Resume Metolit VII
Resume Metolit VII
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6
DOSEN PEMBIMBING :
Drs. H Yarman, M.Pd
JURUSAN MATEMATIKA
TAHUN 2018
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah penduduk.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 117).
Menurut Nazir (1983: 327) mengatakan bahwa populasi adalah berkenaan dengn data
bukan barang atau bendanya. Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi yang
menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian.
Sedangkan Riduwan (2002: 3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari
karakteristik atau unit hasil pengukuran menjadi objek penelitian.
Prof. Dr. Sugiyono (2010) menegaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar dalam
pengertian antara “populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, populasi di artikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi itu misalnya
penduduk di wilayah tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya.
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
keseluruhan karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek/subyek itu. Sedangkan sampel adalah
bagian dari populasi itu, apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulan akan diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili).
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menggunakan
istilah situasi sosial, yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat, pelaku dan aktifitas yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek
penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya, misalnya rumah berikut
keluarga dan aktifitasnya. Situasi sosial tidak hanya terdiri dari tiga elemen tersebut, tetapi
bisa juga berupa peristiwa alam, binatang, tumbuh-tumbuhan dan sejenisnya. Sedangkan
sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber,
partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif,
juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif
adalah untuk menghasilkan teori.
Menurut Drs. S. Margono (2004), Populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi
berhubungan dengan data, bukan manusianya. Jika manusia memberikan suatu data, maka
banyaknya atau ukuran populasi akan sama banyaknya dengan ukuran manusia.
Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri populasi
tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-rata, bentengan, rata-rata
simpangan, variansi, simpangan baku sebagai parameter populasi. Parameter suatu populasi
adalah tetap nilainya, jika nilainya berubah, maka populasinyapun berubah.
Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian
yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes,
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam
suatu penelitian (Hadari Nawawi, 1993:141).
Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa populasi
(universe) atau sampel.
Menurut Drs. S. Margono (2004), populasi dapat di bedakan sebagai berikut:
(berdasarkan penentuan sumber data)
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas
kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas. Misalnya
5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan karakteristik: masa kerja 2
tahun, lulusan program strata 1, dan lain-lain.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat
di temukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat di nyatakan dalan bentuk jumlah
secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti harus dihitung jumlahnya
sejak guru pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang. Dalam keadaan
seperti itu jumlahnya tidak dapat di hitung, hanya dapat di gambarkan suatu jumlah
objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang,
dahulu, sekarang, dan yang akan menjadi guru. Populasi ini di sebut juga parameter.
Selain itu, populasi dapat di bedakan ke dalam hal berikut ini:
a. Populasi teoritis (Theoritical Population), yakni sejumlah populasi yang batas-
batasnya di tetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku juga
bagi populasi yang lebih luas, maka di tetapkan terdiri dari guru; berumur 25 tahun
sampai 40 tahun, program S1, jalur tesis, dll.
b. Populasi yang tersedia (Accessible population), yakni sejumlah populasi yang
secara kuantitatif dapat di nyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di
kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah di tetapkan
dalam populasi teoritis.
Di samping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus di bedakan ke dalam sifat
berikut ini: (berdasarkan kompleksitas objek populasi)
a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat
yang sama, sehingga tidak perlu di persoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya,
seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup
mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu mengambil satu botol darah,
karena baik setetes maupun satu botol hasilnya akan sama saja.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki
sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu di tetapkan batas-batasnya, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya
manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang
heterogen.
Dilihat dari jumlahnya, populasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Populasi Target adalah populasi yang direncanakan dalam rencana penelitian.
Populasi target ini dapat berupa jumlah guru atau jumlah objek yang ditetapkan oleh
peneliti atau yang ada secara pasti dikantor wilayah yang ada.
b. Populasi Contoh atau Populasi Sampel ( populasi penelitian) adalah populasi dari
mana suatu contoh atau sampel benar-benar diambil.
Menurut Arikunto (2006:130) jika dilihat dari segi jumlah populasi dapat dibedakan
antara lain:
a. Jumlah terhingga, yang terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu.
contohnya:
1) Semua orang yang terdaftar dalam Angkatan Laut pada hari tertentu.
2) Semua televisi dari tipe yang sama yang diproduksi oleh suatu pabrik dalam satu
tahun tertentu.
3) Semua mahasiswa yang terdaftar mengambil matakuliah tertentu.
b. Jumlah tak hingga, terdiri dari elemen yang sulit dicari jumlahnya, seperti jumlah
penonton sebuah stasiun tv, semua jenis senjata yang diperbolehkan oleh undang-
undang, dan sebagainya.
Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada pupulasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
daapat menuggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi betul-betul
representatif (mewakili).
Masalah sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut ini :
a. Penelitian bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah
populasi sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.
b. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil –hasil kepenelitiannya,
dalam arti menegakkan kesimpulan –kesimpulan kepada objek, gejala atau kejadian
yang lebih luas.
Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel beikut ini:
a. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya
tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama
sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga
dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk
mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar
diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
b. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki.
Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih –lebih
bila objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu
cara untuk mengurangi biaya.
c. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian
populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan
kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih
cepat.
d. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat
merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari
tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin
mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan
hanya pada sampel.
e. Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung
jawabkan. Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis
data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi
peneliti akan menjadi bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu
semua,penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
f. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah kegunaan
dari hasil penelitian sepadan dengan biaya,waktu, dan tenaga yang telah dikeluarkan?
Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel
pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi (Sudjana, 1975:159-
161); ( Hadari Nawawi,1923: 146-148).
Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan
yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil.
suatu hal yang perlu diperhatikan adalaha keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi.
Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan,
sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbanagna pengambilan sampel harus
memperhatikan hal :
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori.
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusahakan.
Penetapan jumlah sampel yang terlalu banyak selalu lebih baik dari pada kurang
(oversampling is always better than undersampling). Namun demikian ada cara untuk
memperoleh sampel minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:
n ≥ pq z 1/ 2 a 2
keterangan :
n = jumlah sampel
≥ = sama dengan atau lebih besar
P = proporsi populasi persentase kelompok pertama
q = proporsi sisa di dalam populasi
z1/2=derajat koefisien konfidensi pada 99% 95 %
b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalammenentukansampel.
Contoh :
Jika diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan D3 di jateng adalah 400.000 orang.
Diantara mereka yang tinggal didaerah pedesaan (luar kota) sebanyak 50.000 orang. Bebrapa
sampel yang perlu diselidki dalam rangka mengunggkapkan hambatan penanaman disiplin
disekolah di wilayah masing-masing.
Perhitungan:
F = 50.000 X 100 % = 12,5 % atau P = 0,125
400.000
q = 1,00 -0,125 = 0,875
Z 1/2= 1,96 (pada derajat konfidensi 99% atau 0,05)
B= 5 % atau 0,05
Dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :
0,05
0,02
n > 1.740,21 dibulatkan 1.740 orang.
Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka variasi p dan q
dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 X 0,50 = 0,25)uku
Ran sampel yang harus diselidiki :
2
n ≥ 0,25 1,96
0,05
n ≥ 384.
Sampel yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang representatif,
artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara
maksimal walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah contoh yang diambil dari sebagain
populasi penelitian yang dapat mewakili populasi. Walaupun yang diteliti adalah
sampel, tetapi hasil penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau
kesimpulan penelitian digeneralisasikan terhadap populasi. Yang dimaksud
menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel sebagai
sesuatu yang berlaku bagi populasi.
B. Kiteria Sampel Representatif
Sampel yang representatif adalah sampel yang benar-benar dapat mewakili dari seluruh
populasi. Jika populasi bersifat homogen, maka sampel bisa diambil dari populasi yang mana
saja, namun jika populasi bersifat heterogen, maka sampel harus mewakili dari setiap bagian
yang heterogen dari populasi tersebut sehingga hasil penelitian dari sampel dapat terpenuhi
terhadap setiap anggota populasi.
Menurut Arikunto (2006:133) kita boleh mengadakan penelitian sampel bila subyek
didalam populasi benar-benar homogen. Apabila subyek populasi tidak homogen, maka
kesimpulannya tidak boleh diberlakukan bagi populasi. Sebagai contoh populasi yang
homogen adalah air teh dalam sebuah gelas. Kita ambil sampelnya sedikit dengan ujung
sendok dan kita cicip. Jika rasanya manis, maka kesimpulan dapat digeneralisasikan untuk air
teh keseluruhan dalam gelas. Berarti kesimpulan bagi sampel berlaku untuk populasi.
Populasi atau sampel dapat berupa makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan
dan dapat pula berupa benda mati atau benda tak hidup, seperti gejala alam, air, tanah, udara,
nilai dan sebagainya. Populasi mempunyai berbagai sifat, seperti ada populasi yang homogen,
bertingkat, berkelompok dan sebagainya. Oleh karena itu timbul pula berbagai macam teknik
pengambilan sampel.
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang
benar-benar dapat menggambarkan keadaan populasi yang sesungguhnya atau dapat juga
dikatakan sampel haruslah representatif (mewakili) populasi. Menurut Nasution (1987:115)
memilih suatu jumlah tertentu untuk diselidiki dari keseluruhan populasi disebut sampling.
Jadi, dapat disimpulkan syarat data sampel yang baik, yaitu:
a. Obyektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya),
b. Representatif (mewakili keadaan yang sebenarnya),
c. Memiliki variasi yang kecil, dan
d. Tepat Waktu dan Relevan.
1. Suatu sampel yang baik harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga dapat
menjaga kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang memadai bergantung
kepada sifat populasi dan tujuan penelitian. Penentuan jumlah sampel bergantung
pada faktor variabilitas populasi. Semakin homogen karakteristik populasi, semakin
sedikit ukuran sampel yang dibutuhkan, dan sebaliknya.
2. Penelitian yang baik adalah penelitian yang hasilnya sangat akurat. Dengan hasil yang
akurat dapat dirumuskan simpulan yang akurat pula. Sehingga terdapat hubungan,
semakin besar sampel, akan semakin kecil kemungkinan kekeliruan dalam penarikan
kesimpulan tentang populasi.
3. Kepadanan tenaga, kecukupan waktu, sarana teknis penunjang, serta kecukupan
logistik penunjang. Keterbatasan keadaan tersebut dapat mempengaruhi besarnya
sampel yang digunakan.
Selain bersifat representatif, sampel dipersyaratkan tidak mengandung bias. Sampel
bersifat bias jika pemilihan sampel tidak didasarkan pada kriteria obyektivitas. Pemilihan
sampel dengan unsur subyektivitas dapat menyebabkan sampel berkeadaan bias. Sebagai
contoh: untuk meneliti tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan penghasilan rata-rata
perbulan yang hanya memberlakukan kalangan menengah ke atas dengan subyektiviatas
peneliti yang ingin menunjukkan bahwa masyarakat di daerah X telah mencapai
kesejahteraan yang baik. Bias juga dapat terjadi karena seleksi yang keliru.
Dengan memenuhi syarat representatif dan jumlah sampel yang memadai akan
meningkatkan validitas sampel terhadap populasi. Artinya, sampel dapat mengukur apa yang
seharusnya hendak diukur, dengan memiliki dua sifat, yaitu tingkat akurasi dan presisi yang
tinggi. Tingkat akurasi yang tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel.
Sedangkan presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik
populasi. Kedua hal ini akan diuraikan sebagai berikut ;
1. Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan "bias" (kekeliruan) dalam
sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin
akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya "bias" atau tematic variance yang maksudnya
adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau
tidak diketahui, yang menyobabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai
contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, laiu yang dijadikan sampel
adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias.
Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis.
2. Presisi, yakni terkait dengan persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi. Contoh : Dari populasi sebanyak 100 sopir taxi yang diinterview diperoleh
rata-rata penghasilan mereka perhari Rp300.000. Kemudian diambil sampel secara acak
sebanyak 30 orang (30% dari populasi) dan diperoleh rata-rata penghasilan mereka perhari
Rp295.000 rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada selisih antara rata-rata populasi dengan
rata-rata sampel sebesar Rp5,000. Selisih tersebut dapat dikatakan relatif kecil. Makin kecil
tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat
presisi sampel tersebut. Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Semakin kecil
perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku
dari populasi (Q), makin tinggi pula tingkat presisinya.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sampel dalam
suatu penelitian, yaitu:
1. Derajat keseragaman (degree of homogeneity) populasi.
Populasi homogen cenderung memudahkan penarikan sampel, sampai pada
menentukan besar kecil sampel yang dibutuhkan.
Semakin homogen populasi, maka semakin besar kemungkinan penggunaan
sampel dalam jumlah kecil. Pada populasi heterogen, kecenderungan
menggunakan sampel besar kemungkinan sulit dihindari, karena sampel harus
dipenuhi oleh wakilwakil unit populasi. Oleh karena itu, semakin kompleks atau
semakin tinggi derajat keberagamran, maka semakin besar pula sampel
penelitian.
2. Derajat kemampuan peneliti mengenal sifat-sifat khusus populasi.
Peneliti juga harus mampu mengenal ciri-ciri khusus populasi yang sedang atau akan
diteliti.
3. Presisi (ketaksamaan) yang dikehendaki penelitian.
Populasi penelitian amat besar, sehingga derajat kemampuan peneliti dalam mengenal
sifat-sifat populasi amat rendah. Oleh karenanya, apabila suatu penelitian
menghendaki derajat presisi yang tinggi, maka merupakan keharusan dari penelitian
itu menggunakan sampel dalam jumlah yang besar, karena derajat presisi menentukan
besar kecil sampel. Pada permasalahan ini, presisi juga tergantung pada tenaga, biaya,
dan waktu.
4. Penggunaan teknik sampling yang tepat. Penggunaan teknik sampling juga harus
betulbetul diperhatikan kalau mau mendapatkan sampel yang representatif. Salah
penggunaan teknik sampling berarti salah pula dalam memperoleh sampel. Suatu
contoh, pada populasi yang berstrata dengan ciriciri khusus, tidak mungkin sampel
diambil secara random, karena nantinya ada beberapa strata atau unitunit khusus yang
tak terwakili. Seharusnya populasi semacam itu mat bijaksana kalau digunakan teknik
nonrandom seperti strata sampling.
5. Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam
sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel,
makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah
populasi. Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic
variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan
karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor
cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui
rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang
terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias.
Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis.
2) Purposive sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa
seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi
penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota
sampling.
i. Judgment sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang
paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Misalnya untuk
memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh
suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik
untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih
sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai
information rich.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang
dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa
kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan,
maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik.
ii. Quota sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan
40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua
jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki
sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi,
teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak,
melainkan secara kebetulan saja.
Teknik non probability sampling merupakan cara pengambilan sampel yang pada
prinsipnya menggunakan pertimbangan tertentu yang digunakan oleh peneliti. Teknik ini
dapat dilakukan dengan mudah dalam waktu yang sangat singkat. Tapi kelemahan teknik ini
adalah hasilnya tidak dapat diterima dan berlaku bagi seluruh populasi, karena sebagian besar
dari populasi tidak dilibatkan dalam penelitian (Nasution, 2003). Dalam teknik non
probability sampling ini ada 4 macam teknik memilih sampel yaitu:
Misal, seorang peneliti berdiri didepan pintu gerbang sekolah dan menanyai
setiap siswa yang kebetulan lewat pintu tersebut antara jam 08.00-10.00 pagi dan
dilakukan berulang-ulang beberapa hari sampai akhirnya informasi yang dicari telah
tercapai.
Kelebihan,
i. Sampel ini dipilih sedemikian rupa, sehingga relevan dengan desain
penelitian
ii. Cara ini relatif mudah dan murah untuk dilaksanakan
iii. Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan
penelitian dapat didekati
Kekurangan,
i. Tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sempel itu representatif seperti
halnya dengan sampel acakan atau random
ii. Setiap sampling yang acakan atau random yang tidak memberikan
kesempatan yang sama untuk dipilih kepada semua anggota populasi
iii. Tidak dapat dipakai penggolongan statistik guna mengambil
kesimpulan
Sampling kuota ini merupakan metode memilih sampel yang mempunyai ciri-
ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan (Nasution, 2003). Misalnya,
peneliti ingin mengetahui kinerja suatu badan yang dibentuk oleh pemerintah,
terdapat batasan berupa . Teknik ini juga mempunyai kekurangan dan kelebihan
(Nasution, 2003), yaitu:
Kelebihan,
i. Dalam pelaksanaannya mudah, murah, dan cepat
ii. Hasilnya berupa kesan-kesan umum yang masih kasar yang tak dapat
dipandang sebagai generalisai umum
iii. Dalam sampel dapat dengan sengaja kita masukan orang-orang yang
mempunyai ciri-ciri yang kita inginkan
Kekurangan,
i. kecenderungan memilih orang yang mungkin didekati bahkan yang
dekat pada kita yang mungkin ada biasanya
ii. memiliki ciri yang tidak dimiliki populasi dalam keseluruhannya
Kelebihan,
» Sampling ini digunakan untuk meneliti penyebaran informasi tertentu
dikalangan kelompok terbatas sampling serupa ini sangat bermanfaat
Kekurangan,
» Dalam penentuan kelompok bermula ada unsur subyektif , jadi tidak dipilih
secara random atau acak
𝜆2. 𝑁. 𝑃. 𝑄
𝑠=
𝑑2(𝑁 − 1) + 𝜆2. 𝑃. 𝑄
Jadi jumlah sempelnya = 12,9 + 77,4 +129 + 25,8 + 12,9 + = 258. Jumlah yang pecahan
bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sempel menjadi 13 + 78 + 129 + 26 + 13 = 259.
Pada perhitungan yang menghasilkan pecahaan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan
ke atas sehingga jumlah sempelnya lebih 259. Hal ini lebih aman daripada kurang dari 258.
Roscoe dalam buku Research Methonds For Business (1982:253) memberikan saran-
saran tentang ukuran sempel untuk penelitian seperti berikut ini:
a. Ukuran sempel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
b. Bila sempel dibagi dalam katagori ( misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta
dan lain-lain) maka jumlah anggota sempel setiap katagori minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan Multivariate (korelasi atau
regresi ganda misalnya). Maka jumlah anggota sempel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiaanya ada 5 (independen + dependen),
maka jumlah anggota sempel = 10 X 5 = 50.
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka
Cipta.