Bab Ii Kajian Pustaka Ekologi
Bab Ii Kajian Pustaka Ekologi
KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian Habitat
Habitat adalah tempat dimana suatu makhluk hidup ditemukan. Semua
makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang biasa disebut habitat. Untuk
menemukan suatu organisme tertentu, perlu diketahui terlebih dahulu tempat
hidupnya (habitat).
Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya dan kondisi
yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat
merupakan organism-specific ini menghubungkan kehadiran species, populasi, atau
idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik
biologi. Habitat terdiri lebih dari sekedar vegetasi atau struktur vegetasi merupakan
jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu species. Dimanapun suatu organisme
diberi sumberdaya yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan hidup, itulah
yang disebut dengan habitat.
b. Macam Bentuk Habitat
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu, dapat dikenal 4 macam habitat
yaitu :
1. Habitat yang konstan yaitu suatu habitat yang kondisinya terus-menerus
relatif baik atau kurang baik.
2. Habitat yang bersifat memusim yaitu suatu habitat yang kondisinya secara
relatif teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
3. Habitat yang tidak menentu yaitu suatu habitat yang mengalami suatu
periode dengan kondisi baik yang lamanya bervariasi, diselang-selingi oleh
perioda dengan kondisi kurang baik yang lamanya juga bervariasi, sehingga
kondisinya tidak dapat diperkirakan.
4. Habitat yang efemeral yaitu suatu habitat yang mengalami perioda kondisi
baik yang berlangsung relatif singkat, diikuti oleh suatu perioda dengan
kondisi yang kurang baik yang berlangsung relatif lama sekali (Dharmawan
dkk, 2005).
Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu :
1. Habitat yang bersinambung yaitu apabila suatu habitat mengandung area
dengan kondisi baik yang luas sekali, yang melebihi luas area yang dapat
dijelajahi populasi hewan penghuninya. Sebagai contoh yang luas sebagai
habitat dari populasi rusa yang berjumlah 1 ekor.
2. Habitat yang terputus-putus merupakan suatu habitat yang mengandung
area dengan kondisi baik letaknya berselang-seling dengan area berkondisi
kurang baik dan hewan-hewan penghuninya dengan mudah dapat menyebar
dari area berkondisi baik yang satu ke yang lainnya.
3. Habitat yang terisolasi merupakan suatu habitat yang mengandung area
berkondisi baik yang terbatas luasnya dan letaknya terpisah jauh dari area
berkondisi baik yang lain, sehingga hewan-hewan tidak dapat menyebar
untuk mencapainya, kecuali biladidukung oleh faktor kebetulan. Misal suatu
pulau kecil yang dihuni oleh populasi rusa. Jika makanan habis, rusa
tersebut tidak dapat berpindah ke pulau lain. Pulau kecil tersebut bukan
merupakan habitat terisolasi bagi suatu populasi burung yang dapat dengan
mudah pindah ke pulau lainnya, tetapi lebih cocok disebut habitat yang
terputus (Dharmawan dkk, 2005).
c. Pengertian Relung Ekologi
Secara umum, relung ekologi didefinisikan sebagai suatu konsep abstrak
mengenai keseluruhan persyaratan hidup dan interaksi organisme dalam habitatnya
(Dharmawan dkk, 2005). Relung (nische) dalam ekologi merujuk pada posisi unik
yang ditempati oleh suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati
dan peranan yang dilakukan di dalam komunitasnya. Konsep ini menjelaskan suatu
cara yang tepat dari suatu organisme untuk menyeleraskan diri dengan
lingkungannya. Habitat adalah tempat suatu organisme dapat ditemukan,
sedangkan relung adalah pencirian yang detail tentang bagaimana suatu organisme
berhubungan dengan lingkungan fisik dan biologisnya. Ekologi dan suatu individu
mencakup variabel biotik (makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, manusia) dan
faktor abiotik (benda tak hidup). Relung menentukan bagaimana spesies memberi
tanggapan terhadap ketersediaan sumberdaya dan keberadaan pesaing dan
pemangsa suatu ekosistem.
Terminologi
Kata "relung" mulai mendapat arti ilmiah pada tahun 1933 oleh tulisan Charles
Sutherland Elton, seorang ahli ekologi yang mempelajari ekologi komunitas dan
populasi, lewat pernyataannya, "relung suatu organisme adalah mode dari
kehidupan organisme tersebut dalam hal peran atau profesinya dalam suatu
komunitas manusia." Konsep modern dari relung dicetuskan oleh G. Evelyn
Hutchinson, seorang ahli zoologi, pada tahun 1957, yang berpendapat bahwa relung
adalah cara-cara di mana toleransi dan kebutuhan berinteraksi untuk
mendefinisikan kondisi dan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh suatu individu
atau suatu spesies untuk menjalankan kehidupannya.
Dimensi relung
Klasifikasi
Suatu spesies biasanya memiliki relung yang lebih besar pada saat
ketidakhadiran predator dan kompetitor. Dengan kata lain, ada beberapa kombinasi
terntentu dari kondisi dan sumber daya alam yang dapat membuat suatu spesies
mempertahankan viabilitas (kehidupan) populasinya, hanya bila tidak sedang diberi
pengaruh merugikan oleh musuh-musuhnya. Atas dasar ini, Hutchinson (dalam
Odum,1993) membedakan antara relung dasar (fundamental niche) dengan relung
nyata (realized niche). Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-
kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran
pesaing, relung nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati
oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi.
Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung pada adaptasinya
terhadap kondisi lingkungan tersebut. relung dasar (fundamental niche) tidak dapat
dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan
proses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi
kehidupan suatu organisme.
DAFTAR PUSTAKA
Begon,M., Harper J.L., Townsend C.R,. 2006. Ecology: Individuals, Population
and Communties. Fourth Edition. UK: Blackwell science Oxford.
Brown, J.H., Gibson, A.B,. 1983. Biogeography. USA: The C.V. Mosby Company.
Dharmawan,A., Ibrohim., Tuarita, H., Suwono, H., Susanto, P. 2005. Ekologi
Hewan. Malang: UM Press.
Krebs, C,J. 2001. Ecology. USA: Benjamin Cummings.
Suharini,E., Palangan,A. 2014. Biogeografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.