1. Umum
Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Manusia,
binatang, dan tumbuhan memerlukan air untuk kehidupannya. Air dapat pula
digunakan sebagai pelarut, pembersih dan keperluan lain seperti rumah-tangga,
industri maupun usaha-usaha lainnya. Untuk keperluan industri air berfungsi sebagai
pendingin mesin, bahan baku maupun pembersih atau penggelontor limbah. Di
samping itu air juga berfungsi untuk usaha-usaha pertanian, perikanan, olah raga,
rekreasi, pemadam kebakaran dan lain sebagainya.
Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air
dikaitkan sebagai faktor perpindahan/penularan penyebab penyakit (agent). Air
membawa penyebab penyakit dari kotoran (faeces) penderita, kemudian sampai ke
tubuh orang lain melalui makanan, susu dan minuman. Air juga berperan untuk
membawa penyebab penyakit non mikrobial seperti bahan-bahan toxic yang
dikandungnya. Penyakit-penyakit infeksi yang biasanya ditularkan melalui air adalah
typus abdominalis, cholera, dysentri baciller dan lain-lain. Peracunan logam juga
dapat terjadi melalui media air.
Saat ini masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus baik bagi
negara-negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Indonesia sebagai
halnya pula Negara berkembang lainnya, tidak luput dari permasalahan penyediaan
air bersih bagi masyarakatnya. Salah satu masalah pokok yang dihadapi adalah
kurang tersedianya sumber air yang bersih, belum meratanya pelayanan penyediaan
air bersih terutama pada daerah perdesaan dan sumber air bersih yang ada belum
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan pada beberapa tempat di kota-kota
besar, sumber air bersih yang telah dimanfaatkan oleh PDAM telah tercemari oleh
limbah indusri dan limbah domestik, sehingga beban dalam segi pengelolaan air
bersihnya semakin meningkat.
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka dalam rangka penyediaan kebutuhan air
bersih yang memenuhi syarat kesehatan, Pemerintah RI mencanangkan program
peningkatan penyediaan air bersih pada daerah perkotaan (urban) dan daerah
1
perdesaan (rural urban) melalui pipanisasi dan pemanfaatan sumber air yang ada
secara optim Merupakan tantangan bagi kita semua bagaimana memperlakukan air
agar diper daya guna yang sebesar-besarnya dan menekan kerusakan pada sumber
daya air sekecil kecilnya. Dengan demikian maka akan tercapai pemenuhan
penyediaan air bersih akan memenuhi syarat kualitas, kuantitas, kontinuitas dan
harga yang terjangkau oleh masyarakat.
B. Air Minum
Pengertian air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat
kesehatan yang dapat diminum. Alasan kesehatan dan teknis yang mendasari
penentuan standar kualitas air minum adalah efek-efek dari setiap parameter jika
melebihi dosis yang telah ditetapkan. Pengertian dari standar kualitas air minum
adalah batas operasional dari kriteria kualitas dengan memasukkan pertimbangan non
teknis, misalnya kondisi sosial-ekonomi, target tentang tingkat kualitas produksi,
tingkat kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia. Sedang kriteria kualitas air
merupakan putusan ilmiah yang mengekspresikan hubungan dosis respon efek, yang
diperkirakan terjadi kapan dan dimana saja unsur-unsur pengotor mencapai atau
melebihi batas maksimum yang ditetapkan, dalam waktu tertentu. Dengan demikiaan
maka kriteria kualitas air merupakan referensi dari standar kualitas air.
2
Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990, yang membedakan
antara kualitas air bersih dan air minum adalah standar kualitas setiap parameter
fisik, kimia, biologis dan radiologis maksimum yang diperbolehkan.
a. Persyaratan kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih.
Peryaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis. Syarat-
syarat tersebut dapat dilihat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/Menkes/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air yang
akan ditunjukkan pada lampiran.
1. Syarat-syarat fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
(tawar). Warna dipersyaratkan dalam air minum untuk masyarakat karena
pertimbangan estetika. Ada 2 (dua) macam warna pada air yaitu apparent color
dan true color. Apparent color ditimbulkan karena adanya benda-benda zat
tersuspensi dari bahan organik. Hal ini lebih mudah diatasi dibanding dengan jenis
true color. True color adalah warna yang ditimbulkan oleh zat-zat bukan zat
organik. Rasa seperti asin, manis, pahit dan asam dan sebagainya tidak boleh
terdapat dalam air minum untuk masyarakat. Bau yang bisa terdapat dalam air
adalah bau busuk, amis, dan sebagainya. Bau dan rasa biasanya terdapat bersama-
sama dalam air. Selain bau, warna dan rasa, syarat lain yang harus dipenuhi secara
fisik adalah suhu. Suhu sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih
25°C, dan bila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25°C ±
3°C.
3
2. Syarat-syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah
yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia tersebut antara lain :
PH
pH merupakan faktor penting bagi air minum, karena mempengaruhi proses
korosi
pada perpipaan, khususnya pada pH < 6,5 dan > 9,5 akan mempercepat
terjadinya
reaksi korosi pada pipa distribusi air minum. Selain itu, nilai pH jumlah
mikroorganisme patogen semakin banyak dan ini sangat membahayakan bagi
kesehatan manusia.
C02 Agresif.
C02 yang terdapat dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat
orgarnik. Menurut bentuknya C02dapat dibedakan dalam :
a. C02 bebas : banyaknya C02, yang larut dalam air.
b. C02 kesetimbangan : C02 yang dalam air setimbang dengan HC03.
c. C02 agresif : yaitu C02 yang dapat merusak bangunan, perpipaan dalam
distribusi air minum.
4
Kesadahan total (total hardness).
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) log
valensi, mislanya Ca2+,Mg2+, Fe+, dan Mn+. Kesadaran total adalah kesadaan
yang disebabkan oleh adanya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama.
Air sadah menyebabkan pemborosan pemakaian sabun pencuci dan mempunyai
titik didih yang lebih tinggi dibandingkan air biasa.
Kalsium (Ca).
Kalsium dalam air minum dalam batas-batas tertentu diperlukan untuk
pertumbuhan tulang dan gigi. Nilai Ca lebih dari 200 mg/l dapat menyebabkan
korosi dalam pipa.
Tembaga (Cu)
Pada kadar yang lebih besar dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak
pada lidah dan dapat menimbulkan kerusakan pada hati.
Seng (Zn)
Kelebihan kadar Zn > 5 mg/l dalam air minum menyebabkan rasa pahit.
Chlorida (Cl)
Kadar chlor yang melebihi 250 mg/l akan menyebabkan rasa asin dan korosif
pada logam.
5
Nitrit
Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methamoglobinemia terutama pada bayi
yang mendapatkan konsumsi air minum yang mengandung nitrit.
Fluorida (F)
Kadar F < 1 mg/l menyebabkan kerusakan gigi atau carries gigi. Sebaiknya bila
terlalu banyak akan menyebabkan gigi berwarna kecoklatan.
4. Syarat-Syarat Radiologis.
Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan
yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
b. Persyaratan Kuantitatif.
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya, air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang akan dilayani. Selain itu
jumlah air yang dibutuhkan sangat tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan
sosial ekonomi masyarakat setempat. Sebagai contoh, negara-negara yang telah maju
memerlukan air bersih yang lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat di
negara-negara sedang berkembang.
6
c. Persyaratan Kontinuitas.
Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat hubungannya
dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku yang ada di alam. Arti kontinuitas
disini adalah bahwa air baku untuk air bersih tersebut dapat diambil terus menerus
dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun
musim hujan.
a. Air Hujan.
Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat kualitas dari air
hujan adalah sebagai berikut :
Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral.
Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih.
Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara
seperti NH3, C02 agresif, ataupun S02. Adanya konsentrasi S02 yang tinggi di
udara yang bercampur dengan air hujan akan menyebabkan terjadinya hujan
asam (acid rain).
Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan.
Sehingga hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya
berfluktuasi. Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak dapat
diambil secara terus menerus, karena tergantung pada musim. Pada musim kemarau
kemungkinan air akan menurun karena tidak ada penambahan air hujan.
7
b. Air Permukaan
Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber atau bahan baku
air bersih adalah :
1. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
2. Air waduk (berasal dari air hujan)
3. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau mata air)
1. Air Sungai
Karakteristik umum dari air permukaan (sungai) adalah adanya fluktuasi
karena pengaruh musim. Pada sungai, komponen aliran dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
Base flow (karena air tanah)
Runoff (limpasan).
Bila debit minim mencukupi kebutuhan rata-rata system, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan :peruntukan sungai dan faktor ekologis.
Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat-zat
berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi oleh masyarakat. Kontaminan atau zat pencemar ini berasal
dari buangan domestik, buangan industri dan limbah pertanian. Zat-zat pencemar
tersebut antara Total Suspended Solid (TSS), yang berpengaruh pada kekeruhan,
zat-zat organik sebagai KMn04, logam berat dari air limbah industri misalnya
industri baterai yang menghasilkan Pb (timbal).
Kontinuitas dan kuantitas dari air permukaan dapat dianggap tidak
menimbulkan masalah yang besar untuk penyediaan air bersih yang memakai
bahan baku air permukaan.
Untuk Sungai dengan debit yang amat fluktuatif, dimana debit minimum
kurang dari kebutuhan rata-rata, tetapi debit rata-rata sungai diatas kebutuhan rata-
rata sistem, maka diperlukan reservoir untuk memberi tambahan pada saat debit
minimum.
2. Waduk
Volume waduk harus memperhitungkan :
Probabilitas kekeringan waduk
8
Kehilangan air akibat penguapan, rembesan.
Adanya dead storage ; volume waduk yang dicadangkan untuk perkembangan
(biasanya 1/3 vol. Total).
Bila waduk dipakai sebagai PLT, perlu ditentukan muka air minimum. Vol
aktif waduk dibatasi oleh elevasi tsb.
c. Air Tanah
Aquifer adalah lapisan yang mengandung air atau formasi yang mampu
menyalurkan/ mengalirkan air dalam jumlah yang cukup untuk dikembangkan. Air
tanah dibagi dua, yaitu :
Air tanah phreatic
Air tanah tertekan.
Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu
air melalui lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air tanah adalah bebas dari polutan
karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa
air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan seperti kandungan
Fe, Mn, kesadahan yang terbawa oleh aliran permukaan tanah. Bila ditinjau dari
kedalaman air tanah maka air tanah dibedakan menjadi air tanah dangkal dan air
tanah dalam. Air tanah dangkal mempunyai kualitas lebih rendah dibanding kualitas
air tanah dalam. Hal ini disebabkan air tanah dangkal lebih mudah mendapat
kontaminasi dari luar dan fungsi tanah sebagai penyaring lebih sedikit. Air tanah
dangkal sangat rentan terhadap pencemaran. Di daerah padat penduduk, biasanya air
tanah telah tercemar oleh limbah domestik (septik tank, sal. Drainase/irigasi dsb).
Hanya di daerah2 yang mempunyai kepadatan penduduk rendah, air tanah
mempunyai kulaitas cukup baik.
Fluktuasi Muka Air Tanah dangkal adalah Keadaan lingkungan yang
mempengaruhi muka air tanah adalah : faktor musim, perubahan aliran dan stage
sungai, evapotranspirasi, perubahan tekanan atmosfeer, ber-macam2 bentuk
pengambilan, dan gempa bumi.
Air tanah dalam mempunyai sifat yang berlawanan dengan air tanah dangkal
dimana fluktuasi air relatif tidak terjadi (kecil). Kualitas air tidak tergantung pada
9
kegiatan lingkungan diatasnya. Kualitas tergantung pada batuan dimana air tanah
tersebut berada.
Dari segi kuantitas, apabila air tanah dipakai sebagai sumber air baku air
bersih adalah relatif cukup. Tetapi bila dilihat dari segi kontinuitasnya maka
pengambilan air tanah harus dibatasi, karena dikhawatirkan dengan pengambilan
yang secara terus menerus akan menyebabkan penurunan muka air tanah. Karena air
di alam merupakan rantai yang panjang menurut siklus hidrologi, maka bila terjadi
penurunan muka air tanah kemungkinan kekosongannya akan diisi oleh air laut.
Peristiwa ini biasa disebut intrusi air laut. Kondisi ini telah banyak dijumpai
khususnya di daerah-daerah dekat pantai atau laut seperti Jakarta dan Surabaya.
d. Mata Air
Secara hidrolis, mata air, merupakan pemuncul air tanah ke permukaan
karena muka air tanah lebih tinggi dari muka tanah.
Dari segi kualitas, mata air adalah sangat baik bila dipakai sebagai air baku,
karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan,
sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air
merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.
Contohnya banyak ditemui bakteri E. Coli pada air mata air. Di daerah kapur,
kesadahan tinggi. Di daerah gunung berapi aktif, kadar mineral tinggi (Fe, Mn, dll).
Di daerah gunung api tua, biasanya kualitas bagus.
Dilihat dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air sangat terbatas
sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk tertentu. Begitu
pula bila mata air tersebut terus-menerus kita ambil semakin lama akan habis dan
terpaksa penduduk mencari sumber mata air yang baru. Fluktuasi air relatif stabil.
Walaupun terjadi fluktuasi air akan tetapi tidak terlalu tajam. Secara ringkas kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas sumber air baku air minum disajikan dalam tabel 1.
10
Tabel 1. Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas Air Baku Air Minum
Sumber Kualitas Kuantitas Kontinuitas Harga
Air hujan Sedikit terpolusi Tidak Tidak dapat Murah
oleh polutan memenuhi terus menerus
pencemar Untuk diambil
udara persediaan
umum
Air Tidak baik Mencukupi Dapat diambil Relatif
permukaan karena terus menerus mahal
tercemar
Air Tanah Terpolusi Relatif cukup Pengambilan Relatif
Dangkal dibatasi, Murah
(< 10 m) berakibat
Air tanah Relatif instrusi Relatif
dalam baik air laut mahal
( > 60 m)
Mata Air Relatif Sedikit Tidak dapat Murah
baik diambil
secar terus
menerus
11
1. Sumur
a. Sumur gali (Dug well)
Sumur ini dibuat dengan penggalian tanah sampai kedalaman tertentu maksimum
2 meter, umumnya tidak terlalu dalam sehingga hanya mencapai air tanah di
lapisan atas. Oleh karena itu air yang diperoleh sering berkurang airnya pada
musim kemarau sehingga secara kuantitatif sulit untuk menjamin kontinuitasnya.
Untuk menjaga kualitas air sumur maka sumur gali harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Sumur gali tidak boleh dibangun di lokasi bekas pembuangan sampah;
2) Jarak minimum lokasi sumur gali dengan sumber pencemar seperti
cubluk, tangki septik, dll adalah 10 m;
3) Mudah dijangkau/tidak terlalu jauh dari rumah;
4) Penentuan lokasi yang layak untuk sumur yang akan digunakan oleh
beberapa keluarga harus dimusyawarahkan terlebih dahulu;
5) Sumur gali dilengkapi dengan saluran pembuangan untuk mencegah
terjadinya genangan air di sekitar sumur.
Gambar 1 di bwah ini adalah gambar sumur gali.
12
b. Sumur Pompa Tangan Dalam (Drilled Well)
Sumur Dalam adalah lubang sumur dengan kedalaman muka air minimal 7 meter
dari permukaan tanah. Kedalaman dasar pada umumnya lebih dari 30 meter. Jarak
minimum 10 meter dari sumber pengeboran dengan bidang tangki septik, cubluk,
lobang galian untuk sampah. Gambar 2 di bawah ini adalah gambar sumur pompa
dalam.
Sumur dangkal adalah lubang sumur dengan kedalaman muka air minimal 7 meter
dari permukaan tanah. Kedalaman dasar pada umumnya berkisar antara 12 - 15
meter. Kontaminasi air sumur dapat berasal dari sumber pencemaran di sekitarnya
dan dari permukaan tanah dimana batang pompa ditanam. untuk menjaga kualitas
sebaiknya jarak minimum 10 meter dari sumber pengeboran dengan bidang tangki
13
septik, cubluk, lobang galian untuk sampah. Gambar 3 adalah gambar sumur pompa
tangan dangkal
14
Gambar 4. Bak Penampung Air Hujan
Conduit
Conduit to servic e reservoir to c ity
Sevic e
Imp ound ing reservoir
reservoir
Conduit
Conduit to filter to c ity
Conduit to c ity
Conduit a nd servic e
to filter reservoir
Well field
Low lift High lift
pump pump
Conduit to
Intake Filters servic e reservoir Conduit
c ond uit to c ity
Sevic e
Low lift High lift reservoir
River pump pump
15
Beberapa sistem penyediaan air bersih secara komunal adalah sebagai berikut :
1. Melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
PDAM adlah merupakan organisasi pengelola air pada daerah tingkat II yang
melayani air melalui sistem perpipaan yang telah mengalami pengolahan dan
distribusikan pada masyarakat yang berminat dan mampu membayar sambungan.
16
BAB II
KEBUTUHAN AIR DAN FLUKTUASINYA
17
Fasilitas penyediaan air minum meliputi:
1. Fasilitas perpipaan, yang meliputi ;
Sambungan rumah, kran disediakan sampai dalam rumah
Sambungan halaman, kran disediakan hanya sampai halaman rumah
Sambungan umum, bak umum/kran umum yang dipakai oleh
sekelompok rumah
2. Fasilitas non perpipaan, meliputi sumur umum, mobil air dan mata air.
18
Tabel 2. Kebutuhan Air Bersih Non Domestik
Jenis pelayanan Debit (Q) air bersih
Pasar 12.000 liter /unit / hari
Rumah sakit 200 liter / bed / hari
Masjid 30 liter / orang/ hari
Gereja 15 liter / orang/ hari
Kantor 10 liter / orang/ hari
Sekolah 10 liter / orang/ hari
PUSKESMAS 1000 liter / unit / hari
Hotel 90 liter / bed / hari
Industri 100 liter/ orang / hari
Rumah makan 300 liter / orang/ hari
19
a. Comparative Methode
Membandingkan daerah tinjauan dengan daerah lain yang dianggap
mempunyai ciri-ciri perkembangan yang sama.
Pemilihan daerah pola (acuan) berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
Daerah pola mempunyai ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
dipengaruhi oleh faktor social, ekonomi, politik, dan kebijakan
pembangunan yang dapat dibandingkan dengan daerah tujuan.
Keadaan tersebut harus tetap terjamin dimasa yang akan datang sesuai
dengan periode perencanaan yang diambil
Metode ini biasanya digunakan jika data penduduk tidak lengkap.
c. Metode Geometrik
Metode ini beranggapan bahwa jumlah penduduk akan secara otomatis
berganda dengan sendirinya. Metode ini tidak memperhatikan kemungkinan
suatu saat terjadi perkembangan menururn kemudian mantap, disebabkan
kepadatan pendududk yang mendekati maksimum. Metode ini banyak dipakai
karena mudah dan mendekati kebenaran.
20
Rumus yang digunakan adalah
Pn = Po (1 + r)n r = [Pn/Po](1⁄n) - 1
dimana :
n = jangka waktu (tahun)
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n ( akhir proyeksi)
Po = jumlah penduduk tahun ke 0 (awal proyeksi)
r = angka pertumbuhan penduduk pertahun
contoh:
Jumlah penduduk suatu daerah pada tahun 2001 adalah 2156 jiwa. Angka
pertumbuhan penduduk rata-rata 0,32%. Tentukan jumlah penduduk daerah
tersebut pada tahun 2016.
n = 2016 – 2001 = 15 tahun
P2016 = P2001 ( 1 + 0.32%)15
= 2.156(1 + 0.0032)15
= 2.262 jiwa.
