Skripsi Ummah
Skripsi Ummah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hubungan antara pribadi pendidik dan pribadi si anak didik, yang pada akhirnya
mengembangkan berbagai potensi yang ada dan yang dimiliki setiap individu
lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya di mana individu tersebut hidup.
1
Hasbullah , Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
h.5.
1
Mengutip teori John Dewey dalam bukunya yang berjudul Democracy
and Education John Dewey mengemukakan empat konsep pokok dalam belajar
yang harus dilalui oleh seorang peserta didik sehingga dapat menjadi manusia
adalah: (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning to be, dan (4)
Learning to live together. Dua konsep terakhir sangat dekat dengan upaya
pendidikan karakter dan itulah corak akhir dari kehidupan manusia. Sedangkan
untuk mencapai dua yang terakhir, maka siswa perlu melewati dua jenis belajar
Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan itu hanya akan bermakna
No. 20 Tahun 2003 Bab II tentang Dasar, Fungsi, dan Tujuan pasal 2 yang
berbunyi:
2
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”2
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan
gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani
penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus
Masalah yang dihadapi oleh anak usia sekolah esensinya sama dengan
anak-anak pada umumnya. Karena pada dasarnya masalah yang meraka hadapi
ini termasuk masalah umum yang ada dikalangan peserta didik, Oleh karena
mereka memiliki multi perhatian, sangat mungkin masalah mereka lebih sedikit
atau setidaknya dalam hal-hal tertentu berbeda dengan yang tidak bersekolah.
Masa usia sekolah, khususnya antara 12 tahun sampai dengan 18/20 tahun, atau
yang disebut juga masa remaja ditandai dengan adanya aneka perubahan.
Perubahan itu nampak pada dimensi fisik dan psikis, yang dapat menimbulkan
2
UU RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (Jakarta: Cemerlang, 2003), h.3.
3
masalah tertentu bagi mereka yang sedang bersekolah. Di sekolah masalah yang
Dalam hal ini, apakah peserta didik tersebut menunjukkan perilaku yang reaktif
atau monoton dalam belajar. Mungkin saja, ada peserta didik atau beberapa
pembelajaran dan mungkin saja ada yang tak menunjukkan perilaku belajar
sama sekali.
ini, kesadaran untuk menentukan perilaku belajarnya. Kesadaran akan hal ini
sangatlah ditentukan oleh kepribadian yang dimiliki oleh individu atau peserta
sekolah yaitu perilaku belajar peserta didik mereka ketika di dalam kelas,
peneliti sendiri bahwa perilaku belajar antara kedua Input yang berasal dari
sekolah (MI dan SD) berbeda atau tidak sama termasuk di MTs AL–
4
RAISIYAH yang notabenenya peserta didik juga mempunyai latar belakang
sarana dan prasarana yang diupayakan serta serta optimalisasi melalui upaya
dengan tujuan pendidikan nasional dan islam dimana peserta didik mempunyai
Dasar (SD) Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII Di MTs Al-
3
Observasi awal, MTs AL RAISIYAH tanggal 7 september 2017. Pukul 09.00 WITA
5
B. Rumusan Masalah
(MI) pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII MTs AL – RAISIYAH
2. Bagaimana perilaku belajar siswa yang berasal dari Sekolah Dasar (SD) pada
Pelajaran 2016/2017 ?
3. Apakah ada perbandingan perilaku belajar siswa yang berasal dari Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dengan siswa yang berasal dari Sekolah Dasar (SD) pada
Pelajaran 2016/2017 ?
Belajar Siswa Yang Berasal Dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Dengan Siswa Yang
Berasal Dari Sekolah Dasar (SD) Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII Di
6
1. Tujuan Penelitian
Ibtidaiyah (MI) pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII MTs AL –
Dasar (SD) pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII MTs AL –
berasal dari Sekolah Dasar (SD) pada mata pelajaran IPS terpadu
2. Manfaat Penelitian
a) Bagi Guru
b) Bagi Masyarakat
umum.
7
c) Bagi Sekolah
d) Bagi peneliti
dasar).
8
D. Penelitian Terdahulu
Pada kajian ini peneliti mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang dalam
(skripsi, jurnal maupun karya ilmiah lain dan sebagainya). Dengan melakukan
langkah ini , maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orientasi dan posisi
yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sekampung yang terdiri atas 6 kelas
dengan jumlah siswa sebanyak 192 siswa. Teknik pengambilan sampel penelitian
yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sebelumnya.
sampel, kelas VII1 kelompok eksperimen 1 dan kelas VII2 sebagai kelompok
4
Farahita Maya Canty Dewi , Abdurrahman, Perbandingan Perilaku Berkarakter Siswa
antara Model Pembelajaran exclusive Berbasis Inkuiri dengan Verifikasi E Journal : UNILA
2013
9
digunakan adalah lembar penilaian observasi perilaku berkarakter siswa dan
diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
Uji persyarat analisis digunakan untuk mengetahui apakah analisis data untuk
pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji pra syarat analisis berupa uji
normalitas data, setelah uji prasyarat dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu
melakukan uji analisis uji T untuk dua sampel bebas Independent SamplesT-Test.
Populasinya yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sekampung dengan
jumlah siswa sebanyak 192 siswa. Sampel berjumlah 64 siswa dengan teknik
adalah tipe One Shot Case Study. Rata-rata hasil perilaku berkarakter siswa pada
kelas exclusive berbasis inkuiri dan berbasis verifikasi yaitu 67.16 dan 56.22,
verifikasi.
belajar siswa namun basis yang di gunakan sangatlah berbeda dapat di lihat dari
dalam research yang akan dilakukan lebih kepada kajian perolehan karakter
10
siswa yang di dapat dari jenjang pendidikan sebelumnya yakni Madrasah
2. Bagus Sudjatmiko dan Ikhsan Budi Riharjo Pengaruh Perilaku Belajar Siswa
siswa dan kecerdasan emosional terhadap stres dalam menghadapi ujian nasional
pada mata pelajaran akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku
Dalam penelitian ini yang sudah di lakukan oleh Bagus Sudjatmiko dan
Ikhsan Budi Riharjo sama sama mengusung pengaruh dengan type penelitian
kuantitatif menggunakan 2 jenis analisis data yakni uji validitas dan uji
lakukan peneliti terkait pebedaan perilaku siswa yang berasal dari MI dan SD
menggunakan populasi yang lebih kecil yakni pada satu sekolah dengan tekhnik
5
Bagus Sudjatmiko dan Ikhsan Budi Riharjo Pengaruh Perilaku Belajar Siswa Dan
Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Menghadapi Ujian Nasional Pada Mata Pelajaran
Akuntansi Madrasah Aliyah Di Kabupaten Tuban Jurnal Ilmu dan riset Akutansi Vol 2 No 10,
2013
11
random sampling dimana keterwakilan populasi di lihat dari sampel yang di
gunakan.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Definisi Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep menarik dalam teori-teori psikologi
Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan dan
pengetahuan dengan ciri-ciri Belajar harus ada perubahan perilaku pada diri
6
Suwardjono Perilaku Belajar di Perguruan Tinggi, Jurnal Akuntansi, edisi 3 (Maret,
2010) Yogyakarta: STIE YKPN.
7
Marita, dan Shaalih, Kajian Empiris Atas Perilaku Belajar Dan Kecerdasan
Emosional. (Bandung: Alfabeta,2011) h. 29
13
individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek kognitif tapi juga aspek
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya yaitu bisa berupa fisik
dan psikis dan perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup
permanen.
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar dan peserta didik, belajar merupakan kata yang
tidak asing lagi dibenak bahkan ditelinga kita. Bahkan sudah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka sebagai peserta
tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit
tingkah laku belajar terdiri dari dua kegiatan yaitu psikis dan fisis yang saling
belajar dapat dipahami dan dikatakan sebagai usaha atau latihan supaya
8
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Ed. 2, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008),
h.12
14
individu memperoleh perilaku dan memperoleh keterampilan dengan cara
kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam
Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai
pelatihan belaka seperti pada tampak pada pelatihan membaca dan menulis.
