Anda di halaman 1dari 15

MEWASPADAI PROPAGANDA MELALUI KAJIAN SEJARAH

(STUDI ATAS SISTEM PROPAGANDA JEPANG DI JAWA 1942-1945)

Oleh:
Dewi Yuliati

ABSTRACT

This article describes the Japanese propaganda system in Java during its
occupation (1942-1945). Before its invasion in Java the Japanese had already
prepared the propaganda system intensively. The goal of the propaganda was to
mobilize the commitment of the Indonesian people to support the Japanese
military government to become the winner in the Greater East Asia war against
the Allies. The system of the Japanese propaganda in Java includes institutions,
methods, packages of propaganda, and control systems. The most important
package of the Japanese propaganda was art, especially poetry, prose, drama,
and songs. Because of its entertaining values, the Indonesian people could easily
absorbed the propaganda substances without awareness that they were
indoctrinated.

Keywords: Japanese propaganda, Japanese control system

A. PENGANTAR cara yang berpengaruh (Combs, 1994:23).


Pada umumnya propaganda yang
1. Latar Belakang
memberikan isu-isu kontroversial lebih
Kata propaganda mulai digunakan
mudah diterima oleh masyarakat (Merton,
pada tahun 1622 ketika Paus Gregory XV
1957:509). Berdasarkan pada pengertian-
mendirikan sebuah organisasi yang diberi
pengertian ini, sistem propaganda dalam
nama Congregatio de Propaganda Fide.
konteks kekuasaan Jepang di Indonesia
Organisasi itu bertugas menyebarkan
mencakup organisasi, pesan, dan teknik
agama Katolik di kalangan masyarakat
penyampaian pesan yang ditujukan untuk
non-Kristen. Dalam konteks ini,
mempengaruhi bangsa Indonesia guna
propaganda berarti organisasi yang
mendukung pencapaian tujuannya.
mengirimkan pesan-pesan. Setelah tahun
Dalam sistem pemerintahan Jepang
1622, propaganda tidak hanya diartikan
di Indonesia, propaganda merupakan
sebagai organisasi, tetapi juga sebagai
bagian penting dan integral. Suatu indikasi
pesan yang disebarkan oleh organisasi.
bahwa propaganda tidak terpisahkan dari
Dalam perkembangannya, pengertian
sistem pemerintahan Jepang di Indonesia
propaganda juga berkaitan dengan teknik
adalah dibentuknya departemen propa-
yang digunakan untuk menyampaikan
ganda (Sendenbu) di bawah pemerintah
pesan, contohnya iklan, film, dan televisi
militer Jepang. Untuk menguasai Jawa,
(Combs, 1994:9). Berdasarkan tujuannya,
Jepang berpegang pada dua prinsip utama
propaganda berarti komunikasi untuk
yaitu: bagaimana menarik hati rakyat
menyebarluaskan tujuan yang diinginkan
(minshin ha’aku) dan bagaimana
(sering bersifat subversif dan jahat)
mengindoktrinasi dan menjinakkan mereka
terhadap para pemirsa, pembaca, dan
(senbu kosaku). Prinsip ini perlu
pendengar serta dilakukan dengan cara-
dilaksanakan untuk memobilisasi seluruh sumber-sumber sehingga dapat diperoleh
rakyat guna mendukung kepentingan fakta sejarah yang otentik dan kredibel.
perang dan untuk mengubah mentalitas Dalam penulisan dilakukan penyusunan
mereka secara keseluruhan. fakta-fakta yang masih fragmentaris itu ke
Berdasarkan keyakinan bahwa dalam suatu sintesis yang sistematis, utuh,
bangsa Indonesia harus dibawa kepada dan komunikatif. Untuk itu, diperlukan
pola tingkah laku dan berpikir Jepang, suatu penelitian yang tidak saja berangkat
propaganda ditujukan untuk dari pertanyaan-pertanyaan pokok tentang
mengindoktrinasi rakyat agar dapat "apa, siapa, di mana,dan kapan", tetapi
menjadi mitra yang dapat dipercaya dalam juga berdasar pada pertanyaan
Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia "bagaimana", "mengapa serta apa jadinya".
Timur Raya (Kurasawa, 1987:59). Betapa Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
penting arti propaganda itu terlihat dari pokok adalah fakta sejarah serta unsur-
bagaimana Jepang mempersiapkan sistem unsur yang turut membentuk peristiwa di
propagandanya secara sistematis dan tempat dan pada waktu tertentu. Jawaban
intensif sejak sebelum pelaksanaan invasi terhadap pertanyaan "bagaimana"
ke negeri ini. merupakan rekonstruksi yang menjadikan
semua unsur itu terkait dalam suatu
2. Permasalahan deskripsi yang disebut sejarah. Jawaban
terhadap pertanyaan "mengapa dan apa
Meskipun Jepang memerintah jadinya" akan menerangkan hubungan
secara militeris, rakyat Indonesia tetap kausalitas (Abdullah dan Surjomihardjo,
bersedia untuk memberikan dukungan 1985: xiv). Hasil seluruh kegiatan tersebut
pada instruksi-instruksi Jepang melalui dituangkan dalam bentuk tulisan sejarah.
