264 808 1 PB PDF
264 808 1 PB PDF
2, Juli 2013
Natalino Mairuhu
Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
ABSTRAK
Lokasi pengambilan data terletak di Daerah Gunung Batuputih, Kecamatan
Samarinda Ulu, Kotamadya Samarinda, Kalimantan Timur. Secara geografi kordinat
berada pada 9953000 mN – 9945229 mN, 509741 mE – 514484 mE dengan luas
2
43,198 km (8,2 km x 5,2 km), atau pada Peta Rupa Bumi Indonesia pada Lembar
1915 – 41 Air Putih Edisi I tahun 1991 dengan skala 1 : 50.000 .
Daerah penelitian dapat di bagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu
Perbukitan Terkikis (D1), Perbukitan Homoklin (S2), Perbukitan antiklin (S1), dan
Bukit Sisa (D2). Jenis polah aliran pada daerah telitian adalah Rektangular dengan
stadia geomorfik yaitu stadia dewasa.Statigrafi daerah telitian di susun oleh satuan
batuan dari tua ke muda, yaitu satuan batupasir Pulaubalang, satuan batugamping
Bebuluh dan satuan batupasir Bebuluh.
Sataun batugamping Bebuluh terdiri dari batugamping perlapisan dengan terdapat
fragmen berupa pecahan bioklastik terumbu. Satuan batuan ini secara megaskopis
di lapangan dicirikan oleh Kalsirudit dengan warna coklat, padat, struktur perlapisan
dan setempat menghablur, dan tersusun dari pecahan bioklastik
Dari hasil analisa etsa dan petrografi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan pengendapan batuan karbonat adalah foreslope, di mana semua
ini mengacu pada hasil analisa laboratorium dan model lingkungan pengendapan
Wilson (1975).
PENDAHULUAN
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya
dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses
pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu
kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida
(CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 )
dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai.
Lokasi pengambilan data terletak di Daerah Gunung Batuputih, Kecamatan
Samarinda Ulu, Kotamadya Samarinda, Kalimantan Timur. Secara geografi kordinat
berada pada 9953000 mN – 9945229 mN, 509741 mE – 514484 mE dengan luas
2
43,198 km (8,2 km x 5,2 km). Atau pada Peta Rupa Bumi Indonesia pada Lembar
1915 – 41 Air Putih Edisi I tahun 1991 dengan skala 1 : 50.000
GEOLOGI REGIONAL
Van Bemmelen, (1949) mengelompokkan fisiografi Pulau Kalimantan ke dalam
beberapa zona. Zona-zona tersebut, yaitu Zona Cekungan Kutai, Zona Tinggian
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013
Kuching, Zona Blok Schwaner, Zona Cekungan Pasir Selatan dan Zona Blok
Paternoster. Adapun daerah telitian terdapat di Zona Cekungan Kutai.
Secara fisiografi dari barat ke timur Cekungan Kutai dibagi menjadi tiga zona
geomorfologi yang memanjang dari utara ke selatan. Zona-zona itu dari barat yaitu
Tinggian Kutai (Sinklinorium Danau Kutai), bagian tengah adalah Antiklinorium
Samarinda, dan bagian timur adalah kompleks Sinklinorium Delta Mahakam.
Cekungan Kutai dibatasi di bagian utara oleh Punggungan Mangkalihat dan
Tinggian Kuching, bagian selatan dibatasi oleh Batas Sesar Selatan Kutai dan
Paparan Sunda, bagian barat dibatasi oleh Cekungan Melawi Ketungau, dan di
bagian timur dibatasi oleh Selat Makassar (Rose dan Hartono, (1978) dalam Nuay,
(1985)). Daerah tinggian Danau Kutai merupakan kompleks sinklinorium dengan
lipatan dengan cukup kuat dan perbukitan yang terbentuk karena adanya gravitasi
atau disebut juga dengan “Kutai Gravity High”.Zona ini berada di sebelah barat dari
daerah Danau Kutai yang berada pada hulu Sungai Mahakam.
Bagian tengah merupakan kompleks Antiklinorium Samarinda yang menempati
sebagian besar dari Cekungan Kutai.Zona ini terdiri dari perbukitan bergelombang
sedang-kuat, dimana perbukitan ini memanjang dari relief tinur laut ke barat
daya.Puncak-puncak bukit dan gunung di zona ini memiliki ketinggian antara 300-
400 meter di atas permukaan air laut.Perbukitan ini tersusun seluruhnya oleh batuan
sedimen yang membentuk morfologi lembah dan perbukitan, yaitu batupasir yang
membentuk perbukitan bergelombang sedang sampai kuat dan batugamping yang
membentuk perbukitan sembul (Horst). Zona yang berada paling timur adalah
kompleks Sinklinorium Delta Mahakam yang membentuk lembah sampai dataran
delta yang kaya akan minyak bumi dan berkembang terus kea rah timur (BEICIP,
(1977) dalam Rose dan Hartono, (1978)). Daerah telitian termasuk dalam Komplek
Antiklinorium Samarinda
Ciri litologi : Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih, batulanau dan lignit.
Singkapannya sangat jarang karena trtutup oleh soil.Formasi ini diendapkan di
lingkungan delta, pada Kala Miosen Akhir – Plistosen.
Satuan Endapan Aluvial
Ciri litologi : tersusun oleh material lepas berukuran lempung hingga pasir halus,
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Kampungbaru. Pengendapan
masih berlangsung hingga sekarang, dan berumur Kala Resen.
Foto 1. Foto insert singkapan batupasir sisipan batulempung. Foto ini diambil pada LP 16
dekat Gunung Pinang dengan arah kamera timurlaut (Penulis, 2008).
Batugamping yang disusun oleh koral, ganggang, foraminfera besar, dan bermasa
dasar didominasi oleh mikrokristalin. Penamaan petrografis adalah grainstone
(menggunakan klasifikasi Dunham, 1962)
Foto 2. Foto insert singkapan batugamping dengan perlapisan dan bioklastik. Foto ini
diambil pada LP 1 Gunung Batuputih dengan arah kamera baratlaut (Penulis, 2008).
Foto 3. Foto insert singkapan batupasir dengan fragmen batubara. Foto ini diambil pada
lokasi profil 5 dengan kamera menghadap ke timur (Penulis, 2008).
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013
Foto 4. Foto insert singkapan batulempung. Foto ini diambil pada lokasi profil 2
dengan kamera menghadap baratlaut (Penulis, 2008).
- Mixed & fly ash cementadalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari
pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida,
besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah.Semen ini
digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali).
Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti
untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
1. Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan
dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak,
bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah
keterbatasan energi BBM.
2. Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian
dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap
pengelolaan yaitu :
proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
meal.
proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan
campuran yang homogen.
proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
proses pendinginan terak.
proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan
cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa)
yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida
besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013
Vtot= ½(P+L+T).
Dengan penggunaan rumus di atas, maka penulis dapat mengetahui total volume
dari batugamping yang berada di daerah telitian. Perhitungan cadangan dapat di
sajikan seperti di bawah ini.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013
Azimuth
No. Area P L T Volume ( M3)
X Y
1 53462 9946177 A1 30 10 24 172800
2 53462 9946177 A2 42 15 26 425880
3 53462 9946177 A3 52 15 20 312000
4 53462 9946177 A4 35 18 21 277830
5 53462 9946177 A5 25 20 27 364500
6 53462 9946177 A6 27 24 20 259200
7 53462 9946177 A7 31 24 21 328104
8 53462 9946177 A8 33 25 19 297825
9 53462 9946177 A9 34 20 25 425000
10 53462 9946177 A10 35 18 20 252000
11 53462 9946177 A11 47 16 20 300800
12 53462 9946177 A12 58 10 21 255780
13 53462 9946177 A13 57 8 19 164616
total 3836335
1918167.5
Azimuth
No. Area P L T Volume ( M3)
X Y
1 53462 9946177 B1 58 10 32 593920
2 53462 9946177 B2 60 13 30 702000
3 53462 9946177 B3 27 15 29 340605
4 53462 9946177 B4 35 15 30 472500
5 53462 9946177 B5 51 17 28 679728
6 53462 9946177 B6 41 18 24 425088
7 53462 9946177 B7 43 14 23 318458
8 53462 9946177 B8 47 12 22 272976
total 1902637.5
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013
Tabel 5 Hasil analisa kandungan CaO dan MgO pada Batugamping Lapisan 1 dan 2 sebagai
perwakilan dari Batugamping yang terdapat di lokasi telitian
Dari table di atas dapat kita lihat besarnya presentase kandungan CaO yang
mendominasi dari sample batuan yang di analisa dan minimnya kandungan MgO.
KESIMPULAN
- Geomorfologi daerah telitian terbagi menjadi satuan geomorfik yaitu, satuan
geomorfik bentukan denudasional dengan subsatuan geomorfik bukit sisa (D1)
dan subsatuan geomorfik perbukitan terkikis (D2) dan satuan geomorfik
bentukan struktural dengan subsatuan geomorfik perbukitan antiklin (S1) dan
subsatuan geomorfik perbukitan homoklin (S2).Pola pengaliran yang
berkembang pada daerah telitian adalah pola aliran rektangular.Stadia
geomorfologi daerah telitian dilihat dari aspek kualitatif adalah stadia dewasa.
- Stratigrafi daerah telitian terbagi menjadi 3 satuan batuan dalam 2 formasi yaitu
satuan batupasir Pulaubalang yang terendapkan pada Kala Miosen Awal –
Tengah dengan sub lingkungan pengendapan distributary mouth bar dan tidal
channel lingkungan pengendapan lower delta plain sampai upper delta front,
satuan batupasir Bebuluh yang terendapkan selaras terhadap batupasir
Pulaubalang pada Kala Miosen Awal – Tengah dengan sub lingkungan
pengendapan tidal flat lingkungan pengendapan upper delta front, satuan
batugamping Bebuluh yang terendapkan selaras dengan batupasir Bebuluh dan
batupasir Pulaubalang, namun batugamping Bebuluh beda fasies dengan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013
satuan batupasir Pulaubalang dan batupasir Bebuluh pada Kala Miosen Awal –
Tengah dengan lingkungan pengendapan batugamping yaitu foreslope.
- Hasil analisa lingkungan pengendapan, batugamping Formasi Bebuluh
terendapkan pada daerah foreslope. Dengan potensi batugamping G. Batuputih
yang dapat di ekspo sebagai bahan dasar pembuat semen karna mengandung
unsure CaO dengan besar presentase 44,49 pada sample 2 dan 49,39 pada
3
sample 3 dengan besar cadangan yaitu 7.866.541 m dan kalau di hitung dalam
ton maka total cadangan batu gamping adalah 21.318.326 ton, total cadangan
batugamping pada daerah telitian dapat di ketahui melalui metode perhitungan
cadangan {Vtot= ½(P+L+T)}
Luas didapat dari jumlah beberapa trapezium
DAFTAR PUTAKA
Armin R.A. dkk., 1995, Sequence Stratigraphy of Lower Kuta basin, Kalimantan,
Indonesia, Procceding of the International Symposium of Sequence
Stratigraphy in S.E.Asia, 1995.
Dunham R.Y., 1962 Classification of Carbonate Rocks According to Depositional
Texture, Classification of Carbonate Rock – a symposium, AAPG Mem.I,
p.108 – 121.
Mairuhu N, 2009, Geologi dan Potensi Batugamping Sebagai Bahan Dasar Semen
daerah Gunung Batuputih dan Sekitarnya Kecamatan Samrinda Ulu
Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, Jurusan Teknik Geologi,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Skripsi (tidak
dipublikasikan).
Samuel, L.& Muchsin S., 1975, Stratigraphy and Sedimentation in The Kutai Basin,
Kalimantan, Proceedings of Indonesian Petroleum Association, 4 th Annual
Convention, Jakarta, Indonesia.
UGM, 1994, Perhitungan Cadangan Bahan Galian,Diklat Praktikum Geologi Teknik,
Yogyakarta, Indonesia.
Van Bemellen, R. W.,1949. The Geology of Indonesia, vol. IA. Martimus Nijhoff
Government Printing Office, The Hagues.