Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu usaha dalam proses

estafet ilmu pengetahuan dari guru kepada anak didik. Guru merupakan salah

satu komponen dalam pembelajaran yang tidak dapat digantikan dengan alat

secanggih apapun, karena guru mempunyai aspek manusiawi yang mampu

menjembatani proses transfer pengetahuan, sikap dan perilaku kepada anak

didik .

Usia pendidikan dasar merupakan usia yang sangat menentukan dalam

penentuan kepribadian anak. Banyak pengalaman belajar pada usia ini terus di

kenang sepanjang masa, bahkan akan menentukan kemampuan belajar

selanjutnya. Potensi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa secara terarah

mulai dibina pada jenjang pendidikan dasar. Oleh karena itu kemampuan

professional guru dalam membina dan mengarahkan hal-hal tersebut pada saat

merancang dan melaksanakan pembelajaran akan sangat menentukan sosok

diri anak di kemudian hari

Mata pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama memiliki peran

utama membina pemahaman anak mengenai hal ihwal kehidupan sosial, serta

kemampuan untuk berperan secara layak dan fungsional. sementara itu peran

guru sangat diharapkan untuk menyesuaikan antara keadaan siswa dengan

keadaan lingkungan kehidupan, dan juga proyeksi kehidupan masa depan


baik yang diharapkan anak, orang tua, bangsa, dan negara. Pengajaran IPS

sebagai salah satu program pengajaran yang bertujuan untuk membina dan

menyiapkan kehidupan sosial yang baik, serta menyiapkan dan mengantarkan

peserta didik untuk menjadi warga Negara dan warga masyarakat yang baik,

diharapkan guru mampu membina perubahan dan harapan-harapan baru,

sehingga mampu mengikuti gejolak-gejolak kehidupan dan perkembangan

masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pada umumnya siswa kelas VII b

SMP Negeri 3 Rote Timur mengalami kesulitan dalam hal memahami konsep

dalam pelajaran IPS yang disajikan guru. Kesulian yang di alami siswa ini

antara lain ditandai dengan:

1. Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran

2. Minimnya keterlibatan dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran

serta kedisiplinan yang masih rendah.

3. Perolehan nilai belum memuaskan dan tidak mencapai KKM

(7,00) dimana dari 21 siswa hanya 6 (28,57%) siswa yang mencapai

KKM

4. Dalam pembelajaran pada saat guru menyebutkan suatu tempat guru

hanya menyebutkan saja tanpa menunjukan lokasi dengan peta, apalagi

mengunjungi tempat yang disebutkan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah yang

diajukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: “Apakah penggunaan

alat peraga peta pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas VII b SMP Negeri 3 Rote Timur?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkakan prestasi

belajar siswa kelas VII b SMP Negeri 3 Rote Timur.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian Ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

praktis. Kegunaan secara teoritis adalah untuk pengembangan ilmu

pengetahuan yang relevan dengan masalah penelitian. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memperkaya perbendaharaan pengetahuan yang terkait

dengan upaya peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII b

SMPN 3 Rote Timur. Di samping manfaat peneltian secara teoritis penelitian

ini juga memiliki manfaat secara praktis

Manfaat penelitian secara praktis adalah diharapkan bermanfaat bagi:

1. Kepala sekolah, untuk menjadi pendorong dalam memberikan

motivasi mengajar guru dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Guru, untuk menjadi pendorong dala proses pembelajaran serta

meningktkan ketrampikan menggunakan alat peraga.


3. Calon guru, untuk menambah wawasan dalam dunia pendidikan,

maupun tugas- tugas yang akan dihadapinya, terutama yang berhubungan

dengan mata pelajaran IPS pada materi pokok Kehidupann pada Masa Pra

Aksara di Indonesia, serta dalam hal penggunaan alat peraga.

4. Personil sekolah untuk memberikan dorongan dalam membantu

kelancaan proses pembelajaran pada khususnya, dan pelaksanaan

pendidikan di sekolah pada umumnya.

5. Pembaca pada umumnya, untuk menambah wawasan pendidikan mutu

pendidikan bagi generasi penerus, maupun anak- anak yang menjadi

tanggung jawabnya.

6. Siswa, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tentang pelajaran

IPS khususnya pada materi pokok Kehidupan pada masa pra aksara

di Indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian IPS

Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS bahwa IPS sebagai

pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary approach) dari pelajaran Ilmu-

ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial,

seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi,

ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh

Saidiharjo (1996: 4), bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau basil

pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi,

ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Jadi alasan mempelajari IPS untuk

jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut:

a. Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau

kemampuan yang telah dimiliki menjadi lebih bermakna.

b. Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial

secara rasional dan bertanggung jawab.

c. Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan

sendiri dan antarmanusia.

Berikut ini dikemukakan pengertian IPS dari berbagai ahli.

a) IPS adalah sebagai “those” (studies) whose subject matter relates to the

organization and development organisasi human society and to man as

member of social group” (Binning & Binning, 1952:2)


b) Dikatakan juga “the social a studies are the sosial sciences simplified for

pedagogical purposes information school (Wesley, 1952:9). Social

studies the study of people carried on in other to help students

understand themselves and others in a varieties of societies in different

places and at different times as individual and group seek to meet the

needs through many institution as those human beings search for a

satisfying a personal philosophy and the good society (Kenworthy, 1952).

c) The social studies as a part of the elementary school curriculum draw

subject matter content from the social science, history, sociology, political,

science, social psychology, philosophy, anthropology and economic.

(Jarolimek, 1967:4)

Jadi IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep

pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah

berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program

pengajaran pada tingkat persekolahan.

B. Pengertian Sejarah (Etimologis)

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajara”, artinya terjadi.

Sedangkan kata “Syajaratun” artinya pohon kayu yang terus menerus tumbuh

dari bumi ke udarayang mempunyai cabang, dahan, dan daun, bunga serta

buah. Menurut Muhammad Yahmin di dalam kata sejarah tersirat makna

pertumbuhanatau kejadian. Secara etimologis makna kata sejarah adalah


tumbuh, hidup, berkembang, dan bergerak terus menerus dan akan

berjalan terus sepanjang masa.

Selain kata sejarah dalam bahasa Arab ada kata-kata yang artinya

hampir samayaitu kata “silsilah” yang pada umumnya menunjuk pada

keluarga. Misalnya, prasasti Kedu menceritakan silsilah raja-raja Mataram

Kuno (Hindu). Kata “kisah” dalam bahasa Arab menunjuk pada masa lampau

yang merupakan cerita tentang kejadian yang benar-benar terjadi, misalnya

kisah Nabi Nuh denganperahunya.

Dalam bahasa yang lain misalnya bahasa Belanda yaitu

“geschiedenis” (dari katageschieden yang berarti terjadi). Dalam bahasa

Jerman yaitu kata “geschichte” (dari kata geschiehen yang berarti terjadi).