sarana propagandanya. Penelitian ini Sumber-sumber diperoleh dari
dilakukan untuk menjawab pertanyaan- berbagai perpustakaan yaitu Perpustakaan
pertanyaan berikut: Pertama, mengapa Mangkunegaran dan Monumen Pers
Jepang perlu melaksanakan propaganda di Surakarta, Perpustakaan Islam dan
Jawa. Kedua, bagaimana sistem Perpustakaan Nasional Daerah Istimewa
propaganda Jepang di Jawa. Ketiga, Yogyakarta, Perpustakaan Nasional dan
bagaimana rakyat Jawa bereaksi terhadap Arsip Nasional Jakarta. Sumber-sumber
sistem propaganda Jepang itu. Untuk tertulis yang diteliti adalah dokumen
menjawab pertanyaan pertama, dilakukan pemerintah, KAN PO, berbagai surat kabar
penelitian terhadap ideologi, cara-cara, di Jawa pada masa penjajahan Jepang,
slogan, konsep, serta kebijakan Jepang tulisan-tulisan sezaman yang memuat
dalam rangka invasi di wilayah selatan, propaganda.
termasuk Indonesia. Pertanyaan kedua
akan dijawab dengan meneliti lembaga,
tujuan, materi atau kemasan, spirit, dan B. HASIL DAN PEMBAHASAN
metode propaganda, serta sistem
1. Propaganda Jepang sebelum Invasi
kontrolnya. Pertanyaan ketiga dijawab
ke Indonesia
melalui penelusuran sumber-sumber
Jauh sebelum berkuasa, Jepang
suratkabar yang memuat reaksi rakyat
sudah mempersiapkan diri untuk mengam-
Jawa terhadap sistem propaganda Jepang.
bil hati rakyat Indonesia yang ketika itu
masih berada di bawah kekuasaan
3. Penelitian
kolonialis Belanda. Propaganda sebagai
Penelitian ini merupakan penelitian
alat utama menarik simpati rakyat
sejarah. Dengan demikian metode yang
Indonesia telah Jepang siapkan secara
dipergunakan adalah metode sejarah yaitu
sistematis selama beberapa tahun sebelum
mencari, menemukan, dan menguji
melaksanakan invasi ke wilayah Selatan.
Awal persiapan materi propaganda merupakan sasaran invasi Jepang yang
ditandai dengan penerbitan artikel yang penting karena wilayah itu memiliki
ditulis oleh Jenderal Araki, Menteri persediaan bahan mentah seperti minyak,
Urusan Perang, dalam bulan April 1932. karet, timah, bauksit, mangan yang sangat
Artikel itu berjudul The Call of Japan in diperlukan untuk mendukung kepentingan
the Sowa Period (Seruan Jepang pada perang (Azis, 1955:100).
Masa Sowa), yang memuat ajaran bahwa Untuk persiapan penyerbuan ke
bangsa Jepang harus mengikuti Imperial wilayah Selatan, sistem propaganda pun
Way (Jalan Kekaisaran) untuk mengangkat semakin diperkuat. Dalam musim panas
bangsa Yamato, dan untuk menyelamatkan tahun 1940, Pangeran Konoye meresmikan
Asia Timur serta dunia. Jenderal Araki empat biro propaganda di Tokyo. Biro
mengakhiri artikel ini dengan suatu propaganda yang utama adalah Cabinet
penegasan bahwa misi bangsa Jepang Information Biro, sedangkan tiga biro
adalah menyebarluaskan doktrin Imperial yang lain ditempatkan di kementerian luar
Way di seluruh lautan dan dunia. Jenderal negeri, markas militer, dan di Taisei
Araki juga menulis The Present Position Yomusankai (Pergerakan Nasional Baru).
of East Asia, yang antara lain menyatakan: Propaganda disiarkan melalui radio,
“Kekaisaran Jepang, dalam sudut pers,pamflet dan dilaksanakan oleh
pandangnya sendiri dan sudut pandang organisasi-organisasi propagandis, sebagai
orang lain, pemimpin Asia Timur dan contoh Great Asia Society dan South Seast
dengan kekuatan semacam itu, yang Association. Selain melalui media
disebut Kodo atau Jalan Kekaisaran, dalam komunikasi, propaganda juga dilakukan
rangka perluasan dan penyelamatan secara lisan oleh para propagandis, dan
negeri-negeri yang tertindas, tidak dapat mengundang bangsa-bangsa Asia lainnya
lagi tinggal diam dan hanya melihat tanpa untuk mengikuti pendidikan serta bekerja
melakukan apapun” (Robertson, 1979: 83). di Jepang (Robertson, 1979:86-87).
Dalam tulisan tersebut tampak jelas Khususnya untuk Indonesia,
bahwa Jepang telah memprogandakan sasaran pertama Jepang adalah para
dirinya sebagai bangsa pemimpin dan wartawan atau orang-orang yang bergiat
penyelamat bagi bangsa-bangsa Asia yang dalam dunia persuratkabaran. Pada tahun
terjajah, tetapi tanpa menyatakan tindakan 1933, Jepang telah mengundang pemimpin
agresifnya untuk menguasai wilayah- redaksi surat kabar Bintang Timur,
wilayah lain. Tindakan itu merupakan bersama dengan wartawan lainnya, untuk
salah satu karakter fasis Jepang. Seperti mengunjungi Jepang. Undangan ini
kaum fasis yang lain, ketika itu Jepang dimaksudkan untuk menanamkan rasa
telah melegitimasi perannya sebagai hutang budi, sehingga para wartawan
pemegang kekuasaan atas bangsa-bangsa Indonesia itu bersedia menyiarkan tulisan-
Asia Timur. Sesungguhnya, slogan yang tulisan yang mendukung Jepang
bersifat kemanusiaan untuk membebaskan (Soebagijo, 1980: 68).
