Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan
hasil lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai
suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, oleh
karena itu sifat pendidikan keperawatan juga menekankan pemahaman
tentang keprofesian.
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses,
peran dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena
manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-
sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik
kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)
Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan
keperawatan, maka dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang
pengertian, proses, dimensi, penilaian, strategi, indikator, standar, dan
peran dalam menejemen mutu pelayanan keperawatan sehingga dapat
menggambarkan bagaimana manajemen keperawatan yang bermutu
seharusnya dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Indikator penilaian mutu askep?

C. Tujuan
1. Untuj nebgetahui Apa yang dimaksud dengan Indikator penilaian
mutu askep.

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Indikator penilaian mutu askep


Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu
asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana
pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.
Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrumen,
dan audit (EDIA) (Nursalam, 2014).

1. Aspek struktur (input)

Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah RS


yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3 (metode
asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran), dan lainnya.
Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur sistem
RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu pelayanan.
Kualitas struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya
(efisiensi), dan mutu dari masing-masing komponen struktur.

2. Proses

Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga


profesi lain yang mengadakan interaksi secara professional dengan
pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian
tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan
pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur
pengobatan.

3. Outcome

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga


profesi lain terhadap pasien

2
B. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:

1. Angka infeksi nosocomial: 1-2%


2. Angka kematian kasar: 3-4%
3. Kematian pasca bedah: 1-2%
4. Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5. Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6. NDR (Net Death Rate): 2,5%(adalah angka kematian 48 jam setelah
dirawat untuk tiap tiap 1000 penderita keluar)
7. ADR (Anasthesia Death Rate) maksimal 1/5000(kematian yang
terjadai saat pasien dalam keadaan di anastesi atau yang disebabkan
oleh obat atau alat anastesi yang dipakai oleh ahli anastesi dalam
prakteknya)
8. PODR (Post Operation Death Rate): 1% (kematian post operasi ialah
suatukematian yang terjadi dalam <10hari sesudah operasi (hari
operasi + 9 ) kematian post operasi disebabkan oleh karena /berkaitan
dengan perasi)
9. POIR (Post Operative Infection Rate): 1%

C. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:

1. Biaya per unit untuk rawat jalan


2. Jumlah penderita yang mengalami decubitus
3. Jumlah penderita yang mengalami jatuh dari tempat tidur
4. BOR: 70-85%(persentasi pemakaia tempat tidur pada satuan waktu
tertentu)
5. BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun(adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu)
6. TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong(adalah rata rata hari
dimana tempat tidur kosong tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya)
7. LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosocomial; gawat
darurat; tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan; dan
kepuasan pasien)
8. Normal tissue removal rate: 10%

3
D. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:

1. Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS


dengan asal pasien.
2. Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan pembedahan
dan jumlah kunjungan SMF spesialis.
3. Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar
tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indicator) nasional. Jika
bukan angka standar nasional, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan hasil penacatatan mutu pada tahun-tahun sebelumnya
di rumah sakit yang sama, setelah dikembangkan kesepakatan pihak
manajemen/direksi RS yang bersangkutan dengan masing-masing
SMF dan staff lainnya yang terkait.

E. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:

1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi


2. Pasien diberi obat salah
3. Tidak ada obat/alat emergensi
4. Tidak ada oksigen
5. Tidak ada suction (penyedot lendir)
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat

Menurut Nursalam (2014), ada enam indikator utama kualitas pelayanan


kesehatan di rumah sakit:

1. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi


nosokomial, angka kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus,
kesalahan dalam pemberian obat, dan tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan
2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
3. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
4. Perawatan diri
5. Kecemasan pasien
6. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien.

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan merupakan suatu


pelayanan keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual
yang diberikan oleh perawat profesional kepada pasien (individu, keluarga
maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan. Secara
sederhana proses kendali mutu ( Quality Control ) dimulai dari menyusun
strandar – standar mutu, selanjutnya mengukur kinerja dengan
membandingkan kinerja yang ada dengan standar yang telah ditetapkan.
Apabila tidak sesuai, dilakukakn tindakan koreksi. Bila diinginkan
peningkatan kinerja perlu menyusun standar baru yang lebih tinggi dan
seterusnya.

B. Saran

Kita sebagai perawat saat ini harus mulai meningkatkan manajemen


mutu dan dapat menjaga kualitas mutu dengan sebaik mungkin. Terutama
manajemen mutu dalam pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
klien maupun pasien sehingga dapat menjadi perawat yang professional.

5
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Azwar, A.
1996. Menuju Pelayanan Kesehatan yang Lebih Bermutu. Jakarta: Yayasan
Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.

Gillies, D.A. 1994. Nursing Management, A System Approach. Third Edition.


Philadelphia : WB Saunders.

Kozier, Erb & Blais. 1997. Profesional Nursing Practice: Concept & Perspectives.
Third Edition. California : Addison Wesley Publishing. Inc

Kenyamanan
rpersonal, keluarga, dan sosial.

Anda mungkin juga menyukai