bumi hari ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 0.1354 0.0677 101.27 0.0001*
Surfaktan 1 0.0008 0.0008 1.14 0.3060
Bakteri*Surfaktan 2 0.0001 0.0001 0.10 0.9094
Galat 12 0.0080 0.0007
Total 17 0.1443

Lampiran 26 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot


minyak bumi hari ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 0.1595 0.0797 442.33 0.0001*
Surfaktan 1 0.0000 0.0000 0.26 0.6223
Bakteri*Surfaktan 2 0.0004 0.0002 1.20 0.3358
Galat 12 0.0022 0.0002
Total 17 0.1621

Lampiran 27 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot


minyak bumi hari ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 0.1164 0.0582 173.53 0.0001*
Surfaktan 1 0.0003 0.0003 0.76 0.4007
Bakteri*Surfaktan 2 0.0003 0.0002 0.45 0.6480
Galat 12 0.0040 0.0003
Total 17 0.1210
Lampiran 28 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-7 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 4956.3 2478.2 82.87 0.0001*
Surfaktan 1 60.4 60.4 2.02 0.1806
Bakteri*Surfaktan 2 22.4 11.2 0.37 0.6954
Galat 12 358.9 29.9
Total 17 5398.0

Lampiran 29 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap


biodegradasi minyak bumi hari ke-14 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 5417.0 2708.5 101.27 0.0001*
Surfaktan 1 30.6 30.6 1.14 0.3060
Bakteri*Surfaktan 2 5.1 2.6 0.10 0.9094
Galat 12 321.0 26.7
Total 17 5773.6

Lampiran 30 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap


biodegradasi minyak bumi hari ke-21 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 6378.6 3189.3 442.33 0.0001*
Surfaktan 1 1.8 1.8 0.26 0.6223
Bakteri*Surfaktan 2 17.3 8.6 1.20 0.3358
Galat 12 86.5 7.2
Total 17 6484.2

Lampiran 31 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap


biodegradasi minyak bumi hari ke-28 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 4656.9 2328.5 173.53 0.0001*
Surfaktan 1 10.2 10.2 0.76 0.4007
Bakteri*Surfaktan 2 12.1 6.0 0.45 0.6480
Galat 12 161.0 13.4
Total 17 4840.2
Lampiran 32 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 0.0627 0.0314 0.67 0.5291
Surfaktan 1 0.0050 0.0050 0.11 0.7492
Bakteri*Surfaktan 2 0.0031 0.0015 0.03 0.9675
Galat 12 0.5606 0.0467
Total 17 0.6314

Lampiran 33 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 0.5299 0.2650 6.02 0.0155*
Surfaktan 1 0.0612 0.0612 1.39 0.2610
Bakteri*Surfaktan 2 0.0500 0.0250 0.57 0.5810
Galat 12 0.5283 0.0440
Total 17 1.1695

Lampiran 34 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 0.8910 0.4455 17.97 0.0002*
Surfaktan 1 0.0072 0.0072 0.29 0.5998
Bakteri*Surfaktan 2 0.0990 0.0495 2.00 0.1784
Galat 12 0.2975 0.0248
Total 17 1.2948

Lampiran 35 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 0.8325 0.4163 4.14 0.0430*
Surfaktan 1 0.1043 0.1043 1.04 0.3287
Bakteri*Surfaktan 2 0.2487 0.1244 1.24 0.3249
Galat 12 1.2069 0.1006
Total 17 2.3924
Lampiran 36 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari
ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 215.2500 107.6250 66.14 0.0001*
Surfaktan 1 6.8450 6.8450 4.21 0.0628
Bakteri*Surfaktan 2 0.0720 0.0360 0.02 0.9783
Galat 12 19.5260 1.6270
Total 17 241.6930

Lampiran 37 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari
ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 180.8800 90.4400 78.74 0.0001*
Surfaktan 1 4.8260 4.8260 4.20 0.0629
Bakteri*Surfaktan 2 2.8320 1.4160 1.23 0.3259
Galat 12 13.7820 1.1490
Total 17 202.3200

Lampiran 38 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari
ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 42.1321 21.0661 36.64 0.0001*
Surfaktan 1 0.4640 0.4640 0.81 0.3867
Bakteri*Surfaktan 2 6.2843 3.1422 5.46 0.0205*
Galat 12 6.9002 0.5750
Total 17 55.7807

Lampiran 39 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO2-C hari
ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi

Sumber Jumlah Kuadrat


DB F-Hitung P-Value
Keragaman Kuadrat Tengah
Bakteri 2 36.5459 18.2729 25.23 0.0001*
Surfaktan 1 5.0562 5.0562 6.98 0.0215*
Bakteri*Surfaktan 2 2.5681 1.2840 1.77 0.2116
Galat 12 8.6925 0.7244
Total 17 52.8626

Anda mungkin juga menyukai