bangsa-bangsa yang tertindas oleh bangsa Selain mempengaruhi para
Barat merupakan kedok Jepang untuk wartawan Indonesia, sejak tahun 1932
melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Jepang telah menerbitkan surat kabar
lain dan menampilkan diri di panggung sendiri di Jawa yang diberi nama Java
kekuasaan dunia (ciri fasisme semacam Nippo. Kemudian terbit juga surat kabar
itu, periksa Riff, 1995: 56). lainnya yaitu Nichiran Shogyo Shinbun
Segera setelah pecah perang di dan Tohindo Nippo yang diperuntukkan
Eropa dalam bulan September 1939, bagi orang-orang Jepang yang tinggal di
Jepang mulai mempersiapkan diri untuk Indonesia (ibid: 164).
mengadakan invasi ke wilayah-wilayah di Bagi Jepang, pers dan wartawan
sebelah selatan Jepang. Indonesia menjadi saluran penting untuk menyiarkan
propagandanya, karena melalui media mereka dapat mempengaruhi orang lain
cetak, yang dapat memberikan informasi dengan slogan-slogan indah yang
tertulis, propaganda dapat dibaca oleh sesungguhnya adalah indoktrinasi demi
khalayak secara berulang-ulang, sehingga pencapaian tujuan yang telah mereka
pengaruhnya pun dapat lebih intensif dan tetapkan.
efektif. Oleh karena itu, Jepang membeli Khususnya di wilayah Indonesia,
percetakan dan penerbitan Tjahaja seruan anti Belanda menjadi isu
Pasoendan, yang kemudian diberi nama propaganda yang dikumandangkan secara
Warta Harian. Pembelian perusahaan surat tegas, terutama melalui siaran radio.
kabar tersebut didanai oleh Yosuka Propaganda anti-Belanda itu telah
Matsuoka (Presiden Direktur Jawatan mendapat perhatian khusus penduduk
Kereta Api Manchuria Selatan), Ainosuke Indonesia, seperti dikisahkan oleh Abdul
Iwata (seorang agitator Pan-Asia), dan Hamid, seorang penduduk Jakarta, sebagai
oleh Biro Penelitian Ekonomi di Asia berikut. “Dan tiap-tiap malam saja
Timur. Surat kabar harian tersebut terbit di mendengerken soeara-soeara dari Tokiyo
Jakarta dan dicetak dalam bahasa Melayu. pake radio. Di roemah sdr. Sairi, bole
Setiap hari surat kabar harian ini mencapai dibilang saban malam saja denger dari
tiras sebanyak 5000 eksemplar (ibid: 70). radio soeara-soeara di Tokiyo, jang
Setelah tahun 1940, propaganda mengatakan rakjat Minangkabo dan rakjat
Jepang menjadi semakin gencar. Pada Indonesia moesti membantoe NIPPON
tanggal 16 Maret 1941, melalui radio oentoek melenjapkan pemerintah blanda
Taihoku di Tokyo disiarkan propaganda dan haling-halangilah orang-orang blanda
sebagai berikut: “Kerjasama antara bangsa jang hendak membikin negeri hangoes ...
Birma, Filipina, dan Hindia Timur harus Boeat perang NIPPON tidak oesah
digalang. Kerjasama ini harus dibantoe, NIPPON tjoekoep banjak dan
dilaksanakan oleh mereka sendiri. Jepang koeat, hanja rakjat di masing-masing
harus memegang peranan pimpinan untuk daerah bantoe djaga barang-barang
memimpin dan mengarahkan mereka ke djangan sampe diroesak orang blanda”
jalan kerjasama yang benar dan ke arah (Inventaries No. 031602).
kemakmuran bersama, karena negeri- Untuk memperoleh simpati rakyat
negeri ini telah diperlakukan oleh bangsa- Indonesia, selain mengobarkan spirit anti-
bangsa asing secara tidak adil” (Robertson, Belanda, Jepang juga selalu menyiarkan
1979: 95). propagandanya dalam bahasa Indonesia,
Dalam propaganda di atas tampak dan dalam setiap siaran radio untuk
jelas bahwa Jepang telah mengeluarkan Indonesia selalu diperdengarkan lagu
controversial issue untuk menimbulkan kebangsaan Indonesia Raya yang diiringi
rasa antipathy terhadap bangsa-bangsa oleh Tokyo Philharmonic Orchestra yang
Barat yang telah melakukan kolonialisme sudah mempunyai nama internasional.
dan imperialisme di wilayah Asia. Dalam Propaganda yang demikian itu telah
pernyataan itu Jepang telah membentuk opini bangsa Indonesia bahwa
mengekspresikan juga sikap underestimate Jepang memang akan membebaskan
terhadap bangsa-bangsa lainnya. Jepang Indonesia dari penjajahan bangsa Barat
menganggap bahwa tanpa (Soetanto, 1992:3; mengutip dari Intisari,
kepemimpinannya, bangsa-bangsa di Asia No. 82, Mei 1970).
itu tidak berdaya untuk meraih Hanya beberapa bulan setelah
kemakmuran sendiri. Dalam hal ini Jepang penyerbuan Jepang terhadap Pearl Harbour
telah menunjukkan karakter fasis lagi. pada tanggal 8 Desember 1941, balatentara
Jadi, propaganda memang sangat Jepang telah berhasil mendarat di Jawa,
diperlukan oleh kaum fasis untuk tepatnya pada tanggal 1 Maret 1942.
mencapai tujuannya, karena dengan itu Dalam waktu satu minggu setelah
pendaratan itu, Jepang telah berhasil
memaksa pemerintah Kolonial Hindia 2. Sistem Propaganda Jepang di Jawa
Belanda untuk menyerah tanpa syarat di 2.1 Lembaga-Lembaga Propaganda
Kalijati pada tanggal 8 Maret 1942. Segera setelah menguasai
Pada umumnya kedatangan Indonesia, Jepang mengumumkan
balatentara Jepang itu disambut antusias kekuasaan pemerintahannya secara resmi
oleh rakyat Indonesia. Pada awalnya dalam Osamu Seirei (undang-undang) No.
tentara Jepang menciptakan hubungan 1 tertanggal 7 Maret 1942. Pasal-pasal
yang baik dengan penduduk, sehingga yang berkaitan dengan sistem
dapat menumbuhkan kepercayaan mereka pemerintahan Jepang di Indonesia adalah
(Graaf, dkk.,1960: 192). Di sepanjang sebagai berikut.
jalan yang dilalui oleh tentara Jepang, Pasal 1: Balatentara Jepang akan
penduduk menyambut mereka dengan meningkatkan kesejahteraan penduduk
kata-kata “selamat datang” dan “Banzai”. Hindia Belanda yang sebangsa dan seasal,
Sebaliknya, tentara Jepang menyerukan dan juga memantapkan kemakmuran
“Hidup Indonesia”. Banyak orang bersama penduduk yang diarahkan untuk
berpendapat bahwa sambutan positif pertahanan bersama Asia Timur Raya.
rakyat Indonesia ini merupakan indikasi Pemerintahan militer akan dilaksanakan di
keberhasilan propaganda Jepang. Akan daerah-daerah yang ditempati untuk
tetapi, munculnya sambutan positif rakyat menjaga ketertiban umum, kedamaian,
itu lebih dapat dipahami sebagai ekspresi serta kesenangan penduduk sesegera
harapan mereka untuk bebas dari mungkin.
cengkeraman kekuasaan kolonialis Pasal 2: Panglima tentara
Belanda yang telah berlangsung selama Jepang akan melaksanakan kekuasaan
ratusan tahun. Rakyat Jawa telah meyakini administratif gubernur jenderal.
ramalan Jayabaya yang menggambarkan Pasal 3: Semua badan
bahwa akan datang zaman yang lebih baik pemerintahan, kekuasaan hukum, dan
untuk menggantikan zaman yang buruk. undang-undang dari pemerintahan yang
Zaman baik ini ditandai oleh munculnya terdahulu tetap diakui secara sah untuk
pemerintahan Ratu Adil, tetapi sementara waktu, asal tidak bertentangan
sebelumnya akan ada masa peralihan yang dengan peraturan pemerintah militer.
didominasi oleh orang kerdil yang Pasal 4: Para pegawai dan
berlangsung selama hidup tanaman jagung. penduduk harus tunduk kepada peraturan-
Kemudian banyak orang mengidentifikasi peraturan pemerintah militer Jepang.
orang kerdil itu sebagai orang Jepang Barangsiapa melanggar peraturan
(Notosusanto, 1979:13). pemerintah militer Jepang, mengganggu
Sambutan positif rakyat Jawa itu ketertiban umum, berkomunikasi dengan
semakin mendorong pemerintah militer musuh, mengganggu kelancaran keuangan
Jepang untuk memantapkan sistem negara, menghancurkan sumber-sumber
propagandanya di wilayah tersebut. daya dan fasilitas, akan dihukum sesuai
Jaringan propaganda diperkokoh dengan dengan undang-undang bahaya perang
membentuk lembaga-lembaga propaganda, (Benda, dkk., 1965: 59).
memantapkan tujuan, materi, sasaran, Jika kita perhatikan secara cermat,
metode, dan saluran-salurannya. undang-undang itu menampakkan strategi
Pemantapan sistem propaganda Jepang di Jepang untuk membangun kekuasaan
Jawa dapat diperhatikan dalam militeris di Indonesia dengan bersembunyi
pembahasan sebagai berikut. di balik slogan mulia yaitu mengarahkan
rakyat Indonesia menuju kemakmuran
bersama Asia Timur Raya. Slogan itu
dimaksudkan untuk memobilisasi
commitment penduduk untuk mendukung Sendenbu berfokus pada penduduk sipil di
Jepang dalam perang melawan sekutu. Jawa, meliputi orang Indonesia, Indo-
Pada era penjajahan Jepang, di Eropa, minoritas Asia, dan Jepang.
Indonesia terdapat tiga pemerintahan Sedangkan Seksi Penerangan Angkatan
militer yaitu: (1) Pemerintahan Militer Darat ke-16 melaksanakan propaganda
Angkatan Darat (Tentara ke-25) untuk bagi tentara Jepang, tawanan perang, dan
Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi; warga negara musuh melalui siaran luar
(2) Pemerintahan Militer Angkatan Darat negeri (Kurasawa, 1993:229-231).
(Tentara Ke-16) untuk Jawa dan Madura Walaupun aktivitas Sendenbu
dengan pusatnya di Jakarta; (3) terbatas pada urusan sipil, Pemerintah
Pemerintahan Militer Angkatan Laut Militer Jepang tidak mempercayakan
(Armada Selatan ke-2) untuk Sulawesi, kepemimpinan departemen ini kepada
Kalimantan, dan Maluku dengan pusatnya orang sipil, melainkan selalu dipegang
di Makasar (Djoened, 1984:5) oleh perwira angkatan darat yaitu: Kolonel
Setelah pemerintah militer Jepang Machida (Agustus 1942 – Oktober 1943),
terbentuk secara resmi, pemerintah militer Mayor Adachi (Oktober 1943 – Maret
Jepang di Jawa segera mengendalikan 1945), dan Kolonel Takahashi (April –
sarana-sarana penerangan untuk publik. Agustus 1945). Sendenbu memiliki tiga
Siaran radio, film, dan pers ditempatkan di seksi yaitu: Seksi Administrasi, Seksi
bawah pengawasan pemerintah militer Berita dan Pers, serta Seksi Propaganda.
Jepang. Pengawasan dan penyebarluasan Dari ketiga seksi ini, hanya Seksi
propaganda dilakukan oleh balatentara Propaganda yang dipimpin oleh seorang
Jepang, yang diorganisasikan dalam suatu sipil, sedangkan dua seksi lainnya
lembaga Sendenhan, yang kemudian dipimpin oleh perwira militer dengan
menjadi Syoohoobu (Seksi Propaganda pangkat letnan atau letnan dua (Kurasawa,
pemerintahan Militer) (Zorab, 1954: 96). 1993: 231). Semula Sendenbu
Di bulan Agustus 1942, dibentuk melaksanakan propaganda secara
Departemen Propaganda (Sendenbu) langsung, tetapi ketika struktur
dalam lingkup badan Pemerintahan Militer pemerintahan militer semakin rumit,
(Gunseikanbu). Departemen Propaganda dibentuk pula badan-badan propaganda,
ini bertanggungjawab atas propaganda dan dan di setiap pemerintahan daerah
informasi yang menyangkut pemerintahan dibentuk dinas propaganda (Zorab, 1954:
sipil, dan merupakan departemen yang 96). Berikut ini dikemukakan tabel yang
terpisah dari Seksi Propaganda Pemerin- memuat daftar nama dan fungsi badan-
tahan Militer, yang bertanggungjawab atas badan propaganda di Jawa.
informasi mengenai operasi militer.

NAMA ORGANISASI TANGGAL PENDIRIAN FUNGSI ORGANISASI


Jawa Hôsô Kanrikyoku Siaran domestik
(Biro Pengawas Siaran Oktober 1942 (pengelolaan dipercayakan
Jawa kepada NHK, SiaranRadio
Jepang).
Jawa Shinbunkai Penerbitan surat kabar
(Perserikatan Suratkabar Desember 1942 (pengelolaan dipercayakan
Jawa) kepada Asahi Shinbun)
Kantor berita Domei Oktober 1942 Korespondensi
Jawa Engeki Kyokai
(Perserikatan Oesaha Tidak diketahui Produksi seni drama
Sandiwara Djawa)
Nihon Eigasha atau
Nichi’ei (Perusahaan Film April 1943 Produksi film
Jepang)
Eiga Haikyusha atau Eihai
(Perusahaan Penditribusian April 1943 Distribusi film
Film)
Sumber: Kurasawa, 1993: 230.

Pada bulan April 1943 dibentuk daerah tersebut berada di bawah


pula sebuah organisasi pembantu sendenbu pengawasan sendenbu. Dalam setiap
yang bernama Keimin Bunkha Shidôsho keresidenan dibentuk juga seksi
atau Pusat Kebudayaan. Tugas organisasi propaganda dan informasi (Kurasawa,
ini adalah mempromosikan kesenian 1997)
tradisional Indonesia, memperkenalkan Demikianlah, pada masa
dan menyebarkan kebudayaan Jepang, penjajahan Jepang, seluruh wilayah Jawa
mendidik dan melatih seniman Indonesia. tidak luput dari sasaran propaganda
Keimin Bunkha Shidôsho dikepalai oleh Jepang. Agar propaganda dapat
direktur Sendenbu dan memiliki lima dilaksanakan secara solid, kepala Seksi
seksi, yang masing-masing dipimpin oleh Propaganda dalam Sendenbu dijabat oleh
orang Indonesia. Kelima seksi itu adalah orang Jepang, Shimizu Hitoshi, seorang
seksi administrasi, sastra, musik, seni rupa, propagandis profesional yang memulai
dan seni pertunjukan (teater, tari, dan kariernya sebagai propagandis pada tahun
film). Dalam setiap seksi ditempatkan staf 1930-an di Cina. Shimizu Hitoshi dibantu
ahli Indonesia (penulis, penyair, oleh staf Jepang yang berbakat pula
penggubah lagu, pematung, penulis sebagai propagandis. Mereka dibedakan
skenario, sutradara film, dsb.), dan mereka atas dua kategori yaitu: (1) Ahli
dilatih oleh instruktur Jepang yang dikirim propaganda yang bertugas dalam bidang
oleh Sendenbu (Djawa Baroe, No. 8 ,1 perencanaan; (2)Ahli dalam bidang
April 1943: 8-10, dikutip olehKurasawa, kesenian (budayawan) seperti penulis,
1993: 231). musisi, pelukis, karikaturis, dan designer
Untuk menyebarluaskan propagan- (perancang).
