Anda di halaman 1dari 2

Jangan jadi Imma'ah

Sebagian kelompok orang indonesia di sini boleh dibilang ikut-ikutan trend yang terjadi di
sekitarnya.Dulu tahun 2000, lagi trendnya kitkat hp nokia, hampir setiap orang pada beli dan
show off,waktu berlalu trend berubah. Musim laptop, orang pada beli, lagi musim orang beli
mobil, teman-teman beramai-ramai kredit mobil baru dan used car.lagi musim nikah, orang-
orang pada ikut-ikutan nikah.Masa lewat,yang single live hidup bersama dalam ikatan
pernikahan untuk menyatukan perbedaan. Disadari, uang yang berlimpah selama hidup lajang,
dirasa kurang setelah menjalani hidup berumah tangga, karena bertambahnya kebutuhan dan
tanggung-jawab, sehingga beramai-ramai orang untuk cari partner sharing flat untuk mengurangi
outcome. Seiring waktu berjalan, satu-persatu partner sharing pergi untuk mencari flat sendiri,
karena dua kepala rumah tangga dalam satu rumah disadari atau tidak menyebabkan ketidak
rukunan antar sesama kepala dan anggota keluarga. Seiring dengan persaingan hidup yang
semakin tinggi, dan krisis ekonomi global yang sedikitnya berefek juga terhadap negara
petrodollar Kuwait, menjadi hidup yang pas-pasan bagi orang yang berkeluarga dengan jumlah
anak lebih dari satu yang sudah masuk usia sekolah, akhirnya mereka memutuskan harus
berpisah dengan keluarga tercinta, ada yang mengirimkan anak-anak mereka ke Indonesia,
kemudian tinggal berpisah di asrama yang disediakan ministry seperti dulu sebelum menikah,
ada yang memulangkan anak istrinya ke Indonesia dan hidup lajang lagi di
Kuwait.Alhamdulillah Yang belum terjadi di Kuwait adalah trendnya poligami, seperti maraknya
issue poligami di Indonesia, dan yang saya khawatirkan, jika ada yang talaq, diikuti oleh orang
lain, sehingga jadi trend, musimnya cerai, seperti para artis-artis kita, naudzubillah.
Fenomena ini secara tidak langsung adalah efek dari hidup kita bermasyarakat, memberikan
pengaruh dan saling dipengaruhi, akibatnya kalau tidak ada filter dan konsep diri, efek negatif
bisa berimbas ke kita, menjadi acuan hidup dan landasan berfikir. Imma'ah(ikut-ikutan) ini bisa
kena ke siapa saja, di setiap status dan strata sosial, baik itu orang miskin, kaya, awam maupun
alim. Di kalangan ustadz, lagi musimnya ceramah di televisi, ustadz pada disibukan oleh
program televisi swasta, lagi musim sinetron, terkuras waktunya untuk mengikuti trend pasar,
sehingga ahdaf atau tujuan tarbiyah untuk membina umat tidak selesai.lagi musim berjilbab di
kalangan wanita, pada ikut-ikutan berjilbab, alhamdulillah walaupun masih jilbab gaul, tapi
tatkala musim celana jeans yang longgar yang kelihatan auratnya kalo dibonceng motor, dan t
shirt pendek yang kelihatan pusar, menyebebkan para abg berbondong-bondong melepaskan
jilbabnya dan ikut-ikutan gaul.Sangat kuat sekali pengaruh lingkungan dalam membentuk
karakter dan prilaku manusia, lingkungan adalah teman kita secara global, berinteraksi dengan
lingkungan yang buruk, kita telah berteman dengan teman yang buruk, berinteraksi dengan
lingkungan yang baik, otomatis kita sudah mempunyai teman-teman yang baik.Bukankah dalam
Al-Qur-an disampaikan cerita tentang penyesalan seseorang di akhirat, masuk neraka karena
teman-teman buruknya, yang menyeret mereka ke neraka, "seandainya aku tidak menjadikan si
fulan teman karibku, aku tidak akan begini". Oleh karena itu kita mempunyai kewajiban untuk
membentuk mileu yang baik, yang nilai kebaikan itu akan dirasakan oleh semua pihak, sehingga
pencetus kebaikan insha allah akan mendapatkan pahala dari Allah SWT yang kontinyu
walaupun dia telah meninggal, kita lihat bagaimana harumnya nama Imam Syafii dengan hasil
karya beliau yang setiap orang, setiap generasi mengkaji kitabnya, menjadi pelita umat sepanjang
masa di berbagai belahan dunia, walaupun beliau sudah wafat ilmu yang bermanfaat akan
menjadi teman baiknya di alam barzah.Beda dengan seseorang yang menciptakan dan membikin
keburukan dan kerusakan, lewat tangan beliau orang jadi sesat, lewat sarana beliau
menjerumuskan seseorang ke neraka, sehingga bukan cuma dosa beliau, dosa-dosa orang lain
akibat ulah dia ditimpakan ke dia, sehingga menumpuklah saham dosa, tatkala dia telah
meninggal, hasil karya buruk dia masih dinikmati oleh orang yang masih hidup, mengalirlah
dosa-dosa orang lain menjadi teman buruk untuk tambahan siksa kuburnya, naudzubillah.
Seandainya kita tidak bisa membikin mileu yang baik, menciptakan kebaikan yang akan
bermanfaat bagi orang lain, janganlah kita membikin kerusakan yang lewat tangan kita orang
lain jadi ikut-ikutan. Standar yang ideal jadilah sosok yang yakhtalitun walakin yatamayyazun,
berbaurlah tapi jangan sampai terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai