Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

“Hipertensi dan Aterosklerosis”

Oleh :

Kelompok 8

Shinta Yunia Wulandari 1611212024


Khoridatul Hasindah 1611212028
Rista 1611212030
Clarita Tiffany 1611212032
Cut Annisa Barmah 1611212036
Tessa Yuriandini 1611212034

Dosen Pengampu:

Vivi Triana, S.K.M, M.Ph

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada

Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah

ini guna memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular ini. Dalam

penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi. Namun, penyusun

menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,

dorongan, dan bimbingan orangtua, sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Hipertensi dan

Aterosklerosis yang penyusun sajikan berdasarkan dari berbagai informasi dan referensi.

Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri

penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan

dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi

sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa Universitas Andalas. Penyusun

sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,

kepada dosen pengampu, penyusun meminta masukannya demi perbaikan pembuatan

makalah penyusun di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca.

Padang, 27 Maret 2018

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................3

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi.....................................................................................5

2.1.1 Definisi Hipertensi.............................................................5

2.1.2 Mengukur tekanan darah...................................................5

2.1.3 Tekanan darah normal.......................................................7

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi........................................................7

2.1.5 Epidemiologi Hipertensi....................................................9

2.1.6 Penyebab Hipertensi.........................................................10

2.1.7 Tanda dan Gejala Hipertensi.............................................12

2.1.8 Akibat Hipertensi..............................................................13

2.1.9 Pencegahan Hipertensi.....................................................13

2.1.10 Pengobatan Hipertensi....................................................14

2.2 Aterosklerosis.............................................................................15

2.2.1 Definisi Aterosklerosis.....................................................15

2.2.2 Etiologi Aterosklerosis.....................................................16

2.2.3 Patofisiologi Aterosklerosis..............................................19

2.2.4 Manifestasi klinik Aterosklerosis.....................................22

3
2.2.5 Faktor Resiko Aterosklerosis............................................22

2.2.6 Pemeriksaan diagnostik Aterosklerosis............................23

2.2.7 Penatalaksanaan Medis Aterosklerosis.............................23

2.2.8 Pengobatan Aterosklerosis................................................24

2.2.9 Pencegahan Aterosklerosis...............................................24

2.2.10 Epidemiologi Aterosklerosis..........................................27

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................29

3.2 Saran........................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................30

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih

dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah

ini berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dan dapat menimbulkan komplikasi

pada ginjal, jantung dan otak. Hampir 1 milyar orang di seluruh dunia menderita penyakit

hipertensi. Di Amerika Serikat, hampir 1 dari 3 orang dewasa (kira-kira dari 73 juta orang)

memiliki derajat tekanan darah yang tinggi. Hipertensi merupakan faktor pendukung dari

banyak masalah penyakit termasuk myocardial infarction (MI), stroke, gagal jantung, gagal

ginjal, dan juga menyebabkan kematian.

Survei Nasional kembali menguak bahwa hipertensi seringkali tidak terdeteksi, dan

saat didiagnosa seringkali ditangani dengan adekuat. Diantara pasien hipertensi, hanya 25%

pasien yang terkontrol dengan baik (Foex dan Sear, 2004). Ada bukti yang berkembang

menyatakan interaksi kompleks antara berbagai faktor genetik dan lingkungan memainkan

peran penting dalam menentukan risiko individu dari bermacam-macam penyakit termasuk

hipertensi (Kunes dan Zicha, 2006).

Ada spekulasi yang menyatakan bahwa hipertensi berkembang disebabkan karena

“error” pada sistem regulasi tekanan darah yang terkoordinasi dengan baik. Error dalam

aliran molekular, biokimia dan proses genetik, yang meregulasi tekanan darah, berpotensi

untuk menyebabkan penyakit hipertensi.

Aterosklerosis merupakan keadaan pada pembuluh arteri yang mengakibatkan

penebalan arteriol dan pengerasan pada pembuluh darah arteri diakibatkan oleh penumpukan

1
lemak. Aterosklerosis merupakan jenis yang penting dari arteriosklerosis, istilah

aterosklerosis merupakan sinonim dari arteriosklerosis.

Penyakit jantung koroner (PJK) yang berawal dari aterosklerosis telah menjadi

penyebab utama kematian dewasa ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari

117 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002, angka ini

diperkirakan meningkat 11 juta orang pada tahun 2020. Di Indonesia, kasus PJK semakin

sering ditemukan karena pesatnya perubahan gaya hidup.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari Penyakit Hipertensi dan Aterosklerosis ?

1.2.2 Bagaimana mengukur tekanan darah ?

1.2.3 Bagaimana tekanan darah normal ?

1.2.4 Bagaimana klasifikasi dari hipertensi?

1.2.5 Bagaimana epidemiologi hipertensi dan aterosklerosis ?

1.2.6 Apa penyebab (faktor resiko) dari hipertensi dan aterosklerosis?

1.2.7 Apa tanda dan gejala hipertensi?

1.2.8 Apa akibat dari hipertensi?

1.2.9 Bagaimana pencegahan dan pengobatan untuk hipertensi dan aterosklerosis?

1.2.10 Bagaimana etiologi dari aterosklerosis?

1.2.11 Bagaimana patofisiologi dari aterosklerosis?

1.2.12 Bagaimana manifestasi klinik dari aterosklerosis?

1.2.13 Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari aterosklerosis?

1.2.14 Bagaimana penatalaksanaan medis untuk aterosklerosis?

1.3 Tujuan Penulisan


2
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang penyakit hipertensi dan

aterosklerosis. Disamping itu untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah

epidemiologi penyakit menular.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui pengertian dari Penyakit Hipertensi dan Aterosklerosis.

1.3.2.2 Untuk mengetahui pengukuran tekanan darah.

1.3.2.3 Untuk mengetahui tekanan darah normal.

1.3.2.4 Untuk mengetahui klasifikasi dari hipertensi.

1.3.2.5 Untuk mengetahui epidemiologi hipertensi dan aterosklerosis.

1.3.2.6 Untuk mengetahui penyebab (faktor resiko) dari hipertensi dan

aterosklerosis.

1.3.2.7 Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi.

1.3.2.8 Untuk mengetahui akibat dari hipertensi.

1.3.2.9 Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan untuk hipertensi dan

aterosklerosis.

1.3.2.10 Untuk mengetahui etiologi dari aterosklerosis.

1.3.2.11 Untuk mengetahui patofisiologi dari aterosklerosis.

1.3.2.12 Untuk mengetahui manifestasi klinik dari aterosklerosis.

1.3.2.13 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari aterosklerosis.

1.3.2.14 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis untuk aterosklerosis.

1.4 Manfaat Penulisan

3
Kami mengharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi

pembaca dan juga khususnya bagi mahasiswa kesehatan masyarakat terutama dalam

memahami materi tentang Penyakit diare dan hepapatitis.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau

kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada. Tekanan Darah

Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hiper artinya

Berlebihan, Tensi artinya tekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah Gangguan sistem

peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90

mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan

darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-

anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan

darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan

aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,

paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

2.1.2 Mengukur Tekanan Darah

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi

diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada

saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis

miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan

5
puluh. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan

darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus

meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan

menurun drastis.

Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan mmHg (millimeter air

raksa) pada alat tekanan darah/ tensi meter, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah angka

yang tertinggi yang merupakan tekanan darah pada waktu jantung sedang menguncup atau

sedang melakukan kontraksi. Diastolik adalah angka yang terendah pada waktu jantung

mengembang berada di dalam akhir relaksasi. Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG

artinya tekanan sistolik 120 dan tekanan diastolik 80 mmHg.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :

a. Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk memasukkan darah

ke dalam batang pembuluh nadi.

b. Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.

c. Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.

Klasifikasi tekanan darah adalah sebagai berikut :

No Klasifikasi Sistolik Diastolik


1 Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg
2 Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
3 Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
4 Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
5 Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
6 Hipertensi berat > 180 mmHg > 110 mmHg

2.1.3 Tekanan Darah Normal

6
Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada keadaan dan

dipengaruhi oleh aktivitas seseorang, jadi tekanan darah normalpun bervariasi. Orang dewasa

bila tekanan darah menunjukkan angka 140/ 90 mmHg ke atas dianggap tidak normal. Ada

anggapan tekanan darah rendah kurang baik, hal tersebut kurang tepat. Sebab data statistik

menunjukkan bahwa orang dengan tekanan darah rendah mempunyai umur yang sama

dengan yang disebut normal. Yang terbaik adalah menjaga tekanan darah agar normal dan

anggapan bahwa semakin bertambah usia tekanan darah lebih tinggi tidak menjadi masalah,

adalah anggapan yang perlu diluruskan, karena berdasarkan data statistik orang tua yang

tekanan darahnya berkisar di normal, kecenderungan mendapat gangguan stroke rendah.

Periksa tekanan darah secara teratur minimal 6 bulan sekali atau setiap kali ke dokter/

fasilitas kesehatan.

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut :

a. Hipertensi Sistolik

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan

peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan

umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan

tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung).

Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada

hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

b. Hipertensi Diastolik

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan

tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan

pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh

7
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan

terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.

Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada

dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan.

c. Hipertensi Campuran

Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan

diastolik. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,

yaitu :

 Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor

yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan

saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan

Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti

obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

 Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,

hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,

feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan, dan lain-lain.

WHO mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan ada tidaknya kelainan pada organ

tubuh lain, yaitu :

 Hipertensi tanpa kelainan pada organ tubuh lain


 Hipertensi dengan pembesaran jantung.
 Hipertensi dengan kelainan pada organ lain di samping jantung.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah yaitu :

 Hipertensi borderline : tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 160/95 mmHg.
 Hipertensi ringan : tekanan darah antara 160/95 mmHg dan 200/110 mmHg.
8
 Hipertensi moderate : tekanan darah antara 200/110 mmHg dan 230/120 mmHg.
 Hipertensi berat : tekanan darah antara 230/120 mmHg dan 280/140 mmHg.

2.1.5 Epidemiologi Hipertensi

a. Orang

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada

wanita. Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada

laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita

meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Orang yang memiliki gaya hidup tidak

sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum minuman

beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.

b. Tempat

Hipertensi bisa terjadi dimana saja. Bagaimanapun, hipertensi biasa sering

muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika

Hispanik.

c. Waktu

Penyakit hipertansi bisa terjadi setiap saat karena sifatnya yang tidak

menular dan penyakit ini tergolong penyakit yang terjadi akibat genetic, gaya

hidup, lingkungan dan pola makan

2.1.6 Penyebab Hipertensi

a. Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua

atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia

menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah

tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak

9
identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan

untuk masalah tekanan darah tinggi.

b. Usia

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya

usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat

mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda

bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas

atas yang normal.

c. Konsumsi Garam

Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah

dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita

hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

d. Kolesterol

Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam

darah Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh

darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan

darah akan meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.

e. Obesitas/Kegemukan

Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30

persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan

darah tinggi.

f. Stres

Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil

juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

g. Rokok

10
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan

darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes,

serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus

dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang

sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan

jantung dan darah.

h. Kafein

Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun

minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

i. Alkohol

Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga

menyebabkan tekanan darah tinggi.

j. Kurang Olahraga

Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa

menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu

menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang

berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.

2.1.7 Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara

tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan

darah tinggi (padahal sebenarnya tidak ada ). Gejala-gejala hipertensi, antara lain :

 Sebagian besar tidak ada gejala

 Sakit pada bagian belakang kepala

 Leher terasa kaku

11
 Kelelahan

 Mual

 Sesak napas

 Gelisah

 Muntah

 Mudah tersinggung

 Sukar tidur

 Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan

ginjal

Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi. Sering

juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala, mudah tersinggung dan sukar tidur,

ketika diukur tekanan darahnya menunjukkan angka tekanan darah yang normal. Satu-

satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur tekanan

darah.

2.1.8 Akibat Hipertensi

Komplikasi/bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi adalah sebagai

berikut :

a. Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan

kolesterol dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan

mata kabur.

12
b. Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat

menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan

menyebabkan kematian yang mendadak.

c. Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi

penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada

ginjal.

d. Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O 2 berkurang bisa

menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah

mengakibatkan pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).

2.1.9 Pencegahan Hipertensi

Jika tekanan darah tinggi, pantaulah dengan ketat sampai angka tersebut turun dan bisa

dikendalikan dengan baik. Dokter biasanya menyarankan perubahan pada gaya hidup yang

termasuk dalam pengobatan untuk hipertensi sekaligus pencegahannya. Langkah tersebut bisa

diterapkan melalui cara-cara sebagai berikut :

 Memeriksa tekanan darah secara teratur.

 Menjaga berat badan ideal.

 Mengurangi konsumsi garam.

 Jangan merokok.

 Berolahraga secara teratur.

 Mengurangi stress.

 Menghindari makanan berlemak.

 Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.

 Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk

mengurangi berat badan.

13
 Kurangi konsumsi alkohol.

 Pola makanam yamg sehat.

 Mengurangi garam dan natrium di diet anda.

2.1.10 Pengobatan Hipertensi

a. Umum

Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut

golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar

yaitu :

 Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah

diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya

menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan

mengurangi asupan garam serta rileks.

 Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti

kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang digunakan

pada hipertensi adalah :

1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone

2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol

3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril

4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin

5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine

6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine

7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.

8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens

14
b. Khusus

Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang

jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-tanda dan

penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini

dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan

sarana yang canggih.

2.2 Aterosklerosis

2.2.1 Definisi Aterosklerosis

Atherosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau ASVD

berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan sklerosis (indurasi dan

pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil

yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit,

kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di

dalam lapisan arteri di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media.

Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang intima arteri besar

dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium. komponen darah,

karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal

sebagai aleroma atau plak. Karena aterosklerosis merupakan pe¬nyakit arteri umum, maka

bila kita menjumpainya di ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh

yang lain (Brunner & Suddarth, 2002).

Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena

mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah suatu proses

berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang

15
silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan dengan

rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala klinik. Seringkali rupture plak

segera pulih, dengan cara inilah proses plak berlangsung. (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997)

Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat

timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat

aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital

lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju

ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam arteri yang

menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang

paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.

Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai tua. Namun

sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada kanak-kanak. Karena

timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi fenomena alamiah yang

tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih dahulu.

2.2.2 Etiologi Aterosklerosis

Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran

darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan

lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak

penebalan di lapisan dalam arteri.

Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi

dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak, terutama

kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri

sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan,

16
mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga

disini lebih mudah terbentuk ateroma.

Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma

terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan

kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian darah bisa masuk

ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih

mempersempit arteri.

Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu

pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan

menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan mengalir bersama aliran

darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).

Ada 9 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu :

a. Kadar Kolesterol Darah

Ini termasuk kolesterol LDL tinggi (kadang-kadang disebut kolesterol

jahat) dan kolesterol HDL rendah (kadang-kadang disebut kolesterol baik).

b. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah dianggap tinggi jika tetap pada atau di atas 140/90 mmHg

selama periode waktu.

c. Merokok

Ini bisa merusak dan mengencangkan pembuluh darah, meningkatkan

kadar kolesterol, dan meningkatkan tekanan darah - merokok juga tidak

memungkinkan oksigen yang cukup untuk mencapai jaringan tubuh.

d. Resistensi Insulin

17
Insulin adalah hormon yang membantu memindahkan darah gula ke dalam

sel di mana itu digunakan dan resistensi insulin terjadi ketika tubuh tidak dapat

menggunakan insulin sendiri dengan benar.

e. Diabetes

Ini adalah penyakit di mana tingkat gula darah tubuh tinggi karena tubuh

tidak membuat cukup insulin atau tidak menggunakan insulin dengan benar.

f. Kegemukan/Obesitas

Kegemukan adalah memiliki berat badan ekstra dari otot, tulang, lemak,

dan / atau air , obesitas adalah memiliki jumlah tinggi lemak tubuh ekstra.

g. Kurangnya Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas dapat memperburuk faktor risiko lain untuk

aterosklerosis.

h. Umur

Sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya

hidup faktor genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun di

arteri - pada pertengahan usia atau lebih, plak cukup telah membangun

menyebabkan tanda-tanda atau gejala, pada pria, risiko meningkat setelah usia 45,

sedangkan pada wanita, risiko meningkat setelah usia 55.

i. Riwayat Keluarga Penyakit Jantung Dini

Risiko aterosklerosis meningkat jika ayah atau saudara laki-laki

didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 55 tahun, atau jika ibu atau

saudara perempuan didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 65 tahun

tetapi meskipun usia dan riwayat keluarga penyakit jantung dini faktor risiko, itu

tidak berarti bahwa Anda akan mengembangkan atherosclerosis jika Anda

memiliki satu atau keduanya. Membuat perubahan gaya hidup dan / atau

18
mengambil obat-obatan untuk mengobati faktor risiko lainnya seringkali dapat

mengurangi pengaruh genetik dan mencegah aterosklerosis dari berkembang,

bahkan pada orang dewasa yang lebih tua.

2.2.3 Patofisiologi Aterosklerosis

Sistem kardiovaskuler bekerja secara terus-menerus dan pada kebanyakan kasus,

secara efisien. Tapi masalah dapat muncul ketika aliran darah berkurang atau tersumbat. Bila

pembuluh darah ke jantung tersumbat total, jantung tidak mendapatkan oksigen secara cukup

dan suatu serangan jantung dapat terjadi. Hal ini dapat berakibat fatal, dan pada

kenyataannya, menghasilkan jumlah jutaan kematian setiap tahun, membuat penyakit

kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat.

Penyakit jantung dapat bersiklus fatal, karena pembuluh darah terbatas, tidak hanya

dapat merusak jantung, tapi juga membuatnya bekerja lebih keras untuk memompa darah

melalui sistem sirkulasi. Lagipula, kerusakan jantung menjadikan jantung kurang efisien dan

harus bekerja walaupun dengan keras untuk tetap melanjutkan suplai oksigen ke seluruh

tubuh. Dari waktu ke waktu, penyakit jantung memimpin masalah utama penglibatan jantung,

paru-paru, ginjal, dan segera keseluruhan sistem, sebab setiap organ dalam tubuh

mempercayakan kecukupan oksigen dan nutrisinya pada jantung. Secara khusus, sumbatan

yang menyebabkan masalah dibentuk oleh suatu pertumbuhan lekatan yang dikenal sebagai

plak aterosklerotik.

Arterosklerosismerupakan suatu proses yang kompleks. Secara tepat bagaimana

arterosklerosis dimulai atau apa penyebabnya tidaklah diketahui, tetapi beberapa teori telah

dikemukakan

Kebanyakan peneliti berpendapat aterosklerosis dimulai karena lapisan paling dalam

arteri, endotel, menjadi rusak. Sepanjang waktu, lemak, kolesterol, fibrin, platelet, sampah

19
seluler dan kalsium terdeposit pada dinding arteri. Timbul berbagai pendapat yang saling

berlawanan sehubungan dengan patogenesis aterosklerosis pembuluh koroner.

Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak bagaikan

garis lemak. Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak

kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam. Lesi yang diliputi oleh jaringan

fibrosa menimbulkan plak fibrosis. Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang

terdiri dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.

Perubahan degeneratif dinding arteria.Meskipun penyempitan lumen berlangsung

progresif dan kemampuan vascular untuk memberikan respon juga berkurang, manifestasi

klinis penyakit belum nampak sampai proses aterogenik sudah mencapai tingkat lanjut. Fase

preklinis ini dapat berlangsung 20-40 tahun. Lesi yang bermakna secara klinis, yang dapat

mengakibatkan iskemia dan disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75%

lumen pembuluh darah.

Banyak penelitian yang logis dan konklusif baru-baru ini menunjukkan bahwa

kerusakan radikal bebas terhadap dinding arteri memulai suatu urutan perbaikan alami yang

mengakibatkan penebalan tersebut dan pengendapan zat kapur deposit dan kolesterol. Sel

endotel pembuluh darah mampu melepaskan endothelial derived relaxing factor (EDRF)

yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan endothelial derived constricting factor

(EDCF) yang menyebabkan kontraksi pembuluh darah.

Pada keadaan normal, pelepasan ADRF terutama diatur oleh asetilkolin melalui

perangsangan reseptor muskarinik yang mungkin terletak di sel endotel. Berbagai substansi

lain seperti trombin, adenosine difosfat (ADP), adrenalin, serotonin, vasopressin, histamine

dan noradrenalin juga mampu merangsang pelepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri

terhadap pembuluh darah. Pada keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerotik, maka

20
serotonin, ADP dan asetil kolin justru merangsang pelepasan EDCF. Hipoksia akibat

aterosklerotik pembuluh darah juga merangsang pelepasan EDCF.

Langkah akhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi

dengan cara berikut:

a. Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plaque

b. Perdarahan pada plak ateroma

c. Pembentukan thrombus yang diawali agregasi trombosit

d. Embolisasi thrombus atau fragmen plak

e. Spasme arteria koronaria

Aterosklerotik dimulai dengan adanya kerusakan endotel, adapun penyebabnya antara

lain adalah :

a. Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah

b. Tekanan darah yang tinggi

c. Tembakau

d. Diabetes

Dikarenakan kerusakan pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet, sampah produk

selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit pada dinding pembuluh darah. Hal

itu dapat menstimulasi sel dinding arteri untuk memproduksi substansi lainnya yang

menghasilkan pembentukannya dari sel.

2.2.4 Manifestasi Klinik Aterosklerosis

Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung

koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan

mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi

terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika

21
aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh yang

diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang

mengangkut oksigen ke jaringan.

Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat

aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis

timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga

berlangsung secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika

sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.

2.2.5 Faktor Resiko Aterosklerosis

a. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah

Faktor resiko yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin, riwayat

keluarga, dan ras.

b. Faktor Resiko yang Dapat Diubah

 Mayor, meliputi peningkatan lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan

toleransi glukosa, diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori

 Minor, meliputi gaya hidup yang kurang bergerak, stress psikologik, tipe

kepribadian.

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik Aterosklerosis

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aterosklerosis

yaitu dengan cara :

a. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan

kaki dan lengan

b. pemeriksaan doppler di daerah yang terkena

22
c. skening ultrasonik duplex

d. CT scan di daerah yang terkena

e. arteriografi resonansi magnetik di daerah yang terkena

f. IVUS (intravascular ultrasound).

2.2.7 Penatalaksanaan Medis Aterosklerosis

Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk pembuluh

darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar

lemak dan kolesterol dalam darah seperti kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat,

gemfibrozil, probukol, dan lovastatin. Untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah,

dapat diberikan obat-obatan seperti aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan.

Sementara angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran

darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk

mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana

arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna

menghindari arteri yang tersumbat.

2.2.8 Pengobatan Aterosklerosis

Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam

darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin).

Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi

resiko terbentuknya bekuan darah.

23
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah

yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk

mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana

arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna

menghindari arteri yang tersumbat.

2.2.9 Pencegahan Aterosklerosis

Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah faktor-

faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang

hendaknya :

a. Menurunkan kadar kolesterol darah

b. Menurunkan tekanan darah

c. Berhenti merokok

d. Menurunkan berat badan

e. Berolah raga secara teratur

Tahap-tahap pencegahan atherosklerosis adalah sebagai berikut :

a. Health Promotion (Promosi Kesehatan)

Pada tahap pencegahan ini, dilakukan pada saat masih sehat.Tidak hanya

untuk mengantisipasi penyakikit aterosklerosis saja tetapi juga penyakit-penyakit

yang lain.Karena upaya ini bertujuan agar kondisi kesehatan tetep

terjaga.Promosi kesehatan yang dilakukan adalah member penyuluhan tentang

pengetahuan kesehatan, olahraga secara teratur, menyeimbangkan pasokan gizi

dalam tubuh, melakukan pemeriksaan secara berkala, dan pegetahuan secara

genetis tentang riwayat penyakit.

b. Spesific Protection (Perlindungan Khusus)

24
Tahap pencegahan ini lebih dikhususkan kepada yang telah berisiko

tinggi terhadap penyakit.Sepeti ateroklerosis adalah salah satu dari penyakit

jantung, sehingga bagi yang beresiko tinggi terhadap penykit jantung diharapkan

untuk bisa menghindari hal-hal yang bisa meninggalakan kebiasaan-kebiasaan

seperti morkok,menjaga kolesterol, tekanan darah darah dan diabetes di bawah

kontol dngan sering berkonsultasi dengan dokter.

c. Early Diagnosis and Prompt treatment(Diagnosis dan Pengobatan segera)

Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan

terdiagnosis.komplikasi yang terjadi adalah, terdengarnya bruit (suara meniup)

pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari

aterosklerosis.Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.

d. Disability Limitation (Pembatasan Disabilitas)

Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam

kemampuan otot dan jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu organ

sudah tidak dapat berfungsi sempurna, mungkin dapat dilakukan pengobatan

selanjutnya seperti berikut :

 Pembedahan Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan

meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.

 Enarterektomi merupakan suatu untuk mengangkat endapan.

 Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri

atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan

guna menghindari arteri yang tersumbat.

 Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah, biasanya

diberi obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu

kembali normal.

25
 Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter kecil ke dalam

arteri dan di celup, dan kemudian sumbatan tersebut di tolong dengan sinar

X.

e. Rehabilitation (Rehabilitasi)

Rehabilitasi pengobatan yang spesifik ditentukan berdasarkan hal-hal

berikut :

 Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.

 Perluasan dari penyakit tersebut

 Daerah yang mengalami sumbatan

 Tanda-tanda dan gejala-gejala yang dialami pasien

 Riwayat kesehatahan dan pengobatanan seseorang terkait dengan

sensivitasnya terhadap terapi&prosedur pengobatan yang pernah dialami

 Arah yang di harapkan untuk penyakit ini ke depannya.

 Pendapat atau pilihan

Rehabilitasi yang dilakukan adalah penerapan perilaku sehat dalam

keseharian, pasokan gizi yang sesuai, menghindari makanan-makanan yang tinggi

kolesterol, pemeriksaan secara berkala, dan psikoterapi untuk mengendalikan.

Pada prinsipnya upaya pencegahan adalah untuk memprelambat dalam

batas-batas normal proses kekakuan pembuluh darah dan mencegah terjadinya

akibat lanjut dari aterosklerosis tersebut.Prinsip pencegahannya menghindarkan

dari faktor risiko yang dapat mempercepat proses atheroklerosis. Namun disadari

bahwa penerapan maksud pencegahan atheroklerosis memeng bukan hal yang

mudah.

2.2.10 Epidemiologi Aterosklerosis

26
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk penyakit

Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari prevalensi tersebut, angka

tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3%),

Menurut kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74

tahun (3,6%) diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun

(2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%). Sedangkan menurut status ekonomi,

terbanyak pada tingkat ekonomi bawah (2,1%) dan menengah bawah (1,6%).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang di

dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh

dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang

yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Dari seluruh kematian akibat penyakit

kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%) di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner

(PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke.

Pembiayaan penyakit katastropik, menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) bidang Kesehatan tahun 2016, menghabiskan biaya hampir 14,6 Triliun Rupiah.

Sedangkan tahun 2015, menghabiskan biaya hampir 14,3 Triliun Rupiah. Paling besar biaya

adalah untuk penyakit jantung, dimana terjadi peningkatan pembiayaan dibanding tahun

2015, yakni sebesar 6,9 Triliun Rupiah (48,25%) menjadi 7,4 Triliun Rupiah (50,7%) pada

2016. Penyakit Kardiovaskuler sebetulnya dapat dicegah dengan healthy lifestyle, seperti

mengurangi merokok, diet yang sehat, aktivitas fisik dan tidak menggunakan alkohol. Juga

memperhatikan pola makan.

Berdasarkan data Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) tahun 2014

menunjukkan bahwa proporsi penduduk Indonesia yang mengkonsumsi lemak lebih dari 67

gram perhari sebesar 26,5%, konsumsi natrium lebih dari 2000 mg sebesar 52,7% dan 4,8%

penduduk mengkonsumsi gula lebih dari 50 gram.

27
28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipertensi adalah suatu penyakit yang kronis dimana tekanan darah meningkat di atas

tekanan darah normal. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu hipertensi primer dan

sekunder ,Keluhan dan gejala penyakit hipertensi adalah biasanya tidak dirasakan oleh

penderita,gejala hipertensi bisa dilihat dengan melakukan skrining. Sedangkan Faktor resiko

dari Hipertensi itu sendiri bisa dari faktor genetik,umur, jenis kelamin,etnis,stres,obesitas,dan

konsumsi rokok. Untuk pencegahannya dianjurkan melakukan perubahan gaya hidup untuk

menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat. Dan Untuk pengobatannya dapat

dilakukan terapi secara Non farmakologis dan Farmakologis. Rehabilitasi dari penyakit

hipertensi itu sendiri dilakukan dengan Upaya merubah pola makan dan gaya hidup sehat

yang harus dilakukan secara kontinum.

Aterosklerosis adalah penyakit yang disebabkan oleh sempitnya pembuluh darah

akibat timbunan lemak yang meningkat di dinding pembuluh darah sehingga aliran darah

menjadi tersumbat. Timbunan tersebut bukan hanya lemak tetapi ada juga substansi lain

berupa trombosit, makrofag, leukosit, produk sampah seluler, kalsium dan lain-lain.

Aterosklerosis bisa terjadi pada otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya serta pada

lengan dan tungkai. Jika terjadi pada arteri koroner menuju jantung, akan mengakibatkan

serangan jantung. Namun jika terjadi pada arteri karoid menuju otak, akan mengakibatkan

stroke.

3.2 Saran

Semoga para pembaca makalah ini dapat memanfaatkan serta menambah wawasan

tentang Penyakit Hipertensi dan Aterosklerosis.

29
DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan

Penyakit Tidak Menular Tahun 2015-2019. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, “Kapita Selekta

Kedokteran” Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakrta,

1999

Kalim H. 2001. Penyakit Kardiovaskuler dari Pediatrik sampai Geriatrik. Jakarta: Balai

Penerbit RS Jantung Harapan kita

Kusmana, Hanafi. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI

30

Anda mungkin juga menyukai