Anda di halaman 1dari 8

Sustainability Beton Metode Life Cycle Assessment

Studi Kasus: Limbah Beton Laboratorium Bahan dan Konstruksi


Universitas Diponegoro Semarang
*
Christhy Amalia Sapulete1, Han Ay Lie2, Yulita Arni Priastiwi2
1
Program Magister Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Semarang,
2
Departemen Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Semarang
*)
christhy.sapulete@gmail.com
Abstract

Sustainability is an effort to build an infrastructure by considering the environmental impacts that occur.
Concrete production as a construction material that commonly used in infrastructure development is one
contributor to carbon dioxide (CO2) emissions. CO2 is produced from the calcination process in the
manufacture of cement, burning of fossil fuels, and electrical energy used. More specifically by reviewing the
calcination process on cement making, it has evaluated the consumption of cement in concrete production.
The Life Cycle Assessment (LCA) is an environmental impact evaluation in terms of the life cycle of a product,
wherein this paper, using the cradle-to-cradle scope, LCA is used as a method to evaluate cement consumption
in concrete production to concrete waste management by taking concrete waste at Construction Laboratory
and Materials Diponegoro University, Semarang for the case study. The results of the evaluation stated that
the use of geopolymer concrete with fly ash as a substitute for cement could reduce up to 80% CO2 emissions
with concrete strength 75% larger than conventional concrete. And for the concrete waste management,
Construction Laboratory and Materials Diponegoro University reused concrete cylinder waste as a substitute
material to build the retaining wall.

Keywords: sustainability, cement consumption, life cycle assessment

Abstrak

Dalam bidang teknik sipil, sustainability merupakan upaya untuk membangun suatu infrastruktur dengan
mempertimbangkan dampak lingkungan yang terjadi. Produksi beton sebagai material konstruksi yang umum
digunakan dalam pembangunan infrastruktur merupakan salah satu penyumbang emisi karbon dioksida (CO2).
Karbon dioksida dihasilkan dari proses kalsinasi pada pembuatan semen, pembakaran bahan bakar, serta
energi listrik yang digunakan. Lebih spesifik dengan meninjau proses kalsinasi pada pembuatan semen, maka
telah dievaluasi konsumsi semen pada produksi beton. Life Cycle Assessment (LCA) adalah evaluasi dampak
terhadap lingkungan ditinjau dari siklus hidup suatu produk, dimana dalam penulisan ini, dengan
menggunakan ruang lingkup cradle-to-cradle, LCA digunakan sebagai metode untuk mengevaluasi konsumsi
semen pada produksi beton hingga manajemen limbah beton dengan mengambil studi kasus limbah beton
Laboratorium Konstruksi dan Bahan Universitas Diponegoro Semarang. Hasil evaluasi menyatakan
penggunaan beton geopolimer dengan bahan dasar fly ash sebagai pengganti semen dapat mereduksi hingga
80% emisi CO2 dengan kekuatan beton 75% lebih besar dibandingkan dengan beton konvensional. Limbah
silinder beton Laboratorium Konstruksi dan Bahan Universitas Diponegoro Semarang digunakan kembali
pada pekerjaan pembuatan retaining wall sebagai pengganti material batu kali.

Kata kunci: Sustainability, konsumsi semen, life cycle assessment

Media Komunikasi Teknik Sipil Volume 00, No.00, Bulan Tahun


Christhy Amalia Sapulete, Han Ay Lie, Yulita Arni Priastiwi
Sustainability Beton Metode Life Cycle Assessment
Studi Kasus: Limbah Beton Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Diponegoro Semarang

Pendahuluan
2. 3.
Produksi bahan Produksi beton
The Global Competitiveness Report 2017-2018 penyusun beton
menyatakan indeks infrastruktur Indonesia
mengalami kenaikan dan menduduki peringkat ke-
52 setelah pada periode sebelumnya berada pada
peringkat ke-62. Pembangungan infrastruktur yang SIKLUS HIDUP 4.
1.
terus meningkat di Indonesia harus diimbangi Ekstrasi sumber Konstruksi
beton
dengan upaya untuk menjaga stabilitas dampak daya
BETON
lingkungan yang terjadi. Salah satunya yaitu
mengurangi emisi karbon dioksida (CO2). Karbon
dioksida merupakan salah satu pembentuk gas
rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan 6. 5.
Habis masa
terjadinya efek rumah kaca pada bumi. Daur ulang
layan
Berlandaskan pemahaman ini, maka diperlukan
suatu pembangunan infrastruktur yang sustainable, Gambar 1. Siklus hidup beton
yaitu pembangunan yang dapat menghasilkan
infrastruktur yang ramah lingkungan. Beton konvensional terbentuk dari campuran
agregat kasar dan agregat halus yang direkatkan
Dalam buku The Sustainable Use of Concrete, menggunakan pasta semen. Bahan penyusun beton
Sakai dan Nagochi (2013) mengemukakan ini umumnya diperoleh dari proses pertambangan
beberapa sistem evaluasi yang digunakan untuk yang memiliki dampak langsung terhadap
mengevaluasi sustainability, yaitu Life Cycle lingkungan yaitu berkurangnya green area. Dengan
Assessment (LCA), Environmental Standards for meninjau lebih spesifik pada produksi semen,
Building, System of Environmental Impact dimana semen dihasilkan dari campuran bahan-
Evaluation, Environmental Standards for Concrete bahan alam yang dipanaskan dengan suhu tinggi
Sectors. dan bereaksi membentuk kristal klinker yang
kemudian dihaluskan dan menjadi bubuk semen.
Life Cycle Assessment (LCA) merupakan evaluasi Proses kalsinasi ini yang menjadi salah satu industri
input, output dan potensi dampak lingkungan dari penyumbang emisi karbon dioksida (CO2).
suatu produk yang ditinjau dari seluruh siklus
hidupnya. Evaluasi menggunakan LCA dapat Beton geopolimer merupakan beton yang
mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan menggunakan fly ash sebagai pengganti semen,
aspek lingkungan dari produk di berbagai titik dengan tambahan aktivator. Reaksi kimia antara fly
dalam siklus hidupnya. Environmental Standards ash dengan aktivator inilah yang menggantikan
for Building merupakan evaluasi yang menetapkan fungsi semen sebagai perekat agregat pada beton.
metode penilaian pada potensi dampak lingkungan Penggunaan teknologi geopolimer dapat
dari konstruksi yang dibangun pada tahap mengurangi sekitar 80% emisi gas karbon dioksida
pembangunan. System of Environmental Impact ke atmosfer yang disebabkan oleh industri semen
Evaluation merupakan evaluasi berbasis aplikasi. dan agregat (Davidovits, 1994).
Metode ini mengurangi dampak lingkungan dengan
melakukan pendekatan menggunakan sistem Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas
aplikasi. Aplikasi yang digunakan didesain untuk Diponegoro Semarang melakukan pengujian pada
memberikan informasi tentang karakter lingkungan material-material konstruksi, antara lain uji tekan
secara keseluruhan, namun hanya dapat untuk mengetahui kuat tekan beton. Lebih spesifik
diaplikasikan pada satu produk dan layanan pada pengujian material beton, jenis beton yang
industri. Environmental Standards for Concrete diujikan di Laboratorium Bahan dan Konstruksi
Sectors merupakan evaluasi dengan membuat Universitas Diponegoro antara lain, uji tekan pada
desain berdasarkan standar environmental. silinder, kubus, paving, mortar, dan uji lentur pada
beam. Persentase jenis uji beton disajikan pada
Beton merupakan material yang umum digunakan Gambar 2.
dalam pembangunan infrastruktur dan produksinya
memiliki dampak yang berbahaya bagi lingkungan.
Gambar 1 merupakan gambaran siklus hidup dari
beton.

