PENDAHULUAN
Karsinoma tiroid adalah keganasan endokrin yang paling sering ditemukan, terhitung
1,9% dari semua tumor ganas baru (tidak termasuk karsinoma kulit dan karsinoma in situ)
didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat (0,92% dari karsinoma pada pria, 2,9% pada
wanita).1 Karsinoma tiroid memiliki 3 tipe histologis utama: tipe differentiated, yang terdiri
dari papiler, folikuler, dan karsinoma sel Hürthle; tipe diferensiasi intermediate yaitu
meduler; dan tipe undifferentiated yaitu anaplastik. Sebagian besar karsinoma tiroid (94%)
diklasifikasikan sebagai differentiated dan berasal dari sel-sel folikel. Karsinoma tiroid
anaplastik, yang menyumbang 2% dari semua kasus, adalah bentuk paling agresif dan
mematikan dari penyakit karsinoma tiroid, juga berasal dari sel-sel folikel. Sebaliknya,
karsinoma meduler tiroid (4% dari semua kasus) berasal dari sel-sel parafollicular (sel C) dan
ditandai dengan hipersekresi kalsitonin.1-4
Karsinoma meduler tiroid (KMT) terjadi pada kurang dari 1% dari benjolan tiroid dan
menyumbang 5-10% dari keganasan tiroid.. Dibandingkan karsinoma tiroid berdiferensiasi
baik, KMT lebih agresif, dengan tingkat kelangsungan hidup 40-50% pada 10 tahun
pertama3. KMT terdiri atas jenis sporadis dan herediter. Pada sekitar 25% pasien, KMT
terjadi karena mutasi autosomal dominan germline. Bentuk herediter dari KMT terjadi
sebagai bagian dari familialKMT (FKMT) atau Multiple Endokrin Neoplasia(MEN) tipe 2
yang terdiri dari MEN2A dan MEN 2B. Sedangkan 75% dari pasien, penyakit ini berjenis
sporadis. Mutasi pada proto-onkogen RET (REarranged during Transfection) ditemukan di
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma meduler tiroid merupakan 5-10% dari karsinoma tiroid. Dari jumlah
tersebut, 70-80% adalah tipe sporadis dan 20-30% adalah tipe herediter, yang sebagian besar
berhubungan dengan multipel endokrin neoplasia tipe II (MEN II). Bentuk sporadis sebagian
besar terjadi pada dekade kelima dan keenam kehidupan dan terjadi pada perempuan 1,5 kali
lebih banyak daripada laki-laki. Karsinoma meduler tiroid tipeMEN Iia terjadi pada dekade
pertama dan kedua, dan karsinoma meduler tiroid tipe MEN IIb terjadi pada dekade pertama
kehidupan. Bentuk herediter dari karsinoma meduler tiroid terjadi dengan frekuensi yang
sama antara wanita dan laki-laki1.
PATOFISIOLOGI
KMT tipe herediter terjadi sekitar satu dari 30.000 individu dan hal ini berhubungan
dengan mutasi germline pada protoonkogen RET (REarranged during Transfection).Titik
mutasi RET terjadi terutama pada ekson 10, 11, dan 16. Mutasi jarang terjadi pada ekson 5, 8,
13, 14, dan 158.
Gen RET mengkode reseptor tirosin kinase (RTK), dan diekpresikan pada sel yang
berasal dari neural crest, antara lain: sel parafollikular tiroid (sel C), sel-sel paratiroid, sel-sel
chromaffin dari medula kelenjar adrenal, dan pleksus otonomenterik. Protein RET disusun
oleh tiga domain: ekstraseluler, transmembran, dan intraseluler. Domain ekstraseluler
termasuk bagian homolog dari cadherin dari molekul sel-adhesi dan kaya residu sistein yang
berfungsi melakukan transduksi sinyal ekstraseluler dari proliferasi sel, diferensiasi, migrasi,
kelangsungan hidup, dan apoptosis. Domain intraseluler membungkus dua subdomain tirosin
kinase yaitu TK1 dan TK2 yang mengandung residu tirosin yang terlibat dalam aktivasi
sinyal jalur intraseluler8.
Mayoritas keluarga dengan MEN 2A (90%) titik mutasi terjadi di protoonkogen RET,
yang melibatkan kodon yang terletak di wilayah ekstraseluler: 609, 611, 618, dan 620 (ekson
10) dan 634 (ekson 11). Mutasi yang paling sering terletak di kodon 634, terjadi di lebih dari
60% dari semua genetik KMT yang sudah teridentifikasi. Mutasi kodon 634 dikaitkan dengan
terjadinya Pheochromocytoma dan hiperparatiroid, dan jarang mengakibatkan Lichen Kulit
J Bedah Kepala Leher Indones Vol.6, No.3, Juli-September 2016
Amiloidosis (LKA). Namun demikian, terdapat berbagai ekspresi fenotipik dalam keluarga
dengan mutasi RET yang sama. Pasien dengan genotipe C634R (TGC / Cys → CGC / Arg,
ekson 11) menunjukkan metastasis jauh secara signifikan daripada kelompok genotip C634W
(Cys / TGC → Trp / TGG, exon 11) dan C634Y (Cys / TGC → Tyr / TAC, ekson 11), hal ini
menunjukkan bahwa perubahan asam amino tertentu dapat mengubah perkembangan alami
penyakit8.
MEN 2B terjadi di sekitar 95% dari kasus, melalui mutasi spesifik dari M918T (ekson
16), yang mengakibatkan perubahan struktural dari domain intraseluler dari protein RET.
Genotip A883F (GCT → TTT, ekson 15) menyumbang sekitar 2% -3% dari kasus, dan
mutasi ganda V804M / Y806C pada kodon 804 (Val / GTG → Met / ATG, ekson 14) dan
kodon 806 (Tyr / TAC → Cys / TGC) di alel yang sama ditemukan pada pasien dengan MEN
2B. Mutasi pada kodon 883 dan 918 berhubungan dengan usia yang lebih muda dari onset
KMT dan risiko yang lebih tinggi dari metastasis dan mortalitas penyakit8.
Di sisi lain, mekanisme molekuler yang terlibat dalam KMT tipe sporadis belum
dapat diklarifikasi. Sekitar 50% -80% dari kasus menyajikan mutasi somatik RET M918T
(Met / ATG → THR / ACG, ekson 16). Mutasi somatik di kodon 618, 603, 634, 768, 804,
dan 883 dan penghapusan parsial dari gen RET telah diidentifikasi dalam beberapa tumor.
Namun, mutasi tidak muncul secara seragam di antara berbagai sub-populasi sel dalam tumor
atau di metastase, hal ini menunjukkan bahwa KMT sporadis mungkin berasal dari
poliklonal, atau menunjukkan bahwa mutasi pada protoonkogen RET bukan penyebab dari
terjadinya KMT.Terjadinya mutasi somatik RET (M918T) berhubungan dengan probabilitas
yang lebih tinggi dari persistensi dari penyakit dan rendahnya angka kelangsungan hidup8.
GAMBARAN PATOLOGIS
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lembaran infiltrasi sel neoplastik yang
dipisahkan oleh kolagen dan amiloid. Terdapatnya amiloid memiliki nilai diagnostik, tetapi
J Bedah Kepala Leher Indones Vol.6, No.3, Juli-September 2016
pemeriksaan imunohistokimia untuk kalsitonin lebih sering digunakan sebagai penanda
tumor(5,6,7).
KMT berbentuk kumpulan sel seragam yang ditandai oleh deposisi stroma amiloid.
