LP 3
LP 3
PENDAHULUAN
Obstruksi saluran nafas kronis yaitu penyakit yang dikarakterisir oleh adanya
keterbatasan aliran udara yang bersifat irreversibel, yang disebabkan oleh
bronkitis kronis, emphysema atau keduanya. Salah satu dari obstruksi saluran
nafas cronis adalah PPOK dimana Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung
seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam
perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut.
Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor
resiko yaitu factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti
kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan
perubahan cuaca. Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi
komponen (kelainan kogenita) yang memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap
perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan faringitis
kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin
lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaanObatruksi saluran nafas
cronis perlu diperhatikan factor-faktor tersebut, sehingga pengobatan Obstruksi
saluran nafas cronis menjadi lebih baik.
1.2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah yang berjudul ” Obstruki saluran nafas cronis” ini
adalah untuk membahas patofisiologi, gejala-gejala klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan prognosis bagi penderita penyakit
ini mengingat kasusObstruksi Saluran Nafas Cronsi semakin meningkat setiap
tahunnya. Dengan begitu diharapkan kita mampu menekan angka morbiditas dan
mortalitas Obstruksi Saluran Nafas Cronsi
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Obstruksi saluran nafas kronis merupakan sekumpulan gejala dan tanda yang
diakibatkan oleh sumbatan di saluaran nafas bagian atas. Sumbatan jalan nafas
karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera dibersihkan karena apabila
tidak dapat bernafas, maka kita tidak dapat memberikan pernafasan buatan.
B. ETIOLOGI
- Atresia koana
2. Trauma
3. Tumor
4. Infeksi akut
7. Benda asing
Benda- benda asing tersebut dapat tersangkut pada :
a. Laring
Terjadi obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut,
yakni secara progresif terjadi stridor, dispnoe, apnea, disfagia, hemoptisis,
pernapasan otot-otot napas tambahan atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan
oleh benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh
berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak teratur bentuknya.
b. Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka dapat
dibagi pada bagian atas pada trachea, dan pada brongkus.
C. PATHWAY
D. KLASIFIKASI
1. Sumbatan parsial
Tersendak terjadi bila benda asing masuk kea rah paru-paru dan menyumbat jalan
nafas kea rah paru-paru. Bila penderita bias menghilangkan penyumbata denga
cara batuk-batuk keras, maka tidak perlu dilakukan pertolonga lagi. Tetapi bila
penderita terus tersedak sehingga sesak nafas maka perlu segera dilakukan
pertologan pertama. Gejala :
- Sesak bicara
2. Sumbatan total
Perlu tindakan segera dan anda hanya mempunyai waktu 3 menit untuk
mengambil sumbatan, sebelum terjadi kerusakan otak karena kekurangan oksigen.
Gejala :
Makin total suatu tingkat obstruksi, maka makin berbahaya. Tetapi suatu obstruksi
parsial dapat pula menimbulkan check valve phenomen, artinya udara dapat
masuk pada jalan pernapasan akan tetapi tidak dapat keluar sehingga
menimbulkan emfisema yang disebabkan oleh karena udara yang terperangkap
(air tappering)
Pada obstruksi yang akut, kelainan perubhan faal baru, maupun hemodinamik
lebih cepat timbul tanpa sempat dikompensasi oleh mekanisme tubuh.
E. MANIFESTASI KLINIS
- Cyanosis
F. KOMPLIKASI
1. Nyeri abdomen,ekimosis
2. Fraktur iga
a. Radiologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul bayangan radiologi
yang diakibatkan oleh dua sebab, yakni:
- Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi adlah
disebabkan oleh benda asing itu sendiri.
- Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi, misalnya ateoetksis dan
emfisema,maka akan terkantung pada tipe obstruksi yang terjadi
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan ini
tergantung kepada lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka
akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi
disuparstrnal notch, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi
(inspiratory flow rate), sedangkan bila terjadi di bawah suparsternal nocht, maka
akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi (expiratory flow rate)
H. TINDAKAN KEPERAWATAN
Beberapa metode tujuanya adalah mengeluarkan benda benda asing sehingga jalan
nafas tidak terhalang oleh benda asing:
1. Pengambilan
Buka mulut pasien bersihakan benda asing yang ada didalam mulut pasien dengan
mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibukus dengan secarik
kain, bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing
2. Dihisap
- Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap dengan pipa karet
menggunakan semprot penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan pipa
penghisap mekanik/listrik
3. Abdomen Thrust
b) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang
lengan kanan tersebut dengan lengan kiri. Posisi lenan anda pada abdomen klien
yakni dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat atau umbilicus.
c) Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen kea rah
dalam dan atas.
e) Kaji jalan napas sesering mungkin untuk memastikan kebersihan tindakan ini.
b. Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda yang menempel di
abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan di atas pusat atau umbilicus.
c. Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen kea rah
dalam dan atas
e. Kaji jalan naps secara seng untuk memasitikan keberhasilan tindakan yang
dilakukan.
f. Jika perlu, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan
jika tampak utamaka mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau
megil forcep.
4. Chest trust
b. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area midsternal di
atas prosesus xipideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
c. Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kearah spinal. Jika perlu ulangi chest
trhrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas
d. Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.
b. Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda dan posisikan bagian
bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien
(sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
c. Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kea rah spinal. Jika perlu ulangi chest
thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
d. Kaji jalan naps secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.
e. Jika mungkian, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringhoskpi
dan jika tampak utamakan mengestraksi benda asing tersebtu menggunakan Kelly
atau megil forcep.
Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi pada jalan nafas atas yang di tangai oleh
beberapa atau semua dari tanda dan gejala beriktu ini:
5. Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu untuk batuk
6. Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis
7. Bayi dan anak dengan distress respirasi mendadak disertai dengan dengan batuk,
stidor atau wising.
1. Pada klien sadar, batuk volunteer menghasilan aliran udara yang besar dan dapat
menghilangkan obstruksi.
2. Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yang mengalami cedera dada,
seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur strnal (simon & Brenner, 1994).
3. Pada klien yang sedang hamil tua atau yang sangat obesutas, disarankan
dilakukan chest thrusts.
4. Posisi tangan yang tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada
organ-organ yang ada di bawahnya selama dilakukan chest thrust.
- Gawat napas
1. Sesak berat setelah penangan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat
2. Hindari inturbasi, bila diperlukan intubasi gunakan pola ventilasi mekanik yang
tepat
3. Mencegah kematian
- Kesadaran
- Tanda vital
- Pneomonia
Pada eksaserbasi akut terapi oksigen merupakan hal yang pertama dan utama,
bertujuan untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam
jiwa. dapat dilakukan di ruang gawat darurat, ruang rawat atau di ICU. Sebaiknya
dipertahankan Pao2 > 60 mmHg atau Sat O2 > 90%, evaluasi ketat hiperkapnia.
gunakan sungkup dengan kadar yang sudah ditentukan (ventury masks) 24%, 28%
atau 32%. Perhatikan apakah sungkup rebreathing atau nonrebreathing,
tergantung kadar Paco2 dan Pao2. Bila terapi oksigen tidak dapat mencapai
kondisi oksigenasi adekuat, harus digunakan ventilasi mekanik. Dalam
penggunaan ventilasi mekanik usahakan dengan Noninvasive Positive Pressure
Ventilation (NIPPV), bila tidak berhasil ventilasi mekanik digunakan dengan
intubasi.
