TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI PERSALINAN
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada
presentasi kepala ini ditemukan ± 8% dikiri belakang. Keadaan ini mungkin
disebabkan tersisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan
rektum.
Menjadi pertanyaan mengapa janin dengan presentasi yang tinggi berada
dalam uterus dengan presentasi kepala? Keadaan ini mungkin disebabkan karena
kepala relatif lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa, sehingga
volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas, di ruangan yang
lebih luas, sedangkan kepala berada di bawah, di ruangan yang lebih sempit. Ini
dikenal sebagai teori akomodasi. Dalam mempelajari mekanisme partus ini,
imaginasi stereometrik kepala janin dan ruang panggul harus benar-benar
difahami.
3 faktor yang memegang pernanan pada persalinan, ialah: 1) kekuatan-
kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengejan; 2)
keadaan jalan lahir; 3) janinnya sendiri.
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada kepala, bila his sudah cukup kuat,
kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dalam keadaan
sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu
atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus
anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip
ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut
Litzman; keadaan adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
2
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan
sirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar panggul kepala
janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun
menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan.
Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan
oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran
paksi dalam. Di salam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berada di bawah
simfisis. Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul ubun-ubun kecil berada di
bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih
membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan
tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan
kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya
dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut
putaran paksi luar.
4
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam
terjadi untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga
panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,
sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada
dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu
baru kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih
dahulu baru kemudian bahu belakang. Demikian dilahirkan trokanter depan
terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang. Kemudian, bayi lahir
seluruhnya.
5
Pemeriksaan Vagina
Sebelum persalinan. Diagnosis presentasi dan posisi janin dengan
pemeriksaan vagina sering tidak dapat ditentukan. Dengan dimulainya persalinan
dan setelah dilatasi serviks, informasi dapat diperoleh. Pada presentasi verteks,
posisi dan variasi dapat diketahui dengan membedakan berbagai sutura dan ubun-
ubun. Presentasi muka dengan membedakan bagian-bagian wajah. Presentasi
bokong diidetifikasi dengan meraba sacrum dan tuberostias iskhii ibu. Sebaiknya
dilakukan empat perasat rutin sebelum saat dilakukan pemeriksaan vagina untuk
menentukan presentasi dan posisi janin, sebagai berikut:
1. Kedua jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan diarahkan ke bagian
terbawah janin untuk membedakan presentasi janin.
2. Jika presentasi verteks, jari-jari dimasukkan ke posterior vagina kemudian
disapukan ke depan melalui kepala janin ke simfisis ibu. Saat melakukan
6
gerakan ini, jari-jari akan melewati sutura sagitalis, jika sutura ini teraba
maka arahnya dapat ditentukan, dengan ubun-ubun kecil dan besar pada
ujung yang berlawanan.
3. Jari-jari kemudian diarahkan ke ujung anterior sutura sagitalis dan ubun-
ubun kemudian diperiksa dan diidentifikasi.
4. Station atau seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam
panggul dapat ditentukan.
Gambar 11. Kepala janin tampak atas Gambar 12. Kepala janin tampak
samping
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada
presentasi kepala ini ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, ±
23 % di kanan depan, ± 11% di kanan belakang, dan ±8% di kiri belakang.
Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh
kolon sigmoid atau rectum.
Dikemukakan 2 teori yang dapat menjelaskan kenapa lebih banyak letak kepala :
1. Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas
yang volumenya besar berada di atas, dan kepala di bawah di ruangan
yang lebih sempit.
2. Teori gravitasi : karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke
bawah. Karena his yang kuat, teratur dan sering, maka kepala janin turun
memasuki pintu atas panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri
dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal), sehingga
lingkar kepala yang memasuki panggul, dengan ukuran yang terkecil :
Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm
Sirkumferensia suboccipito-bregmatika = 32 cm
8
TEORI PERSALINAN
a. Teori Keregangan
batas tertentu.
uterus.
9
d. Teori Prostagladin
f. Faktor nutrisi
yang bila nutrisi kurang pada janin maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan.
10
g. Faktor lainnya
dibangkitkan.
