Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI DAN PENGEMBANGAN (UPRATING)

INSTALASI PENGOLAHAN AIR CIBINONG,


PDAM TIRTA KAHURIPAN KABUPATEN BOGOR

EVALUATION AND UPRATING


CIBINONG WATER TREATMENT PLANT,
PDAM TIRTA KAHURIPAN KABUPATEN BOGOR

Satria Kharisma Ramadhan, Djoko M. Hartono, dan Irma Gusniani D.


Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Abstrak: Tingginya laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor


(4,63% per tahun), perlu diimbangi dengan peningkatan kapasitas penyediaan layanan air
minum guna memenuhi peningkatan kebutuhan air minum masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melakukan peningkatan kapasitas Instalasi
Pengolahan Air Cibinong (IPA Cibinong) melalui evaluasi dan pengembangan (uprating).
Kondisi eksisting IPA Cibinong PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor, berkapasitas 330
L/detik memiliki dua WTP yaitu, WTP 1 kapasitas 100 L/detik dan WTP 2 kapasitas 230
L/detik. Evaluasi dilakukan untuk WTP 2 karena memiliki potensi peningkatan kapasitas
produksi. Evaluasi dilakukan pada unit intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan
reservoir berdasarkan kriteria desain. Hasil evaluasi menghasilkan kapasitas maksimum
WTP 2 sebesar 345 L/detik. Evaluasi juga memperhatikan kualitas air baku dan air produksi.
Kualitas air produksi yang diuji memenuhi PERMENKES 492/2010. Hasil evaluasi dijadikan
acuan uprating atau peningkatan kapasitas produksi WTP 1 menjadi sama dengan kapasitas
WTP 2 setelah evaluasi. Dari evaluasi dan uprating kapasitas produksi IPA Cibinong
meningkat dari semula 330 L/detik menjadi 690 L/detik. Jika dikaitkan hasil proyeksi jumlah
penduduk dan kebutuhan air, kapasitas eksisting 330 L/detik dapat memenuhi kebutuhan air
sampai tahun 2014. Sedangkan kapasitas hasil evaluasi dan uprating sebesar 690 L/detik
mampu memenuhi kebutuhan air daerah layanan sampai tahun 2020.

Kata kunci: evaluasi; kebutuhan air; Instalasi Pengolahan Air; proyeksi penduduk; dan
uprating.

Abstract: The high rate of population growth Cibinong Subdistrict, Bogor Regency by 4,63%
per years, needs to be balanced with the increased capacity of water supplier in order to meet
the increasing demands of the public drinking water. Accordingly, this research aims to
increase capacity Cibinong Water Treatment Plant (WTP Cibinong) through the evaluation
and uprating. WTP Cibinong with 330 L/s capacity consist of WTP 1 capacity 100 L/s and
WTP 2 capacity 230 L/s. Evaluation will be conducted for WTP 2 because it has the
production capacity increasing. Evaluation start from intake, coagulation, flocculation,
sedimentation, filtration, and reservoired units based on design criteria. Evaluation result
from WTP 2 has a maximum capacity of 345 L/s. The evaluation also concerned about the
quality of 'raw water' and 'production water'. The quality of water production was conduct
under the PERMENKES 492/2010. The result from evaluation used as reference for uprating
or increasing WTP 1 production in order to equal with WTP 2. Evaluation and uprating will
increase production capacity WTP Cibinong from 330 L/s to 690 L/s. Associated with

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


population projection, the existing condition able to fulfill water demands until 2014, while
the result of evaluation and uprating will be able to fulfill water demands until 2020.

Keywords: evaluation; population projection; uprating; water demand; and Water Treatment
Plant.

PENDAHULUAN
Kecamatan Cibinong dan Bojonggede merupakan daerah dengan laju pertumbuhan
penduduk tinggi sehingga peningkatan kapasitas produksi air minum perlu dipertimbangkan
melalui evaluasi dan pengembangan (uprating) Instalasi Pengolahan Air Cibinong. Evaluasi
kinerja instalasi dilakukan untuk WTP 2 kapasitas 230 L/detik, hal ini bertujuan mengetahui
potensi peningkatan kapasitas produksi air serta mengetahui permasalahan yang ada di
instalasi. Selanjutnya, hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai acuan untuk uprating atau
peningkatan kapasitas WTP 1 dari kapasitas awal 100 L/detik menjadi sesuai dengan
kapasitas WTP 2 setelah evaluasi. Uprating ini sendiri masuk dalam rencana pengembangan
IPA Cibinong.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan mengembangkan kapasitas IPA
Cibinong. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan
berikut: 1). Seberapa besar peningkatan kebutuhan air masyarakat daerah layanan IPA
Cibinong jika dikaitkan dengan trend laju pertumbuhan jumlah penduduk? 2). Bagaimana
kondisi eksisting kinerja IPA Cibinong jika ditinjau dari aspek kualitas air baku dan air
produksi? Serta perbaikan apa yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan kapasitas WTP 2?
3). Seberapa besar peningkatan kapasitas produksi IPA Cibinong setelah evaluasi WTP 2 dan
uprating WTP 1? 4). Hingga tahun berapa kapasitas produksi IPA Cibinong eksisting dan
setelah pengembangan dapat melayani peningkatan kebutuhan air masyarakat daerah layanan?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diantaranya: 1). mengetahui peningkatan kebutuhan air
masyarakat daerah layanan IPA Cibinong berdasarkan trend pertumbuhan penduduk untuk
gambaran perencanaan dan pengembangan instalasi. 2). Mengetahui kinerja IPA Cibinong
dari aspek kualitas air baku dan air produksi serta hasil evaluasi sebagai solusi peningkatan
kapasitas WTP 2. 3). Besarnya kapasitas maksimum WTP 2 dan peningkatan kapasitas IPA
Cibinong setelah uprating WTP 1. 4) Tahun perkiraan dimana kapasitas eksisting IPA
Cibinong dan kapasitas setelah pengembangan mampu melayani peningkatan kebutuhan air
masyarakat daerah layanannya.