da Jepang, di kota-kota besar di Jawa Sendenbu juga merekrut orang
dibentuk badan-badan propoganda lokal Indonesia sebagai propagandis. Perekrutan
yang bertanggungjawab atas tiga atau orang-orang Indonesia ini didasarkan pada
empat keresidenan. Unit Operasi Daerah karier mereka sebelum perang, orientasi
Jakarta bertanggungjawab atas daerah: politik, kedudukan dalam masyarakat
Banten, Jakarta, Bogor, dan Daerah tradisional, kharisma, dan kemampuan
Istimewa Jakarta. Unit Operasi Daerah berpidato. Guru-guru sekolah lebih
Bandung bertanggungjawab atas daerah: diutamakan untuk dipilih sebagai
Priangan, Cirebon, dan Banyumas. Unit propagandis, dan juga orang-orang yang
Operasi Daerah Yogyakarta bertanggung berpengalaman dalam pergerakan anti-
jawab atas daerah: Yogyakarta, Surakarta, Belanda. Mr. Muhammad Yamin ditunjuk
Madiun, dan Kedu. Unit Operasi Daerah menjadi Sanyo (penasehat untuk
Semarang bertanggungjawab atas daerah Sendenbu) dengan pertimbangan bahwa
Semarang, Pekalongan, dan Pati. Unit dia adalah seorang tokoh pergerakan
Operasi Daerah Surabaya bertanggung nasional dan juga bekerja sebagai guru.
jawab atas daerah Surabaya, Bojonegoro, Siti Nurdjannah (guru sekolah Islam yang
dan Madura. Unit Operasi Daerah Malang aktif dalam sekolah Islam) juga dipilih
bertanggungjawab atas daerah: Malang, sebagai propagandis; demikian juga
Kediri, dan Besuki. Unit-unit operasi Chaerul Saleh dan Soekarni (tokoh
pemuda radikal yang mempunyai peranan Belanda datang ke Asia hanya untuk
penting dalam perjuangan menuju menindas dan mengeksploitasi rakyat di
kemerdekaan Indonesia). Beberapa wilayah itu guna memperoleh keuntungan
seniman yang bekerja untuk Sendenbu bagi mereka sendiri. Sebagai akibatnya,
yaitu R.M. Soeroso (pelukis), dan Iton sebagian besar Asia Timur, termasuk
Lesmana (perancang iklan). Keimin Indonesia, menjadi daerah perluasan
Bunkha Shidosho juga merekrut penulis, kekuasaan Eropa dan selama berabad-abad
pelukis, dan musisi Indonesia terkenal, bangsa Asia mengalami pemerasan
yaitu: Armijn Pane dan Sanusi Pane ekonomi. Jepang adalah satu-satunya
(penulis), Utojo (musisi), Simanjuntak bangsa yang berhasil mengusir
(musisi), Koesbini (musisi), Agoes imperialisme Barat dan menjanjikan
Djojosoemito (pelukis), Djauhar Arifin kemerdekaan. “Misi suci Nippon” adalah
Soetomo (penulis sandiwara). untuk membebaskan bangsa-bangsa lain di
Program propaganda ditentukan Asia Timur dari penjajahan Barat.
dan diputuskan oleh Gunseikan (Kepala Tujuannya adalah untuk menghapuskan
Pemerintahan Militer). Setelah menerima pengaruh Barat di Asia Timur, dan
perintah dari Gunseikan, direktur membangun suasana kesejahteraan yang
Sendenbu membuat rencana pelaksanaan baru untuk seluruh rakyat Asia Timur
untuk dikonsultasikan dengan kepala- sebagai satu kesatuan keluarga besar. Cita-
kepala seksi. Semua lembaga terkait dan cita ini hanya dapat dicapai, jika rakyat
Unit Operasi Daerah mendapat informasi Asia Timur mengakui kepemimpinan
tentang rencana tersebut. Materi Jepang dan memusatkan seluruh sumber
propaganda selalu disesuaikan dengan daya untuk bekerjasama dengan Jepang
tujuan yang telah ditetapkan oleh guna memperoleh kemenangan dalam
Pemerintah Militer Jepang. Secara garis peperangan melawan kekuasaan sekutu.
besar propaganda Jepang di Jawa memiliki Tanpa kemenangan dalam perang Asia
dua tujuan utama yaitu: (1) Meningkatkan Timur Raya itu, keberhasilan usaha-usaha
hasil panen dan penyerahan sebagian hasil rakyat tidak akan tercapai. Kerjasama
panen kepada pemerintah militer Jepang. untuk pembangunan Asia Timur Raya
Jawa adalah pusat persediaan tenaga bagi tidak hanya dilakukan dalam bidang
Jepang untuk pulau-pulau lainnya. politik, militer, dan ekonomi, tetapi juga
Angkatan Darat Ke-16 mempersiapkan kebudayaan (Zorab, 1954: 98, lihat juga
sejumlah besar persediaan bahan makanan KAN PO No. 14, bulan 3-2603).
untuk menghadapi kemungkinan- Untuk kepentingan propagandanya,
kemungkinan yang akan terjadi. Beberapa Jepang menciptakan slogan-slogan bagi
produk agraris yang harus diusahakan oleh bangsa-bangsa di Asia yang ketika itu
penduduk adalah padi, jagung, minyak masih dalam belenggu penjajahan bangsa
jarak, rami, dan coklat. (2) Penguatan Barat. Slogan yang sangat terkenal “Asia
pertahanan Jawa dan daerah-daerah untuk bangsa Asia” merupakan spirit
pendudukan Jepang yang lain. Untuk itu propaganda Jepang yang sangat
diperlukan tambahan serdadu dan tenaga berpengaruh, sementara propaganda
kerja (Zorab, 1954: 97-98). “Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”
menjanjikan masa depan yang lebih baik.