21
kurva, kemudian direntangkan ke depan sesuai dengan bentuk nature kurva,
akan diperoleh populasi dari tahun yang diinginkan.
Langkah yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk dengan
metode ini adalah sebagai berikut:
Jumlah penduduk tahun tahun yang lalu diplotkan terhadap waktu
(tahun)
Ditarik garis dari titik yang kuat
Garis diperpanjang sesuai dengan kecenderungan perkembangan
penduduk diwaktu yang lampau untuk memperkirakan jumlah
penduduk dimasa mendatang
Dengan metode ini hasil perkiraan akan berbeda satu dengan lainnya
tergantung garis yang dipilih dan waktu yang digunakan.
C. Kehilangan Air
Kehilangan air adalah selisih antara banyaknya air yang disediakan dengan
air yang dikonsumsi. Dalam kenyataanya, kehilangan air dalam suatu perencanaan
system distribusi selalu ada. Kehilangan air tersebut dapat bersifat teknis, misalnya
kebocoran pada pipa itu sendiri, sedangkan yang bersifat non teknis misalnya
pencucian air dalam pipa distribusi. Dalam peencanaan system distribusi air minum
harus juga diperhitungkan kebutuhan air untuk kebocoran dengan maksud agar titik-
titik pelayanan tetap dapat terpenuhi kebutuhan airnya. Kehilangan air itu ada 3
macam, yaitu ;
22
3. Kehilangan Air Percuma
Menyangkut aspek penyediaan air bersih dan pengelolaanya. Kehilangan ini terjadi
karena pengelolaa dan konsumen, yang dapat diperkecil dengan penggunaan dan
pengelolaan fasilitas yang baik dan benar.
23
perhitungan kapasitas pengolahan, kapasitas distribusi dan kapasitas produksi. Untuk
mengetahui kebutu hari maksimum dan kebutuhan jam puncak adalah nilai faktor
hari maksimum dan nilai faktor jam maksimum. Nilai faktor hari maksimum, (Fl)
umumnya adalah 1 sampai dengan 1,5. Sedangkan faktor jam puncak (F2) umumnya
adalah 1,5 sampai dengan 2,5 . Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa debit
(kapasitas) pengolahan bisa berbentuk :
Qrh= (Σ Qt)/365
dimana :
Qrh = kebutuhan air rata-rata harian (lt/dt)
Qt = total/kebutuhan air selama satu tahun (lt/dt)
Q hm = F hm X Q rh
F hm = faktor harian maksimum = 115 % - 120 %
Untuk perencanaan F hm = 120% = 1.2
24
Dalam menghitung kapasitas produksi, maka selain kapasitas pengolahan
(akibat sebagai kebutuhan air minum) perlu juga diperhitungkan hal-hal lain yang
mempengaruhi, yaitu:
1. Kebutuhan air untuk instalasi, misalnya untuk pencucian filter (backwashing)
melarutkan bahan kimia, keperluan kantor dan lain-lain. Umumnya
kebutuhan untuk instalasi ini sekitar 10% dari kapasitas pengolahan.
2. Kehilangan air di sistem distribusi. Misalnya pada saat pemasangan,
penggantian dan penambahan pipa distribusi, kebocoran teknis (karena
sambungan liar dan 1ain-lain) keperluan pemadam kebakarn, menyiram
tanaman dan lain-lain. Umumnya kehilangan air ini sekitar 30% dari
kapasitas pengolahan. Dengan mengetahui kapasitas pengolahan kebutuhan
air untuk instalasi dan kehilangan air, maka dapat dihitung kapasitas produks!
(debit) yang diperlukan.
25
Faktor hari maksimum = 1,2
Faktor jam puncak = 1,75
26
Ditinjau dari air baku yang akan diambil maka intake dibedakan :
a. Air baku dari air permukaan
River intake
River intake adalah intake untuk menyadap air baku yang berasal dan sungai
atau danau.
Direct Intake
Direct intake dipakai bila muka air dari air baku sangat dalam. Bentuk ini
lebih mahal biayanya bila dibandingkan dengan tipe lainnya. Tipe intake ini
dipakai dalam kondisi :
Sumber air dalam misal sungai dan danau
Tanggul sangat resisten terhadap erosi dan sedimentasi
Canal Intake
Dipakai bila air baku disadap dari kanal. Suatu bak memiliki bukaan
dibangun pada satu sisi dari tanggul kanal, yang dilengkapi saringan kasar.
Dari bak air dialirkan melalui pipa yang memiliki ujung berbentuk bell mouth
yang tertutup berbentuk parabola.
Reservoir Intake (dam)
Digunakan untuk air baku yang diambil dari danau, baik yang alamiah atau
buatan (beton) Bangunan ini dilengkapi dengan beberapa inlet dengan
ketinggian yang bervariasi untuk mengatasi adanya fluktuasi muka air. Dapat
juga dibuat menara intake yang terpisah dengan dam pada bagian upstream.
Jika air di reservor dapat mengalir secara gravitasi ke pengolahan maka tidak
diperlukan pemompaan dari menara.
27
Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan
pengambilan air baku ke bangunan pengolahan air bersih. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi adalah :
1. Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi yang meliputi sistem perpompaan,
system gravitasi dan sistem gabungan perpompaan dan gravitasi. Sistem
pemompaan diterapkan pada kondisi dimana letak dari bangunan intake lebih
rendah dari bangunan pengolahan. Sebaliknya sistem gravitasi diterapkan pada
kondisi dimana elevasi letak bangunan penangkap air relatif tinggi atau sama
dengan bangunan pengolahan air. Sistem gabungan diterapkan pada kondisi
topografi bangunan intake ke bangunan pengolahan yang naik turun.
4. Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak
memerlukan banyak perlengkapan.
28
2. Air Relase Valve ( katup angin )
Berfungsi untuk melepaskan udara yang selalu ada dalam aliran. Dipasang pada
setiap bagian jalur pipa tertinggi dan mempuyai tekanan lebih dari 1 atm, karena
udara cenderung akan terakumulasi pada tempat tersebut.
4. Check valve
Pemasangan dilakukan bila pengaliran air di dalam pipa diinginkan satu arah.
Biasanya check valve dipasang pada pipa tekan antara pompa dan gate valve,
dengan tujuan menghindari pukulan akibat arus balik yang dapat merusak pompa
pada saat pompa mati.
5. Fire hydrant
Berfungsi untuk mensuplay air bila terjadi kebakaran. Alat ini biasanya
ditempatkan pada area yang cenderung mempunyai frekuensi kebakaran tinggi,
dimana tergantung pada kepadatan penduduk dan aktivitas serta luas daerah dan
kemudahan untuk dilakukan pemadaman kebakaran.
Ada 2 tipe fire hydrant;
Post hydrant, diletakan 1 m diatas permukaan tanah
Flush hydrant, diletakan di dalam bak dengan level sama dengan level
permukaan jalan.
6. Thrus block
Alat ini diperlukan pada pipa yang mengalami beban hidrolik yang tidak
seimbang, misalnya pada pergantian diameter, akhir pipa atau belokan.
7. Bangunan pelintas pipa
29
Bangunan ini diperlukan bila jalur pipa melintasi sungai, rel kereta api, dan jalan.
Bangunan ini berfungsi untuk memberi keamanan pada pipa.
8. Manhole
Berfungsi sebagai tempat pemeriksaan atau perbaikan bila terjadi gangguan valve.
Manhole biasanya ditempatkan pada tempat asesoris yang penting dan jalur pipa
pada setiap jarak 300 – 600 m, terutama pada pipa yang diameternya besar.
9. Meter tekanan
Berfungsi untuk menjaga keamanan distribusi dari tekanan kerja pipa dan untuk
menjaga kontinyuitas aliran air. Alat ini dipasang pada pompa agar dapat
diketahui besarnya tekanan kerja pompa.
11. Wash out, berfungsi untuk penggelontor sedimen atau endapan yang ada pada
pipa
12. Pompa
30
Kebutuhan
Kemauan/minat
Kemampuan atau tingkat sosial ekonomi masyarakat.
Sehingga dalam satu daerah layanan belum tentu semua penduduk terlayani.
b. Kebutuhan air.
Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk distribusi daerah
pelayanan.
c. Letak Topografi Daerah Layanan, yang akan menentukan sistem jaringan dan
aliran yang sesuai.
31
Pipa induk berfungsi membawa air minum dari instalasi pengolah air atau
reservoir distribusi ke suatu daerah pelayanan. Diameter dalam pipa induk
sangat besar.
b. Pipa sekunder
Pipa sekunder adalah pipa yang disambungkan langsung pada pipa primer.
Diameter pipa sekunder bisa sama dengan diameter pipa induk atau dibawahnya.
c. Pipa tersier
Pipa tersier berfungsi untuk melayani pipa servis karena pemasangan langsung
pipa servis pada pipa primer sangat tidak menguntungkan, karena dapat
menyebabkan terganggunya pengaliran air dalam pipa dan lalu lintas didaerah
pemasangan. Pipa tersier dapat disambungkan langsung pada pipa sekunder atau
pipa primer.
d. Pipa sevis
Pipa servis adalah pipa yang disambungkan langsung dengan pipa sekunder atau
tersier dengan pipa sambungan rumah (konsumen). Pipa servis mempunyai
diameter relative kecil.
b. Flange Joint
32
Biasanya dipakai untuk pipa yang bertekanan tinggi, untuk sambungan yang
dekat dengan instalasi pompa. Sebelum kedua flane disatukan dengan mur baut,
maka diantara flange disisipkan packing untuk mencegah kebocoran
c. Bend
Merupakan belokan pipa, dengan susdut 90; 45 ; 22,5; 11,5 derajat.
e. Tee
Untuk menyambungkan pipa pada percabangan
f. Tapping Bend
Perletakanya pada tempat yang perlu disadap, untuk dialirkan ketempat lain.
Dalam hal ini pipa distribusi dibor dan tapping bend dipasang dengan baut
disekeliling pipa dengan memeriksa agar cincin melingkar penuh pada sekeliling
lubang dan tidak menutupi lubang tapping
3. Bahan Pipa.
Beberapa jenis pipa yang umumnya digunakan dalam system distribusi air
minum adala:
a. Cost Iron Pipe (CIP)
Karakteristik CIP adalah mempunyai kekuatan tinggi dan sangat cocok
dipasang pada daerah yang sulit, serta dapat disambungkan dengan berbagai
cara.
33
Merupakan kombinasi antara daya tahan terhadap korosi CIP dan sifat
mekanik dari pipa baja.
c. Galvanized Iron Pipe ( GIP )
d. Pipa Asbestos Semen
Karakteristik pipa asbestos semen
Tempat untuk tanah berbasa tinggi.
Daya sambung, daya pemeliharaan dan rembesan yang baik.
Mudah dalam pengelolaan dan pemasangan.
Biaya mahal.
e. Pipa Concrete (beton)
Karakteristik:
Penggunaan menguntungkan pada ukuran kecil hingg diameter 6 cm.
Tahan terhadap segala cuaca, bahan kimia kecuali asam
f. Pipa Iron dan Steel
Karakteristik:
Bias disambungkan dengan berbagai macam cara.
Punya kekuatan tinggi dan cocok dipasang pada daerah sulit
Kurang tepat pada daerah yang berpenghasilan limbah banyak, karena
tidak tahan terhadap korosi.
Dapat menyalurkan aliran listrik yang berbahaya.
g. Pipa Tanah Liat ( Clay )
Karakteristik:
Tahan terhadap bahan korosif, baik asam, basa maupun erosi.
Tidak rusak oleh H2S1, bentuk gas dan sulfat lainnya.
Cukup berat dan rapuh terhadap bentuknya.
h. Pipa PVC
Karakteristik:
Ringan, mudah dipasang, perawatan mudah.
Bebas dari korosi, goncangan, sinar matahari dan asam.
Perencanaan sistem distribusi air minum perlu memperhatikan pemilihan bahan
pipa dan kedalaman dan perletakkan pipa.
34
Bahan pipa yang biasa dipakai untuk pipa induk adalah pipa galvanis, bahan
pipa cabang adalah PVC sedangkan untuk pipa dinas dapat digunakan pipa PVC atau
galvanis. Keuntungan jika memakai pipa galvanis adalah pipa tidak mudah pecah
bila tekanan air yang mengalir cukup besar atau mendapat tekanan dan luar yang
cukup berat meskipun harganya relatif mahal. Sedangkan untuk pipa PVC akan lebih
mudah pecah walaupun dari segi harga lebih murah.
4. Jenis Saluran
a. Saluran Terbuka
Pemilihan open channel sebagai unit transmisi biasanya dilakukan
apabila kondisi topografi mengijinkan air dialirkan secara gravitasi. Pemilihan
open channel sebagai unit transmisi biasanya dilakukan apabila kondisi topografi
mengijinkan air dialirkan secara gravitasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kehilangan air sepanjang saluran
dan kemungkinan terjadinya pencemaran
Bangunan Pelengkap Saluran Terbuka (Kanal) :
Talang
Terowongan (tunnel)
Sipon
Jenis saluran dan kecepatan aliran yang dianjurkan dapat dilihat dalam tabel 3.
35
b. Saluran Tertutup (Perpipaan)
Pemilihan saluran dengan perpipaan dilakukan apabila kondisi topografi tidak
memung-kinkan air dialirkan melalui open channel.
2. Manning :
V = i/n . R2/3 . S1/2
Dimana:
V = kecepatan aliran (m/s)
S = kemiringan melintang perkerasan jalan (%)
n = koefisien kekasaran dinding menurut maning ( bilangan yg
mempunyai nilai dimensial TL
i = kemiringan saluran samping (%)
R = AW/P
Dimana Aw = penampang melintang basah (m2)
P = luas keliling penampang basah (m)
3. Darcy-Weisbach :
HL = f . L/D . V2/2g
dimana
HL = kehilangan energy
f = factor gesekan Darcy- Weisbach (0,01 – 0,1), tipikal = 0,02
V = kecepatan rata-rata
D = diameter pipa
36
L = panjang pipa
g = gravitasi
5. Tipe Pengaliran
Untuk mendistribusikan air minum ke konsumen harus memperhatikan
kualitas, kuantitas dan tekanan yang sesusi dan harus diseting dalam system
perpipaan, reservoir, pompa dan persambungan peralatan. Sistim distribusi
digunakan untuk menggambarkan seluruh fasilitas yang digunakan untuk
mensuplai air dari sumber air ke titik konsumen.
Dalam mendistribusikan air bersih dapat dipilih salah satu system diantara
tiga system pengaliran yaitu:
a. Sistem pengaliran gravitasi
System ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan berada
jauh diatas daerah pelayanan dan system ini dapat memberikan energi
potensial yang cukup tinggi hingga pada aderah pelayanan yang cukup jauh.
System ini merupakan system ysng paling menguntungkan karena
pengoperasian dan pemeliharaan alatnya mudah.
b. System pemompaan
System ini diguanakan apabila beda elevasi antara sumber sir atau instalasi
dengan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup ,
sehingga air yang akan didistribusikan dipompa langsung ke jaringan pipa
system dsitribusi.
c. System kombinasi
System ini merupakan system pengaliran dimana air minum dari sumber air
atau instalasi pengolahan dialirkan ke jaringan pipa distribusi dengan
menggunakan pompa dan reservoir distribusi, baik dioperasikan secara
bergantian ataupun bersama-sama, disesuaikan dengan keadaan topografi dari
daerah pelayanan.
37
Pemilihan jenis saluran tergantung pada :
1. Kondisi topografi
2. Beda tinggi (Head yang tersedia)
3. Kualitas air
4. Kondisi tanah
5. Kondisi lingkungan
6. Kemudahan pelaksanaan
6. Pola Jaringan
Macam pola jaringan sistem distribusi air bersih :
a. Sistem Cabang
Adalah sistem pendistribusi air bersih yang bersifat terputus membentuk cabang-
cabang sesuai dengan daerah pelayanan. Pada system ini air hanya mengalir dari
satu arah dan pada setiap ujung pipa akhir daerah daerah pelayanan terdapat titk
akhit (dead end).
System ini biasanya digunakan pada daerah dengan sifat – sifat sebagai berikut:
Perkembangan kota kearah memanjang
Sarana jaringan jalan tidak saling berhubungan
Keadaan topografi dengan kemiringan medan yang menuju satu arah
Gambar pola jaringan perpipaan dengan system cabang dapat dilihat dalam
gambar 2.
sumber
38
Untuk pengembangan daerah pelayanan lebih mudah karena hanya tinggal
menambah sambungan pipa yang telah ada.
jaringan distribusi relative lebih sederhana
Pemasangan pipa lebih mudah
Penggunaan pipa lebih sedikit karena pipa distribusi hanya dipasang pada
daerah yang paling padat penduduknya.
b. Sistem Loop
Pada system ini pipa induk distribusi saling berhubungan satu sama lainya
membentuk jaringan lingkaran-lingkaran, sehingga pada pipa induk tidak ada
titik mati dan air akan mengalir ke suatu titik yang dapat melallui beberapa arah.
System ini diterapkan pada:
Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan
Daerah yang perkembangan kotanya cenderung ke segala arah
Keadaan topografi yang relative datar
Denah jaringan pipa systemloop digambarkan dalam gambar 3.
39
Sumber/reservoir
40
Keuntungan dari system ini adalah :
Konsumen akan mendapatkan air minum setiap saat
Air minum yang diambil dari titik pengambilan di dalam jaringan pipa
distribusi selalu didapatkan dalam keadaan segar.
Kerugian dari system ini adalah :
Pemakaian air akan cenderung lebih boros
Bila ada sedikit kebocoran saja, jumlah air yang terbuang cukup besar.
41
8. Perlengkapan Sistem Distribusi Air Bersih
a. Bak Pelepas Tekanan
Bak pelepas tekanan berfungsi untuk melepas tekanan air di dalam pipa. Bak
pelepas tekanan biasanya diperlukan pada system penyediaan air bersih dengan
system gravitasi yang beda elevasi antara sumber air dengan wilayah pelayanan
relative tinggi. Bak ini ditempatkan pada titik tertentu pada jalur perpipaan, dimana
pipa tersebut sesuai dengan spesifikasinya sudah tidak mampu lagi untuk menahan
tekanan air yang ada di dalamnya, biasanya sebesar 10 bar atau setara dengan 100 m
kolom air. Sedangkan untuk keamanan dalam perencanaan dipakai 80 m kolom
air.dengan mengalirnya air ke dalam bak pelepas tekanan, maka tekanan kembali
menjadi nol.
b. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai bak penampungan untuk mengalirkan air sampai
pada konsumen. Meratakan aliran dan untuk memenuhi kebutuhan air pada saat
terjadi pemakaian puncak sehingga suplai air ke konsumen bisa kontinyu, dan
memberikan tekanan.
Peletakan reservoir sebaiknya dekat dengan sumber air agar hemat biaya
jaringan pipa transmisi, operasi dan maintenance pompa apabila menggunakan
pompa. Selain itu kondisi topografinya juga perlu diperhatikan, yaitu letaknya di
daerah yang elevasinya tinggi dibanding daerah yang akan dilayani (tanpa
pemompaan).
Factor yang harus diperhatikan dalam membangun reservoir distribusi antara lain:
1. Kapasitas/volume reservoir.
Kapasitas reservoir tergantung pada banyaknya kebutuhan air dan kelebihan
air pada jam-jam dimana pemakaian kurang dari rata-rata untuk ditampung dan
dialirkan lagi pada jam-jam dimana pemakaian lebih dari pemakaian rata-rata
Volume reservoir dapat ditentukan dengan metode analitik maupun grafis,
berdasarkan kebutuhan hari maksimum dan prosentase fluktuasi pemakaian dalam
satu hari maksimum.