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


TINJAUAN PUSTAKA
Unit-unit Instalasi Pengolahan Air
Intake
Bangunan penangkap air atau intake adalah struktur yang dibangun pada badan air
yang berfungsi sebagai penangkap air. Tujuan dari sistem penangkap air adalah untuk
memenuhi kebutuhan air unit pengolahan dengan kualitas terbaik yang tersedia dalam segala
kondisi. Di dalam sistem intake ini terjadi semua kegiatan pengalihan dan penyaluran air dari
sumbernya menuju stasiun pompa kemudian ke instalasi pengolahan air (Qasim, et al., 2000).
Kriteria desain unit bangunan penangkap air: (Qasim et al., 2000)
- Kecepatan melewati saringan kasar = 0,05 – 0,08 m/det
- Kecepatan melewati saringan halus = 0,4 – 0,8 m/det
- Jarak antar batang saringan kasar = 80 mm
- Jarak antar batang saringan halus = 9.5 mm
- Kemiringan saringan halus pencuci manual (45o – 60o)
Pompa dan pipa transmisi
Pompa air baku bertujuan memompakan air baku dari unit bangunan penangkap air
melalui pipa transmisi menuju unit pengolahan air. Kriteria desain unit pompa air baku
berdasarkan SNI 6774-2008 adalah adanya pompa cadangan minimal satu buah dan harus
mempunyai jenis, tipe, dan kapasitas yang sama.
Unit pengadukan cepat (koagulasi)
Koagulasi merupakan proses kimia yang digunakan untuk memecah partikel koloid
di dalam air baku karena adanya pencampuran yang merata dengan senyawa kimia. Senyawa
kimia tersebut seperti alumunium sulfat, ferric klorida, ferric sulfat disebut koagulan (Qasim
et al., 2000, p. 233).
Saat koagulan ditambahkan ke dalam air baku terjadi destabilization koloid dan flok
koagulan terbentuk. Interaksi yang terjadi selama proses pembentukan flok yaitu: (1)
reduction zeta potensial ke derajat dimana gaya van der Waals dan pengadukan menyebabkan
partikel bersatu; (2) agregasi dari partikel melalui interpartikel menghubungkan antar
kelompok reaktif pada koloid; (3) keterperangkapan partikel ke dalam endapan flok terbentuk
(Reynolds, 1996, p. 171).
Rumus gradien kecepatan (G):

√ √ √ √ (1)

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Rumus waktu tinggal (td):

(2)

Keterangan :
G = gradien kecepatan (/detik)
= massa jenis air (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
h = tinggi terjunan (m)

= viskositas kinematik (0,893.10-6 ) T = 270C (Qasim, et, al., 2000)

td = waktu tinggal (detik)


Kriteria desain unit koagulasi sebagai berikut: (Qasim, et, al., 2000)
- Waktu pengadukan (td)= 0,2 – 5 menit
- G = 700 – 1000 det-1
- Gtd = 30000 – 60000
- Kecepatan aliran pipa outlet: (0,45 – 0,9) m/detik

Unit pengadukan lambat (flokulasi)


Flokulasi adalah proses yang dilakukan setelah koagulasi, yaitu pengadukan lambat
dengan tujuan mempercepat penggabungan partikel-partikel kolid sehingga terbentuk
partikel-partikel berukuran besar yang dengan mudah dan cepat mengendap.
Flokulasi secara hidrolis adalah flokulasi yang memanfaatkan cross-flow atau
perputaran 1800 untuk menghasilkan turbulensi. Desain objektif yang harus diperhatikan pada
flokulasi secara hidrolis adalah memperoleh kehalusan aliran, pengadukan seragam yang tidak
memecah flok. Flokulasi hidrolis akan efektif digunakan untuk aliran yang konstan. Tipe
flokulasi hidrolis ini jarang digunakan untuk unit pengolahan menengah – besar, karena
sensitif terhadap perubahan debit (Qasim et, al., 2000, p. 254).
Kriteria desain unit flokulasi berdasarkan Qasim et, al., 2000:
- Waktu tinggal (td)= 20 – 60 menit
- G = 60 menurun – 15 dt-1
- Gt = 104 – 15 x 104
- Kecepatan aliran maksimum (v) = 0,9 m/det

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Unit sedimentasi
Sedimentasi adalah pengolahan fisis yang menggunakan gravitasi untuk memisahkan
suspended solid dengan air. Proses ini merupakan proses awal pengolahan air permukaan
untuk menghilangkan kekeruhan sebelum koagulasi dan flokulasi (Qasim, 2000, p. 301).
Sedimentasi setelah koagulasi dan flokulasi pada unit pengolahan air dikenal dengan
pengendapan untuk flokulan (flocculant settling), yaitu padatan dengan konsentrasi tinggi
yang menggumpal saat mengendap. Dari jenis, ukuran partikel dan sifat pengendapan,
flocculant settling lebih kompleks daripada discrete settling. Parameter penting sedimentasi
tipe ini yaitu kedalaman dan sisi bak pengendap yang memengaruhi efisiensi pengendapan
partikel. Parameter lain yang memengaruhi kedalaman bak adalah overflow rate dan waktu
tinggal.
Beban permukaan atau Surface loading rate (So)

(3)

Beban pelimpah atau weir loading rate (w)

(4)

Kecepatan aliran pada plate settler (vp)

(5)

Bilangan Reynold (Re) dan bilangan Froud (Fr)

(6)

(7)

Kriteria desain utama unit sedimentasi berdasarkan Qasim et, al., 2000:
- Rasio panjang : lebar = 2 : 1 – 3 : 1
- Waktu tinggal (td)= 4 – 8 jam
- Beban permukaan (So) = 20 – 40 m3/m2 hari
- Beban pelimpah (w) = 250 m3/m hari
Unit filtrasi
Filtrasi digunakan untuk pemisahan padatan dari cairan (cairan atau gas) dengan
pengusahaan cairan hanya bisa lewat melalui medium. Pada instalasi pengolahan air, filtrasi
banyak digunakan untuk menghilangkan flok-flok kecil atau partikel yang tidak sempat
mengendap dalam bak sedimentasi. Untuk kondisi tertentu, filtrasi digunakan untuk proses
penghilangan kekeruhan.

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Proses yang digunakan untuk filtrasi adalah saringan pasir cepat (rapid sand filter).
Bertujuan untuk menghilangkan kekeruhan/partikel flokulan yang tidak mengendap pada
proses sedimentasi. Proses filtrasi digunakan pada instalasi pengolahan air yang bertujuan
untuk menghilangkan koloid dan partikel tersuspensi dalam air dengan cara melewati air
melalui media glanural seperti pasir, antrasit, garnet atau karbon aktif, sehingga partikel
tersuspensi tersebut dapat tertahan di pori-pori media dan dapat hilang dari aliran air.
Desinfeksi
Desinfeksi dalam pengolahan air minum adalah proses mematikan bakteri yang
bersifat patogen dan memperlambat pertumbuhan lumut dengan pembubuhan bahan kimia.
Proses desinfeksi tidak berlaku pada bakteri non pathogen atau mikroorganisme patogen yang
memiliki spora. Pada intinya desinfeksi ini berarti membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pathogen tanpa membunuh spora. Dalam pengolahan air minum, tujuan dari
desinfeki adalah menghilangkan mikroorganisme koliform.

Unit reservoir
Bak reservoir merupakan tempat penampungan air terakhir dari unit pengolahan air
bersih. Bak reservoir menyimpan air yang sudah siap untuk didistribusikan dari pipa-pipa air
bersih yang menuju ke rumah-rumah. Dalam penghitungan bak resevoir yang penting untuk
diperhatikan adalah penghitungan dimensi bangunan reservoir dan juga jumlah reservoir yang
akan dibangun.

Standar Kebutuhan Air


Kebutuhan air rumah tangga
Standar kebutuhan air rumah tangga (domestik) yang digunakan berdasarkan
Pedoman Konstruksi dan Bangunan Departemen Pekerjaan Umum yang dipublikasikan pada
Laporan Akhir Identifikasi Masalah Pengelolaan Air di Pulau Jawa, Bappenas 2006.
Tabel 1. Standar kebutuhan air domestik
Jumlah kebutuhan air
Jumlah penduduk Jenis kota
(liter/orang/hari)
>2.000.000 Metropolitan >210
1.000.000 - 2.000.000 Metropolitan 150 – 210
500.000 - 1.000.000 Besar 120 – 150
100.000 - 500.000 Besar 100 – 150
20.000 - 100.000 Sedang 90 – 100
3.000 - 20.000 Kecil 60 – 100
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan Dep. PU dalam Bappenas, 2006

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Kebutuhan air perkotaan atau sering disebut kebutuhan air non domestik adalah
kebutuhan air untuk fasilitas kota atau fasilitas umum. Fasilitas kota yang diperhitungkan
dalam penelitian ini antara lain: fasilitas pendidikan, peribadatan, kesehatan, industri, dan
fasilitas perkantoran.
Tabel 2. Standar kebutuhan air perkotaan
Kebutuhan air Kebutuhan air
Peruntukan Keb. Air / unit Unit Peruntukan Keb. Air / unit Unit
Fasilitas pendidikan Fasilitas Peribadatan
SD 20 - 25 L/murid/hari Masjid 1500 - 2000 L/unit/hari
SMP 20 - 25 L/murid/hari Musholla 1000 - 1500 L/unit/hari
SMA 25 - 30 L/murid/hari Gereja 400 - 600 L/unit/hari
PT 25 - 30 L/murid/hari Pura 300 - 450 L/unit/hari
Fasilitas Kesehatan Vihara 300 - 450 L/unit/hari
Rumah sakit 300 - 400 L/tt/hari Fasilitas Perkantoran
Puskesmas 1500 - 2000 L/unit/hari Kantor 60 - 80 L/peg/hari
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan Dep. PU dalam Bappenas, 2006

Perhitungan kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air rumah
tangga dan kebutuhan untuk fasilitas umum. Kebutuhan air yang menjadi acuan perhitungan
adalah debit maksimum (Q max) yang merupakan kebutuhan total ditambah kebutuhan
kepentingan umum seperti kebutuhan hidran sebesar 30%, antisipasi kehilangan air sebesar
20%, dan kebutuhan instalasi sebesar 10% serta dikalikan dengan faktor maksimum (1,05 –
1,15) berdasarkan Juknis SPAM sederhana Peraturan Menteri PU No. 39 tahun 2006. Data
kebutuhan air maksimum ini digunakan sebagai data kebutuhan air IPA Cibinong.

Metode Proyeksi Penduduk


Dalam perancangan sistem penyediaan air minum, besarnya jumlah penduduk yang
ada di daerah perencanaan adalah hal yang utama. Jumlah penduduk akan berpengaruh pada
jumlah kebutuhan air dan perencanaan kapasitas instalasi pengolahan air minum. Analisis
proyeksi penduduk yang digunakan adalah metode matematik, yang terdiri dari metode
aritmatika, metode geometrik, dan metode eksponensial (Lembaga demografi FEUI, 2007).

Metode aritmatika; Pn = Po (1+ rn) (8)


Metode geometrik; Pn = Po (1+r)n (9)
Metode eksponensial; Pn = Po + ern (10)
Keterangan:
Pn : Jumlah penduduk pada tahun n (jiwa)
Po : Jumlah penduduk pada awal perhitungan (jiwa)

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


r : Angka pertambahan penduduk/tahun (%)
n : Periode perhitungan
e : Bilangan pokok system logaritma natural (e = 2,7182818)

METODE PENELITIAN
Tahap Persiapan
- Mengumpulkan data-data primer terkait instalasi pengolahan air dengan melakukan
observasi langsung dan wawancara, data yang dibutuhkan seperti dimensi unit-unit
pengolahan, layout IPA Cibinong, dan kegiatan operasional lapangan.
- Data sekunder yang dibutuhkan terkait data kependudukan, kualitas air baku dan air
produksi dari hasil uji laboratorium PDAM, gambar teknis IPA Cibinong, serta referensi
dari buku, jurnal, maupun penelitian terdahulu.
Tahap Proyeksi Kebutuhan Air
- Menghitung proyeksi penduduk dan fasilitas umum daerah layanan IPA Cibinong,
kemudian mengalikan dengan standar kebutuhan air untuk memperoleh proyeksi
kebutuhan air IPA Cibinong.
Tahap Evaluasi Kinerja WTP 2
- Menganalisis kualitas air baku dan air produksi IPA Cibinong dengan membandingkan
terhadap peraturan pemerintah yang berlaku.
- Menghitung parameter-parameter hidrolik dimensi tiap unit pengolahan dari intake
sampai reservoir kemudian membandingkan dengan kriteria desain.
Tahap Uprating WTP 1
- Mengasumsikan peningkatan kapasitas produksi WTP 1 sama dengan kapasitas
produksi WTP 2 setelah evaluasi.
- Memperkirakan peningkatan kapasitas IPA Cibinong setelah evaluasi dan uprating dan
tahun dimana kapasitas tersebut terpakai seluruhnya.

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Mulai / Persiapan

Pengumpulan data

Data primer : Data sekunder :


- Observasi langsung - Data kependudukan
- Wawancara - Data kualitas air
- Pengukuran dimensi unit- - Gambar teknis instalasi
unit instalasi - Data pelanggan / pelayanan
- Buku dan jurnal
- Penelitian terdahulu

Pengolahan dan analsisa


data
Proyeksi kebutuhan air

Kriteria desain Evaluasi kinerja WTP 2 Standar dan Peraturan

Unit-unit Kualitas air baku


pengolahan eksisting dan produksi

Usulan perbaikan WTP 2

Pengembangan Trend perubahan


(Uprating) WTP 1 kualitas air

Peningkatan kapasitas
IPA Cibinong

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Diagram alir tahapan penelitian.


Sumber : Hasil olahan penulis, 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proyeksi Kebutuhan Air IPA Cibinong
Berdasarkan data PDAM Tirta Kahuripan, IPA Cibinong hanya melayani kebutuhan
air masyarakat dengan sambungan langsung atau dengan kata lain tidak ada sambungan tidak
langsung berupa kran umum. Tingkat pelayanan sambungan langsung rumah tangga tahun
2012 sebesar 16,11% dari total penduduk daerah layanan. Target peningkatan jumlah

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


sambungan langsung yang direncanakan IPA Cibinong mengikuti data business plan PDAM
Tirta Kahuripan tahun 2012-2016 yaitu berkisar 0,5 – 2 % per tahunnya (Penelitian dan
Pengembangan PDAM Tirta Kahuripan Bogor, 2012).
Perhitungan proyeksi kebutuhan air sektor rumah tangga / domestik daerah layanan
IPA Cibinong tahun 2012 - 2022 dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 3. Proyeksi kebutuhan air rumah tangga daerah layanan IPA Cibinong
Proyeksi Standar keb. Sambungan Penduduk Keb. air
Kebutuhan Air
Tahun penduduk air langsung terlayani Terlayani
(L/detik)
(Jiwa) (L/org/hari) (%) (Jiwa) (L/dt)
A B C = (AxB/86400) D (A x D) (C x D)
2012 664.521 120 922,95 16,11 107.054 148,69
2013 693.384 120 963,03 16,61 115.171 159,96
2014 722.247 130 1.086,71 17,11 123.576 185,94
2015 751.110 130 1.130,14 17,61 132.270 199,02
2016 779.973 130 1.173,57 18,61 145.153 218,40
2017 808.836 140 1.310,61 19,61 158.613 257,01
2018 837.699 140 1.357,38 20,61 172.650 279,76
2019 866.561 140 1.404,15 22,11 191.597 310,46
2020 895.424 140 1.450,92 23,61 211.410 342,56
2021 924.287 140 1.497,69 25,11 232.088 376,07
2022 953.150 140 1.544,46 27,11 258.399 418,70
Sumber: Hasil olahan penulis, 2013

1800,00
Keb. Air (liter/detik)

1544,46
1500,00
1200,00
922,95
900,00
600,00
418,70
300,00
148,69
0,00
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024
Tahun
Kebutuhan air Kebutuhan air terlayani

Gambar 2. Grafik proyeksi kebutuhan air terlayani rumah tangga


Sumber: Hasil olahan penulis, 2013

Perhitungan kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air rumah
tangga dan kebutuhan untuk fasilitas umum. Kebutuhan air yang menjadi acuan perhitungan

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


adalah debit maksimum (Q max) yang merupakan kebutuhan total ditambah kebutuhan
kepentingan umum sebesar 30%, antisipasi kebocoran sebesar 20%, dan kebutuhan instalasi
sebesar 10% serta dikalikan dengan faktor maksimum (1,05 x Q average) berdasarkan Juknis
SPAM Sederhana Peraturan Menteri PU No. 39 tahun 2006. Data kebutuhan air maksimum
ini digunakan sebagai data kebutuhan air daerah layanan IPA Cibinong.

Tabel 4. Proyeksi kebutuhan air IPA Cibinong tahun 2012 - 2022


Proyeksi penduduk Proyeksi kebutuhan air
Kebutuhan air
(Jiwa) (Liter/detik)
Keb. Air /
Peruntukan Satuan 2012 2022 2012 2022
unit

Domestik 120 - 140 L/orang/hari 664.521 953.150 149 419

Proyeksi fasilitas umum Proyeksi Kebutuhan Air


Kebutuhan air
(Unit) (Liter/detik)
Keb. Air /
Peruntukan Satuan 2012 2022 2012 2022
unit
Fasilitas pendidikan
SD 20 - 25 L/murid/hari 286 448 3,31 10,89
SMP 20 - 25 L/murid/hari 148 190 1,46 3,95
SMA 25 - 30 L/murid/hari 108 150 2,01 5,65
PT 25 - 30 L/murid/hari 0 1 0,00 0,09
Fasilitas Peribadatan
Masjid 1500 - 2000 L/unit/hari 314 324 0,88 2,03
Musholla 1000 - 1500 L/unit/hari 853 968 1,59 4,56
Gereja 400 - 600 L/unit/hari 15 18 0,011 0,034
Pura 300 - 450 L/unit/hari 2 4 0,001 0,006
Vihara 300 - 450 L/unit/hari 2 2 0,001 0,003
Fasilitas Kesehatan
Rumah sakit 300 - 400 L/tt/hari 5 7 0,50 1,56
Puskesmas 1500 - 2000 L/unit/hari 26 35 0,07 0,22
Fasilitas Perkantoran
Kantor pemerintahan 60 - 80 L/peg/hari 17 19 0,57 1,43
Keb. Air Total (X) Liter/detik 159,09 449,13
kepentingan umum 30% 47,73 134,74
Total X + kepentingan
Liter/detik 206,82 583,87
umum (Y)
Kebocoran 20% 41,36 116,77
Total Y + kehilangan
Liter/detik 248,18 700,65
air (Z)
Kebutuhan instalasi 10% 24,82 70,06
Q average Liter/detik 273 780
Q max 1.05 Q average Liter/detik 290 810
Sumber: Hasil perhitungan penulis, 2013

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Berdasarkan perhitungan proyeksi kebutuhan air daerah layanan IPA Cibinong
diatas, diperoleh jumlah kebutuhan air maksimum tahun 2012 sebesar 290 L/detik, kebutuhan
air ini sesuai atau dapat dipenuhi dengan kapasitas produksi IPA Cibinong sebesar 330
L/detik. Sedangkan perkiraan proyeksi kebutuhan air tahun 2022 berdasarkan perhitutngan
adalah sebesar 810 L/detik.
Grafik di bawah merupakan grafik proyeksi kebutuhan air maksimum daerah layanan
IPA Cibinong dilengkapi dengan kebutuhan air sektor rumah tangga (domestik) dan
kebutuhan air sektor perkotaan (non domestik).

900
810
800
700
600
Keb. air (L/det)

500
400 419
290
300
200
149
100
0 10,41 30,57
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024
Tahun
Domestik Non domestik Keb. air maksimum

Gambar 3. Grafik proyeksi kebutuhan air IPA Cibinong


Sumber: Hasil olahan penulis, 2013

Analisis Kualitas Air Baku dan Air Produksi IPA Cibinong


Pemeriksaan kualitas air baku dilakukan terhadap parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis. Hasil yang akurat dari kualitas air baku dapat diperoleh melalui pemeriksaan
sampel air baku di laboratorium yang telah ditunjuk sebagai laboratorium rujukan. Standar
kualitas air di perairan umum yang digunakan sebagai sumber air baku adalah Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001, sedangkan untuk standar persyaratan kualitas air minum
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010.

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Tabel 5. Kualitas air baku IPA Cibinong tahun 2012
No Parameter Batas Maks Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Spt Okt Nov
A Fisika
0
1 Temperatur ±3 C 26.6 27.4 26.5 26.6 25.3 24.7 26.2 27 27.7 26 26
2 TDS 1000 mg/L 50.9 42 49.5 47.5 66.5 106.2 129.8 114.6 80.6 64.2 69.9
3 Konduktivitas - - 105.9 87.7 103.7 103.5 140.4 218 239 203 178.1 134.7 146.8
4 Warna 15* Pt Co 26 57 41 76 3 3 ttd 5 91 60 28
5 Kekeruhan 5* NTU 17.5 60.9 22.7 28.1 6.93 7.73 5.51 4.28 253 24 23

B Kimia
6 Ph 6–9 7.8 7.1 7.4 7.4 7.5 7.9 8.1 7.5 7.3 7.2 7
7 CO2 bebas - - 9.24 6.72 5.04 7.43 3.71 11.61 38.99 10.65 6.78 7.74 9.68
8 Alkalinitas - - 34.96 39.2 36 40 48.96 60.39 63.36 73.5 25.87 46.77 62.4
9 Kesadahan 500* mg/L 50.5 35.1 33.54 45.6 57.24 57 56.05 69 33.81 53.9 81.34
10 Kalsium - - 27 24.64 26.7 37.62 39.55 39.6 42.57 47 27 40 43
11 Magnesium - - 23.5 10.46 6.84 7.98 17.69 17.4 13.48 22 6.81 13.9 38.34
12 Klorida 600 mg/L 6.79 3.98 5.38 6.32 8.75 14.16 12.5 13.74 10 11 12.5
13 BOD 2 mg/L 10.47 14.41 8.41 6.88 7.82 5.32 4.38 10.32 15.7 6.48 3.83
14 Besi 0,3 mg/L 0.081 0.033 0.026 0.452 0.343 0.27 0.312 0.245 1.358 0.175 0.474
15 Mangan 0,1 mg/L 0.158 0.309 0.123 0.028 0.059 0.06 0.06 0.028 0.424 0 0
16 Ammonia 0,5 mg/L - - - 0.42 - - - 0.1 - - 0.25
17 Nitrit 0,06 mg/L 0.213 0.069 0.095 0.128 0.131 0.079 0.239 0.239 0.102 0.013 0.023
19 Sulfat 400 mg/L 1 15 9 8 10 16 15 18 24 14 15
Sumber: Hasil uji laboratorium PDAM Tirta Kahuripan, 2013
Ket : * Batas maksimum Permenkes RI No 492 Tahun 2010

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Parameter kualitas air baku yang di uji di laboratorium PDAM Tirta Kahuripan
adalah parameter fisika, kimia, dan biologi untuk kandungan organik (BOD). Berdasarkan
pengecekan hasil pemeriksaan kualitas air baku tahun 2012 diatas dengan Peraturan
Pemerintah nomor 82 tahun 2001 ada beberapa parameter yang melebihi ambang batas mutu
air kelas I untuk air minum diantaranya: BOD / kandungan organik, besi, dan mangan.

Tabel 6. Kualitas air baku dan produksi IPA Cibinong tahun 2012
September Oktober November
Batas air air air
No Parameter Satuan air air air
Maks prod prod prod
baku baku baku
uksi uksi uksi
A Analisa fisika
0
1 Suhu 30C C 27,7 27,4 26 26 26 26
2 Total padatan 500 mg/L 80,6 56 64,2 61,2 69,9 70,8
terlarut
3 Warna 15 TCU 91 ttd 60 ttd 28 ttd
4 Kekeruhan 5 NTU 253 0,92 24 1,1 23 0,85
B Analisa kimia
5 pH 6,5 - 8,5 7,3 7,1 7,2 7 7 7,2
6 Alkalinity - mg/L 25,87 15,92 46,77 26,87 62,4 37,44
7 Kesadahan total 500 mg/L 33,81 44,59 53,9 50,96 81,34 86,24
8 Kalsium - mg/L 27 28,5 40 40 43 40
9 Magnesium 150 mg/L 6,81 16,09 13,9 10,96 38,34 46,24
10 Chlorida 250 mg/L 10 11,75 11 10,5 12,5 10
11 Angka 10 mg/L 15,7 4,78 6,48 2,73 3,83 1,92
Permanganat
12 Besi total 0,3 mg/L 1,358 0,029 0,175 0,029 0,474 0,025
13 Mangan 0,4 mg/L 0,424 0,011 0,457 0,006 0,124 0,01
14 Amonia 1,5 mg/L - - - - 0,25 0,23
15 Nitrit 3 mg/L 0,102 0,01 0,013 0,01 0,023 0,013
16 Alumunium 0,2 mg/L - - - - - -
17 Sulfat 250 mg/L 24 33 14 3 15 31
18 Sisa Chlor 0,2 mg/L - 0,3 - 0,3 - 0,4
Sumber: Hasil uji laboratorium PDAM Tirta Kahuripan, 2013

Hasil pemeriksaan kualitas air produksi IPA Cibinong bulan September – November
2012 diatas untuk semua parameter yang diuji di laboratorium PDAM Tirta Kahuripan
memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492Tahun 2010. Namun, ada beberapa
parameter yang tidak diuji seperti:
- Parameter mikrobiologi: E. Coli dan total bakteri koliform
- Parameter kimia an-organik: kadimum, arsen, dan sianida

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


- Parameter kimia: tembaga, alumunium, dan seng.
Berdasarkan persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes 492 tahun 2010,
parameter mikrobiologi dan kimia an-organik merupakan parameter wajib dan persyaratan
kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara air minum.
Kedua parameter ini juga berhubungan langsung dengan kesehatan manusia.
Parameter mikrobiologi yaitu E. Coli dapat menyebabkan radang lambung
(gastroenteristis) dan diare yang hebat disertai dengan kram perut dan muntah-muntah (Harris
dalam Said, 2010). Kadar E. Coli maksimum dalam air minum berdasarkan Permenkes 492
tahun 2010 adalah 0 (nol) per 100 ml sampel. Keracunan oleh kadmium menunjukkan gejala
yang mirip dengan gejala penyakit akibat keracunan senyawa merkuri (Hg). Berdasarkan
baku mutu air minum yang Permenkes 492 tahun 2010, kadar maksimum kadmium dalam air
minum yang dibolehkan yakni 0,003 mg/l. Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan untuk
perkembangan tubuh manusia. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat meyebabkan gejala gastero-
intestinal, Susunan Syaraf Pusat (SSP), ginjal, hati; muntaber, pusing kepala, lemah, anemia,
kramp, konvulsi, shock, koma, dan dapat meninggal (Said, 2010, p. 36). Kadar maksimum
tembaga yang diperbolehkan menurut Pemenkes 492 tahun 2010 adalah 2 mg/l.

Evaluasi unit-unit WTP 2 IPA Cibinong


Tabel 7. Tabel rekapitulasi kapasitas maksimum WTP 2
Perhitungan Kriteria
No Unit Parameter Evaluasi
Eksisting desain
1 Intake - Lebar bukaan 80 mm 80 mm - Mengatasi permasalahan
saringan kasar sampah di intake dengan
- Lebar bukaan 20 mm 10 mm pembersihan secara rutin dan
saringan halus berkala.
- Kemiringan 600 (450 – 600) - Mengatur tinggi bukaan pintu
saringan intake setinggi 2,4 m dari
- Kec. aliran 0,024 m/det (0,05 – 0,08) kedalaman total 4,5 m, untuk
melewati saringan m/detik memenuhi kec. aliran melewati
kasar saringan.
- Debit minimum 510 L/det > 230 L/det
2 Pompa dan - Kec. aliran pipa 6,5 m/det < 6 m/det - Peningkatan kapasitas satu unit
pipa hisap pompa 60 L/det menjadi 115
transmisi - Kec. aliran pipa 3,66 m/det < 6 m/det L/det untuk memenuhi
tekan peningkatan kapasitas
- Kec. aliran pipa 1,17 m/det < 6 m/det maksimum 345 L/detik.
transmisi
- Daya pompa 29,82 kW < 30 kW
- Pompa: 3 unit 115 4 unit pompa
; 1 unit 60 L/det 115 L/det
Sumber: Hasil olahan penulis, 2013