Dalam bahasa Inggris yaitu kata “history” (berasal dari bahasa Yunani

historia yang berarti apa yang diketahui karena penyelidikan) atau

mengandung arti belajar dengan cara bertanya. Menurut Aristoteles seorang

filsuf Yunani kata historia berarti penelaahan secara sistematis mengenai

seperangkat gejala alam tanpa mempersoalkan susunan kronologisnya.

Ada sejumlah definisi sejarah yang dikemukakan oleh para sejarawan

diantaranya adalah:

a. Menurut Ismaun, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan tentang

rangkaian kejadian yang berkausalitas pada masyarakat dengan segala

aspeknya sertaproses gerak perkembangannya yang kontinyu dari awal

sampai sekarang yang berguna bagi pedoman kehidupan

masyarakat masa sekarang sertasebagai arah cita-cita masa depan.


b. Menurut Muhammad Yamin, sejarah adalah ilmu pengetahuan

yang padaumumnya berhubungan dengan cerita bertarikh sebagai hasil

penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat pada masa lampau yang

disusunberdasarkan hasil penyelidikan bahan-bahan tulisan atau tanda-

tanda lain.

c. James Bank, sejarah adalah semua peristiwa masa lampau

(sejarah sebagaikenyataan). Sejarah dapat membantu para siswa untuk

memahami perilaku manusia pada masa lampau, masa kini, dan masa

yang akan datang (tujuan-tujuanbaru pendidikan sejarah)

d. Menurut Kuntowijoyo, sejarah dapat diartikan dua macam yaitu:

a) Sejarah dalam arti negatif

Sejarah dalam arti negatif dapat dipahami sebagai berikut:

1) Sejarah itu bukan mitos

Sama-sama menceritakan masa lampau sejarah berbeda

dengan mitos. Mitos menceritakan masa lampau dengan waktu

yang tidak jelas dankejadian yang tidak masuk akal di masa

sekarang. Misalnya, dari Jawa ada mitos tentang raja

Dewatacengkar, seorang raja pemakan manusia yangakhirnya

dikalahkan oleh Ajisaka. Dari Sumatera ada mitos tentang raja

Iskandar Zulkarnain yang turun dari bukit Seguntang yang

kemudian menurunkan raja-raja.

Dalam mitos tidak ada penjelasan tentang waktu kapan

peristiwaterjadi, sedangkan dalam sejarah semua peristiwa secara

tepat diceritakan kapan waktunya terjadi dan di mana tempatnya.

8
2) Sejarah itu bukan filsafat

Filsafat itu abstrak (dalam bahasa Latin abstractus berarti

pikiran) danspekulatif (bahasa latin speculation berarti gambaran

angan-angan), dalam arti filsafat hanya berurusan dengan pikiran

umum. Jika filsafat berbicara tentang manusia, maka manusia itu

adalah manusia padaumumnya, manusia yang hanya ada pada

gambaran pemikiran. Sedangkan sejarah berbicara tentang

manusia, maka yang dibicarakan adalah orang tertentu yang

mempunyai tempat dan waktu serta terlibat dalam kejadian.

3) Sejarah bukan ilmu alam

Sejarah sering dimasukkan dalam Ilmu-ilmu Manusia

human studiesyang kemudian dibagi menjadi dua yaitu Ilmu-ilmu

Sosial (social sciences) dan ilmu Kemanusiaan (humanities). Ilmu

alam (termasukilmu sosial tertentu) bertujuan untuk menemukan

hukum- hukum yang bersifat umum atau bersifat nomothetis (dari

bahasa Yunani nomoberarti hukum, dan tithenai berarti

mendirikan), sedangkan sejarahberusaha menuliskan hal-hal yang

bersifat khas atau ideografis (bahasa Yunani idio berarti ciri-ciri

seseorang, graphein berartimenulis).

4) Sejarah itu bukan sastra

Perbedaan sejarah dan sastra paling tidak ada empat hal

yaitu car akerja, kebenaran, hasil keseluruhan, dan kesimpulan.

Dari cara kerja, sastra adalah adalah pekerjaan imajinasi yang lahir

dari kehidupan seorang pengarang. Kebenaran bagi seorang

9
pangarang secara mutlak ada di bawah kekuasaannya atau bersifat

subyektif. Hasil keseluruhannya hanya menuntut supaya pengarang

taat asas dunia yang dibangunnya.

Misalnya ia sudah terlanjur bercerita tentang orang yang

suka merokok, ia tidak boleh lupa bercerita seolah-olah orang itu

tidak suka merokok, tanpa memberitahu pembaca.

Dalam kesimpulan dalam sastra bisa saja berakhir dengan

sebuah pertanyaan. Sedangkan dalam sejarah harus berusaha

memberikan informasi selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya.

b) Sejarah dalam arti positif

Secara positif sejarah dapat diartikan sebagai berikut:

1) Sejarah adalah ilmu tentang manusia

Sejarah membicarakan manusia, tetapi bukan cerita tentang

masa lampau manusia secara keseluruhan. Manusia yang menjadi

fosil menjadi kajian Antropologi Ragawi. Benda-benda

peninggalan sejarah menjadi kajian arkeologi. Sejarah akan

meneliti peristiwa- peristiwa sesudah tahun 1500. Meskipun

demikian, manusia masa kini menjadi kajian bersama beberapa

ilmu social sesuai dengan minat utamanya, seperti sosiologi,

ilmu politik, dan antropologi.

2) Sejarah adalah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial

Tidak semua peristiwa penting untuk perkembangan dan

perubahan masyarakat. Misalnya, bangunan Belanda tidak

penting, tetapi gedung dansa di suatu kota menjadi penting,

10
karena gedung itu mempunyai makna sosial yaitu sebagai

contoh peninggalan suatu zaman. Kepergian Pakubawana X ke

tempat peristirahatan mungkin tidak penting, tetapi ketika

Pakubuwana X pergi ke daerah-daerah tahun 1910-an menjadi

penting bagi pemerintah Belanda, karena dianggap menggugah

nasionalisme Jawa.

3) Sejarah adalah ilmu tentang sesuatu yang tertentu, satu-satunya,

dan terencana. Sejarah adalah sejarah tertentu, partikular (bahasa

Latin particularis berarti tertentu, lawan dari generalis berarti

umum). Selanjutnya sejarah adalah ilmu yang unik mengenai satu-

satunya (bahasa Latin unicus berarti satu-satunya), oleh karena itu

sejarah menulis peristiwa yang terkait dengan tempat dan waktu

yang hanya terjadi sekali. Misalnya, sejarah itu menulis

pemberontakan komunis di Indonesia pada tahun 1965, tidak

tentang pemberontakan pada umumnya yang dapat terulang

kembali. Pemberontakan komunis di Indonesia pada tahun 1965 itu

hanya terjadi sekali itu dan tidak terulang lagi di tempat lain.