Media Komunikasi Teknik Sipil Volume 00, No.00, Bulan Tahun


Christhy Amalia Sapulete, Han Ay Lie, Yulita Arni Priastiwi
Sustainability Beton Metode Life Cycle Assessment
Studi Kasus: Limbah Beton Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Diponegoro Semarang

a. 2011
f. 2016

b. 2012
g. 2017
Gambar 2. Data Persentase Kubikasi Uji Beton
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Undip Tahun
2011-2017

Dalam penulisan ini akan dikaji dampak terhadap


lingkungan yang terjadi ditinjau dari penggunaan
beton konvensional dalam pekerjaan konstruksi dan
evalusinya dengan menggunakan sistem evaluasi
Life Cycle Assessment (LCA) yang mengambil studi
kasus di Laboratorium Bahan dan Konstruksi
c. 2013 Universitas Diponegoro

Metode
Dalam pengembangannya, penulisan paper ini
menggunakan metode analisis data dan kajian
literatur. Sistem evaluasi life cycle assessment
(LCA) mengevaluasi sustainability beton
berdasarkan siklus hidupnya dengan meninjau dari
proses ekstraksi sumber daya bahan penyusun
beton, produksi beton, penggunaan beton sebagai
material konstruksi hingga manajemen limbah
d. 2014
beton, dimana setiap prosesnya dievaluasi
penanganan untuk meminimalisasi dampak
terhadap lingkungan. Tahap-tahap analisis dengan
menggunakan metode LCA digambarkan pada
Gambar 3.

e. 2015

Media Komunikasi Teknik Sipil Volume 00, No.00, Bulan Tahun


Christhy Amalia Sapulete, Han Ay Lie, Yulita Arni Priastiwi
Sustainability Beton Metode Life Cycle Assessment
Studi Kasus: Limbah Beton Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Diponegoro Semarang

Global and scope 1. Ekstrasi


definition sumber daya

Interpretation of 2. Produksi Gate-to-gate


Inventory analysis
result material

3. Produksi
Impact assessment beton

Gambar 3. Tahapan analisis metode LCA


Sumber: Vertech Group Sarl (2015)

Global and scope definition 4. Konstruksi Cradle-to-gate


Global and scope definition merupakan tahapan beton
untuk menentukan ruang lingkup, tujuan dan sistem
batasan dalam mengevaluasi menggunakan life
cycle assessment (LCA). LCA memberikan empat
tipe ruang lingkup (Gambar 4) dalam mengevaluasi Cradle-to-grave
sustainability, yaitu cradle-to-cradle, merupakan 5. Habis
analisis yang dimulai dari proses ekstrasi sumber masa layan
daya alam hingga proses reuse dan recycle; cradle-
to-grave, proses analisis dimulai dari ekstrasi
sumber daya alam hingga selesai masa layan
konstruksi; cradle-to-gate, proses analisis dimulai Cradle-to-cradle
dari proses ekstrasi SDM hingga berdirinya suatu 6. Daur ulang
konstruksi; gate-to-gate, merupakan analisis LCA
terhadap siklus hidup terpendek. Gambar 4. Ruang lingkup analisis LCA
Sumber: Vertech Group Sarl (2015)
Inventory analysis
Dalam inventory analisis, disediakan input data Dalam tahapan analisis dengan metode LCA
yang akan dianalisis, aliran material dari produk diberlakukan system boundary. Pada produksi
yang ditinjau, dan output hasil akhir yang menjadi beton, karbon dioksida dihasilkan antara lain dari
kajian evaluasi proses kalsinasi pada pembuatan semen, proses
pembakaran bahan bakar dan penggunaan energi
Impact assessment listrik. Dalam paper ini, system boundary hanya
Tahap ini merupakan tahap evaluasi dampak membatasi pada evaluasi emisi karbon dioksida
terhadap lingkungan yang timbul dari tiap siklus yang dihasilkan dari proses kalsinasi pembuatan
hidup yang ditinjau. semen serta evaluasi manajemen limbah beton
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas
Interpretation of result Diponegoro.
Merupakan tahap akhir dari life cycle assessment,
berisikan simpulan, rekomendasi dan pengambilan Hasil dan Pembahasan
keputusan berdasarkan batasan studi dan data-data
yang telah dikemukakan pada tahap-tahap Tahapan dalam menggunakan LCA yaitu:
sebelumnya.
1. Global and scope definition
Dengan menggunakan ruang lingkup cradle-to-
cradle,
tujuan penulisan paper ini adalah untuk
menganalisis dampak beton terhadap lingkungan
dengan berfokus pada analisis konsumsi semen dan
pengelolaan limbah beton Laboratorium Bahan dan
Konstruksi Universitas Diponegoro.

Media Komunikasi Teknik Sipil Volume 00, No.00, Bulan Tahun


Christhy Amalia Sapulete, Han Ay Lie, Yulita Arni Priastiwi
Sustainability Beton Metode Life Cycle Assessment
Studi Kasus: Limbah Beton Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Diponegoro Semarang

Meninjau produksi semen sebagai salah satu bahan Air


16%
penyusun material beton, merupakan satu dari
sekian jenis industri penyumbang emisi gas rumah
kaca karena proses kalsinasi pada pembuatan semen Pasir
36%
menghasilkan banyak karbon dioksida (CO2).
Semen
Khusus di Indonesia, terdapat banyak konstruksi 16%
yang menggunakan beton sebagai material utama
sehingga produksi semen pun semakin meningkat
untuk memenuhi kebutuhan kontruksi beton.
Knoema World Data menyajikan data produksi
emisi CO2 yang disumbangkan oleh Indonesia pada Kerikil
32%
tahun 2016 adalah sebesar 2.03 ton, dimana salah
satunya bersumber dari proses pembuatan semen.
Gambar 6. Persentase komposisi bahan penyusun
2. Inventory analysis beton mutu 35 MPa dengan mix design metode
Data dari Laboratorium Struktur dan Bahan ACI
Universitas Diponegoro, Semarang diperoleh
volume limbah beton dalam 6 tahun terakhir yang Tabel 1. Data konsumsi semen dan emisi CO2 tiap
terangkum dalam Gambar 5. tahun berdasarkan data limbah Laboratorium
Struktur dan Bahan Undip
Volume Emisi CO2
Volume Limbah Beton Laboratorium Bahan Undip Tahun 3 3
Tahun 2011-2017 (m ) (m )
Volume (m3)
120
2011 12,36 11,98
96,87
100
2012 14,98 14,52
80 73,27 76,41
69,68
60,45 57,45 59,11 2013 14,25 13,81
60

40
2014 11,75 11,38
20 2015 15,63 15,14
0 2016 12,09 11,71
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
2017 19,81 19,19
Gambar 5. Data limbah beton Laboratorium Bahan
dan Konstruksi Undip
3. Impact assessment
Meninjau komposisi bahan penyusun beton dengan
Berdasarkan data limbah beton Laboratorium
mix design metode ACI, Gambar 7 merupakan
Struktur dan Bahan Universitas Diponegoro, maka
grafik yang menyatakan peningkatan mutu beton
dianalisis konsumsi semen yang terpakai dengan
terhadap konsumsi semen. Jika diasumsikan rata-
menggunakan metode mix design ACI (Tabel 1).
rata mutu beton yang diujikan di Laboratorium
Pembuatan 1 m3 beton menggunakan metode mix
Bahan dan Konstruksi Undip adalah 35 MPa, untuk
design ACI dan mutu beton rata-rata diambil 35
membuat 1 m3 beton mutu 35 MPa dibutuhkan
MPa, diperoleh persentase komposisi bahan
0,204 m3 semen. Dalam Gambar 8 disajikan data
penyusun, yakni agregat, semen dan air masing-
konsumsi semen hasil limbah beton serta emisi CO2
masing ditunjukkan pada Gambar 6.
yang dihasilkan akibat proses kalsinasi.

Emisi karbon dioksida (CO2) dihitung dengan


menggunakan rumus pendekatan sebagai berikut
(Damayanti & Lestari, 2011):

Emisi CO2 = Vcement × Cklinker × EFklinker (1)

Dimana:
Emisi CO2 = Emisi CO2 dari produksi semen (m3)
Vsemen = Volume konsumsi semen (m3)
Cklinker = Fraksi klinker dalam semen
EFklinker = Faktor emisi klinker dalam semen

Media Komunikasi Teknik Sipil Volume 00, No.00, Bulan Tahun


Christhy Amalia Sapulete, Han Ay Lie, Yulita Arni Priastiwi
Sustainability Beton Metode Life Cycle Assessment
Studi Kasus: Limbah Beton Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Diponegoro Semarang

Damayanti & Lestari memberikan penjelasan, nilai


default faktor emisi dari produksi klinker (EFklinker)
adalah 0.51 ton CO2 per ton klinker. Faktor emisi
ini perlu dikoreksi dengan adanya cement kiln dust
(CKD) dengan faktor koreksi CKD adalah 2% dan
nilai untuk fraksi klinker (Cklinker) adalah 95%
berdasarkan IPCC Guideline 2006.

Grafik peningkatan kuat tekan beton terhadap


konsumsi semen
Mix design Metode ACI
50 0,4

Konsumsi Semen (m3)


0,35
40
0,3
0,25
fc' (MPa)

30
0,2
20 0,15
0,1
10
0,05
Gambar 9. Limbah beton Laboratorium Bahan dan
0 0 Konstruksi Undip (Dokumentasi 28 Maret 2018)
Kuat tekan beton Konsumsi semen

Dengan limbah beton yang menumpuk


Gambar 7. Grafik peningkatan kuat tekan beton menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan
terhadap konsumsi semen pencemaran udara akibat debu dari limbah beton.

Grafik konsumsi semen dan emisi CO2 4. Interpretation of result


20 30 Berdasarkan data, dapat disimpulkan konsumsi
semen bergantung pada tingkat kebutuhan beton
Konsumsi Semen (m3)

sebagai material konstruksi dan konsumsi semen


Emisi CO2 (m3 )

20
10 menyebabkan peningkatan produksi karbon
10 dioksida (CO2). Uji beton yang dilakukan di
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas
0 0 Diponegoro tiap tahunnya mengalami peningkatan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
juga penurunan, namun dengan peningkatan dan
Konsumsi semen Emisi karbon dioksida penurunan konsumsi semen, emisi CO2 terus
Gambar 8. Data konsumsi semen Laboratorium meningkat dan terkonsentrasi di atmosfer, sehingga
Bahan dan Konstruksi Undip terus menambah produksi gas rumah kaca

Dengan peningkatan konsumsi semen, maka Grafik hubungan


semakin meningkat pula produksi gas CO2. konsumsi semen - peningkatan emisi CO2
Produksi semen sendiri memberikan banyak 20 97,74 100

dampak terhadap lingkungan. Gas rumah kaca 78,54 80


terbentuk karena adanya peningkatan konsentrasi
Emisi CO2 (m3 )

66,83
60
gas CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfer. Alaminya, 10 51,69
40
bila produksi gas CO2 pada batas yang wajar tidak 40,31
26,50
menimbulkan bahaya karena CO2 dibutuhkan untuk 20
11,98
membantu tumbuhan hijau melakukan fotosintesis. 0 0
Namun meningkatnya produksi gas CO2 secara 12,36 14,98 14,25 11,75 15,63 12,09 19,81
Volume semen (m3 )
berlebihan melebihi kemampuan tumbuhan untuk
menyerapnya. Salah satunya penyumbang emisi Gambar 10. Grafik peningkatan emisi CO2
CO2 bersumber dari proses kalsinasi pada
pembuatan semen dan berkurangnya green area Dari kesimpulan diatas, kemudian direkomendasi
karena proses penambangan sumber daya alam upaya untuk meminimalisasi dampak lingkungan
menyebabkan berkurangnya proses penyerapan yang terjadi, yaitu:
CO2.
a. Fly ash sebagai pengganti semen
Disisi lain ditinjau pula limbah beton sisa dari Menghasilkan beton yang sustainable menjadi
pengujian di Laboratorium Bahan dan Konstruksi suatu kewajiban pada masa kini untuk
Universitas Diponegoro, seperti ditampilkan pada meminimalisir dampak lingkungan yang terjadi.
Gambar 9. Salah satu inovasi yang dikembangkan beberapa
tahun terakhir adalah pembuatan beton geopolimer.

Media Komunikasi Teknik Sipil Volume 00, No.00, Bulan Tahun


Christhy Amalia Sapulete, Han Ay Lie, Yulita Arni Priastiwi
Sustainability Beton Metode Life Cycle Assessment
Studi Kasus: Limbah Beton Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Diponegoro Semarang

Pasta geopolimer diperoleh dari pengikatan akibat diujikan di Laboratorium Struktur dan Bahan
reaksi kimia yang terjadi pada pencampuran fly ash Universitas Diponegoro, sebagai limbah beton
dengan aktivator. Berdasarkan penelitian terdahulu kemudian digunakan kembali (reuse) sebagai
yang dilakukan oleh Mulyana & Yolanda (2017), material pengganti batu kali untuk membuat
Farizka & Darma (2018) melanjutkan penelitian retaining wall di lingkungan Laboratorium Struktur
dengan membuat studi eksperimental pengaruh dan Bahan Universitas Diponegoro.
aktivator pada beton geopolimer berbahan dasar fly
ash tipe F, yang berasal dari sisa pembakaran batu
bara, dengan komposisi larutan aktivator dan fly ash
adalah 0.65 : 0.35. Larutan aktivator yang
digunakan adalah sodium hidroksida (NaOH) dan
sodium silika (Na2SiO3) dengan komposisi
berturut-turut 1 : 2.

Campuran beton
geopolimer

Agregat Agregat
Fly ash Aktivator
kasar halus
19.5% 10.5%
42% 28%

NaOH Na2SiO3
1 2

Gambar 11. Mix design beton geoplimer


Sumber: Mulyana & Yolanda (2017)

Berdasarkan hasil uji kuat tekan beton geopolimer


dan beton konvensional dengan komposisi mix
design yang sama, dengan semen 19.5% dan air
10.5%, diperoleh hasil kuat tekan beton geopolimer
lebih besar dibandingkan dengan beton
konvensional. Dalam pengujiannya, Farizka &
Darma menjelaskan bahwa beton geopolimer
memiliki setting time dan final setting yang lebih
lama dibanding dengan beton konvensional,
sehingga pada umur awal peningkatan kuat tekan
beton lebih tinggi dibanding beton geopolimer.
Namun saat umur 28 hari, kuat tekan beton Gambar 10. Reuse limbah beton silinder sebagai
geopolimer mencapai 75% lebih besar material pembuat retaining wall di lingkungan
dibandingkan dengan beton konvensional. Laboratorium Bahan dan Konstruksi Undip
(Dokumentasi 28 Maret 2018)
Berdasarkan pengujian-pengujian yang telah
dilakukan pada beton geopolimer, diperoleh hasil Kesimpulan
kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
beton konvensional, sehingga menjadi perhatian Evaluasi menggunakan Life Cycle Assessment
khusus dalam mempertimbangkan penggunaan (LCA) dengan menggunakan data limbah dari
beton geopolimer dalam pembangunan konstruksi Laboratorium Struktur dan Bahan Universitas
beton di Indonesia. Diponegoro, diperoleh hasil bahwa konstruksi
beton yang sustainable, dapat dihasilkan dengan
b. Manajemen limbah beton di Laboratorium Bahan menggunakan beton geopolimer sebagai bahan
dan Konstruksi Universitas Diponegoro konstruksi untuk menggantikan beton
Dengan menggunakan ruang lingkup cradle-to- konvensional.
cradle sebagai standar evaluasi LCA, maka ditinjau
pula upaya daur ulang limbah beton. Laboratorium Tidak hanya menggantikan bahan dasar pada beton
Bahan dan Konstruksi Universitas Diponegoro yang menjadikannya sustainable, namun upaya
melakukan inovasi dalam mengelola limbah beton. untuk mendaur ulang limbah beton juga diperlukan.
Benda uji silinder beton, salah satu jenis beton yang Limbah beton yang dapat dimanfaatkan dan

Media Komunikasi Teknik Sipil Volume 00, No.00, Bulan Tahun


Christhy Amalia Sapulete, Han Ay Lie, Yulita Arni Priastiwi
Sustainability Beton Metode Life Cycle Assessment
Studi Kasus: Limbah Beton Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Diponegoro Semarang

dikelola dengan baik dapat pula meminimalisasi Menurunkan Dampak Emisi Karbon
dampak lingkungan yang terjadi karena dapat Dioksida pada Efek Gas Rumah Kaca.
menekan industri penambangan yang menjadi
penyebab hilangnya green area. Dalam hal ini Mulyana, A., & Wirahadikusumah, D. R. (2017).
limbah beton Laboratorium Struktur dan Bahan Analisis Konsumsi Energi dan Emisi Gas
Universitas Diponegoro melakukan reuse limbah Rumah Kaca pada Tahap Konstruksi Studi
beton silinder sebagai material untuk pekerjaan Kasus : Konstruksi Jalan Cisumdawu, 24(3),
pembuatan retaining wall menggantikan material 269–280.
batu kali yang biasanya digunakan pada pekerjaan https://doi.org/10.5614/jts.2017.24.3.10
pembuatan retaining wall.
Mulyana, F., & Yolanda, T. (2017). Studi
Ucapan Terima Kasih Properties Beton Geopolimer Sebagai
Subtitusi Beton Konvensional. Skripsi,
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Kepala Universitas Diponegoro. Semarang
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas
Diponegoro Semarang beserta laboran dan pegawai,
Naik, T. R., & Asce, F. (2008). Sustainability of
atas kerjasama dan kepercayaannya kepada penulis
Concrete Construction, (May), 98–103.
sehingga penulisan paper ini dapat selesai dengan
baik dengan menggunakan pada data limbah beton
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Sakai, Koji, & Noguchi, Takafumi. (2013). The
Diponegoro. Sustainability Use of Concrete. CRC Press.

Schwab, K. (2017). The Global Competitiveness


Daftar Pustaka Report The Global Competitiveness Report
2017-2018. World Economic Forum (Vol.
Atmaja, I., G., D. (2015). Industri Semen dan 5). https://doi.org/92-95044-35-5
Emisi Carbon Dioxude (CO2) di Pulau Jawa.
ISSN No. 1978-3787, 9(1978), 63–65.
Sugiyono, A., Anindhita, F., & Wahid A, L. O. M.
(2016). Outlook Energi Indonesia 2016.
Cement Technology Roadmap 2009 Carbon
Emissions Reductions Up to 2050. (2009).
Triwulan, & Ekaputri, J. J. (2013). Perkembangan
Beton Geopolimer. Simposium Nasional
Damayanti, S., & Lestari, P. (2011). Inventarisasi Geopolimer Indonesia, 1–7.
Emisi CO2 dari Proses Kalsinasi pada
Industri Semen di Indonesia Berdasarkan
Vertech Group Sarl. (2015). LCA Scope and
IPCC Guidelines 2006. Program Studi
Analysed System Boundaries Definition of
Teknik Sipil dan Lingkungan. Institut Sains
limits and functional Units: LCA
dan Teknologi Bandung. 1–12.
Preparation.
Davidovits, J. (1994). High-alkali Cements for 21st
Wallah, S. E. (2014). Beton Geopolimer Berbasis
Century Concretes. ACI Concrete
Abu Terbang. Jurnal Ilmiah Media
International. Vol 144 (383-397)
Engineering, 4(1), 1–7.
Farizka, & Darma. (2018). Studi Experimental
Pengaruh Perbedaan Molaritas. Jurnal Karya
Teknik Sipil, 7, 89–98. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkts/a
rticle/viewFile/19368/18372

Knoema World Data. Indonesia-CO2 Emissions


per Capita. Retrieved from
https://knoema.com/atlas/Indonesia/CO2-
emissions-per-capita

Marzuki, P. F., Abduh, M., & Driejana, R. (2013).


Peran Life Cycle Analysis (LCA) pada
Material Konstruksi dalam Upaya

Media Komunikasi Teknik Sipil Volume 00, No.00, Bulan Tahun

Anda mungkin juga menyukai