LAPORAN PENDAHULUAN
RP3KP KOTA
TANJUNGBALAI
RP3KP
KOTA
|II-2
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Skenario penyelenggaraan pengelolaan bidang PKP yang terkoordinasi dan terpadu secara
lintas sektoral dan lintas wilayah administratif;
b. Jabaran pengisian rencana pola ruang kawasan permukiman dalam RTRW, dalam bentuk
rencana untuk peruntukan PKP, yang selanjutnya akan diacu oleh seluruh sektor terkait;
Prinsip RP3KP, yaitu:
a. Dokumen RP3KP merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan/atau komplemen dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW);
b. Mengintegrasikan kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi dengan pemerintah daerah :
antar sektor, antara SKPD terkait, serta dunia usaha dan masyarakat;
c. Perencanaan dilakukan sesuai dengan kondisi kependudukan dan potensi yang dimiliki
masing-masing daerah, dinamika perkembangan ekonomi dan sosial budaya daerah;
|II-3
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
a. RP3KP mempunyai kedudukan yang sama dengan berbagai rencana sektoral (misal:rencana
pengembangan pertanian, kepariwisataan dan lain-lain);
d. Adanya kebijakan penanganan PKP bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang
dapat mengakomodir kebutuhan yang ada maupun potensi perkembangan kebutuhan di 15
tahun mendatang;
e. Adanya arahan bagi penyiapan program-program dan kegiatan terkait bidang PKP;
f. Diperolehnya dukungan stakeholder PKP yang dilibatkan dalam proses sosialisasi dan
identifikasi, isu dan permasalahan PKP.
|II-4
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Kawasan kumuh,
b. Kawasan pembangunan baru,
c. Pembangunan PKP yang akan direvitalisasi fungsinya
d. Kota atau desa yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional (PKN),pusat kegiatan
wilayah (PKW), dan pusat kegiatan lokasi (PKL), atau
e. Kantung-kantung kegiatan fungsional (kawasan industri, kawasan perdagangan, dan
lain-lain)
f. Kawasan nelayan/perikanan, kawasan pariwisata, kawasan industri, dandi kawasan
lainnya yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi sebagaipusat kegiatan baru,
dilengkapi Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) sertarencana dan pentahapan tahun
pelaksanaannya.
g. PKP strategis di daerah perdesaan yang mempunyai potensi sektor unggulan, perlu
disertai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Community Action
Plan(CAP).
h. Kawasan berskala kecil melalui bedah rumah, PKP swadaya, dan lain-lain.
i. Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan mulai dari tingkat kecamatan dan
kelurahan/desa, memanfaatkan kelembagaan pembangunan PKP yang ada;
j. Mekanisme penyaluran aspirasi dan peran serta, penggerakan, pemberdayaan
masyarakat, dan swasta dalam pembangunan dan pengembangan PKP.
2) Muatan pokok RP3KP Kota meliputi muatan umum dan muatan khususkabupaten/kota,
serta memuat:
i. Lokasi dan kegiatan masing-masing sektor terkait yang mengacu pada RTRW kota yang
bersangkutan;
ii. Mengakomodasi berbagai event lokal, regional maupun nasional di bidang PKP. Dalam
pengaturan ini, pemerintah kota melalui RP3KP, dapat memberikan warna lokal yang
dapat mengangkat citra sosial-budaya daerah.
Untuk mencapai muatan RP3KP kabupaten/kota sebagaimana yang diuraikan di atas, maka
Konsultan merumuskan langkah penyusunan RP3KP sebagaimana ditunjukkan pada skema di
bawah ini (Gambar 2.1).
Adapun tahapan penyusunan RP3KP adalah sebagai berikut :
|II-5
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
MILESTONE Kesiapan tim kerja Sosialisasi dan PENYEPAKATAN DATA PERUMUSAN KONSEPSI BUKU RP3KP
workshop & ANALISA
Rencana Kerja Profil penyelenggaraan Persoalan dan tantangan Konsepsi pembangunan Rencana pembangunan dan pengembanganperumhan dan
Peta permasalahan dan perumhan dan pembangunan dan pengemangan kawassn permukiman
OUTPUT potensi perumahan dan kawasan permukiman perumahan dan kawasan perumahan dan kawasan
kawasan permukiman permukiman permukiman
Prioritas kebutuhan dan idikasi program
provnisi sumtera utara
|II-7
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
|II-8
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
c. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Sosialisasi dan Workshop, sebagai bahan bagi penyiapan desain
pelaksanaan survey inventarisasi data, dengan fokus:
• Penajaman jenis data dan sumber data
• Pemahaman lokasi yang akan menjadi fokus pendataan Keluaran Pelaksanaan
Sosialisasi:
o Pemahaman stakeholder terhadap RP3KP dan proses penyusunannya
o Kesediaan stakeholder untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyusunan RP3KP
sesuai dengan kapasitasnya
Keluaran pelaksanaan Workshop:
o Isu-isu terkait pembangunan sektor PKP
o Lokasi-lokasi permukiman bermasalah yang perlu menjadi fokus studi dan
inventarisasi data
o Ketersediaan data dan informasi sekunder di lingkungan instansi Pemda yang dapat
digunakan dalam penyusunan RP3KP
o Kesediaan dukungan instansi dalam proses inventarisasi data PKP
d. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Sosialisasi dan Workshop, sebagai bahan bagi penyiapan desain
pelaksanaan survey inventarisasi data, dengan fokus:
• Penajaman jenis data dan sumber data
• Pemahaman lokasi yang akan menjadi fokus pendataan Keluaran Pelaksanaan
Sosialisasi.
• Pemahaman stake holder terhadap RP3KP dan proses penyusunannya
• Kesediaan stakeholder untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyusunan RP3KP
sesuai dengan kapasitasnya
|II-9
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Tabel II.1
Tabel Check List Data
|II-10
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Cheklist
Metode Ketersediaan
Sasaran
Sumber Data Jenis Informasi Inventarisasi Data
Responden
Data Tidak
Ada
ada
Data & Peta Daya
Dukung Lingkungan Survey
Bappeda X
bagi Kawasan Sekunder
Terbangun
Data & Peta Guna Survey
Bappeda X
Lahan Eksisting Sekunder
Rencana Pola
Pemanfaatan Ruang Survey
Bappeda X
(Arahan Guna Lahan Sekunder
Permukiman)
b. Pelaksanaan Survey
Prosedur yang dilakukan melakukan survey primer maupun sekunder untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan, sesuai dengan desain survey yang telah dibuat
sebelumnya.
|II-11
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
|II-12
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Gunakan data terkait kondisi sosial dan kependudukan (unit data Kecamatan), dengan
rincian data sbb:
• Jumlah dan persebaran penduduk berdasarkan usia dan pendidikan
• Jumlah KK (Kepala Keluarga/ rumah tangga) berdasarkan mata pencaharian, dan
segmentasi pendapatan
• Kepadatan penduduk dan data jumlah Penduduk 5 tahun terakhir
(Laju Pertumbuhan Penduduk)
2. Buat tabulasi data (pembuatan tabel untuk kompilasi dan penjumlahan data)
kependudukan
3. Sosial dan kependudukan yang diperoleh.
4. Uraikan juga beberapa trend/ kecenderungan (kualitatif) terkait faktor pemicu
migrasi,karakteristik dan preferensi bermukim migran.
Kawasan khusus lain di luar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri di atas, dapat
ditetapkan sesuai dengan karakter dan kebutuhan Kabupaten terkait, misal kawasan
khusus PKP berdasarkan adat budaya lokal.
|II-13
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
* Jenis Kawasan Khusus berbeda antar daerah, tergantung ada / tidaknya kawasan Khusus di daerah terkait.
|II-14
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
5. Buat pengolahan dan tabulasi data (pembuatan tabel untuk kompilasi dan
penjumlahan data) PKP eksisting yang diperoleh,
6. Buat deskripsi yang diperlukan dan dapat menunjang penyajian tabel data kondisi PKP
eksisting yang diperoleh.
Tabel 2.2
Kategori PSU Kawasan
No Komponen Kawasan Skala Besar Kawasan Khusus
I Prasarana
1. Jalan Jalan lokal primer/ sekunder kawasan Jalan/primer/ sekunder
kawasan, jalan diatas air
2. Drainase Drainase Primer dan Sekunder kawasan Primer dan sekunder kawasan
3. Air limbah Terpusat, setempat Terpusat, setempat
4. Persampahan Tempat pengolahan sementara/akhir, Komposter,tempat pengolahan
komposter sementara.
5. Air Minum PDAM/ Artesis PDAM/ Artesis
II Sarana
1. Tempat TK, SD, SLTP dan SMU SD, SLTP
Pendidikan
2. Layanan Klinik, Puskesmas, RS C, B dan A Klinik, Posyandu, puskemas
|II-15
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Kesehatan pembantu.
3. Layanan Warung, Restoran, pujasera, Pasar Warung pujasera, pasar,
Perdagangan tradisonal, minimarket, perkantoran. temapt pelelangan ikan.
4. Fasos dan fasum Rumah ibadah, balai pertemuan, kantor. Rumah ibadah, balai
pertemuan
5. Temapat olah Gedung, lapangan olah raga. Lapangan olah raga
raga
6. Pemakaman Pemakaman ---
7. Ruang terbuka Taman Taman, temapt penjemuran
hijau ikan.
8. Terminal Halte Dermaga
III Utilitas Umum
1. Jaringan air Distribusi Distribusi, terminal air, HU
minum
2. Jaringan Listrik Gardu dan jaringan (PLN), genset. Gardu dan jaringan (PLN),
genset.
3. Jaringan telpon Jaringan (telkom) Jaringan (telkom)
4. Jaringan gas Jaringan (migas) Jaringan (migas)
5. Transportasi Angkutan Umum Angkutan Umum
6. Pemadam Perlengkapan pemadanm kebakaran Perlengkapan pemadam
Kebakaran kebakaran
|II-16
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Keluaran:
Implikasi kebijakan tata ruang terhadap:
- Permasalahan permukiman
- Program pembangunan dan pengembangan PKP
|II-17
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan PKP Wilayah
Perkotaan Kabupaten/kota
Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data mengenai :
Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, yang tercantum dalam RTRW
Kabupaten/kota, dari Profil Kebijakan Tata Ruang Daerah yang diperoleh.
Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di
Kabupaten/kota,
Data penetapan pusat pengembangan/kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis
(kawasan agropolitan, perkebunan, pesisir, lindung, dan kawasan lainnya; beserta
fungsi khususnya), berupa uraian dan peta, yang diperoleh dari profil kebijakan
penataan ruang, RTRW Kabupaten,
Penetapan wilayah perkotaan Kabupaten/kota,
Data mengenai profil umum PKP wilayah Kabupaten/kota,
Data mengenai profil PKP wilayah perkotaan Kabupaten/kota,
2. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang Kabupaten/kota
yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasan-kawasan
tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap permukiman perkotaan di
wilayah Kabupaten/kota, atas :
Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat
pengembangan kegiatan Kabupaten/kota
Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan PKP yang diperlukan untuk
mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta menyelesaikan
permasalah yang timbul.
Prosedur kegiatan 9 ini secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar 3.3
|II-18
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 2.2
Prosedur 9, Analisa Implikasi Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan PKP
10. Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Perkotaan Kabupaten/kota merupakan
kajian atas kemampuan fisik wilayah perkotaan kabupaten dalam menampung
perkembangan permukiman (Langkah 9)
a. Analisis wilayah terlarang untuk pembangunan perumahan (negative list)
Prosedur yang dilakukan :
1. Gunakan hasil kompilasi data atas peta kesesuaian lahan Kabupaten/kota, profil
kebijakan tata ruang kabupaten (RTRW Kabupaten/kota) dari langkah 5.
2. Buat daftar negatif list pengembangan permukiman yang terdiri dari :
guna lahan/kawasan lindung pada peta tersebut, yang termasuk dalam kawasan
negative list yang terlarang bagi pengembangan kawasan permukiman.
(kriteria kawasan lindung *)
kawasan yang telah ditetapkan dalam peraturandaerah, RTRW, sebagai kawasan
dengan fungsi khusus dan strategis, seperti : kawasan agropolitan, kawasan militer,
kawasan industri besar,dan lahan dengan penguasaan besar.
3. Sebutkan sebaran lokasi/tempat negative list tersebut.
4. Tunjukkan kawasan/guna lahan negative list dan sebaran lokasinya.
|II-19
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Kriteria kawasan lindung yang menjadi negative list pengembangan permukiman, mengacu
pada Keppres No. 32 Tahun 1990, mengenai Penetapan Kawasan Lindung, dengan jenis
kawasan lindung berikut:
1. Kawasan Hutan Lindung
2. Kawasan Suaka Alam & Cagar Budaya (Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman
Nasional)
3. Kawasan rawan bencana alam (rawan letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor,
gelombang pasang dan banjir)
4. Waduk/ danau/ bendungan dan sekitar mata air
5. Sungai & sempadannya
6. Kawasan pesisir
Luas Lahan PKP = Luas lahan yang sesuai untuk permukiman – Luas lahan
pemukiman terbangun yang terletak dikawasan yang sesuai untuk
permukiman…………(rumus I)
3. Petakan wilayah yang disediakan lahan PKP bagi kawasan permukiman baru dan PSU
baru di wilayah perkotaan Provinsi. kemudian hitung perbandingan luas lahan bagi
permukiman dan PSU dengan ketentuan komposisi perbandingan, dapat dilakukan
dengan asumsi berikut :
Menggunakan ketentuan proporsi perbandingan sesuai yang ditetapkan dalam
RTRW Provinsi seperti pada gambar berikut ini.
|II-20
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 2.3
Ketentuan Proporsi Perbandingan Luas Lahan Permukiman Baru dan Luas Lahan PSU dengan Asumsi
Perbandingan Sesua Ketetapan RTRW x% ; y%
Bila pada RTRW Kabupaten/kota tidak ditentukan asumsi proporsi tersebut, maka dapat
menggunakan proporsi 70 % : 30 % (luas permukiman : luas PSU), seperti pada diagram berikut :
Gambar 2.4
Ketentuan Proporsi Perbandingan Luas Lahan Permukiman Baru dan Luas Lahan PSU dengan Asumsi
Perbandingan 70% : 30%
Langkah selanjutnya adalah menghitung daya tampung PKP, dengan menghitung jumlah rumah
yang dapat dibangun pada lahan yang dapat dikembangkan menjadi permukiman baru dengan asumsi
luas lahan berdasarkan proporsi 1 : 3 : 6 sebagai berikut : type kecil 200 m 2 (proporsi “6”), menengah 400
|II-21
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
m2 (proporsi “3”) dan type besar 600 m 2 (proporsi “1”). Kemudian tabulasikan hasil hitungan luas lahan
dan daya tampung (jumlah rumah baru) tersebut.
Gambar 2.5
Analisis Daya Tampung PKP pada Wilayah Perkotaan Kabupaten/Kota
11. Proyeksi Kebutuhan berdasarkan pertumbuhan rumah tangga/ KK dan Backlog (Langkah 10)
a. Proyeksi Kebutuhan berdasarkan pertumbuhan rumah tangga/ KK dan Backlog
Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut ;
1. Perhitungan Laju Pertumbuhan Rumah Tangga / KK
Gunakan data sebagai berikut :
a) data jumlah rumah tangga 5 tahun terakhir s.d tahun ke-x (tahun terakhir), pada
kecamatan yang telah ditetapkan sebagai wilayah perkotaan;
b) Laju pertumbuhan rumah tangga/KK, bila tidak terdapat dapat gunakan laju
pertumbuhan penduduk;
c) Bila laju pertumbuhan rumah tangga/KK tidak tersedia, maka hitung laju
pertumbuhan rumah tangga/KK dalam 5 tahun (gunakan data 10 tahun terakhir,
bila data tersedia), dengan rumus berikut :
Bila pertumbuhan rumah tangga/ KK tetap Pertumbuhan rumah tangga/ KK
tetap Bila setiap tahun, pertambahan rumah tangga/KK memiliki jumlah relatif
sama.
b = Pn – P0
Keterangan :
b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun
|II-22
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Catatan :
− Pertumbuhan rumah tangga/ KK linier, bila pertambahan rumah tangga/KK
per tahun tidak relative sama, tapi tidak menunjukkan lonjakan perkembangan
rumah tangga;
− Pertumbuhan rumah tangga/ KK eksponensial, bila setiap tahun,
pertambahan rumah tangga/KK memiliki jumlah yang makin lama meningkat,
misal 2 kali lipat, 3 kali lipat, dst.
b
r = xk
½ (P0 + Pn)
Keterangan :
b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun
Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan
Po = Jumlah rumah tangga/ KK padaawal tahun perhitungan
n = jumlah tahun, 5 atau 10 (tergantung ketersediaan data)
k = konstanta (100)
r = laju pertumbuhan per tahun
Keterangan :
Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t
Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-X)
|II-23
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Keterangan :
Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t
Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-X)
n = jumlah tahun proyeksi
r = laju pertumbuhan rumah tangga / KK
i = tahun ke 1, 2,....., 10
Keluaran:
a) Laju pertumbuhan rumah tangga/KK;
b) jumlah rumah tangga/KK sampai dengan 10 tahun di muka, akhir tahun
perencanaan;
c) backlog kebutuhan rumah Kebutuhan Rumah Akibat.
b) Hitung jumlah kebutuhan rumah total (di th ke x+10), akhir tahun perencanaan,
dengan rumus berikut.
Kebutuhan Rumah Total (Th ke X+10) = Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan
Penduduk + Backlog
|II-24
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
|II-25
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
e. Proyeksi Kebutuhan Layanan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk Pengembangan Rumah
Baru
Kegiatan yang dilakukan:
Perhitungan kebutuhan tambahan sarana umum
1. Gunakan :
a) Hasil perhitungan jumlah tambahan kebutuhan rumah di akhir tahun perencanaan
penduduk
b) Pada wilayah perkotaan/kota di Provinsi,
c) Standar pelayanan sarana umum seperti pada tabel di atas
2. Hitung jumlah penduduk yang dapat ditampung untuk tambahan rumah tersebut;
3. Hitung kebutuhan tambahan sarana berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut;
|II-26
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
a) Pelayanan air limbah menggunakan sistem on-site dengan septic tank dan truk tangki tinja
untuk mengangkut lumpur tinja ke instalasi IPLT;
b) Volume tinja domestik (perumahan) = 65 ltr/jiwa/thn atau 0,000015 ltr/jiwa/hari;
c) Daya tampung 1 unit truk tinja = 8 m 3;
d) Tingkat pelayanan = 80%
|II-27
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
12. Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan PKP (Langkah 11)
Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan :
a) Hasil Workshop Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan PKP.
b) Hasil analisis Kebutuhan Pengembangan PKP.
2. Rumuskan permasalahan yang mendesak ditangani, merupakan permasalahan kabupaten yang
memerlukan penangangan secara cepat dan dalam jangka pendek, dengan kriteria sebagai
berikut :
a) Permasalahan yang dianggap oleh kabupaten dan hasil workshop termasuk prioritas
penanganan cepat/mendesak untuk diselesaikan;
b) Permasalahan-permasalahan pada kawasankawasan bermasalah.
3. Rumuskan permasalahan yang perlu diantisipasi, bersifat preventif, dan jangka panjang, dengan
kriteria sebagai berikut :
a) Permasalahan yang dianggap oleh kabupaten dan hasil workshop termasuk prioritas
penanganan preventif untuk jangka panjang;
b) Permasalahan-permasalahan yang merupakan akibat logis dari perkembangan penduduk
dan terkait dengan penyediaan perumahan baru.
|II-28
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
ini sangat diperlukan dalam praktek pengambilan keputusan di sektor publik, dan karenanya
dibutuhkan oleh para politisi, konsultan, peneliti, dan pengambil keputusan di pemerintahan.
Analisis Kebijakan dilakukan dengan menciptakan, menilai, dan mengkomunikasikan
pengetahuan (yang relevan dengan kebijakan) dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan
kebijakan. Tahap-tahap tersebut mencerminkan aktivitas yang terus berlangsung sepanjang
waktu. Dan terdapat sejumlah cara di mana penerapan analisis kebijakan dapat memperbaiki
proses pembuatan kebijakan.
Salah satu aspek penting dalam analisis kebijakan adalah penciptaan pengetahuan (informasi)
yang relevan dengan kebijakan. Informasi, pengetahuan, data dan kebijakan merupakan unsur-
unsur yang dibedakan dalam proses kognitif. Informasi adalah data yang telah ditafsirkan dan
diorganisir untuk tujuan tertentu yang dapat mengubah pikiran atau tindakan para pembuat
kebijakan. relevan dengan kebijakan, berupa; nota kebijakan, paper isyu kebijakan, ringkasan
eksekutif, Untuk mengkomunikasikan pengetahuan tersebut, analis menciptakan berbagai
dokumen yang lampiran, atau bahkan bahan siaran berita.
Catatan: dokumen-dokumen tersebut pada gilirannya juga berguna sebagai bahan untuk
berbagai strategi komunikasi interaktif dalam percakapan, misalnya konferensi, pertemuan,
briefing, dengar pendapat, dan berbagai bentuk presentasi lain. Tujuan penciptaan dokumen-
dokumen tersebut, dan presentasi lisan, adalah untuk meningkatkan prospek pemanfaatan
pengetahuan dan diskusi terbuka antara pelaku kebijakan dalam tahap-tahap proses pembuatan
kebijakan. Menurut Dunn, dalam penciptaan pengetahuan, dan dokumen yang dipilihnya, ada
beberapa prinsip teknis yang harus diterapkan :
Pertama, Sintesis. Analis sebaiknya mampu membuat sintesa dari berbagai informasi yang
telah terkumpul itu, ke dalam suatu naskah yang singkat misalnya N3 halaman dalam
bentuk nota kebijakan, 10-20 halaman dalam bentuk paper isyu kebijakan. Semuanya
dikemas dalam tulisan yang singkat dan jelas.
Kedua, Organisasi. Analis harus dapat mengorganisir informasi secara koheren, konsisten
dan ekonomis. Meskipun dokumen kebijakan bisa saja sangat beragam dalam gaya dan
panjang tulisan, tetapi ada kesamaannya, yaitu mancakup diagnosis masalah, ringkasan,
identifikasi, evaluasi dan alternatif pemecahan masalah.
Ketiga, Terjemahan. Terminologi dan prosedur analisis kebijakan harus dapat diterjemahkan
ke dalam bahasa pelaku kebijakan. Ini berarti harus ada kemampuan analis untuk
mentransformasikan konsep-konsep teoretik yang abstrak ke dalam ungkapan-ungkapan
atau argumen-argumen yang lazim digunakan oleh orang awam.
Keempat, Penyederhanaan. Solusi-solusi masalah potensial kebanyakan ruang lingkupnya
luas, saling bergantung dan kompleks. Karena itu, analisis [informasi] yang rumit harus
dihindari, dan menjadikannya sebuah naraasi yang sederhana.
Kelima, Penyajian Visual. Penyajian visual informasi kuantitatif, semisal dalam bentuk
grafik balok, histogram, grafik lingkaran, grafik garis, bisa jadi sangat bermanfaat dalam
komunikasi kebijakan.
Keenam, Ringkasan. Pengambil Kebijakan umumnya bekerja dengan agenda yang sangat
padat, di bawah tekanan keterbatasan waktu. Karena itu, di bawah keterbatasan waktu,
pengambil kebijakan lebih mungkin membaca ringkasan eksekutif atau nota ringkas
dibanding misalnya, paper isyu kebijakan yang lengkap. Ketrampilan menyiapkan ringkasan
menjadi sangat penting bagi komunikasi kebijakan.
|II-29
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
|II-30
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Metode Perkiraan
Perkiraan penduduk dengan menggunakan metode perkiraan merupakan cara yang paling
sederhana terutama jika data wilayah perencanaan tidak lengkap. Proyeksi ilakukan dengan
membandingkan daerah yang sedang dikaji dengan daerah lain yang dianggap memiliki ciri
perkembangan yang sama.
Pola ini sederhana, namun mempunyai pertautan yang cukup rumit. Perkiraan perbandingan
dilakukan dengan menganggap pertumbuhan daerah yang diselidiki menganut pola pertumbuhan
daerah yang lebih tua yang mempunyai ciri sama dengan darerah yang sedang dikaji untuk
|II-31
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
mendapatkan perkiraan pertumbuhan penduduk darah yang dikaji untuk beberapa tahun ke depan.
Pola ini terbatas penggunaannya dan cara yang biasa ditempuh adalah menggunakan wilayah pola
yang cukup luas dimana wilayah kajian menjadi bagian wilayah pola.
B. Distribusi Penduduk
|II-32
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
Persebaran penduduk atau konsentrasi penduduk pada suatu wilayah. Konsentrasi penduduk
yang cukup tinggi dapat menyebabkan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi pula. Perhitungan
mengenai distribusi dan kepadatan penduduk ini dapat dilakukan dengan rumus sederhana, yaitu:
Jumlah penduduk
Distribusi Penduduk (%) = X 100
Total Jumlah Penduduk
|II-33
TANJUNGBALAI
LAPORAN PENDAHULUAN
3) Daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan didasarkan pada asumsi bahwa lahan
permukiman adalah 50% dari daerah yang boleh ditutup. Bila ada angka yang lebih pasti
tentunya persentase ini bisa diubah.