Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas


X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto


Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Email : pusparachmadhani@gmail.com

ABSTRAK: Hasil observasi dan wawancara pada kelas X-MIA 1


SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung menunjukkan bahwa guru
masih menggunakan metode belajar ceramah, presentasi, dan
latihan soal. Metode yang dilakukan berdampak siswa menjadi
kurang aktif, tidak pernah praktikum, dan hanya fokus pada
latihan soal saja. Terlihat ketika siswa melakukan praktikum,
siswa tidak bisa menggunakan dan membaca alat ukur dengan
baik. Salah satu upaya untuk memecahkan masalah tersebut yaitu
diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing. Berdasarkan hasil diketahui peningkatan
kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa
setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Jenis
penelitian adalah penelitian tindakan kelas, dan berlangsung
dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
catatan lapangan, lembar observasi keterlaksanaan, lembar
penilaian keterampilan proses sains siswa, dan tes kemampuan
berpikir kreatif siswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terjadi peningkatan untuk keterlaksanaan model pembelajaran
inkuiri terbimbing sebesar 10,64%. Hasil tes kemampuan berpikir
kreatif siswa, mengalami peningkatan dalam jumlah siswa yang
lulus KKM, yaitu sebesar 38,24%. Keterampilan proses sains
siswa mengalami peningkatan sebesar 7,58%.

Kata Kunci: Inkuiri Terbimbing, Kemampuan Berpikir Kreatif, Keterampilan


Proses Sains

Rohim (2012: 2) menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan


pokok utama dari keseluruhan proses pendidikan formal, karena melalui sebuah
proses pembelajaran terjadi transfer ilmu dari guru ke siswa yang berisi berbagai
tujuan pendidikan. Sudarma (2013: 48) menyatakan “pada sampai tahun 2012
sudah banyak diperkenalkan model pembelajaran yang merangsang peserta didik
untuk bisa berpikir kritis dan kreatif. Satu diantaranya yaitu model pembelajaran
berbasis pemecahan masalah (problem solving based learning) atau pembelajaran
kontekstual (contextual learning)”.
Tempat penelitian yaitu di kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang
Tulungagung. Selama observasi guru sudah mengajak siswa untuk aktif dengan
berdiskusi kelas, namun siswa hanya mengacu pada buku teks yang dimiliki, dan
tidak memberikan umpan balik. Berdasarkan fakta di lapangan, kemampuan
berpikir kreatif siswa belum pernah diasah. Terbukti guru masih menggunakan
soal pilihan ganda, sehingga kemampuan berpikir kreatif tidak dapat diketahui
karena jawaban dari soal pilihan ganda bersifat tertutup. Keterampilan proses
sains siswa juga masih kurang, dibuktikan dengan selama siswa belajar fisika di
kelas tidak pernah diberikan praktikum.
Penelitian yang dilakukan menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Model pembelajaran inkuiri mempunyai ciri khas yaitu siswa
menentukan sendiri permasalahan dan menemukan sendiri jawaban atas
permasalahan yang dibuat. Wartono (2003:132) menyebutkan “ kata inkuiri
berasal dari kata bahasa Inggris inquiry dan menurut kamus berarti ‘pertanyaan’
atau ‘penyelidikan’ ”. Zubaidah (2013:103) mengemukakan “ kata inkuiri berasal
dari bahasa Inggris, yaitu ‘to inquire’ yang berarti bertanya atau menyelidiki.
Pertanyaan merupakan inti dari pembelajaran berbasis inkuiri. Pertanyaan dapat
menuntun untuk melakukan penyelidikan sebagai usaha peserta didik dalam
memahami materi pelajaran”. Inkuiri terbimbing memiliki langkah-langkah di
dalam proses pembelajarannya yaitu orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan
kesimpulan. Fase-fase tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Orientasi
Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan
masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena
merupakan langkah awal untuk menarik perhatian dan pemikiran siswa.
2. Merumuskan Masalah
Guru memberikan masalah yang akan dibahas atau untuk diselidiki dan
dipecahkan melalui kegiatan eksperimen.
3. Merumuskan Hipotesis
Guru mengajak siswa membuat dugaan awal mengenai hasil praktikum
berdasarkan rumusan masalah yang dibuat.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menetukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Rohim (2013) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah
kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu
produk. Pada umumnya, berpikir kreatif dipicu oleh masalah-masalah yang
menantang. Saefudin (2012) menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah
kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
di mana penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman
jawaban.
Menurut Guilford dalam Rohim (2013) indikator dari berpikir kreatif ada
lima yaitu: 1) Kepekaan (problem sensitivity), kemampuan dalam mendeteksi
(mengenali dan memahami) serta menanggapi suatu pernyataan, situasi dan
masalah; 2) Kelancaraan (fluency), kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan; 3) Keluwesan (flexibility), kemampuan untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah; 4) Keaslian
(originality), kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli,
tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang; 5) Elaborasi (elaboration),
kemampuan menambah situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan
merincinya secara detail, yang di dalamnya dapat berupa tabel, grafik, gambar,
model, dan kata-kata. Berdasarkan aspek-aspek berpikir kreatif di atas maka
dalam penelitian ini disusun instrumen penelitian berpikir kreatif dalam model
belajar inkuiri terbimbing yaitu berupa lembar observasi yang meliputi aspek-
aspek kepekaan (problem sensitivity), kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), dan keaslian (originality).
Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan
kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Menurut Wartono (2003:167) diberikan
jenis-jenis keterampilan proses sains yaitu mengamati, menafsirkan pengamatan,
meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan
penelitian, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan.
Berdasarkan aspek-aspek keterampilan proses sains yang telah dijelaskan
oleh para ahli di atas, maka dalam penelitian ini disusun instrumen penilaian
keterampilan proses sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing berupa
lembar observasi meliputi aspek-aspek yaitu mengamati, merumuskan hipotesis,
merencanakan penelitian, melakukan percobaan, menganalisis data,
berkomunikasi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK).


Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan cara memberikan suatu perlakuan
kepada subjek penelitian untuk memperoleh data-data yang akan diolah. Tindakan
ditekankan pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa
kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung, dengan materi
pembelajaran suhu dan kalor. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-MIA 1 SMA
Negeri 1 Gondang Tulungagung. Kehadiran peneliti pada tindakan pembelajaran
ini sebagai pengajar atau guru dibantu dengan satu orang observer.
Penelitian dilakukan dalam dua siklus, di mana satu siklus terdapat empat
kali pertemuan. Tahapan-tahapannya yaitu rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan
perubahan yang ingin dicapai. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan
observasi kelas dan wawancara dengan guru fisika yang mengajar kelas X-MIA 1.
Berpatokan pada hasil observasi kelas dan wawancara, perencanaan penelitian
tindakan kelas dirancang dan dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan
kelas. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, lembar
observasi keterlaksanaan kemampuan berpikir kreatif, lembar observasi
keterlaksanaan keterampilan proses sains, format catatan lapangan, RPP, LKS,
dan soal kemampuan berpikir kreatif siklus I dan II.
HASIL

Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Berdasarkan temuan-temuan dalam siklus I dan siklus II, dapat diketahui


bahwa keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas X-
MIA 1 dapat terlaksana dengan sangat baik. Kemampuan berpikir kreatif siswa
dari siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Aspek keterampilan proses
sains siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, namun memang
terdapat beberapa indikator di dalamnya yang belum bisa maksimal.
Persentase keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I adalah 71,5 % menjadi 82,14 %
pada siklus II. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami
peningkatan sebesar 10,64 %. Peningkatan keterlaksanaan model pembelajaran
inkuiri terbimbing terjadi pada beberapa aspek. Hasil selengkapnya dapat
ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Data Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada


Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

71,5 % 82,14 %

Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif

Setelah dilakukan tindakan hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa


kelas X-MIA 1 mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu rata-rata
nilai mengalami peningkatan dari 77 pada siklus I menjadi 77,9 di siklus II. Siklus
I rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa 77 dengan persentase siswa
yang lulus KKM 38,24 %. Pada siklus II rata-rata hasil tes kemampuan berpikir
kreatif siswa mencapai nilai 77,9 dengan persentase siswa yang lulus KKM yaitu
61,76 %. Data persentase hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa siklus I dan
siklus II selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Data Persentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II

Sekor Siklus I Siklus II


≥ 77 (tuntas) 13 siswa (38,24 %) 21 siswa (61,76 %)

≤ 76 (belum tuntas) 21 siswa (61,76 %) 13 siswa (38,24 %)

Peningkatan Ketuntasan Kemampuan


23,52 %
Berpikir Kreatif

Analisis Keterampilan Proses Sains

Setelah dilakukan tindakan sekor aspek keterampilan proses sains siswa


dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan di semua indikatornya.
Persentase keterampilan proses sains siswa pada siklus I yaitu 61,76 % menjadi
69,34 % pada siklus II. Persentase keterampilan proses sains mengalami
peningkatan sebesar 7,58 %. Besarnya persentase peningkatan tidak terlalu tajam
namun di kelas siswa sudah banyak mengalami perubahan pada setiap indikator
khususnya menyusun hipotesis. Hasil selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Data Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II Peningkatan


Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa
(%) (%) (%)

Mengamati 59,3 68,75 9,45


Merumuskan Hipotesis 66,91 75,37 8,46
Merencanakan Penelitian 57,84 64,71 6,87
Melakukan Percobaan 61,52 70,22 8,7
Menganalisis Data 58,82 64,95 6,13
Berkomunikasi 66,17 72,06 5,89

Rata-rata 61,76 69,34 7,58

Berdasarkan paparan data di atas, penerapan model pembelajaran inkuiri


terbimbing pada siklus II lebih baik dibandingkan pada siklus I, atau dapat
dikatakan mengalami peningkatan. Aspek kemampuan berpikir kreatif dan
keterampilan proses sains siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Berdasarkan penelitian dari Dewi (2013), menyatakan bahwa
pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang
diperoleh peningkatan untuk keterampilan proses sains dan prestasi belajar dari
siklus I menuju siklus II. Selain itu penelitian dari Azizah (2013), menyatakan
bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa
kelas X-II MAN Malang 1, mengalami peningkatan kemampuan kognitif dari
siklus I ke siklus II.

PEMBAHASAN

Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Secara keseluruhan persentase keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri


terbimbing meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I semua tahapan
inkuiri terbimbing sudah terlaksana dengan baik meskipun ada beberapa
indikatornya yang belum bisa maksimal terlaksana di dalam kelas. Indikator yang
belum bisa maksimal antara lain siswa masih sangat sulit untuk menyusun
hipotesis, mengajukan pertanyaan, masih malu-malu melakukan presentasi, dan
takut untuk menyusun dan menyampaikan kesimpulan.
Hasil keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I
adalah 71,5 %. Pada siklus II keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing mengalami peningkatan sebesar 10,64 %, dari 71,5 % untuk siklus I ke
82,14 % untuk siklus II. Peningkatan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat terlaksana dikarenakan selalu dilakukan perbaikan-perbaikan
baik dari segi kualitas mengajar maupun kemampuan mengontrol kelas antara
siklus I dan siklus II.
Siklus II guru berusaha semaksimal mungkin agar siswa dapat mengajukan
pertanyaan yang hanya bisa dijawab “ya” atau “tidak” oleh guru, dengan cara
mengulangi apersepsi berupa demonstrasi atau gambar. Guru juga berusaha keras
agar siswa dapat menyusun hipotesis sendiri dengan bantuan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat menggiring pemikiran siswa untuk menyusun hipotesis.
Guru juga membantu kegiatan refleksi yang berisi membuat kesimpulan
dari seluruh kegiatan pembelajaran dengan jalan memberi pertanyaan yang
arahnya menjadi kesimpulan. Siswa yang antusias dengan model pembelajaran
baru yaitu inkuiri terbimbing memberikan dampak kemudahan peneliti dalam
menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Kemampuan Berpikir Kreatif Setelah Diterapkan Model Pembelajaran


Inkuiri Terbimbing

Kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh dari soal tes kemampuan


berpikir kreatif dengan menggunakan lembar kriteria penilaian kemampuan
berpikir kreatif siswa. Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
kreatif yaitu dengan jenis soal uraian. Aspek yang dinilai dalam penilaian
kemampuan berpikir kreatif siswa antara lain: kepekaan (problem sensitivity),
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata
kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I dan siklus II. Data hasil observasi
menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa
pada siklus I yaitu 77 dengan nilai terendah adalah 60 dan nilai tertinggi 90.
Jumlah siswa yang lulus KKM adalah 13 siswa, dan yang belum lulus KKM
adalah 21 siswa. Persentase kemampuan berpikir kreatif siswa siklus I yang lulus
KKM adalah 38,24 % dan yang belum lulus KKM 69,34 %. Sedangkan nilai rata-
rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II yaitu 77,9 dengan
nilai terendah adalah 65 dan nilai tertinggi 85. Jumlah siswa yang lulus KKM
adalah 21 siswa, dan yang belum lulus KKM adalah 13 siswa. Persentase siswa
yang lulus KKM 69,34 % dan yang belum lulus KKM 38,24 %. Jika
dibandingkan rata-rata nilai kelas pada siklus I maka rata-rata mengalami
peningkatan sebesar 0,9 dan yang tuntas KKM mengalami peningkatan 23,52 %.
Dari data siklus II diketahui siswa yang belum lulus KKM adalah 13 siswa
dengan persentase 38,24 %. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
(1) Ketika proses belajar siswa kurang merespon dengan baik materi yang
disampaikan, (2) Ketika guru memberikan latihan soal siswa malu untuk bertanya
ketika ada yang kurang dimengerti, (3) Perbedaan kemampuan pemahaman tiap
siswa terhadap soal ketika mengerjakan soal tes kemampuan berpikir kreatif,
sehingga jawaban yang diberikan menyimpang dari maksud soal.
Terjadinya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dari siklus I dan
siklus II menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan
berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan dikarenakan proses pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam setiap tahapan-
tahapannya telah membuat siswa berpikir berbeda dari sebelumnya. Siswa harus
menemukan banyak jawaban dan pertanyaan sehingga berkaitan dengan
mengasah kemampuan berpikir kreatif.

Keterampilan Proses Sains Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Inkuiri


Terbimbing

Keterampilan proses sains siswa diperoleh dari hasil LKS yang dikerjakan
siswa, berdasarkan nilai yang ada pada lembar observasi keterampilan proses
sains siswa. Aspek yang dinilai dalam penilaian keterampilan proses sains siswa
antara lain mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan penelitian,
melakukan percobaan, melakukan percobaan, menganalisis data, dan
berkomunikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata
keterampilan proses sains siswa pada siklus I dan siklus II. Data hasil observasi
menunjukkan bahwa persentase rata-rata keterampilan proses sains siswa pada
siklus I yaitu 61,76 % dan dapat dikategorikan cukup baik. Pada siklus II
persentase rata-rata keterampilan proses sains siswa yaitu 69,34 % dan dapat
dikategorikan baik. Untuk tiap-tiap indikatornya didapatkan hasil pada indikator
mengamati pada siklus I persentasenya 59,3 % dan pada siklus II 68,75 %. Pada
indikator merumuskan hipotesis persentasenya untuk siklus I yaitu 66,91 % dan
pada siklus II yaitu 75,37 %. Pada indikator merencanakan penelitian persentase
siklus I yaitu 57,84 % dan untuk siklus II yaitu 64,71 %. Pada indikator
melakukan percobaan untuk siklus I persentasenya 61,52 % dan untuk siklus II
adalah 70,22 %. Indikator menganalisis data diperoleh persentase untuk siklus I
adalah 58,82 % dan siklus II adalah 64,95 %. Indikator terakhir yaitu
berkomunikasi diperoleh persentase untuk siklus I yaitu 66,17 % dan siklus II
yaitu 72,06 %. Pada kenyataannya siswa sulit untuk merumuskan hipotesis dan
merencanakan penelitian. Merumuskan hipotesis siswa perlu diberi pertanyaan
menggiring agar sampai ke hipotesis yang sesuai dengan materi dikarenakan
siswa belum pernah mengalami membuat hipotesis, bahkan kalimat hipotesis yang
benar seperti apa siswa perlu diberi contoh. Indikator merencanakan penelitian
memiliki persentase yang rendah dikarenakan siswa kelas X-MIA 1 belum pernah
mendapatkan praktikum sehingga siswa merasa masih awam dan tidak tahu apa
yang harus dilakukan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan


didapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I menunjukkan persentase
71,5 % dan dikategorikan baik. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus II menunjukkan persentase
82,14 % dan dikategorikan baik. Dapat dikatakan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terbukti dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dari siklus I menuju ke siklus II.
Dari data hasil observasi, kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I
memiliki nilai rata-rata kelas yaitu 77 dengan jumlah siswa yang lulus KKM
adalah 13 siswa dengan persentase 38,24 %. Pada siklus II mengalami
peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu 77,9 dengan jumlah siswa yang lulus KKM
adalah 21 siswa dengan persentase 69,34 %.
Dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing keterampilan
proses sains siswa mengalami peningkatan dari siklus I menuju ke siklus II pada
setiap indikatornya. Dari data hasil observasi keterampilan proses sains siswa
pada siklus I diketahui persentasenya adalah 61,76 % yang dikategorikan cukup
baik. Pada siklus II persentase keterampilan proses sains siswa adalah 69,34 %
dan dikategorikan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Nurul. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk


Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X-II MAN Malang 1.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas MIPA UM

Dewi, Siska Puspita. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Prestasi Belajar
Fisika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang Tahun Ajaran
2012/2013. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas MIPA UM

Rohim, Fathur., Susanto, Hadi. & Ellianawati. 2012. Penerapan Model Discovery
Terbimbing pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif. Unnes Physics Education Journal, 1 (1). (Online),
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej/article/download/775/800),
diakses 29 November 2013.

Saefudin, Abdul Aziz. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Jurnal Al-Bidāyah, 4 (1). (Online),
(aa_ziz@yahoo.com), diakses 20 November 2013.

Sudarma, Momon. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir kreatif. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Universitas Negeri


Malang.

Zubaidah, S., Yuliati, L., & Mahanal, S. 2013. Model dan Metode Pembelajaran
SMP IPA. Malang: Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai