Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO I

KLINIK PRATAMA
Seorang dokter gigi ingin membuka klinik pratama untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dokter gigi tersebut bekerja sama dengan
dokter umum untuk mewujudkan keinginannya. Banyak persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain menyiapkan perijinan klinik, sarana, prasarana dan
ketenagaan. Klinik tersebut memberikan seluruh pelayanan kesehatan perorangan
yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif berupa rawat jalan, rawat inap,
one day care dan home care. Diskusikan tindakan yang harus dilakukan oleh
dokter gigi tersebut dalam mewujudkan klinik yang diinginkan.
STEP I
CLARIFYING UNFAMILIAR WORDS
1. One Day Care
Merupakan pelayanan dalam fasilitas kesehatan dimana pasien maksimal
dirawat dalam 1x24 jam. Contohnya pasien kista. Ada pelayanan yang
memerlukan waktu perawatan lebih singkat kagi, yakni day care yang
memerlukan waktu < 24 jam.
2. Klinik Pratama
Adalah fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan medis dasar
dengan minimal 2 tenaga medis (dokter, dokter gigi) dan perawat / tenaga
kesehatan lain sesuai dengan Permenkes no 9 th. 2014.
3. Home Care
Home care adalah perawatan kesehatan dimana pasien tidak perlu datang
ke klinik. Awalnya pasien datang ke klinik, lalu perawatan kuratif
dilanjutkan di rumah dengan bantuan perawat. Atau pasien yang telah di
rawat di RS, kemudian dilakukan pemulihan di rumah.
4. Rawat Jalan & Rawat Inap
Merupakan pelayanan kesehatan dimana pasien tidak perlu dirawat di RS,
pada rawat inap, pasien minimal dirawat selama 1x24 jam di RS.
STEP II
IDENTIFYING PROBLEMS

1. Apakah tujuan didirikannya klinik pratama?


2. Apa saja syarat untuk mendirikan klinik pratama?
3. Apa perbedaan antara fasilitas pada klinik utama & pratama?
4. Apakah klinik pratama harus memiliki pelayanan promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif, rawat inap, rawat jalan, one day care dan home care?
5. Apakah klinik dokter bersama dapat disebut klinik pratama?
6. Bagaimana pembagian wewenang klinik utama, pratama dan puskesmas?
STEP III
ANALYSING PROBLEMS

1. Tujuan didirikannya klinik pratama adalah untuk memberikan pelayanan


kesehatan pada pasien sesuai ketentuan standar pelayanan dan operasional
serta upaya memeratakan pelayanan kesehatan pada suatu daerah, guna
seleksi kasus agar tidak terjadi penumpukan pasien di rumah sakit.
2. Syarat didirikannya suatu klinik pratama adalah:
 Sarana (ruang tunggu, pendaftaran, tindakan, farmasi, administratif)
 Prasarana (air, listrik, saluran ventilasi, peralatan kedokteran)
 Ketenagaan (SIP, SIK, SIA)
 Lokasi dan bangunan disesuaikan jumlah penduduk, bangunan
permanen, mudah diakses, memiliki izin mendirikan bangunan, surat
kepemilikan, surat kontrak apabila mengontrak minimal 5 tahun,
terpisah dari rumah pribadi
 Bila menyediakan rawat inap, harus memiliki badan hukum, ambulans
minimal 5 unit, minimal 10 kasur pasien
 Rawat inap maksimal dilakukan 5 hari
 Memiliki ruang laboratorium
3. Perbedaan Klinik Pratama dan Klinik Utama adalah relatif, bergantung
pada pelayanan yang disediakan masing-masing klinik
4. Klinik pratama memiliki kewenangan untuk melaksanakan pelayanan
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk klinik pratama. Diperbolehkan untuk melakukan tindakan
kuratif seperti pembedahan, namun hanya pembedahan minor tanpa
anestesi umum/spinal.
5. Klinik dokter bersama dapat disebut klinik pratama, maupun bukan
bergantung dari surat izin dan fasilitas-fasilitas yang tersedia didalamnya.
6. Klinik pratama hanya menangani kasus-kasus dasar yang hampir sama
tugasnya seperti puskesmas. Apabila klinik pratama tidak mampu
memberikan pelayanan tertentu, maka klinik pratama maupun puskesmas
akan melakukan rujukan ke RS.
STEP IV
MAPPING
PRATAMA
KLINIK
KLINIK
LO 1. LANDASAN HUKUM TENTANG KLINIK
Hukum yang melandasi dari berdirinya sebuah klinik pratama adalah
Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2014 tentang klinik. Dimana disebutkan
pada pasal 2 ayat 2 disebutkan bahwa klinik pratama merupakan klinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus.
Sedangkan syarat-srayar serta perizinan untuk mendirikan klinik disebutkan pada
Bab III dan Bab IV Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2014.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Bab II Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Pasal 2 :
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
(2) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa:
a. puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
d. klinik pratama atau yang setara; dan
e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

LO 2. JENIS-JENIS KLINIK
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2014 Bab I Pasal 2,
berdasarkan jenis pelayanan, klinik dibagi menjadi klinik pratama dan klinik
utama. klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar baik umum maupun khusus. Sedangkan klinik utama merupakan klinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan
spesialistik, dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu
berdasarkan cabang/disiplin ilmu atau sistem organ.