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Tabel 8. Lanjutan tabel rekapitulasi kapasitas maksimum WTP 2
3 Koagulasi - Waktu tinggal 55 detik (12 – 300) s - Perlu penambahan tinggi
-G (gradient 427,6 det-1 (700 - 1000)s-1 terjunan (h) ± 70 cm untuk
kecepatan) memenuhi nilai G.
- Kec. aliran pipa 1,17 m/det (0,45 – 0,9) - Perlu peningkatan diameter
outlet koagulasi m/detik pipa outlet dari 50 cm menjadi
70 cm untuk memenuhi
kecepatan aliran dan
meningkatkan kapasitas unit
koagulasi menjadi 345 L/detik.
4 Flokulasi - Waktu tinggal 7 menit (20- 60) mnt - Volume kompartemen perlu
- Kec. aliran tiap 0,14 m/detik < 0,9 m/det ditingkatkan untuk memenuhi
kompartemen waktu tinggal minimal 20
- Gradien hidrolik 50 – 20 det-1 (60 – 15) menit.
5 Sedimentasi - Rasio P : L 2,3 : 1 (2:1 – 3:1) - Waktu tinggal bak kurang
-H 5,8 m (3 – 6) m sesuai dengan kriteria desain
- Beban permukaan 4,42 (3,8 – 7,5) Waktu tinggal yang singkat
3 2 3 2
m /m / jam m /m / jam dapat menyebabkan aliran air
3
- Beban pelimpah 6,63 < 11 m /m jam tidak seragam dan menurunkan
- Waktu tinggal 1,19 jam (2 – 8) jam efisiensi pengendapan.
dalam bak - Untuk menyesuaikan waktu
- Kec. aliran pada 0,08 m/mnt < 0,15 m/mnt tinggal 2 jam (menambah ± 1
plate settler jam), waktu pengurasan
- Bilangan Reynold 6,53 < 2000 lumpur sedimentasi perlu
-4 -5
- Bilangan Froud 1,97 .10 > 10 ditambah juga dari waktu
normal 6 jam sekali menjadi 7
jam sekali.
6 Filtrasi - Jumlah bak 6 unit 7 unit - Perlu penambahan satu unit
- Kec. aliran pipa 0,54 m/det < 0,6 m/det filtrasi.
inlet - Kecepatan aliran di pipa inlet
- Kec. penyaringan 15,1 m/jam (10 – 25) m/jam sebesar 0,54 m/det lebih kecil
- Saat backwash 18 m/jam (37 – 50) m/jam dari kriteria desain 0,6 m/det.
Kondisi saat peningkatan
- Media filter Dua lapis Sesuai kapasitas menjadi 345 L/detik
meningkatkan kecepatan aliran,
sehingga diameter eksisting 30
cm masih bisa diterima.
7 Reservoir - Jumlah unit 2 unit, 3 unit - Volume reservoir hasil
- Geometri kedalaman 5 Sesuai perhitungan 2600 m3. Untuk itu
reservoir m diperlukan penambahan satu
- Waktu tinggal 1,26 jam < 30 menit unit reservoir dengan dimensi
- Volume reservoir 2000 m3 3000 m3 yang sama.
Sumber: Hasil olahan penulis, 2013

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


Rekapitulasi peningkatan kapasitas WTP 2
Hasil evaluasi unit-unit WTP 2 menghasilkan debit maksimum sebesar 345 L/detik
untuk semua unit dari intake sampai reservoir. Kapasitas produksi maksimum masing-masing
unit WTP 2 dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 9. Tabel rekapitulasi kapasitas maksimum WTP 2
Jumlah Unit
Unit Kapasitas maksimum (L/detik)
(bak)
Pengolahan
Eksisting Hasil evaluasi Eksisting Hasil evaluasi
Intake 1 1 230 > 500
3 @ 115 L/det
Pompa 4 @ 115 L/det 290 345
1 unit 60 L/det
Koagulasi 1 1 230 345
Flokulasi 6+2 6+2 230 1500
Sedimentasi 4 4 230 380
Filtrasi 6 7 230 378
Reservoir 2 3 2000 m3 3000 m3
Sumber: Hasil olahan penulis, 2013

Pengecekan Kapasitas Maksimum WTP 2 dan Uprating WTP 1


Evaluasi WTP 2 IPA Cibinong dengan desain kapasitas produksi 230 L/detik,
menghasilkan kapasitas produksi maksimum mencapai 345 L/detik. Hasil peningkatan
kapasitas produksi tersebut akan di cek kembali dengan kriteria desain berdasarkan kondisi
eksisting serta hasil evaluasi. Untuk semua parameter unit instalasi dari intake sampai
reservoir masih memenuhi kriteria desain terhadap peningkatan kapasitas 345 L/detik.
Hasil evaluasi WTP 2 tersebut selanjutnya dijadikan acuan uprating atau
peningkatan kapasitas produksi WTP 1, dari kapasitas awal 100 L/detik menjadi 345 L/detik.

Peningkatan Kapasitas IPA Cibinong


Setelah uprtaing WTP 1 yang kapasitasnya menjadi 345 L/detik, maka kapasitas
produksi IPA Cibinong meningkat dari semula 330 L/detik (WTP 1 = 100 L/det dan WTP 2 =
230 L/det) menjadi 690 L/detik (WTP 1 = 345 L/det dan WTP 2 = 345 L/det). Hasil
peningkatan kapasitas produksi IPA Cibinong ini kemudian dikaitkan dengan kebutuhan air
daerah layanannya. Hubungan kebutuhan air dan kapasitas IPA Cibinong menggambarkan
sampai tahun berapa IPA Cibinong masih mampu memenuhi kebutuhan air daerah
layanannya.

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


1000

800 660
690
600
Keb. air (L/det)
356
400
330
200

0
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024
Tahun
Keb. air maksimum Kapasitas eksisting

Gambar 4. Grafik proyeksi kemampuan pelayanan IPA Cibinong


Sumber: Hasil olahan penulis, 2013

Dari grafik diatas terlihat bahwa dengan kapasitas produksi eksisting IPA Cibinong
sebesar 330 L/detik mampu melayani kebutuhan air daerah layanan sampai tahun 2014.
Sedangkan,kapasitas IPA Cibinong setelah melakukan evaluasi WTP 2 dan uprating WTP 1
meningkatkan menjadi 690 L/detik dan mampu melayani kebutuhan air daerah layanan
sampai tahun 2020.

KESIMPULAN

1. Hasil perhitungan kebutuhan air daerah layanan IPA Cibinong tahun 2012 adalah
sebesar 290 L/detik, sedangkan proyeksi kebutuhan air untuk tahun 2022 adalah 810
L/detik.
2. Kinerja IPA Cibinong dari segi kualitas:
- Hasil pemeriksaan kualitas air baku IPA Cibinong tahun 2012 untuk parameter:
kandungan organik (BOD), besi, mangan, nitrit dan angka permanganat melebihi
baku mutu air kelas I untuk air minum sesuai PP No. 82 Tahun 2001. Sementara
kualitas air produksi tahun 2011 dan 2012 yang diuji di laboratorium PDAM Tirta
Kahuripan memenuhi standar yang ditetapkan Permenkes No. 492 Tahun 2010.
Namun, ada beberapa parameter yang tidak diuji seperti: Parameter mikrobiolog,
parameter kimia an-organik dan parameter kimia untuk tembaga, alumunium, dan
seng.
- Beberapa hasil evaluasi kinerja unit-unit WTP 2 IPA Cibinong antara lain:
 Memperkecil lebar bukaan saringan halus di intake menjadi 10mm

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


 Mengatur tinggi bukaan pintu intake setinggi 2,4 m dari kedalaman total 4,5 m,
untuk memenuhi kecepatan aliran melewati saringan kasar.
 Perlu peningkatan diameter pipa hisap di intake dari diameter eksisting 15 cm
menjadi 20 cm.
 Peningkatan kapasitas satu unit pompa intake kapasitas 60 L/det menjadi
kapasitas 115 L/det
 Perlu peningkatan diameter pipa outlet koagulasi dari diameter 50 cm menjadi
70 cm.
 Meningkatkan volume kompartemen flokulasi untuk memenuhi waktu tinggal
minimal 20 menit, waktu tinggal eksisting 7 menit.
 Perlu penambahan satu unit filtrasi dengan dimensi sama.
 Tebal media filter antrasit sebesar 50 cm melebihi kriteria sebesar 40 cm.
 Volume reservoir hasil perhitungan 2600 m3, diperlukan penambahan satu unit
reservoir dengan dimensi yang sama sehingga kapasitasnya menjadi 3000 m3.
3. Dari hasil evaluasi didapatkan kapasitas maksimum WTP 2 adalah 345 L/detik dari
kapasitas semula 230 L/detik. Uprating WTP 1 akan meningkatkan kapasitas WTP 1
dari 100 L/detik menjadi 345 L/detik. Sehingga kapasitas produksi IPA Cibinong dari
semula 330 L/detik dapat ditingkatkan menjadi 690 L/detik.
4. Dari hasil proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air daerah layanan IPA Cibinong,
kapasitas eksisting produksi IPA Cibinong 330 L/detik dapat memenuhi kebutuhan air
sampai tahun 2014. Sedangkan kapasitas produksi hasil evaluasi dan uprating sebesar
690 L/detik akan mampu memenuhi kebutuhan air daerah layanan sampai tahun 2020.

SARAN

1. Melakukan pengujian kualitas air produksi untuk parameter wajib: mikrobiologis, kima
an-organik, dan kimia sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 492 Tahun 2010.
2. Melakukan perbaikan-perbaikan unit-unit instalasi sesuai hasil evaluasi untuk dapat
memaksimalkan kapasitas produksi IPA Cibinong.
3. Memperhatikan dan menjaga kuantitas dan kualitas air baku yang digunakan yaitu
Sungai Ciliwung agar tetap memenuhi perencanaan dan pengembangan IPA Cibinong
kedepannya.
4. Mengecek kualitas lumpur hasil produksi dan apabila diperlukan segera membuat
instalasi pengolahan lumpur.

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013


KEPUSTAKAAN

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. (2007). Dasar – Dasar


Demografi. Jakarta : FEUI

Qasim, Syed R, et al,. (2000). Water Works Engineering, Planning, Desain & Operation.
USA : Prentice Hall PTR

Reynolds and Richards. (1996). Unit Operations and Processes Environmental Engineering.
PWS : Publishing Company

Said, Nusa Idaman. (2010). Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan Pengalaman
Praktis”. Jakarta : PusatTeknologiLingkungan BPPT

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengedalian Pencemaran

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Bappenas. (2006). Laporan Akhir. Identifikasi Masalah Pengelolaan Air di Pulau Jawa.
Jakarta.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum Sederhana. (2006). Jakarta : Peraturan
Menteri PU No. 39 tahun 2006
Penelitian dan Pengembangan, PDAM Kabupaten Bogor. (2012, Agustus). Profil Perusahaan
dan Rencana Bisnis 2012 – 2016.
SNI 6774 – 2008. Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air

Evaluasi dan..., Satria Kharisma R, FT UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai