Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN/TOR (TERM OF REFFERENCE)

KEGIATAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS

I. PENDAHULUAN
Puskesmas adalah sarana kesehatan terdepan yang memberikan pelayanan
kesehatan termasuk Gizi kepada Masyarakat. Di Puskesmas Program Gizi
Masyarakat dilaksanakan secara terintergrasi oleh berbagai macam petugas
Puskesmas seperti, Ahli Gizi, Bidan, Perawat, Dokter dan Tenaga Kesehatan Lain
yang disebut Tenaga Pengelola Gizi (TPG).
Program gizi adalah Upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi
dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan
optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar
gedung.
Program gizi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk
kegiatannya, tenaga pelaksananya, jenis-jenis pelatihan untuk pelaksana,
pedoman pelaksanaan program gizi yang harus ada setiap saat termasuk standar
operasional prosedur. Dan pengawasan, evaluasi dan bimbingan tehnis dari Dinas
Kesehatan kabupaten/kota serta output dari pelaksanaan kegiatan program gizi
Puskesmas.

II. LATAR BELAKANG


Keadaan Gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum
menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang
vitamin A, Anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium dan gizi lebih
(obesitas) masih banyak tersebar di kota dan desa di seluruh tanah air. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain adalah tingkat kemampuan
keluarga dalam menyediakan pangan sesuai kebutuhan anggota keluarga,
pengetahuan dan prilaku keluarga dalam memilih, mengolah dan membagi
makanan di tingkat rumah tangga, ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar
serta ketersediaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi
masyarakat yang berkualitas (Dinkes Aceh , 2009)
Riskesdas, 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki
masalah kekurangan gizi. Kecendrungan prevalensi kurus (wasting) anak balita
13.,6 % menjadi 13,3 % dan menurun 12,1 %. Sedangkan kecendrungan prevalensi
anak balita pendek (stunting) sebesar 36,8 %, 35,6%, 37,2 %. Prevalensi gizi
kurang (underweight) berturut-turut 18,4 %, 17,9 % dan 19,6 %. Prevalensi kurus
anak sekolah sampai remaja berdasarkan Riskesdas 2010 28,5 % (Kemenkes RI,
2015).
Masalah kurang gizi lainnya yaitu Anemia Gizi Besi (AGB) yang diderita
oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak sekolah, 3,5 juta remaja putrid dan 2 juta ibu
hamil. Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) diderita oleh sekitar
3,4 juta anak usia sekolah dan sekitar 10 juta balita menderita kurang vitamin A
(KVA) (Dinkes Aceh, 2009).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur
menunjukkan angka balita gizi kurang sebesar 19,7 %, gizi buruk yang mendapat
perawatan 100%, balita Bawah Garis Merah (BGM) 1,08 %, dan balita kurus yang
mendapat PMT pemulihan sebesar 31,41%. Sedangkan prevalensi ibu hamil dengan
status gizi KEK yaitu 16,78%, ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan
sebanyak 10,43%, dan ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet tambah darah selama
periode kehamilan yaitu sebesar 50,33% (Dinkes Aceh Timur, 2016).
Dari hasil pelaporan kegiatan gizi yang dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi
di UPT. Puskesmas Idi Rayeuk pada tahun 2016 diketahui prevalensi balita BGM
yaitu sebesar 2%, balita gizi kurang berdasarkan BB/U sebesar 7,14%, balita gizi
kurus berdasarkan BB/TB / wasting 6,25%, dan balita stunting berdasarkan PB/U
atau TB/U sebesar 20%. Sedangkan prevalensi ibu hamil KEK sebesar 2,48%,
bumil KEK yang mendapat makanan tambahan 100%, dari 106 ibu hamil yang
diperiksa Hb terdapat ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 18,8
%(Puskesmas Idi Rayeuk, 2016).
Program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari program kesehatan
yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, program perbaikan gizi
harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan melalui
suatu rangkaian upaya terus menerus, mulai dari perumusan masalah, penetapan
tujuan yang jelas, penentuan strategi intervensi yang tepat sasaran, identifikasi yang
tepat serta kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan diberbagai
tingkat administrasi.

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatnya kualitas pelayanan gizi melalui Standarisasi Operasional
Prosedur sehingga dapat mencegah dan menanggulangi masalah gizi.
B. Tujuan Khusus
1. Menurunnya prevalensi bumil KEK
2. Menurunnya prevalensi BBLR.
3. Meningkatkan cakupan ASI eksklusif.
4. Meningkatkan cakupan desa dengan garam beryodium baik.
5. Meningkatnya cakupan kunjungan posyandu.
6. Meningkatkan cakupan pemberian vitamin A sehingga tidak terjadi resiko
kekurangan vitamin A.
7. Meningkatkan cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
8. Menurunkan cakupan Anak BGM.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


A. KEGIATAN POKOK
1. Pelayanan balita di Posyandu.
2. Pemberian PMT Pemulihan Balta Gizi Kurang.
3. Pemberian PMT pada Ibu Hamil KEK.
4. Pemantauan Garam Beryodium.
B. RINCIAN KEGIATAN
1. Pemantauan Berat badan balita.
2. Pementauan status gizi (PSG).
3. Pemberian kapsul vitamin A.
4. Pemeriksaan garam beryodium disekolah.
5. Pendataan dan pemantauan balita BGM.
6. Pemberian PMT Pemulihan Balita Gizi Kurang.
7. Surveillance dan pelacakan gizi buruk.
8. Pemberian PMT pada bumil KEK.
9. Pemberian tablet tambah darah.
10. Pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri tingkat SLTP/SLTA
sederajat.
11. Pemantauan pemberian ASI eksklusif.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN SASARAN


A. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Kegiatan gizi dilaksanakan di wilayah kerja UPT. Puskesmas Idi Rayeuk.
Pelaksanaannya dilakukan di wilayah posyandu, sekolah SD, SMP dan SMA
sederajat. Metode yang dilaksanakan dengan ceramah dan Tanya jawab.
Melaksanakan penimbangan BB dan pengukuran TB dan pendistribusian obat
gizi (Kapsul Vitamin A, Obat cacing, Tablet Fe).
B. SASARAN
1. Bayi, Balita, Anak Prasekolah dan Anak Usia Sekolah
2. Siswa SD, SMP dan SMA sederajat.
3. Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS)
4. Semua anak dan dewasa yang mempunyai masalah gizi.

VI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Jadwal pelaksanaan kegiatan terlampir.
VII. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI
Pencatatan, pengolahan data dan pelaporan data kegiatan serta evaluasi kegiatan
dilakukan setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan.
Evaluasi pemantauan berat badan pada balita dan pemantauan status gizi pada
balita BGM dan gizi kurang, pemberian kapsul vitamin A bufas, pemberian Fe ibu
hamil dan bufas dilaksanakan setiap bulan, sedangkan PSG, pemberian Vit.A,
pemberian PMT Pemulihan Gizi Kurang, PMT bumil KEK dan pemantauan
garam beryodium di laksanakan di bulan tertentu sesuaikan dengan jadwal
kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai