Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Nilai-nilai pancasila merupakan suatu landasan moral etik dalam

kehidupan kenegaraan. Hal ini ditegaskan dalam pokok pikiran keempat yang

menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar

atas kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini mengandunng arti bahwa

kehidupan kenegaraan harus didasarkan pada moral etik yang bersumber pada

nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan menjunjung moral kemanusiaan yang

beradab. Oleh karena itu nilai-nilai pancasila yang dituangkan dalam pokok

pikiran keempat ini merupakan suatu dasar fundamental moral dalam kehidupan

kenegaraan. Konsekuensinya dalam segala aspek kehidupan negara, antara lain

pemerintahan negara pembangunan negara, pertahanan dan keamanan negara,

politik negara serta pelaksanaan demokrasi yang harus senantiasa berdasarkan

pada moral ketuhanan dan kemanusiaan.

Pada era sekarang ini terdapat penyimpangan dari para elite politik dalam

penyelenggaraan negara. Penerapan nilai-nilai pancasila sebagai dasar Negara

Republik Indonesia sudah mulai meluntur bahkan terancam menghilang itu

ditandai dengan banyak nya elit politik saat ini menghabiskan uang rakyat

untuk kepentingan pribadinya. Nilai-nilai pancasila sudah tidak berlaku lagi

pada diri individu yang hakiki apabila nilai-nilai yang selama mereka anut dan

percayai itu sudah di tinggalkan bahkan tidak ingin menerapkannya kembali.

1
1.2.Rumusan Masalah

Dalam kaitannya dengan penerapan dan penjabaran nilai-nilai pancasila dalam

kehidupan perpolitikan dalam negeri bahkan politik luar negeri dapat

dirumuskan beberapa masalah :

1. Apa saja Nilai-nilai Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia ?

2. Bagaimana Paradigma Pancasila sebagai pengembangan/Reformasi

Politik

1.3.Tujuan Penelitian

Secara terperinci, tujuan mengangkat masalah peran Pancasila untu

mewujudkan politik yang bersih yaitu :

1. Untuk mengetahui nilai-nilai yang termaktub dalam Pancasila Dasar

Negara Republik Indonesia

2. Untuk membahas pengembangan paradigma pancasila dalam refomasi

politik di Indonesia

3. Mengetahui beberapa faktor yang membuat nilai-nilai pancasila harus

diterapkan untuk tercapainya politik yang bersih

1.4.Metode Penelitian

Metode yang dilakukan penulis yaitu metode kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor pendekatan kualitatif adalah pene,litian yang

2
menghasilkan data deskripsi berupa kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku orang yang diamati, metode ini diarahkan pada latar

dan individu tersebut secara holistik (utuh).

1.5.Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis, yaitu untuk membahas dan menganalisis nilai-nilai

pancasila dalam kehidupan perpolitikan di Indonesia demi tercapainya

kesadaran dan mewujudkan politik yang bersih

2. Secara praktis, yaitu diharapkan elit politik sadar bahwa nilai-nilai

pancasila butuh bahkan harus diterapkan dalam sistem politik di Indonesia

dan penyelenggaraan negara.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Kerangka Teori

2.1.1 Pengertian Nilai

Nilai atau velaue termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan-

persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafatt

yaitu filsafat nilai (Axiology, Theory of Velue). Istilah nilai didalam bidang

filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya

“keberhargaan” (Worth) atau kebaikan (Goodness), dan kata kerja yang

3
artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan

penilaian (Frankena, 1229).

Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk

menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, kemudian untuk

seelanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu merupakan keputusan nilai

yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak

benar, baik atau jelek penilaian tentu berhubungan dengan unsur-unsr yang

ada pada manusia sebagai subbjek penilaian, yaitu unsur-unsur jasmani,

akal, rasa, karsa (kehendak) dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan

bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna, indah, baik, dan lain

sebagainya.

Didalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan,

dambaan-dambaan dan keharusan. Maka apabila kita berbicara tentang

nilai sebenarnya kita berbicara tentang hal yang ideal, tentang hal yang

merupakan cita-cita, harapan dambaan dan keharusan.

2.1.2 Macam-Macam Nilai

Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama

luhurnya dan sama tinggnya. Nilai-nilai itu secara senyatanya ada yang

lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai-nilainya.

Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat dikelompokkan menjadi empat

tingkatan :

4
1. Nilai kenikmatan, dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-

nilai yang mengenakan dan tidak mengenakan, yang

menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.

2. Nilai kehidupan

Dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi

kehidupan misalnya, kesehatan, kesegaran jasmani,

kesejahteran umum.

3. Nilai-nilai kejiwaan

dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali

tidak tergantung dari keadaan jasmani ataupun lingkungan.

Nilai semacam ini ialah keindahan, kebenarann, dan

pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.

4. Nilai kerohhanian

Dalam tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci

dan tak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama dari nilai-nilai

pribadi.

Menurut Notonagoro nilai dibagi menjadi jbeberapa macam :

1. Nilai material

Nilai material yaitu segala sesuatu sesuatu yang berguna bagi

kehidupan jasmani manusia, atau kebutuhan material ragawi

manusia

2. Nilai vital

5
Nilai vital yaitu segala sesuatu yanng berguna bagi manusia

untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktifitas

3. Nilai kerohanian

Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani

manusia nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat

macam :

- Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (ratio, budi,

cipta) manusia

- Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada

unsur perasaan (estetis, gevoel, rasa) manusia

- Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada

unsur kehendak (will, Wollen, karsa) manusia

- Nilai religius, merupakan sumber nilai kerohanian

tertinggi dan mutlak, nilai religius ini bersumber kepada

kepercayaan atau keyakinan manusia.

Selain nilai-nilai yang dikemukakan oleh para tokoh aksiologi

tersebhut menyangkut tentang wujud macamnya, nilai-nilai tersebut juga

berkaitan dengan tingkatan-tingkatannya. Hal ini kita lihat secara objektif

karena nilai-nilai tersebut menyangkut segala aspek kehidupan manusia.

Ada sekelompok nilai yang memiiliki kedudukan atau hirarki yang lebih

tinggi dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya ada yang lebih rendah

bahkan ada tingkatan nilai yang bersifat mutlak, artinya nilai religius

merupakan suatu nilai yang tertinggi dan mutlak, artinya nilai religius

6
tersebut hirarkinya diatas segala nilai yang ada dan tidak dapat

dijastifikasi berdasarkan akal manusia karena pada tingkatan tertenu nilai

tersebut bersifat diatas dan diluar kemampuan jangkauan akal pikir

manusia.

2.2 Hubungan Nilai, Norma, dan Moral

Hubungan antara moral dengan etika memang sangat erat sekali

dan kadangkala kedua hal tersebut memiliki perbedaan. Moral yaitu suatu

ajaran-ajaran, patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun

tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar

menjadi manusia yanng baik. Adapun dipihak lain lain etika adalah suatu

cabang filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-

ajaran dan pandangan-pandangan moral tersebut. Etika dapat diartikan

sebagiai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan1. Adapun yang dimaksud

dengan kesusilaan adalah identik dengan pengertian moral, sehingga etika

pada hakikatnya adalah sebagai ilmu pengetahuan yang membahas tentang

prinnsip-prinsip moralitas2.

Etika tidak berwenang menentukan apa yang boleh atau tidak

boleh dilakukan oleh seseorang. Wewenang ini dipandang berada ditangan

pihak-pihak yang memberikan ajaran moral. Hal inilah yang menjadikan

kekurangan dari etika seseorang dapat mengerti mengapa, dan atas dasar

apa manusia harus hidup menurut norma-norma tertentu. Hal yang terakhir

7
inilah yang merupakan kelebihan etika jikalau dibandingkan dengan

moral.

1.4.Pengertian Politik

Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana

kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif

dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan

diantara anggota-anggotanya2.

Untuk melaksanakan kebijakan umum yang menyangkut

pengaturan dan alokasi dari sumber daya alam, perlu dimiliki kekuasaan

serta wewenang. Kekuasan ini diperlukan baik untuk membina kerjasama

maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul. Cara-cara

yang dipakai bersifat persuasi dan jika perlu bersifat paksaan, tanpa unsur

paksaan kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan belaka.

Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dalam pelaksanaannya,

kegiatan politik, disamping segi-segi yang baik, juga mencakup segi-segi

yang negatif. Hal ini disebabkan karena politik mencerminkan tabiat

manusia, baik nalurinya yang baik maupun nalurinya yang buruk.

Perasaan manusia yang beraneka ragam sifatnya, sangat mendalam dan

sering bertentangan, mencakup rasa cinta, benci, setia, bangga, malu, dan

marah. Tidak heran jika dalam realitas sehari-hari ketika acapkali

berhadapan dengan banyak kegiatan yang tak terpuji. Politik dalam bentuk

8
yang paling buruk, adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan

untuk kepentingan diri sendiri4.

1. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Politik

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika PolitikSebagai dasar

filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumberderivasi peraturan

perundang undagan, melainkan juga merupakan sumbermoralitas terutama

dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan,hukum serta berbagai

kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraannegara.Nilai–nilai

khusus yang termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila–silanya,

yaitu sebagaiberikut

a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya

memuatpengakuan eksplisit akan eksistensi Tuhan sebagai sumber

dan pencipta,sekaligus memperlihatkan relasi esensial antara yang

mencipta dan yangdiciptakan.

b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab, sila ini

memperlihatkan secara mendasar darinegara atas martabat manusia

dan sekaligus komitmen untuk melindunginya. Asumsi dasar

darisila ini adalah bahwa manusia karena kedudukannya yang

khusus diantara ciptaan – ciptaanlainnya, mempunyai hak dan

kewajiban untuk mengembangkan kesempatan untuk

meningkatkanharkat dan martabatnya sebagai manusia. Manusia

9
secara natural dengan akal dan budinyamempunyai kewajiban

untuk mengembangkan dirinya menjadi seorang yang bernilai.

c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia, secara khusus meminta

perhatian setiap warga negara akan hakdan kewajiban dan

tanggung jawabnya pada negara khususnya dalam menjaga

eksistensi negaradan bangsa.

d. Sila keempat : Demokrasi yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan danperwakilan,

memperlihatkan pengakuan negara serta perlindungannya terhadap

kedaulatanrakyat yang dilaksanakan dalam iklim musyawarah dan

mufakat dalam iklim keterbukaan untuksaling mendengarkan,

mempertimbangkan satu sama lain dan juga sikap belajar saling

menerimadan memberi. Hal ini berarti bahwa setiap orang diakui

dan dilindungi haknya untukberpartisipasi dalam kehidupan

berpolitik.

e. Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, secara

istimewa menekankankeseimbangan antara hak dan kewajiban

setiap warga negara harus bisa menikmati keadilansecara nyata

tetapi iklim keadilan yang merata hanya bisa dicapai apabila

struktur sosialmasyarakat secara adil. Keadilan sosial terutama

menuntut informasi struktur–struktur sosial,yaitu struktur ekonomi,

politik, budaya dan ideologi kearah yang lebih akomodatif

terhadapkepentingan masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika PolitikSebagai dasar

filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi

peraturan perundang perundang-undangan, melainkan juga

merupakan sumbermoralitas terutama dalam hubungannya

dengan legitimasi kekuasaan,hukum serta berbagai kebijakan

dalam pelaksanaan dan penyelenggaraannegara.

2. Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-

kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif

dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-

perbedaan diantara anggota-anggotanya

3. Nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar

atau tidak benar, baik atau jelek penilaian tentu berhubungan

dengan unsur-unsur yang ada pada manusia sebagai subjek

penilaian, yaitu unsur-unsur jasmani, akal, rasa, karsa (kehendak)

dan kepercayaan

11
3.2 SARAN

1. Dalam menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila

sepatutnya kita harus mengetahui nilai-nilai yang ada pada Pancasila

agar dalam emplementasi yang konkrit akan berjalan dengan apa yang

diharapkan dan sesuai dengan nilai Pancasila.

2. Politik adalah usaha untuk mendapatkan kekuasaan, elit politik sedikit

banyak sudah menghiraukan nilai-nilai Pancasila dalam menjalankan

politiknya agar kiranya dalam nilai-nilai yang terkandung dalam

pancasila dapat diterapkan dan dijiwai dalam penyelenggaraan negara

agar menuju politik yang bersih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, miriam.2008.Dasar-dasar ilmu politik: Jakarta. PT.Gramedia Pustaka

Utama.

Kaelan.2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Paradigma

.....................

Ditambakan Buku 10 dan makalah

13

Anda mungkin juga menyukai