Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Corpus Alienum
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Corpus Alienum
dan
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS CORPUS ALIENUM
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1.2 Etiologi
1.1.2.1 Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk stenosis congenital, web, fistel trakeoesofagus dan
pelebaran pembuluh darah.
1.1.2.2 Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan
mental dan psikosis.
1.1.3 Fisiologi
Esophagus bagian servikal terletak kurang lebih pada garis tengah leher di belakang trakea dan di depan korpus vertebra.
Saraf laringeus rekurens terdapat pada lur diantara esophagus dan trakea. Arteri karotis komunis dan isi dari selubung
karotis terletak di lateral esophagus. Pada lapisan otofaring terdapat daerah trigonum yang lemah di atas krikofaringeus
yang berkembang dari krikoid dan mengelilingi esophagus bagian atas. Divertikulum yang disebut divertikulum zenker dapat
keluar melalui daerah yang lemah ini dan berlawanan dengan penelanan.
1.1.4 Patofisiologi
- Benda mati
- Benda hidup
- Komponen tubuh
- Faktor kesengajaan
- Faktor kecerobohan
- Faktor kebutuhan
Esophagus
Gangguan
pertukaran gas
1.1.5 Klasifikasi
1.1.5.1 Corpus alienum esophagus
Banyak terjadi pada anak – anak. Hal ini disebabkan anak – anak mempunyai kebiasaan sering memasukkan sesuatu ke
dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa uang logam, peniti, tutup bollpoin dan lain – lain. Pada
orang tua hal ini juga dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya sudahj habis sehingga makanan
tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang tertelan biasanya daging yang liat, bakso, abon, tulang ayam/bebek, paku,
jarum, kawat gigi palsu dan lain – lain.
1.1.5.2 Corpus alienum di trakea-bronkus
Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena terhirup. Banyak terjadi pada anak kecil karena gigi
gerahamnya belum tumbuh sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Secara tidak sadar karena menangis,
berteriak atau terjatuh makanan akan terhirup dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah
makanan misalnya kacang, nasi dan lain – lain. Pada orang dewasa hal ini juga dapat terjadi terutama saat bekerja. Benda
yang terhirup misalnya jarum pentul, paku.
1.1.8 Penatalaksanaan
Pasien dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan esofaguskopi dengan menamai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut
dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan – kelainan esophagus yang telah ada
sebelumnya.
Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esophagus harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi
benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan dan
diberikan antibiotik berspektrum luas selama 7 – 10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2
kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.
1.2.2.2 Diagnosa 2
1. Diagnosa keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan
2. Batasan karakteristik :
Mayor ( harus terdapat )
Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami : masukan makanan tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan
dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan – kebutuhan metabolik aktual atau potensial dalam masukan
yang berlebihan.
Minor ( mungkin terdapat )
Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh.
Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot pertengahan lengan kurang dari 60 % standar pengukuran.
Kelemahan otot dan nyeri tekan.
Peka rangsang mental dan kekacauan mental.
Penurunan albumin serum.
Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi.
3. Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat.
4. Kriteria hasil :
Individu akan : Meningkatkan masukanoral.
Menjelaskan faktor – faktor penyebab bila diketahui.
Menjelaskan rasional dan prosedur untuk pengobatan.
5. Implementasi dan Rasional
1) Kaji ulang nyeri telan.
R : Dengan mengkaji ulang diharapkan dapat mengurangi atau mengidentifikasikan nyeri telannya.
2) Sajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R : Dengan menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering diharapkan lambung tetap terisi.
3) Hidangkan makanan dalam keadaan hangat dan menarik serta sesuaikan dengan selera pasien.
R : Dengan menghidangkan makanan dalam keadaan hangat, menarik serta sesuai dengan selera pasien dapat mengoptimalkan
kerja enzim dalam tubuh dan menarik selera makan pasien.
4) Bantu pasiendalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.
R : Pada pasien yang tidak sadar/tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya, bantuan perawat sangan dibutuhkan.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diit.
R : Perlu bantuan dalam perencanaan diit yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
6) Kolaborasi dengan dokter dalampemberian NTP bila perlu.
R : Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bila masukan oral tidak memadai.
1.2.2.3 Diagnosa 3
1. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi terjadi infeksi.
2. Batasan Karakteristik : -
3. Tujuan : Tidak terjadi infeksi
4. Kriteria hasil :
ndividu akan : Memperlihatkan teknik mencuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang.
Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.
Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan
yang tepat untuk mencegah infeksi.
5. Implementasi dan Rasional
1) Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi
pengunjung / staf sesuai kebutuhan.
R : Menurunkan risiko pasien terkenan infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada
individu terinfeksi ( misal individu yang mengalami infeksi saluran nafas atas ).
2) Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda – tanda klinis dari proses infeksi.
R : Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 hari setelah suhu turun ( kembali normal ) dan tanda –
tanda klinisnya jelas.
3) Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan persiapan dan usaha pernafasan.
R : Adanya ronchi/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernafasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan
risiko terjadinya infeksi pernafasan.
4) Ubah posisi dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas dalam.
R : Memobilisasi sekret dan meningkatkan kebocoran sekret yang akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi terhadap
pernafasan.
5) Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau.
R : Urin statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan risiko terhadap infeksi kandung kemih/ginjal/awitan sepsis.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi antibiotika IV sesuai indikasi.
R : Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu.
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian
1. Biodata :
Nama : Ny. W No Reg : 0518128
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds. Bantur RT 35/07 Bantur
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa Medis : Corpus Alienum Esofagus
Tanggal MRS : 31- 8 - 2005
Tanggal Pengkajian : 5 - 9 - 2005
Golongan Darah : -
2. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan tenggorokannya nyeri saat dibuat menelan dengan skala nyeri 6
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Hubungan perkawinan
: Hubungan saudara
: Tinggal serumah
6. Riwayat Psikososial dan Spiritual
- Pasien yakin bahwa dirinya akan sembuh
- Hubungan pasien dengan keluarga, pasien lain dan perawat cukup baik.
- Pasien menganut agama Islam.
- Pasien sangat kooperatif dalam melakukan tindakan keperawatan.
9. Tanda-tanda Vital
Suhu tubuh : 365 0C
Denyut Nadi : 88 x/mnt
Tensi / TD : 120/80 mmHg
Respirasi : 24 x/mnt
TB / BB : -
10. Pemeriksaan Fisik (diutamakan ada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya ) :
1) Pemeriksaan Kepala dan Leher
Rambut : rambut hitam dan tebal, pada kulit kepala tidak ada lesi.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, daerah mata agak cowong.
Hidung : bersih, tidak ada polip, terpasang NGT.
Telinga : bersih tidak ada serumen sedikit.
Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak terdapat luka bekas operasi.
2) Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku
Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang dan agak kering.
Kuku pendek dan bersih, CRT < 2 detik
3) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (bila diperlukan)
Payudara simetris dan tidak ada masa / benjolan
4) Pemeriksaan Thorak / Dada
eksi Thorak : dada simetris, tidak ada lesi, saat inspirasi dan ekspirasi dada kanan dan kiri bergerak bersamaan.
pasi : tidak ada benjolan, tactil fremitus sama dikedua lapang paru.
kusi : sonor
kultasi : terdengar suara paru tambahan seperti ronchi atau wheezing.
kultasi paru : tidak ada suara paru tambahan seperti ronchi atau wheezing, suara nafas bronkial pada trakea, suara bronkovesikuler
pada percabangan bronkus dan trakea, vesikuler disemua lapang paru.
5) Jantung
Inspeksi : ictus cordis pada ICS V line midclavicula kiri.
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur jantung.
6) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi
Palpasi : turgor kulit baik, tidak ada hepato dan splenomegali, tidak nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 5 x/mnt
7) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya ( bila diperlukan)
Genetalis : tidak terpasang kateter
Anus : tidak ada hemoroid
8) Pemeriksaan Muskuloskeletal
MMT 5 5
5 5
Tidak ada atropi otot pada ekstremitas kanan dan kiri
9) Pemeriksaan Neurologi
Kesadaran komposmentis
GCS 4-5–6
10) Pemeriksaan Status Mental
Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : baik
Emosi pasien : stabil
11) Pemeriksaan Penunjang Medis
Darah Lengkap :
- Leukosit 6800 /μl
- HB : 11.1 gr/dl
- PCV : 34,8 %
- Trombosit : 288.000/ μl
- PPT : 1 menit 22 detik
- APTT : 36 detik
Kimia Darah :
- GD sesaat : 98 mg/dl
- Ureum : 27,8 mg/dl
- Creatinin : 0,52 mg/dl
- SGOT : 21 mv/ml
- SGPT : 15 mv/ml
Foto roentgen cervical AP / lat dengan hasil massa radiopague setinggi V corialis 5 - 6 esofagus endoskopi
12) Pelaksanaan / Therapi
Ampicillin 3 x 1 gr IV
Amoxillin 3 x 500 mg
Bisolvon 3 x 1sdm
IV FD RL 500 ml
13) Harapan Klien / Kleuarga Sehubungan Dengan Penyakitnya
Pasien berharap bahwa sakitnya cepat sembuh sehingga bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari dan dapat berkumpul
kembali bersama keluarganya.
2. 2 5 - 9 - 2005 S: -
O : - Suhu 360 C, nafas 20 x/mnt
- Tidak ada suara nafas tambahan pada
seluruh area
- Warna urine kuning jernih
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
2. 2 6 - 9 - 2005 S: -
O : - Hasil endoskopi lesi pada esofagus sudah
sembuh
- Tidak ada suara nafas tambahan pada
seluruh area
- Suhu 365 0C, nafas 20 x/mnt
- Warna urine kuning jernih
A: Tujuan tercapai
P: Intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Boies, Lawrence R. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC : Jakarta.
Capernito, Lynda Juall 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
Pracy, R. 1993. Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung, dan Tenggorok. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Rukmini, Sri. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk Perawat. Surabaya.