4) Sejarah adalah imu tentang waktu

Sejarah membicarakan masyarakat dari segi waktu. Apa

yang dibicarakan tentang waktu? Hal-hal yang dibicarakan tentang

waktu ada empat yaitu perkembangan, kesinambungan,

pengulangan, dan perubahan. Biasanya masyarakat akan

11
berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih

kompleks.

Misalnya perkembangan demokrasi di Amerika

Serikat.Masyarakat Amerika Serikat mulanya berbentuk kota-kota

kecil di New England pada abad ke-17, kemudian tumbuh dewan-

dewan kota, dari dewan- dewan kota berkembang menjadi kota-

kota propinsi, dari kota propinsi timbul kota-kota besar, dari kota

besar timbul kota metropolitan, dandari kota metropolitan timbul

kota megapolitan. Sementara itu, demokrasi mengikuti

perkembangan kota.

Kesinambungan terjadi apabila suatu masyarakat baru

hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Pada mulanya

kolonialisme adalah kelanjutan dari patrimonialisme. Demikian

jugakebijakan kolonial hanya mengadopsi kebiasaan lama. Dalam

menarik upeti raja taklukan, Belanda meniru raja-raja pribumi.

Pengulangan terjadi apabila peristiwa yang pernah terjadi di masa

lampau terjadi lagi. Misalnya, munculnya kaum pemodal kuat.

Sepanjang abad ke-19, kaum pemodal itu telah menyengsarakan

penduduk dan menimbulkan banyak protes sosial. Pada zaman

sekarang ini kaum pemodal itu muncul lagi dan banyak

menimbulkan protes. Apakah sejarah terulang lagi?

Perubahan terjadi apabila masyarakat mengalami

pergeseran sama dengan perkembangan, tetapi asumsinya

adalah perkembangan secara besar-besaran dan dalam waktu yang

12
relatif singkat. Biasanya perubahan terjadi, karena pengaruh dari

luar.

Misalnya, gerakan Paderi di Sumatera Barat yang

menentang kaum adat sering dianggap sebagai pengaruh Gerakan

Wahabi di Arab yang disebarkan lewat para haji sepulang dari

Mekah yang tidak puas dengan kekuasaan kaum adat. Jadi apakah

sejarah itu?

Dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah rekonstruksi masa

lampau. Rekonstruksi sejarah adalah apa saja yangsudah

dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh

orang. Seorang sejarawan dapat menulis apa saja asal memenuhi

syarat untuk disebut sejarah.

C. Pengertian Prestasi Belajar

Hasil belajar itu merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi

pada diri seseorang setelah orang yang bersangkutan melakukan kegiatan

tertentu yang disebut belajar. Dengan demikian pada dasarnya hasil belajar

merupakan kemampuan baru yang telah dimiliki sebelumnya.

Kemampuan baru itu diperoleh melalui pengalaman yang mengarah

kepada penguasaan kecakapan dan kebiasaan.

Sehubungan dengan hasil belajar, Haditono (1980:45) mengatakan

bahwa prestasi belajar adalah merupakan hasil yang dicapai oleh seorang

siswa setelah mengalami proses belajar di sekolah, nilai yang menggambarkan

kemampuan menguasai sejumlah program pelajaran tertentu setelah dipelajari.

13
Menurut Arikunto (1986:269) mengemukakan bahwa prestasi belajar

itu adalah tingkat pencapaian yang telah dicapai oleh anak didik atau siswa

terhadap tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing bidang studi,

setelah mengikuti program pengajaran dalam jangka waktu tertentu.

Sementara itu menurut Winarno (1982:25) menilai bahwa hasil belajar

siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Dan maksud

ulangan tersebut adalah menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar.

Indeks prestasi menunjukkan kemampuan dan sekaligus bobot upaya belajar

siswa. Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa mempunyai konsekuensi-

konsekuensi terhadap penyelesaian studinya, yaitu naik tidaknya siswa dalam

studinya.

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa

faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Muhibbin dalam bukunya

Psikologi Pendidikan (1997), mengemukakan secara global faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam:

a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) meliputi dua aspek, yakni:

1) Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dari sendi-sendinya dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran.

14
2) Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah), meliputi:

 Tingkat Kecerdasan/Inteligensi

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan diri

dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi

inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,

melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

 Sikap (attitude)

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (Response

tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,

barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

 Bakat (aptitude)

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin,

1972: Reber, 1988)

 Minat (interest)

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.

 Motivasi

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme

seseorang yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu

15
b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni:

1) Lingkungan Sosial

 Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf

administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

semangat belajar seorang siswa.

 Lingkungan masyarakat dan tetangga juga teman-teman

sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.

 Lingkungan keluarga yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

2) Lingkungan non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, letak rumah, tempat tinggal keluarga siswa,

alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan

siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning).

Pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi

dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi-materi pelajaran. Untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa, maka perlu upaya-upaya sebagai berikut :

a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar, siswa akan terdorong untuk

lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran

yang hendak dicapai.

16
b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa.

Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan

Menyenangkan

c. Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman bilamana perlu.

d. Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara

guru dan siswa.

e. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu

(seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan,

membingungkan, menjengkelkan).

f. Melengkapi sumber dan peralatan belajar.

D. Pengertian Alat Peraga

a. Alat peraga adalah suatu alat atau suatu tindakan atau situasi atau

benda yang sengaja diadakan untuk mencapai suatu tindakan pendidikan

(Crow & Crow,1950:2).

b. Alat peraga adalah suatu alat bantu dalam belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapakan, serta dapat

mendorong dan menantang perkembangan anak. Kita dapat

mengusahakan hal ini dengan jalan menyediakan di dalam ruang kelas

berbagai sudut, seperti sudut science, sudut matematika, sudut art, sudut

perpustakaan, dan lain-lain (Pakasi, 1985:39)

17
E. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori di atas penggunaan media pembelajaran

dalammata pelajaran IPS sebagi variabel bebas (Independent) yang

dilambangkan (X) mempunyai hubungan dengan hasilbelajar siswa

sebagai variabel terikat (dependent) yang dilambangka (Y) yang terjadi di

sekolah dengan penggunaan media pembelajaran dalam mata pelajaran

IPS (X) diharapkan hasil belajar (Y) meningkat.

Variabel bebas (independent) (X) Variabel terikat

Penggunaan media pembelajaran (dependent) (Y)

IPS Hasil belajar

F. Hipotesis Tindakan

Dari tinjauan pustaka dan kerangka teori diatas dapat dirumuskan

hipotesis tindakannya adalah “melalui penggunaan alat peraga peta dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada materi pokok

bahasan kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia bagi siswa kelas VII b

SMPN 3 Rote Timur, semester ganjil tahun pembelajaran 2015/2016.

