Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung yang sangat terkenal dengan kulinernya di Jawa Barat adalah salah
satu kota besar di Indonesia. Pergerakan di kota Bandung didominasi di bagian utara
kota, meskipun pergerakan di bagian lain juga tinggi. Karena tidak adanyabypass di
kota ini, bagian tengah kota seakan menjadi terkunci (deadlock) sehingga kemacetan
menjadi hal yang tak terelakkan lagi. Pergerakan yang tinggi ini disebabkan oleh
padatnya penduduk di Bandung, yang sebagian besar terisi oleh pendatang. Alasan
yang menyebabkan tingginya jumlah pendatang adalah banyaknya perguruan tinggi
di kota ini, memori akan masa studi bagi para lulusannya, dan kemudahan diakses
dari berbagai daerah.
Beberapa perguruan tinggi di kota ini, seperti ITB, Unpad, Unpar, UPI, Unisba
atau Unikom terletak di bagian utara, dengan letak yang tak terlalu jauh antara satu
sama lain. Hal ini menyebabkan tingginya pergerakan dari segala penjuru kota
menuju utara kota Bandung. Kemudahan akses ke kota ini juga menambah tinggi
jumlah pendatang, baik tetap maupun sementara. Selain itu dekat dari Jakarta yang
memiliki bandara berskala internasional, serta memiliki bandara sendiri, jelas
mendukung para pendatang mengunjungi kota kembang ini.
Permasalahan lain adalah lintas harian rata-rata (LHR) di kota ini. Tingginya
pergerakan dari segala arah tersebar merata di tiap segmen dalam sehari-hari.
Tingginya pergerakan pada pagi, siang dan sore hari tidak sebanding dengan
kebutuhan akan jalan yang layak dan memadai. Apalagi, pergerakan di kota ini tidak
orientatif, tidak ada suatu daerah atau tempat khusus yang menjadi tujuan utama
warganya di tiap hari (misal di Jakarta jalan Sudirman).
Secara statistik, permasalahan lain adalah rasio jumlah jalan dengan areal kota
yang amat tidak masuk akal dan jauh dari ideal. Rasio yang ideal adalah 8% – 10%,
itupun dengan catatan kota dengan transportasi publik sebagai moda transportasi
utama. Apabila kota dengan kendaraan pribadi sebagai transportasi utamanya, angka
yang ideal adalah 15%. Bagaimana dengan Bandung? 1,34%. Luar

1
biasa. Unbelievable. Hal ini dikarenakan tidak adanya regulasi untuk mengatur tata
jalan di kota ini dari awal pembangunan dan pengembangannya.
Idealnya, tiap daerah dalam suatu kota memiliki tipologinya masing-masing. Suatu
daerah sebagai pusat kuliner, pusat perbelanjaan, pusat tekstil, pusat perdagangan,
maupun pusat layanan masyarakat. Mari kita lihat salat satu jalan utama di kota ini,
jalan Ir. H. Juanda atau yang beken dengan Dago. Segala tipologi hadir di sepanjang
jalan ini. Rumah sakit? Checked. Kuliner?Checked. Perbankan? Checked. Tempat
kursus bahasa? Checked. Factory outlet yang menjamur layaknya roti basi? Apalagi.
Jalan yang dahulu diperuntukkan sebagai hunian kini berubah fungsi menjadi mix-
used street. Seakan semuanya ada di jalan ini, hadirlah semua penduduk dari segala
penjuru di kota ini.
Permasalahan lain yang amat vital adalah optimalisasi transportasi umum di kota
ini. Penggunaan transportasi umum di kota Bandung ada di angka 40%, angka yang
cukup rendah bila memperhitungkan jalan yang kecil serta kepadatan penduduk di
kota ini. Sistem transportasi umum di kota ini (dan hampir seluruh kota di negeri ini)
tidak efisien, tidak berfungsi dengan baik. Pengelolaan angkutan umum dilimpahkan
kepada swasta.
Pemeliharaan berkala pada jalan Soekarno-Hatta berwal dari sangat pentingnya
ruas jalan tersebut

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan disusunnya Tugas ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kelayakan

ekonomi dari pembangunan dan pemeliharan yang dilakukan dalam proyek

pembuatan jalan Poros di desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Belitung Barat .

1.3 Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup dalam pengerjaan tugas ini dibatasi yaitu mengenai Kelayakan

Ekonomi dalam proyek pembangunan jalan Poros di desa Keciput.

2
1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam Tugas ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini dibahas latar belakang permasalahan, tujuan penulisan, ruang

lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini dibahas mengenai teori dasar ekonomi transportasi,yaitu analisis

kelayakan ekonomi, volume lalu lintas, BOK, Nilai Waktu,

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini dibahas mengenai prosedur dan tata cara perhitungan yang

digunakan dalan pengerjaan Tugas ini.

Bab IV Analisis Data dan Perhitungan

Pada bab ini dibahas pengolahan data dan hasil perhitungan yang telah

dilakukan berdasarkan metode Analisis Ekonomi Transportasi.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari analisa perhitungan yang telah

didapat dalam penulisan tugas ini.

3
4

Anda mungkin juga menyukai