Berdasarkan presepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas
Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut
9
Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika
belajar dan mengajar) (Bandung: Alfabeta CV, 2014), h. 11-12
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan pendekan baru) (Ed Revisi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 87-88.
15
kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran
penentukan pola hidup; dan yang terakhir yaitu (3) psikomotorik yaitu
Akibat belajar dari ketiga ranah ini akan makin bertambah baik. Arthur T.
tingkah laku dalam pendidikan karena pengalan dan pelatihan atau karena
mengalami pelatihan. Dalam mengalami itu anak belajar terus menerus antara
anak didik dengan lingkungannya secara sadar dan sengaja. 12 Belajar sebagai
proses akan terarah kepada tercapainya tujuan (goal oriented), dalam aspek ini
dapat dilihat dari pihak siswa untuk mencapai sesuatu yang berrti baginya
11
Rijal Muhammad, “Komparasi Strategi Pembelajaran” Journal of Education and
Learning Vol. 6 (February 2012) h. 15-22
12
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar Dan Mengajar, h. 12-13
16
kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga.
Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk
perubahan dalam bentuk fisik saja, tetapi perubahan dalam jiwa juga dengan
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dalam dirinya sebagai
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya
17
akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.13 Setiap orang memiliki
cara dan metode belajarnya sendiri. Ada yang lebih senang belajar sendiri,
sesuatu agar sesuatu yang ia pelajari dapat diingat dan dipahaminya dengan
baik.
memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam
aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan
a. Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir
13
Ningsih, Nuroktya, “Problematika Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran”, Jurnal
Citizenship Vol 1, (Oktober, 2013), h. 16
18
b. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-
c. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalh-
masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
Tujuannya untuk memahami pemahaman dan kecakapan dalam
memecahkan masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah
persahabatan, masalah kelompok, dan masalah lain yang bersifat
kemasyarakatan.
atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah
19
hal ini hampir seluruh mata pelajaran dapat dijadikan sarana belajar
e. Belajar Rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan
sistematis.14
f. Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan
ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas
14
Hadi rahman, “Jenis Dan Karakteristik Peserta Didik” , E : Journal admaedu, No 3,
Vol 9 ( Januari, 2015) h. 18
20
adalah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku baik
g. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti
penting atau nilai suatu objek. Tujuannya, agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecepatan.
h. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) adalah belajar dengan cara melakukan
15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Dengan Pendekatan Baru), h. 120- 122
21
B. Perilaku Belajar
1. Definisi Perilaku Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perilaku berarti tanggapan atau
reaksi yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan,
terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan
mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan
yang baru secara keselurahan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
16
Slameto, Belajar dan Faktor yang mempengaruhi (cet. VI; Jakarta : Rineka Cipta, h. 5
-8
17
Wawan dan Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manuisia (Medical Book) (Cet. I; Yogyakarta: Nuha Medika, 2010), h. 48-50.
22
dalam berinteraksi dengan lingkunganya.18 Perilaku belajar ditandai dengan
adanya perubahan tingkah laku dalam kegiatan proses belajar karena belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme atau dalam diri
tingkah laku organisme atau diri seseorang atau peserta didik tersebut.19 Belajar
pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental dalam diri seseorang dalam
laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap
maupun psikomotorik.
spesifik. Ciri-ciri perubahan perilaku belajar adalah suatu perubahan khas yang
berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari.
18
Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan (Cet.
I; Jakarta; Prestasi Pustaka), h. 22.
19
Alex Sobur, Psikologi Umum (Cet. I; Jawa Barat: CV Pustaka Setia. 2003), h.
220.
23
b. Perubahan Positif Dan Aktif. Perubahan positif dan aktif adalah Perubahan
yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan yang
bersifat positif maknanya baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan. Hal
pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari apa yang telah ada
yang luas karena perubahan efketif dan fungsional berdaya guna bagi
individu.20
20
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 92.