Etiologi :
11
- Panggul picak
- Jika posisi ini menetap sampai akhir Kala I persalinan, maka posisi
ini sebaiknya ditangani sebagai posisi oksiput posterior.( Sarwono
Prawirohardjo, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002)
- Etiologi
- b. Panggul picak
Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam teraba ostemporalis, parietalis, dan telinga.
c. Occiput Posterior
Pada letak belakang kepala biasanya ubun-ubun kecil akan memutar ke
depan dengan sendirinya dan janin lahir secara spontan. Kadang-kadamg UUK
13
tidak berputar kedepan tetapi tetap berada dibelakang, yang disebut POSITIO
OCIPUT POSTERIOR.
Dalam mengahadapi persalinan dimana UUK terdapat dibelakang kita
harus sabar, sebab rotasi kedepan kadang-kadang baru terjadi didasar panggul.
Etiologi
a. Sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan midpelvis.
b. Letak punggung janin dorsoposterior
c. Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada :
1) Perut gantung
2) Janin kecil atau janin mati
3) Arkus pubis sangat luas
4) Dolichocephali
5) Panggul sempit
Diagnosis
a. Pemeriksaan abdomen
Bagian bawah perut mendatar, ekstremitas janin teraba anterior
b. Auskultasi
DJJ terdengar disamping
c. Pemeriksaan vagina
Fontanella posterior dekat sakrum, fontanella anterior dengan mudah teraba jika
kepala dalam keadaan defleksi.
A. DISTOSIA
PENDAHULUAN
Mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi adalah masalah terbesar di
Negara berkembang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana suatu Negara. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mencatat tiap tahunnya di dunia mencapai lebih dari 500.000 perempuan
meninggal karena hamil, dan melahirkan. Dan kematian bayi khususnya neonates
sebesar 10 juta jiwa per tahun.
Distosia meningkatkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi. Pada
beberapa kasus, distosia bahu dapat menimbulkan “Neonatal Brachial Plexus
Palsy/NBPP“, tapi hanya 10% yang permanen. NBPP juga dilaporkan terjadi
karena section caesarea.
DEFINISI
Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan
terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG
dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan
kelainan jalan lahir (passage).
ETIOLOGI
termasuk lemahnya dorongan volunter ibu saat kala II. Passengger mewakili
kondisi adanya kelainan dalam presentasi, posisi atau perkembangan janin.
Passage memaksudkan kelainan pada panggul ibu atau penyempitan pelvis.
PEMBAGIAN DISTOSIA
1. Panggul ginekoid dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan
diameter transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter
anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul
yang cukup luas.
2. Panggul antropoid dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang
daripada diameter transversa, dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.
3. Panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai
segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina
iskiadika menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis menyempit.
17
pintu bawah panggul, dan dalam beberapa hal yang khusus seperti
panggul miring. Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang
penting untuk menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul
tengah, dan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah
panggul. Pelvimetri roentgenologik untuk melihat bentuk panggul dan
menemukan angka-angka mengenai ukuran-ukuran ketiga bdang panggul,
tetapi pemeriksaan ini pada masa kehamilan mengandung bahaya.
Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi kepala dapat dinilai
agak kasar adanya disproporsi sefalopelvik, dengan :
2. Metode Muller Munro Kerr, tangan yang satu memegang kepala janin
dan menekannya ke arah rongga panggul, sedang 2 jari tangan yang lain
dimasukkan ke dalam rongga vagina untuk menentukan sampai berapa
jauh kepala mengikuti tekanan tersebut. Sementara itu ibu jari tangan yang
masuk dalam vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan
simfisis.
Mekanisme persalinan
Prognosis
Penanganan
1. Seksio sesarea
2. Persalinan percobaan
Janin harus dalam presentasi kepala dan tua kehamilan tidak lebih
dari 42 minggu. Alasannya kepala janin bertambah besar serta lebih sukar
moulage.
Indikator keberhasilan:
3. Simfisiotomi
Vulva
Vagina
Serviks uteri
Uterus
Ovarium
MEKANISME PERSALINAN
PROGNOSIS
PENANGANAN
Kadang- kadang dapat pula terjadi posisi lintang tetap rendah ( deep
transverse arrest) yaitu kepala janin sudah berada di dasar panggul dan
posisi ubun- ubun kecil melintang sehingga kala II mengalami kemacetan.
Maka dapat dilakukan ekstraksi cunam yang dipasang miring sesuai posisi
kepala janin atau ekstraksi vakum.
28
3. PRESENTASI MUKA
DIAGNOSIS
ETIOLOGI
MEKANISME PERSALINAN
tidak dapat menambah defleksinya lagi. Hal ini menyebabkan kepala dan
dagu terjepit dalam panggul dan persalinan tidak maju. Maka perlu
dilakukan tindakan secepatnya.
PROGNOSIS
PENANGANAN
Indikasi ekstraksi cunam pada kasus ini bisa dari ibu, dari janin
yaitu dagu sudah berada di depan atau kala II lebih dari 2 jam.
4. PRESENTASI DAHI
DIAGNOSIS
ETIOLOGI
MEKANISME PERSALINAN
PROGNOSIS
PENANGANAN
KELAINAN POSISI
a. Transverse arrest
5. LETAK SUNGSANG
DIAGNOSIS
Perbedaan anus dan mulut adalah pada anus akan teraba sfingter
ani sedangkan pada mulut tidak.
ETIOLOGI
MEKANISME PERSALINAN
PROGNOSIS
PENANGANAN
A. Dalam kehamilan
B. Dalam persalinan
karena saat kepala masuk ke ronggga panggul, tali pusat tertekan diantara
kepala janin dan panggul ibu.
mempercepat kelahiran bahu dan kepala dapat dilakukan manual aid atau
manual hilfe.
yang telah lahir dipegang dengan kedua tangan, badan ditarik ke bawah
sampai ujung bawah skapula depan kelihatan di bawah simfisis.
Dasar cara Loevset adalah bahu belakang janin selalu berada lebih
rendah daripada bahu depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga bahu
belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan lahir di bawah simfisis
.
37
6. LETAK LINTANG
ETIOLOGI
DIAGNOSIS
MEKANISME PERSALINAN
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga
panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus
berkontraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis,
sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi
lingkaran retraksi patologik yang disebut letak lintang kasep. Janin akan
meninggal. Bila masuk ke dalam tubuh ibu maka akan mengakibatkan
perdarahan dan infeksi.
PROGNOSIS
Prognosis buruk baik pada ibu maupun janin. Faktor- faktor yang
mempengaruhi kematian janin adalah letak lintang kasep, ruptur uteri, tali
pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan
janin.
PENANGANAN
7. PRESENTASI GANDA
ETIOLOGI
DIAGNOSIS
PENANGANAN
Bayi dianggap besar bila beratnya lebih dari 4000 gram. Dapat
ditemukan pada wanita hamil dengan DM, postmatur, grande multipara
atau faktor keturunan. Perkiraan besarnya janin dapat ditentukan dari
41
tinggi fundus uteri, namun lebih sering baru diketahui setelah tidak adanya
kemajuan persalinan pada panggul yang normal dan his yang adekuat.
Umumnya janin yang besar memiliki bahu yang lebar.
2. HIDROSEFALUS
Penanganan : bila perut berisi cairan, dapat dilakukan pungsi perut, bila
oleh karen tumor padat sebaiknya dilakukan SC.
5. PROLAPSUS FUNIKULI
Resiko hipoksia pada janin akibat terjerat tali pusat sangat tinggi.
Hal tersebut diatas oleh karena pintu atas panggul tidak tertutup oleh
bagian bawah janin, sehingga sering ditemukan pada letak lintang dan
sungsang terutama presentasi bokong kaki.
43
Penanganan :
Bila tali pusat masih berdenyut, tapi pembukaan belum lengkap dapat
dilakukan reposisi tali pusat dengan posisi ibu trendelenburg atau SC.
Pada letak sungsang, janin dilahirkan dengan ekstraksi kaki, pada letak
lintang dilakukan versi ekstraksi. Sedangkan pada presentasi belakang
kepala dilakukan tekanan yang kuat pada fundus uteri pada waktu his
supaya kepala masuk rongga panggul sehingga mudah dilahirkan.
1. Amplitudo : 40-60 mm Hg
44
Fungsi His yaitu menipiskan dan membuka SBR dan serviks serta
bersamaan dengan tenaga mneran ibu unuk melahirkan bayi dan placenta.
1. INERTIA UTERI
3. INKOORDINASI UTERI
Sifat His pada keadaan ini berubah, tonus relaksasi dan kontraksi
meningkat, koordinasi antar bagian tidak sinkron. Akibatnya terbentuk
lingkaran konstriksi yaitu spasmus sirkuler setempat. Biasanya lingkaran
tersebut ditemuka dibatas antara SAR dan SBR. Bahaya hipoksia bagi
janin.
1. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah
antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan
bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala
dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam
rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila
bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea.
IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada
primigravida.
2. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung
melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian
terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien
berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit
kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak
lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi
48
3. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga
oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian
terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis
sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya
presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan
punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali
mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang
dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi
muka terjadi pada primigravida.
Etiologi
Sebab-sebab terjadinya persalinan macet adalah multikompleks, dan tentu saja
bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik, dan
penatalaksanaannya.
Faktor-faktor penyebabnya antara lain :
- Kelainan letak janin
- Kelainan panggul
- Kelainan his
49
lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika
kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam
kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama
menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya,
jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan
bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam
mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah
panggul).
d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka
sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara
kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan.
51
e. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat
terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat
gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui
oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan
keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada
kasus partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban
pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina
yang berulang-ulang.
b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka
dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum
keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan
sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata
(KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian
pada maternal.
C. PERSALINAN LAMA
A. Definisi
B. Insidensi
D. Klasifikasi
E. Patofisiologi
F. Gambaran Klinik
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan
keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit unutk nulipara dan 20 menit
untuk multipara. Pada ibu dengan paritas tinggi yang vagina dan perineumnya
sudah melebar, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap
mungkin cukup untuk mengeluarkan janin sebaliknya pada seorang ibu, dengan
panggul sempit atau janin besar, atau denan kelainan gaya ekspulsif akibat
anestesia regional atau sedasi yang berat, maka kala dua dapat memanjang. Kala
II pada persalinann nulipara dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila
menggunakan anestesi regional. Untuk multipara 1 jam diperpanjang menjadi 2
jam pada penggunaan anestesia regional.
G. Diagnosis
Adapun kriteria diagnosa dari tiap klasifikasi persalinan lama dan terapi
yang disarnkan ditampilkan pada tabel dibawah ini.
60
61
Selain kriteria diatas, terdapat pula sebuah alat bantu yang dapat mebantu
dalam mempermudah diagnosa persalinan lama. Alat bantu tersebut adalah
partograf. Partograf terutama membantu dalam pengawasan fase aktif persalinan.
Kedua jenis gangguan dalam fase aktif dapat didagnosa dengan melihat grafik
yang terbentuk pada partograf. Protraction disorder pada fase aktif (partus lama)
dapat didagnosa bila bila pembukaan serviks kurang dari 1cm/ jam selama
minimal 4 jam. Sedangkan arrest disorder (partus macet) didiagnosa bila tidak
terjadi penambahan pembukaan serviks dalam jangka waktu 2 jam maupun
penurunan kepala janin dalam jangka waktu 1 jam.
62
Gambar 18. Arrest disorder pada fase aktif persalinan (partus tak maju/
macet)
H. Tatalaksana
Secara umum penyebab persalinan lama dibagi menjadi dua kelainan yaitu
disproporsi sefalopelvik dan disfungsi uterus (gangguan kontraksi). Adanya
disproporsi sefalopelvik pada pasien dengan persalinan lamamerupakan
indikasi utnuk dilakukannya seksio sesarea. Disproporsi sefalopelvik dicurigai
bila dari pemeriksaan fisik diketahui ibu memiliki faktor risiko panggul sempit
(misal: tinggi badan < 145 cm, konjugata diagonalis < 13 cm) atau janin
diperkirakan berukuran besar (TBBJ > 4000gram, bayi dengan hidrosefalus,
riwayat berat badan bayi sebelumnya yang > 4000 gram). Bila diyakini tidak
ada disproporsi sefalopelvik, dapat dilakukan induksi persalinan.
efisien (lebih dari 3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik),
curigai kemungkinan adanya obstruksi, malposisi dan malpresentasi. Bila
kontraksi tidak efisien, maka penyebabnya kemungkinan adalah kontraksi
uterus yang tidak adekuat. Tatalaksana yang dianjurkan adalah induksi
persalinan dengan oksitosin.
Pada kondisi Kala II memanjang, perlu segera dilakukan upaya janin. Hal
ini dikarenakan upaya pengeluaran janin yang dilakukan oleh ibu dapat
meningkatkan risiko berkurangnya aliran darah ke plasenta. Yang pertama kali
harus diyakini pada kondisi kala II memanjang adalah tidak terjadi
malpresentasi dan obstruksi jalan lahir. Jika kedua hal tersebut tidak ada, maka
dapat dilakukan percepatan persalinan dengan oksitosin. Bila percepatan
dengan oksitosin tidak mempengaruhi penurunan janin, maka dilakukan upaya
pelahiran janin. Jenis upaya pelahiran tersebut tergantung pada posisi kepala
janin. Bila kepala janin teraba tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis atau
ujung penonjolan kepala janin berada di bawah station 0, maka janin dapat
dilahirkan dengan ekstraksi vakum atau dengan forseps. Bila kepala janin
teraba diantara 1/5 dan 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung penonjolan tulang
kepala janin berada diantara station ) dan station -2, maka janin dilahirkan
dengan ekstraksi vakum dan simfisiotomi. Namun jika kepala janin teraba
lebih dari 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung penonjolan tulang kepala janin
berada diatas station -2, maka janin dilahirkan secara seksio sesaria.
I. Komplikasi
Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri dalam cairan
amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion
sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin,
65
akibat as[irasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya.
Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina ke
dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila
terjadi persalinan lama.
Ruptura Uteri
Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu
pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul
akibat persalinan yang terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan
segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini, cincin dapat terlihat jelas sebagai
suatu identasi abdomen dan menandakan akan rupturnya seegmen bawah uterus.
Pada keadaan ini, kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anestesia umum yang
sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang seksio sesarea
yang dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik.
Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat pintu atas panggul, tetapi
tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, jalan lahir yang terletak
diantaranya dan dninding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan.
Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa
hari setelah melahirkan dengan timbulnya fistula vesikovaginal, vesikorektal atau
rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala dua
yang berkepanjangan. Dahulu pada saat tindakan operasi ditunda selama
66
mungkin, penyulit ini sering dijumpai, tetapi saat ini jarang , kecuali di negara-
negara yang belum berkembang.
Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera otot-otot
dasar panggul atau persarafan atau fasi penghubungnya merupakan konsekuensi
yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginam, terutama apabila persalinannya
sulit.saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapatkan tekanan langsung dari kepala
janin dan tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini
meregangkan dan melebarkan dar panggul, sehingga terjadi perubahan anatomik
dan fungsional otot, saraf dan jaringan ikat. Terdapat semakin besar kekhawatiran
bahwa efek-efek pada otot dasar panggul selama melahirkan ini akan
menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
Kaput Suksedaneum
J. Prognosis
1. Definisi
Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) ialah proses persalinan
pervaginam yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami
seksio cesarea pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi
pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada dinding
rahim (misalnya satu ataupun lebih miomektomi intramural).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi VBAC
Awal tahun 1989, karena terdapatnya peningkatan jumlah wanita
yang melahirkan pervaginam, semakin banyak laporan yang mengenai
peningkatan angka kejadian ruptura uteri. Morbiditas dan mortalitas
perinatal mengakibatkan beberapa ahli menyarankan bahwa VBAC
mungkin lebih berisiko.
No Karakteristik Skor
1 Usia < 40 tahun 2
2 Riwayat persalinan pervaginam
- sebelum dan sesudah seksio cesarea 4
- persalinan pervaginam sesudah seksio cesarea 2
- persalinan pervaginam sebelum seksio cesarea 1
- tidak ada 0
3 Alasan seksio cesarea terdahulu yang lain 1
4 Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit
dalam keadaan inpartu:
- 75 % 2
- 25 – 75 % 1
- < 25 % 0
5 Dilatasi serviks 4 cm 1
Bishop Score 4 0 4
Riwayat persalinan pervaginam sebelum seksio cesarea 0 2
Indikasi seksio cesarea yang lalu
Malpresentasi, Preeklampsi/Eklampsi, Kembar
HAP, PRM, Persalinan Prematur 0 6
Fetal Distres, CPD, Prolapsus tali pusat 0 5
Makrosemia, IUGR 0 4
0 3
a. Karakteristik Maternal
tahun. Dalam satu sistem penilaian, wanita yang lebih muda dari 40 tahun
diberi jalur tambahan sebagai prediktor untuk VBAC yang sukses (Flamm
et al, 1997).
1. Klasik histerotomi
Tidak diragukan lagi, seorang dokter tidak akan merasa aman
membiarkan seorang pasien yang telah memiliki riwayat histerotomi
klasik sebelumnya untuk menjalani suatu VBAC. Pasien dengan
histerotomi klasik sebelumnya memiliki risiko terjadinya ruptura uteri
yang lebih tinggi pada kehamilan berikutnya. Risiko ruptura uteri
dapat dihindari dengan jalan persalinan dilakukan sebelum kehamilan
36-37 minggu. Meskipun data yang tersedia terbatas, risiko ruptura
uteri pada kelompok pasien diatas diperkirakan sebesar 6-12%.
2. Low vertikal (Krönig) histerotomi
Penelitian kohort retrospektif telah menunjukkan bahwa risiko
terjadinya ruptura uteri tidak lebih besar pada pasien yang telah
mengalami sayatan vertikal di segmen bawah uterus dibanding mereka
dengan sayatan melintang. Tingkat terjadinya ruptura uteri dari studi
ini sebesar 0.8-1.3%. Ketika membandingkan pasien dengan
histerotomi Krönig sebelumnya dengan pasien dengan sayatan
melintang rendah, tidak ada perbedaan statistik, baik analisis univariat
maupun multivariat.
3. Low transverse (Kerr) histerotomi
Kebanyakan bayi yang dilahirkan melalui abdominal dengan
sayatan melintang di segmen bawah rahim (Kerr hysterotomy). Dalam
beberapa penelitian kohort retrospektif yang besar, tingkat ruptura uteri
yang dilaporkan sebesar 0.3-1%. Tingkat ruptura uteri sebesar 0.5-1% (1
dari 200 - 1 dari 100) biasanya didapat pada pasien tanpa resiko
tambahan lainnya.
74
d. Berat lahir
Berat janin lebih dari 4000 gram berhubungan dengan 4 kali risiko
untuk seksio cesarea. Angka keberhasilan VBAC untuk janin dengan berat
lebih dari 4000 gram adalah 58-73%, sedangkan untuk janin dengan berat
lebih dari 4500 gram adalah 43%.
e. Riwayat obstetri dan Indikasi persalinan cesarea sebelumnya
menunjukkan bahwa pasien dengan dilatasi serviks lebih atau sama dengan
4 cm mempunyai angka keberhasilan VBAC kurang lebih 86 %.
h. Usia Gestasi
i. Jarak Kehamilan
3. Syarat
a. Usia kehamilan cukup bulan (37 minggu - 41 minggu)
b. Presentasi belakang kepala (verteks) dan tunggal
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi
d. Keadaan janin terkontrol dengan pemeriksaan Doppler atau NST
79
4. Indikasi
a. Seksio cesarea hanya satu kali
b. Insisi seksio cesarea yang lalu adalah segmen bawah rahim
c. Indikasi seksio cesarea yang lalu bukan indikasi tetap
d. Post operatif seksio cesarea yang lalu tidak ada komplikasi
e. Tidak ada komplikasi pada kehamilan sekarang
6. Ruptura Uteri
7. Penatalaksanaan
a. Pada kehamilan
Pemeriksaan antenatal harus sering untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada kehamilan.
Jika terjadi anemia harus segera diatasi.
Pasien harus dirujuk segera mungkin / trimester III ke RS
Kabupaten.
Awasi kemungkinan terjadinya ruptura uteri spontan sebelum ibu in
partu Saifuddin AB 2006
b. Pada persalinan
1. Jika pasien dalam fase persalinan, pasien harus diawasi ketat :
- Tanda-tanda vital
81
DAFTAR PUSTAKA
10. http://emedicine.medscape.com/article/261137-overview
11. www.emedicine.com/med/topic3280.htm
17. Hannah ME, Hannah WJ, Hewson SA, Planned cesarean section versus
planned vaginal birth for breech presentation at term: a randomised
multicenter trial. Lancet 2000;356: 1375-83.
18. Hobbins JC, Vaginal birth after Cesarean Section Revisited, University of
Colorado Health Sciences Center, Mercer BM, et al. Obstet Gynecol; 111:
285-294, Denver, 2008
20. National Center for Health Statistics. Health, United States, 2003.
Hyattsville, MD: National Center for Health Statistics, 2003