Penyanggah
Penyanggah
Kriteria pengukuran : ekonomi, efisiensi, efektivitas, tranparasi, dan akuntabilitas publik. Tujuan yang
dikehendaki mencakup pertanggung jawaban pelaksanaan yaitu ekonomis (hemat cermat) dalam
pengadaan dan alokasi sumber daya, efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya
dalam arti penggunaan diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefits and
minimizing cost) serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuandan sasaran. Indikator
kinerja yang ideal harus terkait pada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan, kesesuaian dengan
maksud dan tujuan (fitness for purposes), konsistensi, dan kepuasan publik (public statisfication).
Kepuasan masyarakat dalam konteks tersebut dapat dikaitkan dengan semakin rendahnya complaint
dari masyarakat.
Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Indikator alokasi biaya (ekonomi dan
efesiensi), dan 2. Indikator kualitas pelayanan (efektivitas). Indikator harus dimanfaatkan oleh pihak
eksternal maupun internal. pihak internal dapat menggunakannya dalam rangka meningkatkan
kuantitas dan kualitas pelayanan serta efisiensi biaya, pihak eksternal dapat menggunakan indikator
kinerja sebagai kontrol dan sekaligus sebagai informasi dalam rangka mengukur tingkat akuntabilitas
publik.
Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada unit unit kerja pemerintah. Indikator
sebaiknya memusatkan pada ekonomi, efisiensi, dan efektivitas program dan kegiatan. Ekonomi
adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input), ekonomi adalah praktik pembelian
barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan
(spending less). Kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati hati atau cermat (prudency)
dan tidak ada pemborosan, suatu kegiatan dikatakan ekonomis apabila dapat menghilangkan atau
mengurangi biaya yang tidak perlu.
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan
terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan
efisiensi apabila suatu produk atau hasil kerja dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan
dana yang serendah rendahnya (spending well). Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara
masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi dan keluaran yang dihasilkan.
Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna).
Kegiatan operasional dikatakan efektivitas apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir
kebijakan (spending wisely). Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak
(outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program, semakin besar
kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka
semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Hubungan ketiga ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Nilai Input
(Rp) INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME TUJUAN
EKONOMI EFISIENSI EFEKTIVITAS
(hemat) (berdaya guna) (berhasil guna)
Cost Eddectiveness
Gambar 8.1
Pengukuran Value For Money
output
Efisiensi =
input
Dalam pengukuran kinerja value for money efisiensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1.
Efisiensi alokasi, dan 2. Efesiensi teknis dan manajerial. Efesiensi terkait dengan kemampuan
untuk mandayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efeisensi teknis
(manajerial) terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat
output tertentu.
3. Pengukuran Efektivitas adalah ukuran berhail tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya.
Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut telah berjalan
secara efektiv. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Pengukuran Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat.
Outcome lebih tinggi nilainya dibandingkan output, dikarenakan output hanya mengukur
hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur
kualitas output dan dampak yang dihasilkan (Smith, 1996). Pengukuran outcome memiliki
dua peran, yaitu peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait dengan
penilaian kinerja masa lali, sedangkan prospektif terkait dengan perencanaan kinerja dimasa
yang akan datang.
Gambar 8.2
Penetuan target kinerja didasarkan perkembangan cakupan pelayanan atau indikator kinerja,
estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Kinerja tahun lalu dapat digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Hal
tersebut merupakan benchmark (perbandingan) bagi unit tersebut untuk melihat seberapa
besar kinerja yang telah dilakukan.
2. Expert judgment digunakan karena kinerja tahun lalu akan sangat berpengaruh terhadap
kinerja berikutnya. Teknik ini menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam
mengestimasi indikator kinerja. Penggunaannnya sederhana dan sisi biaya tidak terlalu
mahal, kelemahannya adalah bahwa teknik ini sangat tergantung pada pandangan subyektif
para pengambil keputusan. Dampak adanya pencapaian tujuan kinerja tidak secara otomatis
dapat dikatakan bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja. Kadang keberhasilan
suatu unit kerja akan mempengaruhi kinerja unit yang lain.
3. Trend digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu
dalam pencapaian kinerja unit kerja
Y = a + bt
Dimana : Y = indikator kinerja, a = indikator kinerja autonomous, t = time lag
4. Regersi
Regresi menggunakan rumus :
Y = a + b1X1+b2X2+ e
Y = a + b^1X1+b^2X2+ e
Rumus ini digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh variable independen mampu
mempengaruhi variable dependen (kinerja unit).