24
2. Fase –Fase Proses Belajar
tiga episode atau fase yakni fase informasi, fase transformasi, dan fase evaluasi.21
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri adapula
Dalam fase tranformasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau
kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai
tertentu.
Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh
21
Goleman, Working With Emotional Intelegence, (Terjemahan Alex Tri Kantjono W)
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2009) h. 55
25
dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan
1) Aspek Fisiologi
yakni kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga
dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin
2) Aspek Psikologis
a.) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf Administrasi dan
para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatif dan
26
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
belajar siswa.22
dilaksanakan.
22
Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar. (Semarang: Unness Press,2013 ) h. 14
27
orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis,
tugas utama dalam peletakan dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan
diterima anak akan didapatkan melalui lembaga formal yakni sekolah. Karena
itu, sekolah merupakan lembaga substansif selain keluarga yang juga punya
peranan pendidikan tertua, yang bersifat formal dan kodrati. Tugas sekolah
mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat ( mulai dari taman kanak-kanak
23
Hasbullah , Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2005),
h.12
28
1. Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang
4. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
dasar secara garis besar dalam jalur formal diklasifikasikan menjadi 2 yakni:
dengan maksud dan tujuan yang tidak lain agar anak indonesia menjadi
24
Sri Minarti, Manajemen Sekolah, Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri
(Yogyakarta : Ar-Ruuz Media. 2010) h. 32.
29
Dalam pelaksanannya, pendidikan di sekolah dasar diberikan kepada
siswa dengan sejumlah materi atau mata pelajaran yang harus dikuasainya.
Mata pelajaran tersebut antara lain seperti pendidikan agama (diberikan sesuai
pendidikan jasmani dan olahraga, seni budaya dan kerajinan, serta ditambah
dengan mata pelajaran yang bersifat muatan lokal pilihan yang disesuaikan
bahasa daerah (sesuai dengan daerah masing-masing), dan baca tulis alquran.
indonesia tetap lestari dan terjaga keasliannya sebagai aset bangsa sebagai
maka latar belakang pendidikan di sekolah dasar indonesia mengacu pada akar
20 Tahun 2003 pasal 31 ayat 3 dan ayat 5.25 Pendidik yang berkewajiban
untuk selalu menanamkan kepada anak didik atau siswanya menjadi jiwa dan
25
UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 pasal 31 ayat 3
30
insan-insan yang menjunjung budaya bangsa seperti yang tertuang pada
amanat undang-undang tersebut di atas. Hal itu nampak jelas tertanam pada
jiwa siswa ketika siswa bertemu dengan guru di jalan dan menyapa guru
tersebut sembari mencium tangan guru tersebut. contoh lain dari latar
orang tua kandung sendiri, gotong royong sesama teman dalam bentuk kerja
sama, dan masih banyak lagi contoh kasus lain seperti pemberian materi
pelajaran bahasa daerah, berpakaian rapi dan sopan dan lain sebagainya.
Posisi ini menjadi strategis dari sisi budaya di mana karakter keislaman dapat
dibangun secara moderat. Madrasah juga strategis dari sisi politis di mana
madrasah ini dalama tataran yang lebih makro dapat dilihat sebagai
representasi wajah dan masa depan Islam Indonesia secara lebih universal.
31
Indonesia, serta besarnya jumlah Siswa pada tiap Madrasah menjadikan
menjadikan Madrasah keluar dari kesan tradisional dan kolot yang selama ini
keberadaannya yang sudah sangat lama, tetapi juga karena kultur, metode, dan
niali keislaman dengan titik berat pada pendidikan. Madrasah juga berusaha
untuk mendidik para Siswa yang belajar pada Madrasah tersebut yang
26
Al-Abrasyi, M. Athiyah, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, Cet.IV ( Jakarta : Bulan
Bintang, 2014) h, 19.