18
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek, Waktu, dan Tempat Penelitian

1. Subjek penelitian tindakan ini adalah guru mata pelajaran serta siswa

kelas VII b SMP N 3 Rote Timur

2. PTK ini dilakukan pada Smester ganjil tahun pelajaran 2015/2016

3. Tempat Penelitian

SMP Negeri 3 Rote Timur, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao.

B. Desain dan Bentuk Penelitian

Menurut Nana Syaodih Ukmadinata, penelitian tindakan adalah

sesuatu pencarian secara sistematik yang dilaksanakan para pelaksanaan

program dalam kegiatan sendiri dala mengumpulkan data tentang pelaksaan

kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi untuk kemudian

menyususn rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan

(2006:140). Berdasarkan pengertian ini desain penelitinya adalah untuk

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga guna

meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Geoffry E. Mills Nana Syoadih Sukmadinata, (2006:143)

penelitian tindakan memiliki empat konsep kunci, yaitu:

1. Bersifat partisipatif dan demokratis

2. Responsive terhadap masalah-masalah sosial dan berlangsung dalan

suatu konteks

19
3. Membantu penelitian pelaksanaan untuk menguji dan menjamin cara

pelaksanaan pekerjaan profesional sehari- hari.

4. Pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian tindakan dapat

memberikan kebebasan untuk meningkatkan suatu proses serta

pengambilan kebijakan.

C. Strategi Penelitian

Belajar dalam arti yang sebenarnya adalah aktifitas mental yang sangat

komplek. Aktifitas tersebut akan menghasilkan perubahan- perubahan yang

bersifat kualitatif. Kualitas perubahan tersebut sangat dipengaruhi oleh

banyak faktor, salah satunya adalah penggunaan alat peraga “Peta”yang

digunakan guru dalam membantu siswa untuk memperoleh perubahan

tersebut.

Pada peneitian ini dilakukan tindakan kelas dalam dua siklus empat

kali pertemuan. Langkah awal dilakukan perencanaan merancang skenario

pembelajaran, kemudian dilakukan pelaksanaan tindakan pembelajaran.

Selesai pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan analisis dan refleksi

untuk mencari kelebihan dan kekurangan dalam peroses pembelajaran.

Adanya kekurangan tersebut digunakan untuk memperbaiki pembelajaran

pada siklus 2. Dengan cara memperbaiki proses pembelajaran pada siklus 1

dan 2, diharap akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara

signifikan. Dari uraian diatas dapat digambarkan berikut:

20
21
D. Prosedur Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis melakukan beberapa tahapan

penelitian yaitu:

1. Mempersiapkan fasilitas pendukung seperti rencana pembelajaran dan

meteri pembelajaran

2. Mempersiapkan instrument dan penilaian

3. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, jadwal pelaksanaan dan soal tes

4. Melaksanakan tindakan

5. Membuat laporan hasil penelitian tindakan

E. Sumber Data

1. Hasil tes

2. Observasi

3. Dokumentasi

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan data

 Tes

Yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyelesaikan soal-soal

tentang peninggalan sejarah

 Observasi

Dalam penelitian ini terdapat dua instruman pengamatan : 1) kreatifitas

siswa selama ini berjalanya PBM. 2) kreatifitas siswa diperoleh lewat

pengamatan hasil PBM.

22
 Dokumentasi

Dokumen dalam penelitian ini adalah buku daftar nlai siswa kelas

VII b tahun ajaran 2015/2016 dan hasil ulangan Ilmu Pengetahuan

Sosial pokok bahasan Kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia

2. Alat pengumpulan data

 Butir soal tes

Instruman yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes

kemampuan menyelesaikan soal Kehidupan pada masa pra aksara di

Indonesia.

 Lembaran pengamatan

Lembaran pengamatan digunakan untuk mengamati perilaku siswa

saat proses pembelajaran berlangsung dan akhir pembelajaran hal

yang diamati adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal Kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia.

G. Analisis Data

Dalam penelitian ini tidak menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif

yaitu dengan membandingkan nilai prasiklus, nilai siklus 1, dan nilai siklus 2.

23
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kelas Prasiklus

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 3 Rote Timur, Kecamatan Rote

Timur, Kabupaten Rote Ndao. Seting ini adalah kelas VII B SMPN 3 Rote

Timur, dengan jumlah siswa 21 yang terdiri dari siswa laki-laki 7 dan siswa

perempuan 14 orang. Kelas VII B SMPN 3 Rote Timur dijadikan objek

penelitian tindakan karena menurut pengamatan penulis, minat belajar siswa

kelas VII B SMP 3 Rote Timur masih rendah. Data ini diperoleh dari

observsi awal yang dilakukan peniulis sebelum merumuskan tindakan

penelitan. Disamping penulis juga mengamati program satuan pembelajaran

yang sudah ada, guna menemukan data pendukung perlunya perbaikan

pembelajaran, peneliti berpendapat perlu adanya penyediaan alat peraga untuk

mempermudah penyampaian materi pembelajaran.

Hasil observasi terlihat bahwa siswa kurang berminat dalam belajar,

hal ini terlihat dari kurangnya respon positif siswa terhadap penjelasan guru,

pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung banyak siswa yang ribut,

tidak memperhatikan penjelasan dari guru dan kurang antusias ketika

pembelajaran akan berlangsung.

Selain itu kegiatan belajar kurang mendapat perhatian dari sebagaian

siswa, hal ini terlihat ketika ada pembagian tugas kelompok hanya beberapa

siswa yang mengerjakan dengan sungguh-sungguh, sedangkan siswa yang lain

hanya ribut, sibuk bercerita dengan teman-temannya, hanya beberapa

24
siswa yang mengerjakan tugas dengan sungguh-sugguh. Sedangkan siswa

yang lain hanya ribut, sibuk bercerita dengan sesama kelompok dan tidak

jarang mereka melakukan aktifitas atau kesibukan yang lain yang tidak ada

hubungannya dengan tugas yang diberikan oleh guru. Para siswa tersebut

hanya mengandalkan temanya yang lain untuk mengerjakan tugas mereka. Ini

membuktikan bahwa tanggung jawab siswa terhadap tugas sangat kurang.

B. Subjek Penelitian

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas VII B SMPN 3 Rote

Timur, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao yang dimulai tanggal 2

November sampai 9 November 2015.

a. Siklus 1 tanggal 2 November sampai 4 November 2015 mata pelajaran

IPS mulai pukul 07.15-08.35 WIB.

b. Siklus 2 tanggal 9 November sampai 11 November 2015 mata pelajaran

IPS dimulai pukui 07.15- 08.35.

Perbaikan pembelajaran ini denga materi pokok kehidupan pada masa

pra aksara di Indonesia dilaksanakan di kelas VII B SMPN 3 Rote Timur.

Jumlah siswa kelas VII B ada 21 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan

14 siswa perempuan.

Rata- rata siswa kelas VII B, dalam proses belajar mengajar kurang

dapat berkonsentrasi, sebagian besar kurang aktif dalam mengikuti pelajaran,

siswa kurang motivasi terhadap materi Kehidupan pada masa pra aksara di

Indonesia, Selain itu anak kurang menyadari pentingnya pendidikan, ini

didukung dengan latar belakang orang tua yang rata-rata sebagai pedagang

25
pasar, buruh, kuli bangunan, buruh tani dan sebagainya, sehingga anak-anak

kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua.

C. Deskripsi Per-Siklus

Dalam pelaksanaan perbaikan pembeajaran untuk meningkatkan

efiktivitas hasil belajar siswa, maka peneliti mengembangkan rencana

penelitian tindakan kelas berupa peggunaan alat peraga peta yang

dilaksanakan di dalam kelas. penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu masing-

masing siklus terdiri dari perencanaan. Pelaksanaan, tindakan, pengamatan,

dan refleksi.

Siklus 1 :

1. Perencanaan

a) Identifikasi masalah dan perumusan masalah.

Mengidentifikasikan masalah dan merumuskan masalah ini, penulis

berkolaborasi dengan beberapa teman sejawat dan pembimbing untuk

mengungkapkan dan memperjelas permasalahan yang penulis

hadapi, untuk dicarikan jalan keluar yang tepat sampai diperoleh

hasil yang memuaskan

b) Membuat recana perbaikan pembelajaran yang berupa skenario

pembelajaran/langkah-langkah pembelajaran, penekanan pada

penggunaan alat peraga peta

c) Menyiapkan alat peraga yang diperlukan peta, dan gambar-gambar

manusia purba dan manusia modern

d) Menyusun alat observasi sebagai panduan bagi pengamat

26
dalam mangamati pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran.

e) merencanakan alat alat evaluasi yang berupa tes formatif

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai

dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebagai berikut :

a) Memfokuskan perhatian dan motifasi siswa, apersepsi,

informasi kompetensi dasar, manfaat materi bahan ajar, serta rencana

aktifitas pembelajaran.

b) Guru memperlihatkan gambar manusia purba yang dipajang dipapan

tulis kepada seluruh siswa, kemudian guru menjelaskan materi

pelajaran denagan diselingi pemberian kesempatan kepada siswa

untuk bertanya, atau guru menyampaikan pertanyaan kepada siswa

yang kemudian siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan baik pertanyaan dari guru maupun dari siswa

c) Guru menggunakan kertu nomor yang telah dipersiapkan untuk

melakukan pemanggilan guna menentukan giliran yang menjawab,

agar setiap saat siswa selalu siap untuk menjawab pertanyaan

d) Guru memerintah siswa untuk membuat peta penemuan manusia

purba di Indonesia

e) Dengan bimbingan guru siswa minyimpulkan materi pelajaran

f) Pos test

3. Pengamatan

a) Pengamat mengamati jalanya proses pembelajaran dan perhatian

di pusatkn pada kegiatan guru dalam menerapkan pemanfaatan alat

27
peraga peta dan gambar pada saat pembelajaran

b) Pengamat mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran

termasuk hasil belajar yang di capai siswa

Hasil pengamatan terhadap guru saat berlangsungnya proses

pembelajaran diperoleh sebagai berikut:

a. Guru sudah memberikan motivasi dengan baik kepada siswa

b. Guru sudah memunculkan pertanyaan dengan baik untuk memancing

interpretasi siswa

c. Guru menghargai jawaban yang disampaikan siswa

d. Guru sudah membimbing siswa ketika siswa belum dapat menjawab

pertanyaan dengan benar dari guru atau dari siswa lain

e. Guru sudah banyak memberikan pertanyaan yang dapat memancing

siswa untuk menarik kesimpulan

f. Guru sudah banyak memberikan motivasi agar siswa

bersemangat mengikuti pelajaran ,termasuk memberi jok-jok kecil

untuk mengurangi kejenuhan siswa

Sedang dari pengamatan siswa saat berlangsungnya proses

pembelajaran diperoleh temuan sebagai berikut:

a. Motivasi dan semangat belajar siswa bertambah pada saat proses

belajar mengajar berlangsung

b. Siswa memahami penjelasan guru dengan baik

c. Kemampuan siswa dalam memahami materi kehidupan pada masa pra

aksara di Indonesia sudah meningkat

d. Kemampuan siswa dalam menjelaskan materi jenis-jenis manusia

28
purba meningkat

e. Siswa sudah mulai aktif dalam mengikuti pelajaran

f. Siswa sudah mulai berani dan bisa menunjukkan lokasi diketemukanya

fosil manusia purba pada peta

g. Perolehan hasil evaluasi meningkat

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan kerja sama dengan teman

sejawat dan berkonsultasi pada dosen pembimbing untuk mengkaji

temuan-temuan, baik mengenai kekurangan maupun kelebihan poses

perbaikan pembelajaran siklus 1. Dari hasil diskusi diperoleh hasil

sebagai berikut:

Secara garis besar guru sudah menerapkan penggunaan peta

dan gambar sebagai bahan pembelajaran dengan baik

a) Guru belum menggunakan peta sebagai pembelajaran bervariasi,

sehingga penjelasan guru masih verbalisme.

b) Peran guru masih terlalu dominan dalam proses pembelajaran,

tetapi siswa sudah terlibat aktif dalam pembelajaran

Selanjutnya, hasil-hasil refleksi siklus 1 tersebut dipergunakan

untuk menyusun langkah-langkah perbaikan pembelajaran pada siklus 2

Siklus 2 :

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, peneliti menyusun

rencana perbaikan pembelajaran siklus 2 yang terdiri empat tahapan yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

29
1. Perencanaan

a) Pada saat mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah peneltii

meminta bantuan kepada teman sejawat dan berkonsultasi pada

pembimbing dalam mengungkapkan dan memperjelas masalah yang

peneliti hadapi untuk mencari jalan keluarnya masalah

b) Membuat rencana pembelajaran yang memfokuskan pada

pemanfaatan alat peraga peta sebagai bahan pembelajaran

c) Menyusun alat observasi sebagai paduan bagi pengamat untuk

mengobservasi proses pembelajaran

d) Merancang alat evaluasi hasil belajar (post-test)

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran yang

telah dibuat sebagai berikut:

a) Untuk menarik perhatian siswa guru bertanya kepada siswa

mengapa negara Australia berpenduduk orang yang berkulit putih

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan materi

tentang kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia

c) Dengan menggunakan metode ceramah yang diselingi tanya jawab

(guru sering memberikan kesempatan bertanya atau guru yang

bertanya) guru menerangkan materi pelajaran

d) Guru menunjukkan peta Asia kemudian siswa melakukan diskusi kecil

dengan teman satu bangku untuk menentukan asal dan jalur

kedatangan nenek moyang bansa Indonesia

e) Dengan dasar undian siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan

30
teman satu bangkunya mengenai asal-usul nenek moyang bangsa

Indonesia dan jalur yang dilaluinya

f) Siswa menggambar peta asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan

jalur yang dilalui mereka

g) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran

h) Pos test.

3. Pengamatan

a) Pengamat mengamati proses pembelajaran dan perhatian dipusatkan

pada kegiatan guru dalam menggunakan alat peraga peta

dalam proses pembelajaran

b) Pengamat mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran

termasuk hasil yang di capai siswa

Dari hasil pengamatan terhadap guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung diperoleh temuan sebagai berikut:

a. Guru sudah secara jelas menyampaikan tujuan dan tugas yang harus

dikerjakan siswa

b. Penyampaian materi tidak lagi secara verbal karena guru sudah

menggunakan media gambar yang bervariasi serta peta, sehingga dapat

memuadahkan siswa dalammemahami materi yang disampaikan

c. Guru sudah memberikan kesempatan siswa untuk bertanya

d. Guru sudah memberikan bimbingan kepada siswa dalam mengerjakan

tugasnya

e. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyampaikan pendapatnya apabila ada siswa yang bertanya

31
Sedangkan dari pengamatan terhadap siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung, diperoleh temuan sebagai berikut :

a. Kemampuan siswa dalam menemutunjukkan lokasi penemuan

fosil manusia purba pada peta meningkat

b. Siswa sudah dapat menunjukan lokasi suatu tempat dengan baik

c. Siswa mau bertanya tentang materi yang belum jelas

d. Sebagian besar siswa telah terlihat aktif dalam mengikuti pelajaran

e. Siswa telah berani mengemukakan pendapat atau bertanya yang

kaitanya dengan materi pelajaran

4. Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II

penulis bekerja sama dengan teman sejawat dan pembimbing dalam dalam

melakukan refleksi diri dan dari hasil diskusi diperoleh refleksi sebagai

berikut:

a. Secara garis besar guru telah menggunakan media dan

pendekatan pembelajaran dengan baik

b. Guru sudah melibatka siswa dalam pembelajaran dengan baik,dan

peranya sudah tidak teralu dominan

Hasil evaluasi belajar yang dicapai siswa pada siklus 2 tingkat

ketuntasan klasikal sudah memenuhi kriteria keberhasilan. Hal tersebut

terbukti dari semua siswa kelas VII b SMP Negeri 3 Rote Timur yang

terdiri dari 21 (Dua Puluh Satu) siswa dapat lulus Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) dengan nilai rata-rata 84. Dengan demikian proses

perbaikan pembelajaran dapat dikatakan telah berhasil. Selanjutnya dari

32
hasil siklus 2 ini penulis pergunakan dalam menyusun Penelitian

Tindakan Kelas (PTK).

Perolehan data sebelum perbaikan siklus I dan perbaikan siklus 2

pada materi pokok kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia, mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosia disajikan pada data berikut ini:

Table 1 : Hasil Evaluasi Prasiklus

No Nama Nilai Tuntas/ Belum Tuntas

1 Aldino J. Bulan 60 Belum Tuntas


2 Alfred N. Bulan 60 Belum Tuntas
3 Asri Lapa 60 Belum Tuntas
4 Filowati S. Baba 70 Tuntas
5 Henderina Johannis 80 Tuntas
6 Ilohim W. Johannis 60 Belum Tuntas
7 Jakoba Meno 40 Belum Tuntas
8 Marlin Matasina 50 Belum Tuntas
9 Marsalinda Bokomau 40 Belum Tuntas
10 Marsi A. Nadek 60 Belum Tuntas
11 Merianti R. Meno 70 Tuntas
12 Kristo Tuahana 50 Belum Tuntas
13 Sandra A. Akulain 40 Belum Tuntas
14 Santri N. Bulan 50 Belum Tuntas
15 Sepriadi R. Lami 80 Tuntas
16 Stefrin V. Sura 70 Tuntas
17 Wasti Lami 60 Belum Tuntas
18 Yanti J. Fanggi 70 Tuntas
19 Yodia E. Faah 30 Belum Tuntas
20 Yongki S. Faah 30 Belum Tuntas
21 Yurni Doroh 40 Belum Tuntas
Rata-rata 56

33
Tabel 2
Hasil evaluasi mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosisal

Sebelum perbaikan
No Nilai Jumlah Siswa
1 0 – 40 6
2 41- 50 3
3 51 – 60 6
4 61 – 70 4
5 71 – 80 2
6 81 – 90 0
7 91 – 100 0

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran sebelum perbaikan menyatakan bahwa hasil dari tes

formatif sejumlah 21 siswa yang mendapat 0-40 adalah 6 orang, 41-50

sebanyak 3 orang, 51-60 sebanyak 6 orang, 61-70 sebanyak 4 orang, 71-

80 sebanyak 2 orang. Nilai rata-rata Ilmu Pengetahuan Sosial sebelum

perbaikan (pra siklus) adalah 56.

Table 3

Hasil Evaluasi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Perbaikan Pembelajaran

Siklus 1

No Nilai Jumlah siswa


1 0 – 40 1
2 41- 50 2
3 51 – 60 10
4 61 – 70 6
5 71 – 80 1
6 81 – 90 1
7 91 – 100 0

34
Table 4 Hasil Evaluasi Siklus 1

NO NAMA NILAI Tuntas/Belum Tuntas


1 Aldino J. Bulan 60 Belum Tuntas
2 Alfred N. Bulan 80 Tuntas
3 Asri Lapa 70 Tuntas
4 Filowati S. Baba 70 Tuntas
5 Henderina Johannis 70 Tuntas
6 Ilohim W. Johannis 70 Tuntas
7 Jakoba Meno 50 Belum Tuntas
8 Marlin Matasina 60 Belum Tuntas
9 Marsalinda 40 Belum Tuntas
10 Marsi A. Nadek 70 Tuntas
Bokomau
11 Merianti R. Meno 60 Belum Tuntas
12 Kristo Tuahana 60 Belum Tuntas
13 Sandra A. Akulain 50 Belum Tuntas
14 Santri N. Bulan 60 Belum Tuntas
15 Sepriadi R. Lami 90 Tuntas
16 Stefrin V. Sura 70 Tuntas
17 Wasti Lami 60 Belum Tuntas
18 Yanti J. Fanggi 60 Belum Tuntas
19 Yodia E. Faah 60 Belum Tuntas
20 Yongki S. Faah 60 Belum Tuntas
21 Yurni Doroh 60 Belum Tuntas
Rata-rata 63

Dari data yang diperoleh mennjukan bahwa kurva pelaksanaan

pembelajaran sebelum perbaikan menyatakan sebagai berikut : dari

hhasil tes formatif sejumlah 21 siswa yang mendapat 0-40 sebanyak 1

siswa, 2 siswa mendapat nilai antara 41-50, 10 orang mendapat nilai

antara 51-60, 6 siswa antara 61-70, 1 siswa mendapat nilai antara 71 –

80, dan 1 siswa mendapat nilai antara 81-90, Nilai rata-rata yang

diperoleh siswa pada perbaikan pembelajaran siklus 1 adalah 63.

35
Tabel 5 hasil evaluasi sikus 2

Tuntas
NO NAMA NILAI
Belum Tuntas
1 Aldino J. Bulan 80 Tuntas
2 Alfred N. Bulan 90 Tuntas
3 Asri Lapa 80 Tuntas
4 Filowati S. Baba 80 Tuntas
5 Henderina Johannis 100 Tuntas
6 Ilohim W. Johannis 80 Tuntas
7 Jakoba Meno 70 Tuntas
8 Marlin Matasina 70 Tuntas
9 Marsalinda Bokomau 70 Tuntas
10 Marsi A. Nadek 90 Tuntas
11 Merianti R. Meno 90 Tuntas
12 Kristo Tuahana 80 Tuntas
13 Sandra A. Akulain 80 Tuntas
14 Santri N. Bulan 80 Tuntas
15 Sepriadi R. Lami 90 Tuntas
16 Stefrin V. Sura 90 Tuntas
17 Wasti Lami 90 Tuntas
18 Yanti J. Fanggi 80 Tuntas
19 Yodia E. Faah 90 Tuntas
20 Yongki S. Faah 90 Tuntas
21 Yurni Doroh 90 Tuntas
Rata-rata 84

Table 6
Hasil Evaluasi Mata Pelajaran Ilmu Pengetaahuan Sosial Perbaikan Pembelajaran

Siklus 2

No Nilai Jumlah Siswa


1 0 – 40 0
2 41- 50 0
3 51 – 60 0
4 61 – 70 3
5 71 – 80 8
6 81 – 90 9
36
7 91 – 100 1
Data yang deperoleh menunjukkan bahwa kurva pelaksanaan

perbaikan siklus 2 menyatakan sebagai berikut: sebanyak 3 siswa

memperoleh nilai 61- 70, 8 siswa mendapat nilai 71 – 80, 9 siswa

mendapat nilai 81 – 90, dan 1 siswa mendapat nilai 90 – 100, dengan

nilai rata-rata 84

Melihat table 1, 2, dan 3 hasil perolehan data pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diketahui, telah terjadi peningkatan

hasil belajar dari hasil sebelum perbaikan.

Tabel 7

Rekaitulasi Hasil Evaluasi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sebelum

Perbaikan, siklus 1, dan siklus 2

NILAI HASIL EVALUASI


NO
SEBELUM
NILAI SIKLUS 1 SIKLUS 2
PERBAIKAN
1 0-40 6 1 -

2 41-50 3 2 -

3 51-60 6 10 -

4 61-70 4 6 3

5 71-80 2 1 8

6 81-90 0 1 9

7 91-100 0 0 1

JUMLAH

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dalam materi pelajaran

kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia dengan menggunakan alat

peraga peta pada pembelajaran, pada mata pelajaran Ilmu

37
Pengetahuan Sosial kelas VII b semester ganjil di SMPN 3 Rote

Timur, Kecmatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao Tahun Pelajaran

2015/2016 ini dapat berhasil dengan baik karena berkat kerja sama

antara penulis dengan teman sejawat, konsultasi kepada

pembimbing, mengkaji berbagai sumber yang memuat teori belajar

mengajar yang berkaitan dengan tindakan yang penulis ambil dalam

perbaikan proses pembelajaran. Tindakan perbaikan pembelajaran yang

penulis lakukan pada setiap siklus yang terkait dengan teori belajar para

ahli adalah sebagai berikut:

Siklus 1

Fokus peneliti pada siklus 1 adalah dengan memanfaatkan alat

peraga peta dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaanya guru telah dapat

memanfaatkan alat peraga ini dengan baik. Metode dan alat peraga

berfungsi dengan baik. Metode dan alat alat berfungsi sebagai

jembatan atau media informasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin

dicapai. Metode dan alat yang digunakan harus betul-betul sesuai agar

pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efissien (Nana

Sudjana,1989;29)

Peta adalah gambar atau lukisan pada kertas dan

sebagainya yang menunjukan letak tanah, laut ,sungai, gunung da

sebagainya. KBBI (1995;763). Menurut Shofyanis dkk (1994;9) Peta

dalah gambaran konfensional permukaan bumi yang dilukiskan

pada skala tertentu, digambarkan pada bidang datar jika dilihat dari

atas, peta yang baik memiliki syarat-syarat antara lain judul peta, tahun

38
pembuatan peta, skala peta, petunjuk arah dan legenda.

Judul peta hendaklah mencerminkan isi dan tipe

peta ,maksudnya mencerminkan jenis data apa yang digambarkan

dalam suatu peta. Misalnya jika yang digambarkan adalah penyebaran

penduduk, maka judulnya adalah peta penyebaran penduduk (dalam

Nurhadi 2002;12) pengetahuan dan ketrampilan akademis dalam

berbagai latar di sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan

persoalan yang ada di dunia nyata . Nurhadi (2004;13) menyimpulkan

bahwa pembelajaran kontektual adah konsep belajar pada saat guru

menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peseta didik

menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapan dalam kehidupan sehari-hari

Penerapan metode ini guru juga sudah menerapkan pendekatan

ini dengan baik, penerapan pendekatan ini guru juga sudahsesuai dengan

teori Mujianto. Dalam teorinya dikemukakan bahwa konsep belajar

yang membantu guru mengikuti antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nani

Rosdi, 2004:4)

Selain itu dengan variasi metode dan media pembelajaran yang

langsung di perlihatkan pada siswa, siswa menjadi tidak cepat

bosan dan jenuh mengikuti proses pembelajaran. Hal ini juga terkait

dengan teori dan Zoolton P. Dienes. Menurut teorinya anak-anak akan

39
dapat memhami secara penuh suatu konsep dengan menggunakan

berbagai kajian dari pada hanya menggunaan satu kajian saja (Arim,

dkk,1992: 2).

Terbukti penggunaan alat peraga peta dalam pelajaran IPS untuk

menyampaikan materi tentang Kehidupan padamasa pra aksara di

Indonesia dapat meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa terhadap

materi kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia kelas VII b

semesater ganjil. Hal tersebut terbukti pada pertemuan sebelum

perbaikan siswa yang tuntas hanya 6 siswa (28,57%) dari 21 siswa.

Pada perbaikan pembelajaran siklus 1 yang tuntas belajar

meningkat menjadi 8 siswa (38,09%) dari 21 siswa. Masih ada 7 siswa

(33,33%) yang belum tuntas belajarnya, karena guru belum

menggunakan metode dan media yang bervariasi yaitu pembentukan

kelompok diperkecil tiap kelompok satu alat peraga. Dengan demikian

harus diaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus II.

Siklus 2

Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan peta

atlas dan globe dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi

pembelajaran. Terbukti pada pertemuan sebelum perbaikan siswa yang

tuntas hanya 6 siswa (28,57%). Pada pertemuan perbaikan pembelajaran

siklus 1 yang tuntas menjadi 8 siswa (38.09%) dan pada pertemuan

perbaikan siklus 2 semua siswa tuntas belajar yaitu 21 siswa atau

100%.

Penggunaan alat peraga peta dalam pembelajaran materi

40
Kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia dapat meningkatkan hasil

pembelajaran.

Teori Burner (dalam Erman, 2001) yang mengemukakan bahwa

siswa akan belajar efektif jika memanipulasi benda kongkrityang secara

intuitif akan melekat pada diri siswa. Pembelajaran menurut Burner

dengan menggunakan pendekatan spiral di mulai dari hal yang kongkrit

ke abstrak dari hal yang sederhana ke hal yang komplek, dari hal yang

mudah ke hal yang sulit. Ini berarti bentuk spiral tersebut vertikal dari

bawah ke atas mulai dari diameter kecil dan makin membesar.

Rata-rata siswa pada kelas eksperimen bersikap positif terhadap

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Selain itu Piaget

dalam (Erman, 2001) mengemukakan bahwa pada usia ini siswa baru

memiliki kemampuan berfikir kongkrit yang berarti bahwa mereka bisa

belajar secara bermakna (meaningfull) jika menggunakan benda

kongkrit dari dunia mereka. Oleh karena itu, hindarilah pembelajaran

yang sifatnya dominan verbal agar tidak verbaistis.

41
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian dan pembahasan didepan dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga peta,

atlas dan gambar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran IPS kelas VII b SMP Negeri 3 Rote Timur, Kecamatan Rote Timur,

Kabupaten Rote Ndao. Pada tindakan siklus 1 nilai rata-rata siswa dari 56

menjadi 63 disamping itu dalam kegiatan pembelajaran siswa semakin aktif,

kreatif, dan bersemangat.

Pada siklus II nilai rata- ratasiswa meningkat dari 63 menjadi

84, disamping itu juga aktifitas dan kreatiftas belajar anak semakin

meningkat, bahkan anak semakin berani bertanya tentang materi yang

diajarkan.

Dari tingkat ketuntasan belajar menunjukkan pada siklus 1 hanya 6

orang yang tuntas dar 21 siswa (28,57%) namun setelah siklus 1 siswa yang

tuntas mencapai 8 siswa (38,09%) dan siklus II siswa yang tuntas mencapai

21 siswa ( 100%).

42
B. Saran

Guru dalam usaha meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran

IPS seyogyanya menggunakan alat peraga dan guru perlu meningkatan

kreatifitasnya dalam memilih, menentukan dan menyiapkan alat peraga yang

sesuai dengan materi pelajaran dalam proses pembelajaran dalam proses

pembelajaran melibatkan siswa secara aktif.

43
DAFTAR PUSTAKA

Awwaludin dkk, 2009. Statistik Pendidikan. Dirjen Dikti Depdiknas

Depdibud, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka

Madya, Suswarsih, 1994. Panduan Penelitian Tindakan, Yogyakata: Lembaga

Penelitian IKIP.

Nabisi Lapono dkk, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Dirjen Diki

Depdiknas

Sriyono, 1992. Teknik Belajar mengajar dalam CBSA Jakarta, Rineka Cipta

44
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAH

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PETA

PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 3 ROTE TIMUR

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

OLEH

YESRI SUEK, S.Pd


NIP: 19830609 200904 1 002

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLARAGA

KABUPATEN ROTE NDAO

SMP NEGERI 3 ROTE TIMUR

45
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian ini telah disetujui dan disyahkan untuk melengkapi

perpustakaan Sekolah Menengah Pertama dan diajukan sebagai salah satu Karya

Ilmiah untuk Penetapan Angka Kredit Jabatan Guru pada Golongan IIIc ke IIId.

Sotimori, ………………………..
Kepala Sekolah
SMP Negeri 3 Rote Timur Penulis,

Simon Lima Yesri Suek, S.Pd


NIP. 19570104 198403 1 006 NIP. 19830609 200904 1 002

i
46
ABSTRAK

…………, 2016. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Sejarah Dengan

Menggunakan Alat Peraga Peta Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Rote

Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Alat Peraga, IPS, Peta

Masalah dalam penelitian adalah “Apakah penggunaan alat peraga peta

pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII b

SMP Negeri 3 Rote Timur. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk

meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII b SMP Negeri 3

Rote Timur dengan menggunakan alat peraga peta, dan atlas. Metode

pengumpulan dan menggunakan metode penelitian tindaka kelas, yaitu dengan

melakukan tindakan berupa menggambarkan alat peraga peta, atlas dan globe,

dalam pelajaran IPS materi pokok peninggalan sejarah dan menggunakan

observasi yaitu untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran

kemudian digunakan sebagai masukan dalam rangka mempebaiki pembelajaran,

serta menggunakanalat peraga peta, atlas dan globe, pada mata pelajaran IPS di

kelas VII b SMPN 3 Rote Timur. Kesimpulan dari peneliitian menunjukkan

bahwa penggunaan alat peraga peta, atlas dan globe dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VII b SMPN 3 Rote Timur, Pada

tindakan siklus I mampu meningkatkan prestasi siswa dari nilai rata-rata 56

menjadi 63 dan pada siklus II meningkat menjadi 84.

47
ii

iv

48
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah yang maha kuasa, hanya

dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas

penyusunan karya ilmiah dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS

Sejarah Dengan Menggunakan Alat Peraga Peta Pada Siswa Kelas VII B SMP

Negeri 3 Rote Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016”, penulisan

karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah

dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi

teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka

pembinaan karya ilmiah remaja.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna

untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

selalu penulis harapkan.

Penulis

iii
49
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ....................................................................................... i

Abstrak ............................................................................................................. ii

Kata Pengantar ................................................................................................. iii

Daftar Isi .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 3

D. Manfaat Penelitian.............................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian IPS.................................................................... 5

B. Pengetian Sejarah (Etimologis).......................................... 6

C. Pengertian Prestasi Belajar................................................. 13

D. Pengertian Alat Peraga........................................................ 17

E. Kerangka Berpikir............................................................... 18

F. Hipotesis Tindakan.............................................................. 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian................................ 19

B. Desain dan Bentuk Penelitian............................................. 19

C. Strategi Penelitian ............................................................. 20

D. Prosedur Penelitian ............................................................ 22

E. Sumber Data ...................................................................... 22

iv
50
F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .................................. 22

G. Analisis Data....................................................................... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskrispsi Kelas Prasiklus.................................................. 24

B. Subjek Penelitian................................................................ 25

C. Deskripsi Per-Siklus.......................................................... 26

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 42

B. Saran-saran ........................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 44

v
51

Anda mungkin juga menyukai