LO 3. PERSYARATAN MENDIRIKAN KLINIK PRATAMA


1. LOKASI
Sesuai dengan Bab III pada bagian Kesatu Pasal 5 tentang lokasi
klinik, apabila klinik dimiliki oleh pemerintah, Pemerintah daerah
kabupaten/kota mengatur persebaran klinik yang diselenggarakan
masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan kebutuhan pelayanan
berdasarkan rasio jumlah penduduk. Lokasi Klinik harus memenuhi
ketentuan mengenai persyaratan kesehatan lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan. Klinik perusahaan atau klinik
instansi pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan perusahaan,
warga binaan, atau pegawai instansi tersebut tidak harus memperhatikan
kebutuhan pelayanan sesuai wilayah.
2. BANGUNAN
Pada Bab III Bagian Kedua, Pasal 6 tentang bangunan, disebutkan
bahwa bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik
bangunannya dengan tempat tinggal perorangan. Bangunan Klinik harus
memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
Pada Bagian Kedua pasal 7 tentang bangunan, bangunan klinik paling
sedikit terdiri atas:
 ruang pendaftaran/ruang tunggu;
 ruang konsultasi;
 ruang administrasi;
 ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang melaksanakan
pelayanan farmasi;
 ruang tindakan;
3. PRASARANA
Pada Bab III Bagian Ketiga, Prasarana Pasal 8 , Prasarana Klinik
meliputi:
 instalasi sanitasi;
 instalasi listrik;
 pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
 ambulans, khusus untuk Klinik yang menyelenggarakan rawat inap;
dan
 sistem gas medis;
 sistem tata udara;
 sistem pencahayaan;
 prasarana lainnya sesuai kebutuhan.
4. KETENAGAAN
Pada Bagian Keempat Ketenagaan Pasal 9, penanggung jawab
teknis Klinik harus seorang tenaga medis. Pada pasal 11, Ketenagaan
Klinik rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga keperawatan, Tenaga
Kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Ketenagaan Klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis kesehatan,
Tenaga Kesehatan lain dan tenaga non kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

Dimana perbedaan antara tenaga medis dengan tenaga kesehatan


telah tercantum pada Putusan MK Nomor 82/PUU-XIII/2015, tenaga
medis dengan kepasitas disiplin ilmu kedokteran dan kompetensi yang
dimiliki memberikan kedudukan yang istimewa bagi dokter dan dokter
gigi dalam menjalankan praktik kedokteran untuk melakukan tindakan
medis terhadap tubuh pasien. Dokter dan dokter gigi berwenang bertindak
mandiri dan memberikan perintah atau Standing Order (SO) kepada
Tenaga Kesehatan lain.Tenaga medis bertindak sesuai disiplin ilmu
kedokteran yang memiliki body of knowledge, yang bertindak secara
alturisme dan hanya takluk demi kepentingan pasien dan mengacu
disiplin ilmu kedokteran, terikat dengan norma etika, norma disiplin
dan sumpah selain norma hukum.
Tenaga Medis memiliki otoritas dan independensi profesi
(profesion authority and independency) yang bukan otoritas eksekutif dan
tidak tunduk pada otoritas eksekutif. Dengan karakteristik istimewa dokter
dan dokter gigi sedemikian, maka terbitlah kepercayaan publik (public
trust) dan bahkan tumbuh dan memiliki kepercayaan Negara (state
trust), yang diwujudkan sebagai bukti otentik sebagai Surat Keterangan
Sehat Dokter sebagai syarat rekrutmen tenaga kerja, calon anggota
parlemen, bahkan pemeriksaan calon Presiden dan calon Wakil Presiden
dengan membentuk dan pemeriksaan dilaksanakan oleh tim dokter.
Bahkan dalam hal penerbitan dokumen otentik untuk kepentingan
pembuktian hukum, seperti Surat Keterangan Meninggal, atau Visum et
Repertum adalah dibuat dengan surat dokter dan ditandatangani dokter
sebagai Tenaga Medis yang berwenang memberikan pernyataan dan
membuat keputusan. Sebaliknya state trust yang terbit sebagai surat-surat
sedemikan itu tidak melekat dan tidak merupakan wewenang pada Tenaga
Kesehatan lain seperti perawat, ners, apoteker, bidan, atau Tenaga
Kesehatan lain. Bahwa dengan adanya pembedaan tanggung jawab
profesi tenaga medis dengan Tenaga Kesehatan, maka ketentuan umum
mesti jelas mendefenisikan Tenaga Kesehatan tidak termasuk tenaga medis
(Putusan MK Nomor 82/PUU-XIII/2015)
Pada bagian keempat Pasal 12, Tenaga medis pada Klinik pratama
yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua)
orang dokter dan/atau dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.
5. PERALATAN
Sesuai dengan Bab III bagian kelima tentang peralatan pada pasal 17-
pasal 20, disebutkan bahwa klinik harus disertai peralatan medis dan non
medis yang memadai sesuai dengan jenis pelayann yang diberikan dan
harus memenuhi standa mutu, kemanan, dan keselamatan serta memiiki
izin edar sesuai ketentuan peratran perundang-undangan. Peralatan medis
yang digunakan di klinik harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh
institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. Serta peengunaan
peralatan medis di kinik harus sesuai indikasi
6. KEFARMASIAN
Sesuai dengan Bab III bagian keenam tentang peralatan pada pasal 21-
pasal 23, disebutkan bahwa klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan
pelayanan farmasi. Jika klinik tersebut memberikan pelayanan farmasi,
maka harus memiliki apoteker dengan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
sebagai penanggung jawab atau pendamping. Klinik rawat inap wajib
memiliki instalasi farmasi yang diselenggaran oleh apoteker. Yang mana
apotek tersebut dapat melayani resep dari dokter klinik yang bersangkutn
dan melayani resep dari dokter praktik perorangan maupun klinik lain.
7. LABORATORIUM
Sesuai dengan Bab III bagian ketujuh tentang peralatan pada pasal 24,
disebutkan bahwa klinik rawat inap wajib menyelenggaran pelayanan dan
pengelolaan laboratorium klinik, sedangkan klnik rawat jalan tidak wajib.
Pada klinik pratama merupakan pelayanan laboratorium klinikumum
pratama sesuai degan ketentuan perundang-undangan dan klinik utama
dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik umum pratama
atau klinik umum madya.
8. PERIZINAN
Sesuai dengan Bab IV, Peraturan Menteri Kesehatan no 9 tahun 2014,
Pasal 25 disebutkan bahwa setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki
izin mendirikan dan izin operasional yang diberikan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara Klinik harus
melengkapi persyaratan:
a. identitas lengkap pemohon;
b. salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha, kecuali
untuk kepemilikan perorangan;
c. salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain yang
disahkan oleh notaris, atau bukti surat kontrak minimal untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun;
d. dokumen SPPL untuk Klinik rawat jalan, atau dokumen UKL-UPL
untuk Klinik rawat inap sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. profil Klinik yang akan didirikan meliputi pengorganisasian, lokasi,
bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian,
laboratorium, serta pelayanan yang diberikan;
f. persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.

LO 4. MACAM PELAYANAN YANG DIBERIKAN KLINIK PRATAMA


Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2014 Tentang Klinik Bab V Penyelenggaraan Pasal 32, (1) Klinik
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. (2) Pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, pelayanan satu hari (one
day care) dan/atau home care. (3) Pelayanan satu hari (one day care)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pelayanan yang dilakukan untuk
pasien yang sudah ditegakkan diagnosa secara definitif dan perlu mendapat
tindakan atau perawatan semi intensif (observasi) setelah 6 (enam) jam sampai
dengan 24 (dua puluh empat) jam. (4) Home care sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan bagian atau lanjutan dari pelayanan esehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.
Pelayanan medik dasar sesuai dengan kompetensi dokter atau gigi.
Menurut Permenkes No. 9 tahun 2014 disebutkan bahwa Klinik pratama hanya
dapat melakukan bedah kecil (minor) tanpa anestesi
dan atau spinal. Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No.
6 tahun 2007, pada bidang kedokteran gigi jenis pelayanan medik dasar yang
dapat diberikan antara lain:
1. Pelayanan darurat dasar ;mengurangi rasa sakit4
2. Pembersihan karang gigi
3. Ekstraksi
4. Fissure sealent
5. Restorasi tumpatan
6. Perawatan saluran akar
7. Perawatan penyakit5kelainan jaringan mulut
8. Penghilangkan traumatic oklusi
9. Pelayanan bedah minor ;insisi abses, tumor kecil jinak pada kulit.
Sesuai dengan “Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
560/Menkes/Sk/Iv/2003 Tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit” dalam BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1 dijelaskan sebagai berikut :
1.Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi medik dan atau upaya pelayanan kesehatan lainnya
dengan menginap di rumah sakit;
2.Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) adalah pelayanan pasien untuk
observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau upaya
pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari 24 (dua
puluh empat) jam;
3.Pelayanan Rawat Siang Hari (Day Care) adalah pelayanan pasien untuk
observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi mental dan atau upaya
pelayanan kesehatan lain maksimal 12 (dua belas) jam;
4.Rawat Rumah adalah pelayanan pasien di rumah untuk observasi,
pengobatan, rehabilitasi medik pasca rawat inap;
Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Home Health Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang
yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya (Neis dan
Mc.Ewen , 2001)
Menurut Habbs dan Perrin, 1985 (dalam Lerman D. & Eric B.L, 1993) Home
Care merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien, sehingga
home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah
pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.
Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan
merupakan konsep yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon
sejak tahun 1859 yang dia namakan perawatan di rumah dalam bentuk
kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati klien yang sakit
dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa literatur pengertian “ home care ” adalah :
1. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah
sakit yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning)
dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat
komunitas di mana pasien berada, atau tim keperawatan khusus yang
menangani perawatan di rumah.
2. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga,
sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas.
3. Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen rentang
keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan
kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka, yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit
termasuk penyakit terminal.
4. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga,
direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang
diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan
berdasarkan perjanjian kerja (kontrak) (Warola,1980 dalam Pengembangan
Model Praktek Mandiri keperawatan di rumah yang disusun oleh PPNI dan
Depkes).
Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home
care adalah:
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social
Menurut Rice (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di
rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.
a. Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah :
1) Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis
2) Klien dengan penyakit gagal jantung
3) Klien dengan gangguan oksigenasi
4) Klien dengan perlukaan kronis
5) Klien dengan diabetes
6) Klien dengan gangguan fungsi perkemihan
7) Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi
8) Klien dengan terapi cairan infus di rumah
9) Klien dengan gangguan fungsi persyarafan
10) Klien dengan HIV/AIDS
b. Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
1) Klien dengan post partum
2) Klien dengan gangguan kesehatan mental
3) Klien dengan kondisi usia lanjut
4) Klien dengan kondisi terminal
Mekanisme Pelayanan Home care
Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah
dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit,
maupun puskesmas, namun pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi
pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per orangan untuk
memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan adalah sebagai
berikut:
1. Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih
dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di
rawat di rumah atau tidak.
2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di
rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan
staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan dirumah, kemudian
bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan masalahnya, dan
membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai
pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup
jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka
waktu pelayanan.
3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan
keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau
pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah. Pelayanan
dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh
koordinator kasus.
4. Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan
dirumah :
a. Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi
pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
b. Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi
(Informed consent)
c. Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan
kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya
dalam menerima pelayanan.
Menjawab pertanyaan apakah klinik bersama termasuk klinik pratama?
Untuk menentukan apakah suatu klinik merupakan klinik pratama atau
bukan sepintas dari luar memang susah apabila klinik tidak menyertakan jenis
kliniknya, memang kebanyakan seperti itu. Padahal sudah diatur sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Klinik Bab V Pasal 37 Penyelenggara Klinik wajib: a. memasang nama dan
klasifikasi Klinik; b. membuat dan melaporkannya kepada dinas kesehatan daftar
tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik dengan
menyertakan: 1) nomor Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP)
bagi tenaga medis; 2) nomor surat izin sebagai tanda registrasi atau Surat Tanda
Registrasi (STR), dan Surat Izin Praktik (SIP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi
tenaga kesehatan lain. c. melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit
tertentu dan melaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dalam rangka
pelaksanaan program pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jadi cara satu satunya dengan melihat Surat ijin Perusahaannya dimana
tertera 1. Nama perusahaan 2. Jenis klinik 3. Badan usaha dst.

LO 5. MACAM PERAWATAN YANG DIBERIKAN KLINIK PRATAMA


1. Promotif
Suatu kegiatan pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan mengajak peran aktif masyarakat sesyau dengan
kebijakan public yang berlaku. Contohnya penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut, penyuluhan cara mencegah diabetes mellitus, penyuluhan cara cuci
tangan, dan sebagainya.
2. Preventif
Suatu kegiatan yang sifatnya mencegah timbulnya dari suatu penyakit.
Contohnya pengolesan fluor, imunisasi bayi dan balita, pemberian vitamin A,
dan sebagainya.
3. Kuratif
Suatu kegiatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, dan pengendalian penyakit. Contohnya
penambalan gigi, perawatan penyakit diabetes mellitus, penangan pada pasien
infarct myocardiac acute, dan sebagainya.
4. Rehabilittif
Suatu upaya pemulihan kesehatan bagi penderita. Contohnya pelayanan
fisioterapi.
Sumber:
Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai