Muhammad Fauzi Ihsan
Muhammad Fauzi Ihsan
Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
SELF COMPACT CONCRETE
Self Compacting Concrete adalah campuran beton segar yang sangat plastis
yang mampu mengalir karena berat sendirinya, mengisi ke seluruh cetakan walaupun
pada tulangan yang sangat rapat, memiliki sifat-sifat untuk memadatkan sendiri tanpa
adanya bantuan alat penggetar untuk pemadatan. Beton SCC yang baik harus tetap
homogen, kohesif, tidak segregasi, tidak terjadi blocking, dan tidak bleeding.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar campuran beton bisa dikatagorikan
sebagai Self Compacting Concrete (SCC) antara lain :
1. Pemilihan material yang sesuai Table 1. Selected materials for reference concretes
2. Mix Design yang mampu memenuhi kriteria filling ability, passing ability dan
ketahanan terhadap segregasi.
2. METODE TEST
Metoda test pengukuran workability telah dikembangkan untuk menentukan
karakteristik beton SCC dan sampai saat ini belum ada satu jenis metoda test yang
bisa mewakili ketiga syarat karakteristik beton SCC seperti tersebut di atas. Dari
beberapa metoda test yang telah dikembangkan akan dibahas hanya tiga macam
metoda yang dianggap dapat mewakili ketiga kriteria workability tersebut di atas.
a. SLUMP-FLOW
Slump-flow test dapat dipakai untuk menentukan ‘filling ability’ baik di
laboratorium maupun di lapangan. Dan dengan memakai alat ini dapat diperoleh
kondisi workabilitas beton berdasarkan kemampuan penyebaran beton segar yang
dinyatakan dengan besaran diameter yaitu antara 60 cm – 75 cm.
Kebutuhan nilai slump flow untuk pengecoran konstruksi bidang vertikal
berbeda dengan bidang horisontal. Kriteria yang umum dipakai untuk penentuan awal
workabilitas beton SCC berdasarkan tipe konstruksi adalah sebagai berikut :
- Untuk konstruksi vertikal, disarankan menggunakan slump-flow antara 65 cm
sampai 70 cm.
- Untuk konstruksi horisontal disarankan menggunakan slump-flow antara 60 cm
sampai 65 cm.
b. L-SHAPE-BOX
L-Shape-Box dipakai untuk mengetahui kriteria ‘passing ability’ dari beton
SCC. Dengan menggunakan L-Shape Box, dapat diketahui kemungkinan adanya
blocking beton segar saat mengalir, dan juga dapat dilihat viskositas beton segar yang
bersangkutan. Selanjutnya dengan L-Shape-Box test akan didapat nilai blocking ratio
yaitu nilai yang didapat dari perbandingan antara H2 / H1. Semakin besar nilai
blocking ratio, semakin baik beton segar mengalir dengan viskositas tertentu.
Untuk test ini kriteria yang umum dipakai baik untuk tipe konstruksi vertikal
maupun untuk konstruksi horisontal disarankan mencapai nilai blocking ratio antara
0.8 sampai 1.0
c. V - FUNNEL
Dipakai untuk mengukur viskositas beton SCC dan sekaligus mengetahui
“segregation resistance”. Kemampuan beton segar untuk segera mengalir melalui
mulut di ujung bawah alat ukur V-funnel diukur dengan besaran waktu antara 6 detik
sampai maksimal 12 detik.
d. U-Box
test digunakan untuk mengukur filling ability.
3. POURING DAN FORMWORK
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran dengan beton SCC
adalah sebagai berikut:
- Durasi waktu pengecoran disesuaikan dengan waktu ikat awal beton untuk
menghindari terjadinya cold joint.
- Cara terbaik untuk pengecoran beton SCC adalah dari bawah cetakan/formwork
untuk menghindari udara terjebak (dengan eksternal hose adalah sangat efektif).
- Beton SCC dapat mengalir sampai jarak 10 meter tanpa hambatan.
- Elemen tipis 5 – 7 cm dapat diisi oleh beton SCC tanpa hambatan.
- Tidak memerlukan keahlian yang spesifik saat pelaksanaan pengecoran.