Merangsang eritropoesis
Metabolisme sel
Deformitas tulang
Intoleransi Aktivitas
Fibrosis Paru-paru
Pancreas DM
Resiko infeksi
Compliance paru-paru
terganggu Perkusi nafas meningkat
1. Pemeriksaan Diagnostik Thalassemia
PemeriksaanPenunjang
A. Pemeriksaaan Hematologirutin
1. Morfolofi eritrosit (gambaran darah tepi) – eritrosit hipokromik
mikrositik, sel target, normoblas (eritrositberinti), polikromasia,
bashopilicstipling, Heinz bodies pada β- thalassemia
2. Kadar Hbpada thalassemia mayor 3-9 g/dl, thalasemiaintermedia
7-10 g/dl.
B. Elektrosis HB
1. HbFmeningkat: 10-98%
2. HbAbisaadapada β+, bisatidakada βo
3. HbA2 sangatbervariasi, bisarendah, normal, ataumeningkat
C. Pemeriksaan sumsum tulang
Eritropoesis inefektif menyebabkan hyperplasia eritroid yang ditandai
dengan peningkatan cadangan Fe.
D. Uji fragilitas osmotik (darah+ larutansalinterbuffer)
Pada darah normal 96% eritrosit akan terlisis, sedangkan pada
thalasemia eritrosit tidak terlisis.
E. Pengukuran beban besi
pengukuran feritin serum dan feritin plasma sebelum dilakukan
transfusi.
F. Pemeriksaan pedigree untuk mengetahui apakah orang tua atau
saudara pasien merupakan trait
G. Pemeriksaan molecular
1. Analisis DNA (Southern blot)
2. Deteksi direct gen mutan
3. Deteksimutasidengan probe oligonukleotidasintetik
4. ARMS (mengamplifikasisegmen target mutan)
5. Analisis “globin chain synthesis” dalam retikulosit akan dijumpai
sintesis rantai beta menurun dengan rasio α/β meningkat
2. Penatalaksanaan Thalasemia
a. Pemberian iron chelating agent (deferoxamine) :
Diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau
saturasi transferin lebih 50%, atausekitar 10-20 kali transfuse darah.
Deferoxamine diberikan dengan dosis 25 - 50mg/kgBB/hari diberikan
subkutan melalui pompa infuse dalam waktu 8-12 jam selama 5 - 7 hari
selama seminggu dengan menggunakan pompa portable.
Lokasiumumnya di daerah abdomen, namun daerah deltoid maupun
paha lateral menjadi alternative bagi pasien.
SelainitubisajugadigunakanDeferipron yang merupakansatu-
satunyakelasibesi oral yang telah disetujui pemakaiannya. Terapi
standar biasanya memakai dosis 75 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3
dosis.
b. Vitamin C 100-250mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk
meningkatkan efek kelasi besi.
c. Asamfolat 2-5 mg/hariuntukmemenuhikebutuhan yang meningkat.
d. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat
memperpanjang umur sel darah merah
e. Splenektomi, denganindikasi:
1) Limpa yang terlalubesar, sehinggamembatasigerakpenderita,
menimbulkanpeningkatantekananintraabdominaldanbahayaterja
dinyaruptur
2) Hipersplenismeditandaidenganpeningkatankebutuhantransfusid
arahataukebutuhansuspensieritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg
beratbadandalamsatutahun.
f. Transfusidarah :
3. Komplikasi Thalasemia
a. Jantung dan Penyakit Hati
transfusi darah secara teratur merupakan perawatan standar untuk
thalassemia. Akibatnya, zat besi dapat tertimbun dalam darah. Hal ini
dapat merusak organ dan jaringan, terutama jantung dan hati.
Penyakit jantung yang disebabkan oleh kelebihan zat besi adalah
penyebab utama kematian pada orang yang memiliki thalassemia.
Penyakit jantung termasuk juga gagal jantung,
aritmia(detakjantungtidakteratur), dan serangan jantung.
b. Infeksi
Di antara orang yang memiliki thalassemia, infeksi adalah penyebab
utama penyakit dan penyebab paling umum kedua kematian. Orang yang
telah dibuang limpa mereka berada pada risiko infeksi lebih tinggi, karena
mereka tidak lagi memiliki organ untuk melawan infeksi ini.
c. Osteoporosis
Banyak orang yang memiliki thalassemia memiliki masalah tulang,
termasuk osteoporosis.Ini adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi
lemah dan rapuh dan mudah patah.