Elokkkk
Elokkkk
FLUOR ALBUS
A. Definisi keputihan
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita
( Wijayanti, 2009). Keputihan adalah semacam slim yang keluar terlalu banyak, warnanya
putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika slim atau lendir ini tidak terlalu
banyak, tidak menjadi persoalan (Sasmiyanti & Handayani, 2008). Keputihan adalah nama
gejala yang diberikan kepada cairan yang di keluarkan dari alat–alat genital yang
tidak berupa darah (Sarwono, 2005).
B. Klasifikasi Keputihan
Ada dua jenis keputihan yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan tidak normal
(patologis).
1.Keputihan normal (fisiologis)
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang– kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, keputihan fisiologis ditemukan
pada:
a. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen keputihan disini
hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjarkelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri jiga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri (Sarwono, 2005)
Menurut Wijayanti (2009) keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya kuning,
kadang-kadang putih kental, tidak berbau tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri,
rasa terbakar, dsb), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat
stres dan kelelahan.
Keputihan tidak selalu mendatangkan kerugian, jika keputihan ini wajar dan tidak
menunjukan bahaya lain. Sebenarnya, cairan yang disebut keputihan ini berfungsi
sebagai sistem pelindung alami saat terjadi gesekan di dinding vagina saat anda berjalan
dan saat anda meakukan hubungan seksual.
Keputihan ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari bakteri yang
menjaga kadar keasaman pH wanita. Cairan ini selalu berada di dalam alat genital
tersebut. Keasaman pada vagina wanita harus berkisar antara 3,8 sampai 4,2, maka
sebagian besar bakteri yang ada adalah bakteri menguntungkan. Bakteri menguntungkan
ini hampir mencapai 95% sedangkan yang lain adalah bakteri merugikan dan
menimbulkan penyakit (patogen).
Jika keadaan ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami keadaan yang
membuat keasaman tersebut bertambah dan berkurang, maka bakteri yang menimbulkan
penyakit tersebut tidak akan mengganggu (Iswati, 2010).
1) Keputihan yang cair dan berbusa, berwarna kuning kehijauan atau keputih-putihan,
berbau busuk dengan rasa gatal. Keputihan semacam ini akan memberi dampak bagi
tubuh wanita, diantaranya wanita akan merasa seperti terbakar di daerah kemaluan
saat buang air kecil. Jika tidak cepat ditangani, lambat laun kemaluan akan terasa
sakit dan membengkak.
2) Cairan keputihan yang berwarna putih seperti keju lembut dan berbau seperti jamur
atau ragi roti. Keadaan ini menunjukan adanya infeksi yang disebabkan jamur atau
ragi yang di kemaluan seorang wanita. Penderita akan merasakan efek gatal yang
hebat. Bibir kemaluan sering terlihat merah terang dan terasa sangat sakit. Selain itu,
saat buang air kecil terasa seperti terbakar. Hal yang harus dicegah adalah
menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi ini. Antibiotik sebenarnya akan
membuat infeksi jamur semakin parah. Penderita pun jangan mamakai pil KB. Jika
sedang menggunakan pil KB, hentikan secepatnya.
3) Cairan keputihan yang kental seperti susu dengan bau yang amis/anyir. Keadaan ini
dimungkinkan karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri Hemophilus. Diperlukan
pemeriksaan khusus untuk membedakannya dengan infeksi trichomonas.
4) Cairan keputihan yang encer seperti air, berwarna coklat atau keabu-abuan dengan
bercak-bercak darah, dan berbau busuk. Janganlah bersantai dan tidak mempedulikan
kelainan ini. Hal ini merupakan tanda-tanda infeksi yang lebih parah, dapat kanker
atau penyakit menular seksual lainnya.
Keputihan penyakit, apapun penyebabnya, perlu diobati sebelum hari perkawinan,
agar tidak menulari pasangan hidup nantinya. Selain itu, komplikasi yang mungkin akan
timbul, bisa buruk dampaknya terhadap kesuburan. Bisa jadi infeksi akan menjalar
sampai ke bagian organ reproduksi yang lebih atas, yakni ke rahim dan saluran telur.
Jika masih juga keputihan saat memasuki hari perkawinan, sering lebih sukar
menyembuhkannya sebab kemungkinan akan terjadi apa yang disebut sebagai
“fenomena pingpong”. Artinya setelah diobati, dan pihak istri sembuh, namun bila suami
tak diobati, sewaktu berhubungan seks, suami yang sudah tertular istri akan menulari
kembali istri yang sudah diobati dan sembuh. Dan begitu juga seterusnya sehingga
keputihan istri tak kunjung selesai sembuh.
Maka, jika istri kedapatan keputihan, suami pun sekaligus perlu diobati juga kalu
terbukti positif. Gejala keputihan pada pria tidak senyata pada wanita. Mungkin hanya
titik lendir, dan keluhan gatal di ujung lian kemih saja. Dengan cara pemeriksaan lendir
yang mungkin keluar dari liang kemih kemaluan, dapat dipastikan apakah memang
sudah terjadi penularan keputihan pada pihak suami.
Selama istri dalam pengobatan keputihan, dianjurkan tidak bersetubuh dulu sampai
keduanya betul-betul sudah dinyatakan sembuh. Tandanya keputihan sudah sembuh,
keluhan dan gejala keputihannya sudah mereda dan selain lendirnya sudah kering sama
sekali.
Seringnya keputihan kambuh, lantaran pengobatan belum tuntas sama sekali sedang
obat sudah di hentikan. Mestinya obat belum boleh dihentikan selama keputihannya
masih ada sebagaimana mungkin tampak masih keluar lendir abnormalnya yang
mungkin membercak di pakaian dalam, selain masih ada keluhan gatal dan berbau.
Keputihan jenis penyakit yang dibiarkan tanpa pengobatan akan berkembang
semakin hebat. Keputihan membuat vagina lebih masam. Jika dibiarkan dapat menjalar
terus ke organ reproduksi.
Pada wanita yang belum pernah menikah, belum pernah berhubungan seks, obat
keputihan hanya dalam bentuk obat minum saja. Sedang untuk wanita yang sudah
menikah, bisa juga diberikan obat yang dimasukan ke liang vagina (vaginal suppositoria)
selain obat minum.
Penyakit kelamin kencing nanah pun gejalanya mirip keputihan juga. Mungkin
menyerupai keputihan yang disebabkan oleh jamur atau parasit, namun tidak gatal, dan
tidak pula berbau. Keputihan kencing nanah muncul pagi hari pada pria. Namun, pada
wanita sering samar-samar, dan baru kelihatan jika dilakukan pemeriksaan dalam oleh
dokter. Apabila merasa punya riwayat pernah berhubungan seks dengan pria lain sebelum
menikah, lalu muncul keputihan beberapa hari kemudian, waspadalah siapa tahu benar
sudah tertular kencing nanah GO (gonorrhoe). Untuk memastikan betul kalau itu kencing
nanah, lendir keputihannya di ambil di laboratorium untuk dibiak. Kalau hasilnya
ternyata positif GO, sebaiknya diobati sampai tuntas sebelum malam pengantin.
Kencing nanah yang tidak diobati bisa berkomplikasi sampai kedalam kelenjar yang
berada di sekitar vagina (bisul vagina) selain kemungkinan menembus memasuki organ
reproduksi bagian yang lebih atas, memasuki saluran telur, seperti yang sering menjadi
akibat penyakit menular seksual lain (oleh kuman chlamydia). Kedua penyebab itu
sama-sama 16 bisa berakhir dengan kemandulan juga (Nadesul, 2009).
C.Penyebab Keputihan
Menurut Wijayanti (2009) dengan memperhatikan cairan yang keluar, terkadang dapat
diketahui penyebab keputihan. Penyebab keputihan tersebut antara lain:
1.Infeksi Gonore, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah dan berwarna kuning
kehijauan.
2.Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa cairan encer
berwarna kuning kelabu.
3.Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker.
4.Kelelahan yang sangat.
Di dalam bukunya, Hendrik (2006) menjelaskan bahwa keluhan keputihan dari seorang
wanita menjelang terjadinya haid secara statistik cenderung dapat menyebabkan keadaan
daerah kemaluan (terutama vagina, uterus, dan vulva) menjadi mudah terjangkit
suatu
penyakit dan menularkannya ke tubuhnya sendiri atau ketubuh orang lain yang melakukan
persetubuhan dengannya. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut:
1.Banyaknya bakteri-bakteri yang senantiasa berada di dalamnya (flora normal), yang
telah berubah sifatnya menjadi bakteri-bakteri patogen disamping adanya
mikroorganisme lainnya yang bersifat patogen potensial.
2.Adanya perubahan pengaruh hormon-hormon seks steroid, terutama hormon estrogen
dan progesteron, secara fluktuatif menjelang terjadinya perdarahan haid akan
menimbulkan kerentanan pada dinding vagina terhadap terjadinya infeksi, terutama
infeksi Candida sp.
3.Adanya hubungan langsung yang dekat dengan lingkungan luar tubuh yang dapat
memungkinkan masuknya bakteri dan mikroorganisme lainnya yang bersifat patogen
potensial ke vagina
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada
vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah
hydrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan
pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang
normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin,
yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga
merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia,
menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum
yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih
vagina, disinfektan yang kuat (Amiruddin, 2003).
D. .Pathway
Faktor resiko: gangguan hormon, infeksi (jamur, bakteri, parasit), kanker, kurang
perhatian hygiene alat kelamin
F .Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
1.Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
2.Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
3.Sitologi vagina
4.Kultur sekret vagina
5.Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
6.Ultrasonografi (USG) abdomen
7.Vaginoskopi
8.Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
9.Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
10.Pemeriksaan PH vagina.
11.Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 % .
12.Pulasan dengan pewarnaan gram .
13.Pap smear.
14.Biopsi.
15.Test biru metilen. (Manoe, 1999)
G .Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan
kemungkinan
adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam
serta
berbau busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau
parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses
infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi
keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan
golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat
dapat
berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang
dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan
melalui
hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu
menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah
berulangnya keputihan.
Tujuan pengobatan:
-Menghilangkan gejala
-Memberantas penyebabrnya
-Mencegah terjadinya infeksi ulang
-Pasangan diikutkan dalam pengobatan
B.Diagnosa Keperawatan
1.Resiko infeksi dengan faktor resiko invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
2.Ansietas b.d. kurang pengetahuan terhadap penyakit
3.Defisiensi pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi.
4.Kerusakan integritas kulit b.d. adanya lesi.
C.Intervensi Keperawatan
1.Resiko infeksi dengan faktor resiko invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
a.Tidak ada tanda-tanda infeksi
b.TTV normal
c.Tidak ada peningkatan leukosit
Intervensi :
a.Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien dan memantau ada tidaknya tanda-
tanda infeksi
b.Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien
Rasional : teknik aseptik dapat meminimalisir terjadinya infeksi pada pasien
c.Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum
mendekati pasien.
Rasional : teknik isolasi dan cuci tangan dapat memutus mata rantai proses
terjadinya infeksi
d.Berikan penjelasan tentang perawatan organ reproduksi
Rasional : agar pasien dapat menjaga kebersihan reproduksi secara mandiri
e.Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter
Rasional : terapi antibiotik merupakan terapi farmakologi untuk mencegah
terjadinya infeksi pada pasien
2.Ansietas b.d. kurang pengetahuan terhadap penyakit
Tujuan : ansietas dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
a.Mengungkapkan perasaan ansietas
b.Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun
c.Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar
Intervensi :
a.Kaji faktor presipitasi dan predisposisi ansietas pasien
Rasional : menentukan intervensi yang tepat bagi pasien
b.Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya
Rasional : mengetahui apa yang sedang dirasakan pasien saat ini
c.Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan
Rasional :memberikan dukungan emosional dapat mendorong mengungkapkan
masalah.
d.Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping yang
lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan
Rasional :membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru,
mengurangi perasaan ansietas
e.Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien saat ini
Rasional :khayalan yang disebabkan informasi atau kesalalahpahaman dapat
meningkatkan tingkat ansietas
3.Defisiensi pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi
Tujuan : pasien paham tentang penyakit keputihan dan rencana pengobatan
Kriteria hasil:
a.Pasien mampu mengungkap kembali tentang penyakit keputihan dan rencana
pengobatan
b.Pasien berpartisipasi dalam perawatan
Intervensi :
a.Kaji tingkat pengetahuan pasien
Rasional :
Menentukan kebu-tuhan pengetahuan yang diperlukan pasien
b.Jelaskan kepada pasien tentang penyakit keputihan dan rencana pengobatan
dengan bahasa yang sederhana
Rasional : Bahasa sederhana memudahkan pasien dalam menginterpre-asikan
informasi yang diterima
c.Diskusikan dengan pasien tentang hal-hal yang belum diketahui
Rasional : Menggali hal-hal yang belum diketahui pasien
d.Berikan reinforcement positif dari pertisipasi aktif paien
Rasional : Meningkatkan rasa percaya diri dan partisipasi pasien.
4.Kerusakan integritas kulit b.d. adanya lesi.
Tujuan : kerusakan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
a.Bercak/warna kemerahan pada vagina berkurang/hilang
b.Tidak ada lesi pada daerah vagina
Intervensi :
a.Pertahankan kebersihan, kekeringan,
dan kelembaban kulit, gunakan air hangat saat mandi.
Rasional : untuk menjaga keutuhan dan menghindari kondisi kulit yang teriritasi
semakin buruk.
b.Pastikan intake nutrisi adekuat.
Rasional : Untuk meningkatkan penyembuhan lesi dan mencegah infeksi
semakin memburuk.
c.Edukasi pasien dan keluarga untuk menjaga pasien terhindar dari bahan
kimia seperti detergen dan tidak menggunakan sabun serta pelembab kulit yang
mengandung alcohol, serta menjaga kebersihan vagina.
Rasional : untuk menghindari iritasi yang semakin membusuk kondisi vagina
yang bersih dan tidak lembab dapat mempercepat penyembuhan luka.
Maulana. 2008. Buku Pegangan Ibu Panduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta :Kata Hati.
BookMarks
lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Jakarta