27
Ibid h. 27
32
keislamannya disatu sisi serta mendalam penguasaan informasi dan
agent of change.28
tingkat dasar Madrasah Ibtidaiyah (MI) memiliki peran yang cukup vital
diperlukan pengelolaan yang baik dan profesional. Sehingga dalam hal ini
28
Amin, Ahmad. Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta. 2009) h. 85
33
menjadi sebuah keniscayaan ditengah pelaksanaan Sisdiknas yang telah
D. IPS Terpadu
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas dari hubungan
akan datang.
mengolah informasi.
dari pelajaran social yang berhubungan dengan masyarakat yang terdiri dari
34
relationship sehingga benar-benar dapat dipahami dan diperolah
pemecahaannya.29
berkenaan dengan perubahan zaman, era globalisasi yang kian merambat dan
pancasila.
pelajaran lain sebagai disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu
29
Thamrin, Pembelajaran IPS untuk Anak Usia Dini. (Jakarta : Pustaka Jaya, 2011) h,
89.
30
Numan Somantri. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS dalam pembelajaran.
(Bandung:Rosdakarya.2001),hlm. 101.
35
diharapkan pendidikan IPS terhindar dari sifat anakhronisme atau ketinggalan
IPS merupakan studi terintegrasi dan ilmu IPS juga berfungsi sebagai
agama, sosiologi, dan juga memuat isi dari humaniora dan ilmu-ilmu alam.
Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial
31
Barth, J. L. Methods of Instruction In Social Studies Education(Maryland: University
Press of America, 2005), hlm. 360.
36
cabang ilmu IPS seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum
dan budaya.32
sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai
dan generalisasi yang berkaitan dengan social issue. Pada jenjang SD/MI,
Ekonomi.
tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari
disiplin ilmu IPS dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk merealisasikan
dalam IPS termasuk konsep, struktur, cara kerja, aspek, metode, maupun
aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu IPS, dikemas secara psikologis,
Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, IPS memiliki tujuan untuk
32
Pusat Kurikulum. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu.hlm 6
37
rangka memahami bidang kajian IPS. Berkaitan dengan tujuan IPS,
investigasi dari ilmu-ilmu sosial, informasi dipilih dari berbagai tempat yang
menciptakan dan mendidik warga negara agar menjadi lebih baik. Dari
untuk membentuk warga negara yang baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan dan keterampilan yang berguna bagi diri dalam hidup sehari-hari
dan warga negara yang bangga sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.
33
Martorella, Social Studies for Elementary School Children, Developing Young Citizen.
(New York : Merill, 2007), hlm. 205
34
Kenworthy, Leonard. Social Studies for The Eighties.(Canada: John Wiley & Sons,
2000) , hlm. 7.
38
1. Pendidikan Kemanusiaan
2. Pendidikan Kewarganegaraan
kewarganegaraan.
3. Pendidikan Intelektual
39
Ada empat kategori tujuan IPS, yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap,
siswa untuk belajar lebih banyak tentang dirinya, fisiknya, dan dunia sosial.
agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
35
Fraenkel, Jack R.Helping Students Think Value Strategies for Teaching Social
Studies.(NewJersey: Prentice-Hall, 2005), hlm. 61.
36
Pusat Kurikulum. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran IPS terpadu. hlm 6
40
didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat
baik
41
E. Kerangka Berpikir
tingkah laku dalam kegiatan proses belajar karena belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme atau dalam diri seseorang atau
dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental dalam diri seseorang dalam
tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan,
Perilaku belajar adalah suatu sikap yang muncul dari diri peserta didik
dua penilaian kualitatif yakni baik dan buruk tergantung kepada individu
yang mengalaminya, untuk meresponnya dengan baik atau bahkan acuh tak
acuh. Perilaku belajar juga berbicara mengenai cara belajar yang dilakukan
oleh peserta didik itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku
belajar adalah merupakan cara atau tindakan yang berisi sikap atas
42
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
1, Keterampilan
2. Pengamatan
3. Kebiasaan Belajar
4. Berpikir Asosiatif
5. Berpikir Rasional
6. Inhibisi
7. Apresiasi
8. Afektif
43
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara yang
Dengan Siswa Yang Berasal Dari Sekolah Dasar (SD) Pada Mata
1.) Ho : ada perbedaan perilaku belajar antara siswa yang berasal dari
dasar (SD) pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII di MTs AL
2.) Ha : Tidak ada perbedaan perilaku belajar antara siswa yang berasal
dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan siswa yang berasal dari sekolah
dasar (SD) pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII di MTs AL
37
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), h.96.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
perbandingan dua sampel atau uji coba pada objek penelitian. Tapi peneliti
1) Populasi
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain
dan juga bukan dari jumlah yang ada pada objek/subjek yang
subjek/objek itu.
38
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2005), h.50.
45
Tabel 1.1 Jumlah Populasi
No Jenis Populasi Jumlah
1 Siswa yang berasal dari MI 26
2 Siswa yang berasal dari SD 31
Jumlah Keseluruhan = 57
2) Sampel
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
dalam penelitian ini adalah 25% ini sesuai dengan yang di katakan
Apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika
jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih.40
39
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), h.118-119
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta,
2009), h. 104
46
Probability Sampling. Dimana teknik Non probability sampling
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu.41
C. Instrumen Penelitian
jumlah variabel yang akan diteliti. Apabila variabel penelitiannya ada tiga
penelitian ada yang dibuat oleh peneliti dan ada juga yang sudah
dibakukan oleh para ahli, karena instrumen penelitian ini akan digunakan
a. Angket
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D, h.120
42
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2008), h.78.
47
responden.43 Instrumen ini digunakan untuk mengetahui perilaku belajar
peserta didik yang ada di Kelas VII MTs AL - RAISIYAH. Adapun jenis
skala yang digunakan dalam penyusunan angket ini adalah skala likert
b. Observasi
unsur yang nampak dalam suatu objek penelitian. Unsur- unsur yang
nampak itu disebut dengan data atau informasi yang harus diamati dan
saat peserta didik sedang belajar terkait perilaku belajar, Adapun sasaran
43
Putro Widoyoko, Tekhnik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012), h. 46.
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods ( Bandung: Alfabeta,
2015), hlm. 259.
48
c. Wawancara
sebagai alat bantu yang dimaksud berupa catatan pertanyaan yang hendak
karena itu maka perlu diketahui terlebih dahulu sasaran, maksud dan
sedang diteliti agar pertanyaan tidak meleset dari hasil yang diharapkan.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan oleh peneliti kepada guru dan
49
jumlah rata-rata skor tiap aspek dengan menggunakan rumus konversi
Keterangan:
X : Mean Ideal
Skor maksimal ideal : Jumlah Indikator X Skor Tertinggi
Skor minimal ideal : Jumlah Indikator X Skor Terendah
Mi mean ideal : ½ (skor mak ideal + skor min ideal)
Sbi :1/6 (skor mak –skor min).45
yang berasal dari 2 distribusi bentuk rumus t-tes adalah sebagai berikut
Keterangan:
Ҳ1 = mean pada distribusi pre test
Ҳ2 = mean pada distribusi post test
SD12 = nilai varian pada distribusi pre test
SD22 = nilai varian pada distribusi post test
N1 = jumlah individu pada pre test
45
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Pendekatan Suatu Praktek). (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm .75.
50
N2 = jumlah individu pada post test.46
Nilai ttes yang diharapkan adalah nilai t yang signifikan, yaitu t empirik
(yang kita kenal dengan thitung) lebih besar atau lebih dari t teoritik (ttabel).
adalah, db = N –2, dan jika thitung ≥ ttabel berarti ada signifikansi antar varian,
yang artinya ada perbedaan perilaku belajar antar siswa yang berasal dari MI
Selain menghitung uji ttest secara manual, juga akan menguji ttest
sedangkan jika hasil taraf signifikansinya > 0,05. maka dinyatakan tidak ada
peneliti untuk mencapai tujuannya yaitu ada beberapa tahap. Adapun tahap-
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods ( Bandung: Alfabeta,
2015), hlm. 259.
51
surat izin penelitian untuk mengadakan penelitian kepada pihak-pihak
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah melakukan pengolahan data
test.
metodologis.
52
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah
sementara. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas VII di MTs Al
antara peserta didik yang berasal dari MI dan peserta didik yang berasal dari
SDN di MTs AL Raisiyah Sekarbela Kota Mataram pada kelas VII Untuk
mengambil data dari variabel penelitian tersebut digunakan skala likert. Setelah
mengumpulkan data melalui skala perilaku belajar yang diisi oleh peserta didik
di kelas VII dengan jumlah peserta didik dari keseluruhan kelas VII sebanyak
53
26 orang yang kemudian diberikan skor pada masing-masing item soal dan
dapat dilihat pada lampiran skor perilaku belajar peserta didik di MTs Al
berikut ini.
Nilai tertinggi : 93
Nilai terendah : 46
Range : Nilaimax-nilaimin
:
93-46
: 47
: 1 + 3,3 log 26
: 1 + 3,3 × 1,41 6
4
: 6 = 7,83 = (8)
54
d. Distribusi frekuensi skor perilaku belajar peserta didik yang berasal dari
MI
Tabel 4.2
Tabel Penolong untuk Menghitung Nilai Mean
X = ∑f
∑f
= 1 = 75,23
2
55
f. Standar Deviasi
√∑x−x2 = √5,5
Standar Deviasi = 𝑥=
n1 2−1
= √228.82
= 15,12
56
g. Kategori perilaku Belajar Siswa yang berasal dari MI di kelas VII MTs Al
Tabel 4.4
Kategori perilaku Belajar Siswa yang berasal dari MI di kelas VII MTs Al
Raisiyah Sekarbela Kota Mataram
Total 26 100%
57
Nilai tertinggi = 107
Nilai terendah = 42
N (responden) = 31
Range : Nilaimax-nilaimin
: 107-42
: 65
= 1 + 3,3 log 31
= 1 + 3,3 (1,49)
= 1 + 4,92
= 5,92 6
= 6/6
= 10,83 = 11
58
d) Distribusi frekuensi skor
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Perilaku belajar Peserta Didik yang berasal
dari SD di MTs Al raisiyah Kelas VII
Tabel 4.6
Tabel penolong untuk menghitung nilai mean
X = ∑f
∑f
= 2 = 91,35
3
59
f) Menghitung Standar Deviasi
SD = ∑( ) = , = 197,50 = 14,05=15
g) Menghitung kategorisasi
60
25 orang (80,64%) pada kategori sedang, dan 2 orang (6,45%) pada
belajar peserta didik kelas VII yang berasal dari SD di MTs Al Raisiyah
belajar antara peserta didik kelas VII Yang berasal dari MI dan SD di MTs Al
tetapkan sebelumnya. Tekhnik ttes juga disebut tekhnik t skor. Yakni statistik
empirik (yang kita kenal dengan thitung) lebih besar atau lebih dari t teoritik
untuk mencari db adalah, db = N –2, dan jika thitung ≥ ttabel berarti ada
61
Kota Mataram. Untuk dapat di lihat selengkapnya terkait data hasil
melalui uji dua pihak (two tail) karena hipotesis yang di ajukan berbunyi
“tidak ada perbedaan” dan “ada perbedaan” terkait perilaku belajar maka
Grafik 4.1
H0
H1 H1
peserta didik dari MI dan Peserta didik dari SD di kelas VII MTs Al
62
B. PEMBAHASAN
Gambaran perilaku belajar peserta didik kelas VII MTs Al Raisiah yang
berasal dari MI pada kategori sedang. Perilaku belajar peserta didik ini meliputi
(73,07 %) pada kategori sedang, 2 orang (7,69 %) pada kategori tinggi. Dilihat
dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 75,23, jika dimasukkan ke dalam 3
kategori diatas berada pada interval 60≤ X <90 kategori sedang. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa perilaku belajar peserta didik kelas VII MTs Al Raisiah
berasal dari SDN di MTs Al Raisiyah berada dalam kategori sedang. Perilaku
berfikir asosiatif atau daya ingat, berfikir rasional, sikap, inhibisi, apresiasi,
diperoleh data seperti yang tercantum dalam tabel 2.1. Dengan memperhatikan
rendah, 25 orang (80,64%) pada kategori sedang, dan 2 orang (6,45%) pada
63
peserta didik kelas VII yang berasal dari SD di MTS Al Raisiyah Sekarbela
tergolong sedang.
memperhatikan bahwa nilai (t) yang diperoleh dari hasil perhitungan (th) = 5,90
lebih besar dari pada nilai (t) yang diperoleh dari tabel distribusi F (tt) = 1,67
dengan taraf signifikan sebesar 5% maka dapat dinyatakan bahwa (5,90 > 1,67)
peserta didik yang berasal dari MI dan SD di Mts Al Raisiyah Kelas VII
penelitian bahwa perilaku belajar peserta didik yang berasal dari MI pada kelas
menyatakan bahwa perilaku belajar peserta didik kelas VII yang berasal dari
hanya beberapa aspek yang sesuai. Adapun aspek yang diteliti dalam lembar
Peserta didik, berfikir asosiatif atau daya ingat, berfikir rasional, sikap, inhibisi,
siswa kelas VII MTs Al Raisiyah yang berasal dari SD di mana berdasarkan
hasil penelitian menyatakan bahwa perilaku belajar peserta didik tersebut yang
aspek yang diteliti dari hasil observasi yang peneliti lakukan terlihat bahwa
64
peserta didik yang berasal dari SD memang aktif, dan cepat merespon dalam
mengikuti pelajaran.
wali kelas VII di MTs Al Raisiyah Berdasarkan hasil wawancara dari wali
wawancara dapat dikatakan bahwa perilaku belajar peserta didik yang berasal
dari MI memang cenderung kurang aktif dan monoton, dimana menurut wali
kelas VII salah satu penyebab perilaku belajar peserta didk tidak aktif dan
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data yang diperoleh dari skala yang telah diisi oleh 26 orang
perilaku belajar pada peserta didik kelas VII yang berasal dari MI di MTs
2. Berdasarkan data skala yang telah diisi oleh 31 orang peserta didik,
perilaku belajar pada peserta didik kelas VII yang berasal dari SD di MTs
antara peserta didik kelas VII yang berasal dari MI dan peserta didik kelas
yang berasal dari memiliki perbandingan, di mana 5,90 < 1,67 untuk taraf
belajar antara peserta didik kelas VII MTs Al Raisiyah yang berasal dari
SD dan MI.
66
B. SARAN
perilaku belajar peserta didik agar peserta didik dapat meraih prestasi
jagalah perilaku belajar yang baik dan sopan pada saat menerima
pelajaran dan tunjukkan perilaku yang baik dalam keseharian kita baik
kedewasaan.
67
DAFTAR PUSTAKA
68
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2005.
Sudjana, Nana. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. 2013
Sugiyono. Metode Peneltian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D. Bandung: Alfabeta. 2010.
Sobur Alex. Psikologi Umum. Cet. I: Jawa Barat: CV. Pustaka Setia. 2003
Sanjaya Wina, Kurikulum dan Pembelajaran. Cet. II; Jakarta: Kencana. 2009
Rachman Ustman Fathur. Panduan Statistika Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press
2013
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2011.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1990
UU RI Tentang System Pendidikan Nasional 2003. Jakarta: Cemerlang 2003.
Wawan, A dan M. Dewi. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Medical Book. Cet. I: Yogyakarta: Nuha Medika. 2010
Yudhawati Ratna dah Haryanto Dany. Teori-Teori Dasar Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Zainal, Arifin. Evaluasi Instruksional: Prinsip- Prinsip Tekhnik Produser.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 1991
69