- Peningkatan sesak
b. Bronkodilator
Bila rawat jalan B-2 agonis dan antikolinorgik harus diberikan dengan
peningkatan dosis. Inhaler masih cukup efektif bila digunkan dengan cara yang
tepat, nebuliser dapat digunakan agar bronkodilator lebih efektif. Hati-hati dengan
penggunaan nebuliser yang memakai oksigen sebagai kompressor, karena
penggunaan oksigen 8-10 liter untuk menghasilkan uap dapat menyebabkan
retensi CO2. Golongan xantin diberikan bersamasama dengan bronkodilator
lainnya karena mempunyai efek memperkuat otot diafragma.
c. Kortikosteroid
5. Ventilasi mekanik
Penggunaan ventilasi mekanik pada PPOK eksaerbasi berat akan mengurangi
mortaliti dan morbiditi, dan memperbaiki simptom. Dahulukan penggunaan
NIPPV, bila gagal dipikirkan penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi
- Pengeluaran sputum
- Kesadaran menurun
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a) Identitas pasien
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat atau factor lingkungan
1) Ventilasi
- Bunyi napas
Rongki basah atau mengi dapt terdengar pada bayak masalah pernapasan.
Hilangya atau berkurangnya bunyi napas merupakan temuan yang signifikan dan
mungkin mengindikasikan pneumotoraks atau beberapa bentuk konsolidasi
alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau berkurang sebagai akibat konstriksi
bronkus kanan yang disebakan oleh adanya aspirasi benda asing.
- Pernapasan
Jika pasien PPOK atau asma, periksa laju aliran ekspirasi puncak dengan
menggunakan peak floemeter. Jika nilainya kurang dari 200 l/menit, triase segera
keruang tindakan.
- Saturasi oksigen
Tentukan tingkat SpO2 dengan oksimetri nadi kontinu. Jika tingkat SpO291 % atau
kurang, diperkirakan pasien harus dirawat di rumah sakit.
- Sputum
Jelaskan produsi seputum. Sputum merah muda yang berbusa merupakan tanda
edema alveoli paru kardiogenik.
- Dispnea
2) Perfusi
- Bunyi jantung
Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasus-kasus gagal jantung
Palpasi titik implus maksimal. Bagian apeks jantung biasanya sampai pada
dinding anterior dada atau dekat dengan ruang interkosta lima kiri di faris
midklavikula
Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis. Ubah posisi pasien menjadi
semifowler dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri.
3) Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya teofilin
dan alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal menimgulkan
efek pada system saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan agitasi.
Hipoksemia dan hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan penurunan
kesadaran.
d) Kondisi pernapasa
- Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerakan nafas, tidak ada hawa
nafas dan pernafasan berhenti.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVESNSI KEPERAWATAN
Tujuan : mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih dan jelas
Intervensi:
- Tempat klien pada posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT, duduk
pada sandaran TT.
- Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung,
memberikan air hangat.
Intervensi:
- Kai atau awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membrane mukosa
Intervensi:
- Lakukan suction bila diperluakn, batasi lamanya suction kurang dari 15 detik.
- Lakukan fifioterapi dada sesuai indikasi: postular drainase, perkusi dan vibrasi.
- Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan cairan (40-50 cc/kg
BB/24 jam)
- Kaji atau awasi secara rutin keadaan kulit dan membrane mukosa
- Kolaborasi: berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan
toleransi l;oem
BAB IV
KESIMPULAN
Obstruksi saluran nafas kronis merupakan sekumpulan gejala dan tanda yang
diakibatkan oleh sumbatan di saluaran nafas bagian atas. Sumbatan jalan nafas
karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera dibersihkan karena apabila
tidak dapat bernafas, maka kita tidak dapat memberikan pernafasan buatan.
Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor
resiko yaitu factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti
kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan
perubahan cuaca. Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi
komponen (kelainan kogenita) yang memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap
perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan faringitis
kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin
lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaanObatruksi saluran nafas
cronis perlu diperhatikan factor-faktor tersebut, sehingga pengobatan Obstruksi
saluran nafas cronis menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
PDPI. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: 2006.
p. 1-18.
Riyanto BS, Hisyam B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Obstruksi Saluran
Pernafasan Akut. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI, 2006. p. 984-
5.
GOLD. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management and Prevention. USA: 2007. p.
6. [serial online] 2007. [Cited] 20 Juni 2008. Didapat dari :