42
Volume reservoir dapat dihitung dengan rumus;
C = (%S mak - %Smin) Q hm
dimana :
C = kapasitas reservoir
Qhm = kebutuhan satu hari maksimum
S = beda kumulatif pengaliran dan pemakaian
Contoh :
Tentukan kapasitas reservoir dengan metode analitis, dengan menggunakan data
pengaliran air selama 24 jam di desa X. Kebutuhan hari maksimum desa tersebut
adalah 151.436 lt/hari
43
Keterangan
kolom 5 : selisih pengaliran dan pemakaian
kolom 6 : kumulatif selissih pengaliran dan pemakaian.
Kapasitas reservoir
C = (%S mak - %Smin) Q hm
C = (20.85 % – (-15,77%) x 151.436 lt/hari
= 36.62% X 151.436 lt/hari
= 55.455 liter
= 55.5 m3
Kapasitas = volume
Dimensi reservoir
Direncanakan kedalamannya (h) = 2 m dan freeboard 0.5 m
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
luas (L) = 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛
55.5 𝑚3
= 2𝑚
= 25,25 m2
Sehingga diperoleh Panjang = 5,27 m dan lebar 5.27 m, dibulatkan menjadi P dan
L = 5.3 m
2. Ketinggian Reservoir
Jika beda tinggi dalam daerah pelayanan sangat besar, maka reservoir
hendaknya ditempatkan pada dua atau tiga tempat, agar tidak sampai terjadi
perbedaan tekanan terlalu tinggi (untuk mengurangi tekanan bisa menggunakan
pressure reducer).
3. Jenis Reservoir
Jenis reservoir meliputi :
Ground Reservoir
Ground reservoir adalah bangunan penampung air bersih di bawah
permukaan tanah.
Elevated Reservoir
44
Adalah bangunan penampung air yang terletak di atas permukaan tanah
dengan ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh masih
tercapai.
4. Pemilihan Letak
Pemilihan letak tergantung pada daerah distribusi dan sumber asal air. Bila
jarak dari sumber dengan ujung kota daerah pelayanan relative jauh, reservoir
dipasang di tengah-tengah kota.
Faktor-faktor yag harus diperhatikan:
a. Tekanan aliran
Cukup tinggi, sehingga titik yang jauh dari reservoir dalam jaringan
distribusi memperoleh aliran dengan tekanan yang cukup tinggi.
Tidak terlalu tinggi, agar sisa tekanan tidak terlalu besar, tidak perlu
biaya ekstra untuk meninggikan taraf muka air dalam reservoir. Dalam
hal ini tekanan aliran yang keluar dari kran umumnya 10 m, sedangkan
pada daerah yang bukan industry tekanan cukup 5 m dan maksimal
40m.
b. Kecepatan aliran dalam pipa distribusi 0.3 – 3.5 m/dt
c. Kemiringan hidrolis saluran distribusi 0.001 – 0.003
9. Deteksi Kebocoran
Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih tidak menutup kemungkinan
terjadi kebocoran atau kehilangan air. Kehilangan air didefinsikan sebagai jumlah
air yang hilang akibat :
pemasangan sambungan yang tidak tepat.
terkena tekanan dari luar sehingga menyebabkan pipa retak atau pecah.
penyambungan liar
Untuk mengetahui jika terjadi kebocoran yang tidak tepat misalnya air rembesan
dari keretakan pipa, dapat diatasi dengan alat pendeteksi kebocoran yang disebut
Leak Detector. Sedangkan upaya untuk mengurangi terjadinya kehilangan air
yang lebih besar dalam perencanaan perencanaan sistem distribusi air dilakukan
45
pembagian wilayah atau zoning untuk memudahkan pengontrolan kebocoran pipa,
serta pemasangan meteran air.
a. Kecepatan Aliran
Nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diijinkan adalah sebesar 0,3 – 3,5 m/dt
pada debit jam puncak. Kecepatan yang terlalu kecil menyebabkan endapan yang
ada dalam pipa tidak dapat terdorong sehingga dapat menyumbat aliran dalam
pipa. Selain itu juga merupakan pemborosan biaya. Karena diameter pipa yang
digunakan besar, sedangkan kecepatan yang terlalu besar dapat ,menyebabkan
pipa cepat aus dan mempunyai headloss yang tinggi, sehingga biaya elevated
reservoir meningkat. Untuk menentukan kecepatan aliran dalam pipa, dapat
digunakan rumus;
Q = A.V
Q = 0,25. π. D2.V
V = (4 Q) / (π.D2 )
dimana :
Q = debit aliran (m3/dt)
V = keecpatan aliran (m/dt)
D= diameter pipa (m)
46
2 2
p1 V p2 V
z1 1 z2 2
2g 2g
Dimana :
z =elevasi dari datum
P = tekanan absolute
V = kecepatan aliran
g = gravitasi
= masa jenis aliran
HL= headloss total
Agar nilai (z1- z2) > 10 meter kolom air, maka diusahakan dengan mengatur
nilai-nilai kecepatan aliran air dalam pipa serta headloss total.
47
a. Mayor losses (kehilangan tenaga primer)
Mayor losses adalah kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus. Mayor losses
dapat dihitung dengan persamaan Hazen Williams:
Q = 0,279 * C * D2,63 * S0,54
v = 0,35464 * C * D0,63 * S0,54
v = 0,84935 * C * R0,63 * S0,54
H = 10,666 * L* C-1,85 * D-4,87 * Q1,85
𝑄1,85
H= xL
( 0,2785 𝑋 𝐷2,63 𝑋 𝐶 )1,85
dimana :
H : Kehilangan tenaga di sepanjang pipa ( m )
L : Panjang pipa lurus ( m )
Q : Debit aliran ( m3 / dt )
D : Diameter pipa ( m )
C : Koefisien Hazen William ( Koefisien kecepatan aliran )
V = kecepatan aliran ( m/dt )
R = jari-jari hirolis = D/4 ( m )
S = kemiringan gradien hidrolik = h/L
Mayor losses yaitu kehilangan tekanan yang terjadi dalam pipa akibat
48
gesekan air dengan pipa selama pengaliran baik pada pipa lurus maupun pipa
membelok.
𝐿 𝑣2
Hf = f . .
𝐷 2𝑞
Dimana
hf = kehilangan energi akibat gesekan ( m )
f = faktor gesekan pada pipa
L = panjang pipa m )
D = diameter pipa ( m )
v = kecepatan rencana ( m / dt )
g = percepatan gravitasi ( 9,8 m/dt )
b. Minor Losses
Minor losses yaitu kehilangan tekanan yang disebabkan oleh perubahan
penampang pipa, sambungan, belokan, percabangan pipa dan asesoris lain. pada
pipa panjang, kehilangan tenaga primer biasanya jauh lebih besar daripada
kehilangan tenaga sekunder, sehingga pada keadaan tersebut kehilangan sekunder
dapat diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder harus
diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga tersebut kurang dari 5% dari
kehilangan tenaga primer, maka kehilangan tenaga sekunder tersebut bisa
diabaikan.
Untuk memperkecil kehilangan tenaga sekunder, perubahan penampang atau
belokan dibuat secara berangsur-angsur.
Macam-macam kehilangan tenaga sekunder:
1. Perbesaran penampang
v1 v2
49
he = K’.(V12 – V22)/2g
di mana :
he = kehilangan energi akibat perbesaran penampang ( m )
K’ = koefisien perbesaran penampang yang besarnya tergantung pada
sudut α
v1 = kecepatan aliran pada pipa 1 ( m / dt )
v2 = kecepatan aliran pada pipa 2 ( m / dt )
2. Pengecilan Penampang
v1
v2
A1 A2
he = K’c.(v22)/2.g
di mana :
he = kehilangan energi akibat penyempitan penampang ( m )
K’c = koefisien penyempitan penampang yang besarnya tergantung
pada sudut A1/A2 ( dalam prakteknya K’ diambil 0,5 )
v1 = kecepatan aliran pada pipa 1 ( m/dt )
v2 = kecepatan aliran pada pipa 2 ( m/dt )
g = percepatan gravitasi ( m/det2 )
50
3. Belokan pipa
Kehilangan tenaga pada belokan tergantung pada sudut belokan pipa. Rumus
kehilangan tenaga pada belokan adalah serupa dengan rumus pada perubahan
penampang, yaitu:
hb = (kb.v2) / (2.g)
Di mana:
hb = kehilangan energi akibat gesekan ( m )
kb = koefisien gesekan
v = kecepatan air dalam pipa ( m/dt )
51
4. Percabangan Pipa
He = Q1/Qr Kk1. 〖v1〗^2/(2.g) + Q2/Qr Kk2. 〖v2〗^2/(2.g)
𝑄1 𝑣12 𝑄2 𝑣22
He = Kk1. + Kk2.
𝑄𝑟 2.𝑔 𝑄𝑟 2.𝑔
Dimana:
Qr= debit pipa induk
Q1= debit pipa cabang 1
Q2= debit pipa cabang 2
Untuk harga Kk1 dan KK2 dapat dilihat pada grafik K31 dan K32 dengan
melihat bentuk percabangan pipa yang sesuai dengan grafik tersebut.
5. Kehilangan Tekanan Akibat Perlengkapan Pipa Lainnya
Untuk kehilangan tekanan pada perlengkapan pipa lainnya seperti gate valve
(katup), sambungan pipa, juga akibat rembesan, aus dan lain-lain yang terjadi
di dalam pipa diperhitungkan sebesar 10% dari kehilangan tekanan akibat
panjang pipa.
52
CONTOH STUDI KASUS
Contoh jaringan distribusi air minum adalah sebagai berikut:
C D
5
H I 4
6 1
R 2 K
E
A B J
3
9 7
M 8 L
G F
Problem
a. Hitunglah diameter pipa induk distribusi (pipa primer A-B)
b. Hitunglah diameter masing-masing pipa dalam system jaringan tersebut
53
c. Berapakah besarnya tekanan hidrolik minimum di A agar jaringan dapat
terlayani semua
d. Berapa tinggi minimum elevasi reservoir R
e. Gambarkan garis energi sistem pada jaringan pipa tersebut
Jawaban
1 km2 = 1.000 x 1.000 = 1.000.000 m2
1 ha = 100 X 100 = 10.000 m2
1 km2 = 100 Ha
1 Ha = 0.01 km2
54
Tabel 1 Q Masing-masing Pipa
No. area Pipa Luas area (Km2) % luas Q (m2/dt)
1. KE 9.5 10.79 0.0640
2. JK 7 7.95 0.0472
3. BJ 8 9.1 0.0540
4. IJ 7 7.95 0.0472
5. HI 15 17.04 0.1010
6. BH 6 6.82 0.0404
7. LK 5 5.68 0.0337
8. ML 24.5 27.84 0.1651
9. BM 6 6.83 0.0404
JUMLAH 88 100 0.593
1. Pipa induk AB
Q= A.V
Q = 0,25. π. D2.V
0.593 = 0.25. π. D2.V (V=1.25 m/dt)
D2 = 0.593/(0.25 x 3.14 x 1.25)
D = 0.77 m
jadi diameter pipa induk AB adalah 0.77 m
Q KE = 0.0640
Q JK = Q. JK (tab) + Q.KE = 0.0472 + 0.064 = 0.1112
Q.BJ = Q.BJ (tab) + Q.JK = 0.540 + 0.1112 = 0.1652
55
Q.AB = Q.BJ + Q.BH + Q.BM
Q.AB = 0.1652 + 0.1886 + 0.2392
Q. AB = 0.593
Tabel Penentuan Harga D Masing-Masing Pipa Jaringan
Jalur tengah (BJ)
Pipa Q (m3/dt) D (mm)
BJ 0.1652 410
JK 0.1112 337
KE 0.0640 255
Jalur atas (BH)
BH 0.1886 438
HI 0.1482 388
IJ 0.0472 220
Jalur bawah (BM)
BM 0.2392 494
ML 0.1988 450
LK 0.0337 185
56
Untuk diameter pipa yang lain dapat dihitung dengan cara seperti ini.
Untuk menghitung tekanan hidrolik minimum, maka system yang digunakan
adalah jaringan atau jalur yang terpanjang.
dimana :
Hf : Kehilangan tenaga di sepanjang pipa ( m )
L : Panjang pipa lurus ( m )
Q : Debit aliran ( m3 / dt )
D : Diameter pipa ( m )
C : Koefisien Hazen William ( Koefisien kecepatan aliran )
Pipa AB
0,5931,85
Hf = x 3000
( 0,2785 𝑋 0,7772,63 𝑋 110)1,85
Hf = 7 m
57
Tabel 3 Tekanan Hidrolik
Pipa Q (m3/dt) L (m) D (m) Hf (m)
AB 0.593 3000 0.777 7
BM 0.2392 2830 0.494 11
ML 0.1988 7000 0.450 30
LK 0.0337 2000 0.185 24
Tekanan hidrolik titik K 5
jumlah 77
58