Hiperplasia sel-C, yang didefinisikan sebagai lebih dari enam sel C per folikel atau >50 sel C
per lapang pandang kecil, terlihat pada banyak pasien dengan penyakit herediter dan
dirasakan menjadi awal transformasi menjadi suatu keganasan. Sementara hiperplasia sel-C
dikaitkan dengan keganasan penyakit keturunan (herediter), sedangkan signifikansi pada
penyakit nonherediter masih tidak jelas(7).
Tumor ini juga menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan CEA dan kalsitonin
peptida-gen yang terkait(5,6).
Gambar 5. A. Benjolan soliter lobus tiroid setelah tiroidektomi total. B. Sel yang mengalami
karsinoma medulare disertai adanya infiltrasi amyloid5.
Gambar 6. Histologi dari karsinomameduler tiroid. Dengan pengecatan Congo red, tampak
kemerahan yang merupakan stromal amyloid yang khas pada karsinoma meduler tiroid7.
GAMBARAN KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis KMT ditegakkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik, peningkatan
kalsitonin serum, atau tingkat antigen karsinoembrionik (CEA), dan biopsi aspirasi jarum
halus (BAJAH) sitologi benjolan tiroid(5,6,7).
Diagnosis KMT paling sering diperoleh dari BAJAH dari nodul tiroid. Pada BAJAH,
KMT ditandai oleh adanya stroma amiloid dan tidak adanya folikel tiroid. BAJAH tidak
selalu dapat membedakan KMT berdasarkan penampilan sel saja, sehingga diagnosis
biasanya dikonfirmasi melalui penggunaan imunohistokimia. Teknik lain yang berguna yang
baru-baru ini digambarkan adalah untuk mengukur tingkat kalsitonin dari cairan washout dari
BAJAH7.
Jika pasien memiliki riwayat klinis atau BAJAH yang mencurigakan untuk KMT,
tingkat kalsitonin serum dapat berguna untuk mengkonfirmasi diagnosis. Tingkat kalsitonin
mungkin akan sedikit meningkat dalam persentase kecil dari pasien normal, tetapi
kebanyakan pasien dengan kenaikan >100 pg / ml memiliki diagnosis KMT. Tingkat elevasi
kalsitonin berkorelasi baik dengan volume dari tumor 7.
CEA juga telah terbukti menjadi penanda tumor yang berguna pada pasien dengan
KMT. Tingkat CEA meningkat pada> 50% pasien dengan KMT. Tingkat serum CEA pra
operasi> 30 ng / ml sangat prediktif untuk mengetahui kalau pasien tidak dapat disembuhkan
dengan intervensi operatif. CEA tingkat> 100 ng / ml sangat terkait dengan keterlibatan
kelenjar getah bening yang luas dan metastasis jauh. Peningkatan tingkat CEA dengan
adanya tingkat kalsitonin yang stabil dapat menjadi tanda prognosis yang lebih buruk 7.
Ultrasonografi (USG) leher harus dilakukan sebagai bagian dari evaluasi awal dari
setiap pasien dengan diagnosis baru KMT. USG dapat digunakan untuk mencari tumor tiroid
tambahan serta mencurigakan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher. Computed
DIAGNOSIS BANDING
Pada sekitar 15% kasus dengan kadar kalsitonin tinggi berhubungan dengan produksi
ektopik oleh tumor. Tumor neuroendokrin yang timbul dari saluran pencernaan (gastrinoma,
insulinoma, dll), saluran pernafasan (paru-paru, bronkus), payudara, medula kelenjar adrenal
dan kelenjar paraganglia mungkin berhubungan dengan tingkat serum kalsitonin yang tinggi,
bahkan dalam kasus di mana ada reaksi imunohistokimia negatif untuk kalsitonin3.
Mengingat penyebab positif palsu peningkatan kadar serum kalsitonin yang terkait
dengan sekresi ektopik, tidak mengherankan bahwa hiperkalsitoninemia dapat
mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah dalam melakukan tiroidektomi total. Oleh
karena itu, untuk menghindari kesalahan diagnosis dan operasi tiroid yang tidak perlu, wajib
melakukan investigasi yang benar dalam kasus dengan kadar serum basal kalsitonin yang
tinggi dalam rangka untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis yang berbeda dari KMT3.
PENANGANAN
Operasi adalah satu-satunya pengobatan yang efektif untuk KMT karena tumor tidak
respon terhadap kemoterapi atau radiasi eksternal. Yodium radioaktif tidak efektif karena sel
C tidak mampu menyerap kontras yodium 11.
Tiroidektomi total adalah pengobatan pilihan untuk pasien dengan KMT karena
tingginya insiden kekambuhan, semakin agresifnya penyakit, dan fakta bahwa terapi I131
biasanya tidak efektif. Kelenjar getah bening kompartemen sentral sering terlibat pada awal
proses penyakit, sehingga diseksi kelenjar getah bening leher sentral bilateral harus rutin
dilakukan(5,6,7).
Pada pasien dengan kelenjar getah bening teraba di leher ipsilateral atau bilateral,
operasi diseksi leher radikal modifikasi sangat dianjurkan. Peran profilaksis diseksi leher
lateralis masih kontroversial. Namun, pada pasien dengan tumor > 1 cm, diseksi leher radikal
modifikasi profilaksis sebelah ipsilateral dianjurkan karena> 60% dari pasien ini memiliki
metastasis kelenjar getah bening. Jika kelenjar getah bening ipsilateral positif, diseksi
kelenjar getah bening kontralateral harus dilakukan(5,6,7).
Gambar 11. Algoritma penanganan karsinoma meduler tiroid tipe herediter MEN2B12.
PROGNOSIS
Pasien diikuti dengan mengukur dari kadar kalsitonin dan CEA tiap tahun, selain
wawancara dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lain yang digunakan untuk mendeteksi
kekambuhan meliputi USG, CT, MRI, dan yang terbaru adalah FDG PET scan yang
dilaporkan lebih unggul daripada radionuklida lainnya berdasarkan morfologi dan pencitraan
rutin oleh beberapa peneliti. Prognosis berhubungan dengan stadium penyakit. Tingkat
J Bedah Kepala Leher Indones Vol.6, No.3, Juli-September 2016
kelangsungan hidup 10 tahun adalah sekitar 80%, tetapi menurun menjadi 45% pada pasien
dengan keterlibatan kelenjar getah bening. Kelangsungan hidup juga sangat dipengaruhi oleh
jenis penyakit. Prognosis terbaik adalah pada pasien dengan tipe KMT non-MEN, diikuti oleh
orang-orang yang mengalami MEN2A, dan kemudian orang-orang dengan penyakit sporadis.
Prognosis yang terburuk (angka harapan hidup 35% pada 10 tahun) adalah pada pasien
dengan MEN2B. Melakukan operasi profilaksis pada pasien dengan RET mutasi onkogen
tidak hanya meningkatkan tingkat kelangsungan hidup tetapi juga membuat sebagian besar
pasien bebas kalsitonin (5,6,7).
Tindak lanjut harus dimulai sejak 2-3 bulan pasca operasi dengan mengukur kadar
kalsitonin dan CEA. Pasien yang memiliki kadar kalsitonin tidak terdeteksi pasca operasi
dapat diikuti dengan pengukuran tahunan kalsitonin serum dan CEA. USG leher rutin dapat
ditambahkan, tetapi tidak terbukti bermanfaat. Jika ada kenaikan tumor marker dalam serum,
maka ditindak lanjuti dengan pemeriksaan pencitraan . Penggantian hormon tiroid diperlukan
setelah tiroidektomi total. Namun, supresi thyroid-stimulating hormone tidak dianjurkan pada
pasien dengan KMT. Pasien dengan penyakit tipe herediter (turunan) perlu pemeriksaan
setiap tahun untuk mengetahui adanya Pheochromocytoma dan hiperparatiroid7.
Algoritma
rekuren/residif
Algoritma
rekuren/residif
DAFTAR PUSTAKA