2.2 Slogan-Slogan dalam Propaganda Slogan yang lebih menarik lagi yaitu
Jepang Hakko Itjiu yang diartikan sebagai “satu
Sebagai tuntunan pelaksanaan untuk semua dan semua untuk satu”
propaganda di Jawa, pemerintah militer (Graaf, 1960: 194), meskipun di balik itu
Jepang menggunakan ideologi. Pemerintah sesungguhnya Jepang ingin menyatukan
Jepang harus menumbuhkan image rakyat, seluruh dunia di bawah satu atap
bahwa bangsa Amerika, Inggris, dan kekuasaannya.
2.3 Metode Penyebarluasan Propaganda kerja. Selama istirahat harus ditayangkan
Sesuai dengan tujuannya untuk contoh-contoh dan ilustrasi.
memobilisasi tenaga kerja guna (8) Dinas Tenaga Kerja
memperkuat pertahanan Jepang dalam diwajibkan untuk mengadakan perlombaan
perang Asia Timur Raya, metode pembuatan ceritera film. Para pemenang
propaganda Jepang di Jawa dapat diperinci akan mendapat hadiah dan lembaga
sebagai berikut. perfilman Jepang harus membuat filmnya,
(1) Di setiap ibukota dan di yang kemudian harus dipertontonkan
kota-kota keresidenan diadakan rapat-rapat untuk penduduk di Jawa. Juga nyanyian-
umum untuk menyiarkan propaganda. nyanyian yang menang akan diiringi musik
(2) Di perusahaan-perusahaan dan dinyanyikan di sekolah-sekolah,
atau di pabrik-pabrik diadakan pertemuan- pabrik-pabrik, dan perusahaan-perusahaan
pertemuan dengan mengundang semua lainnya. Semua pelaksanaan ini harus
karyawan. disiarkan melalui radio, surat kabar,
(3) Dalam setiap pemerintahan majalah, dan juga melalui plakat-plakat
daerah harus dibentuk korps propaganda dengan semboyan-semboyan yang
untuk perekrutan romusha (pekerja). menarik.
Korps ini harus dapat mengobarkan (9) Sebagai penghargaan bagi
semangat kerja bagi penduduk melalui keluarga-keluarga yang ditinggalkan oleh
pidato, penayangan film dan pergelaran para pekerja yang dikirim ke luar Jawa,
sandiwara, pertunjukan wayang dan pemerintah daerah harus menandai rumah-
gamelan. Korps propaganda ini harus juga rumah mereka dengan tanda pengenal.
melakukan perjalanan ke daerah-daerah Penduduk harus diberitahu bahwa rumah-
paling sedikit tiga kali dalam sebulan. rumah yang diberi tanda pengenal tersebut
Biaya perjalanan untuk propaganda harus dijaga secara baik.
ditanggung oleh Dinas Tenaga Kerja dan (10) Pemberangkatan romusha
Seksi Komite Bantuan untuk perekrutan (pekerja) harus dirayakan. Bupati, pejabat
tenaga kerja. lainnya, dan organisasi wanita harus hadir
(4) Setiap pemerintah daerah dalam perayaan tersebut untuk melepas
diwajibkan untuk memberi izin para pekerja yang akan diberangkatkan.
penyelenggaraan rapat-rapat tentang Perayaan tersebut dimeriahkan dengan
peningkatan keinginan kerja penduduk dan musik dan disemangati dengan lambaian
perekrutan romusha. bendera (Graaf, dkk., 1960:196-197).
(5). Surat kabar dan majalah
diwajibkan untuk memuat tulisan atau 2.4 Kemasan Materi Propaganda
artikel yang dapat meningkatkan keinginan Materi propaganda dikemas
kerja penduduk dan memperlancar terutama dalam bentuk kesenian yang
perekrutan romusha. meliputi seni sastra (puisi, prosa), seni
(6) Pada tanggal 1, 10, dan 20 suara (nyanyian dan musik), dan seni
setiap bulan radio harus menyiarkan berita drama (film dan sandiwara). Kemasan
bahwa seluruh penduduk harus bekerja. materi propaganda dalam bentuk kesenian
Pada tanggal-tanggal tersebut penduduk akan lebih berpengaruh bagi rakyat, karena
diminta untuk berkumpul di tempat-tempat kesenian merupakan satu-satunya unsur
propaganda. Dalam rapat-rapat kebudayaan yang memiliki nilai
propaganda itu, penduduk diwajibkan entertaining, sehingga rakyat kurang
untuk mendengarkan pidato, merasakan bahwa sesungguhnya mereka
pengumuman, dan nasihat tentang “dijejali” dengan propaganda dan
pentingnya peningkatan keinginan kerja. indoktrinasi. Kemasan yang lain berupa
(7) Di tempat-tempat provokasi-provokasi melalui tulisan-
propaganda itu harus diputar film tentang tulisan dalam plakat-plakat (contoh: Awas
mata-mata musuh), dan simbol-simbol Hai kawan tjintailah pada negeri, toempah
dalam kemasan barang-barang konsumsi darahmoe
rakyat (dengan nama-nama Jepang). Pergi ke rantau, samoedra – antariksa
Berikut ini diberikan contoh-contoh Hai, kau, Sumera Doenia.
kemasan materi propaganda Jepang di (Soeara Asia, 03 Juni 1942).
Jawa, khususnya yang berbentuk kesenian.
 Kemasan propaganda berbentuk
 Kemasan propaganda berupa puisi sandiwara
Engkau djatoeh, oh pahlawan,
terlena setengah djalan, Lakon sandiwara : Iboe Pradjoerit
sebeloem toedjoean di tangan. Dipentaskan oleh : Perserikatan
Oesaha Sandiwara Djawa (P.O.S.D.)
Di bawah serodja badanmoe terpendam,
bersinar namamoe di bintang malam, Ringkasan ceritera :
dalam djiwakoe semangatmoe tertanam. Lakon ini mengisahkan perjuangan para
pemuda yang berasal dari desa di
Bersama lagoekoe, Tasikmalaya. Mereka memegang teguh
mendengoeng njanjimoe, prinsip perjuangan “hidup dan mati
bahagia bangsa! bersama Nippon”. Keberangkatan mereka
moelia noesa! membuat ibu-ibu mereka sedih. Semula
ibu-ibu itu menentang keberangkatan
(ditulis oleh Utuy T. Sontani dalam mereka ke medan juang. Akan tetapi
Tjahaja, 08 Februari 1943) lambat-laun kaum ibu tersebut menyadari
pentingnya kekuatan pemuda untuk
 Kemasan propaganda berupa membangun suatu masyarakat baru. Dalam
nyanyian lakon itu juga dikisahkan rasa haru para
pejuang, yang tidak mengenal rasa takut
Tamboe perintahkan: sedia berdjoeang untuk mati. Penduduk desa pun harus
goena noesa waspada terhadap mata-mata yang akan
Barislah, madjoelah, hai kau semoea menimbulkan kekacauan dalam
kawankoe masyarakat. Ceritera sangat menarik dan
Hai kawan, hidoeplah oentoek semoea penuh humor. Penulisnya adalah seorang
negeri, tanah airmoe penulis skenario terkenal dari Tokyo.
Baris ke Selatan, Timoer dan Selatan (Ringkasan ceritera sandiwara ini dimuat
Hai, kau Sinar Laoet Pasific, dalam iklan Asia Raya, 6-9 Maret 1945)
Iboe Pertiwi perintahkan: oentoek madjoe
berperang 2.5 Sistem Kontrol terhadap
Barislah, madjoelah, hai kau kawan- Penyebarluasan Propaganda
kawankoe Meskipun pembuatan materi
Kita hidoep, tetap sedia, mati terkenang propaganda sudah dikendalikan secara
Hai kawan, tjintailah kepada Pertiwi ketat oleh Pemerintah Militer Jepang,
Iboemoe sistem penyiarannya pun dikontrol dengan
Baris ke Oetara, Barat dan Selatan, hai kau pemberlakuan sistem sensor secara hukum.
Tjahaja Asia Sistem kontrol itu diumumkan pertama
Negeri Nippon perintah: menoedjoe ke kali pada tanggal 25 Mei 1942 dalam
Doenia Raja “undang-undang No. 16 tentang badan-
Barislah, madjoelah, hai kau semoea badan pengumuman dan penerangan dan
kawan-kawankoe penilikan pengumuman dan penerangan”
Baik kita bersama madjoe dengan doenia (KAN PO, Nomor Istimewa, bulan 3,
1943). Undang-undang ini terdiri atas 12
pasal, yang intinya memberlakukan sistem Jogja (atau di Solo), Surabaya, dan kantor
izin terbit dan pengawasan preventif. Pasal sensor tertinggi bertempat di Batavia.
1 menyatakan bahwa semua Pasal 11 mengatur hukuman bagi para
penerbitanharus memiliki izin terbit, pelanggar undang-undang ini. Bagi
sedangkan pasal 2 melarang setiap pelanggar pasal 4, 7, 8 dan 9 akan
penerbitan yang dulu bermusuhan untuk dikenakan hukuman penjara paling lama
meneruskan pekerjaannya. Walaupun tidak setahun, atau didenda sebanyak-banyaknya
dinyatakan secara eksplisit, yang dimaksud seribu rupiah (jumlah ini cukup tinggi,
oleh pasal 2 ini termasuk surat kabar karena nilai tukar rupiah terhadap gulden
Belanda, surat kabar Indonesia yang anti pada saat itu 1 : 1). Perkara ini diadili oleh
Jepang, dan juga surat kabar Cina yang Gunsei Hooin (pengadilan pemerintah
menentang penyerbuan Jepang terhadap balatentara Jepang). Pelanggar pasal 2, 3, 5
Cina. Pasal 3 menegaskan bahwa dan 6 diadili oleh Gunritsu Kaigi
penerbitan barang cetak yang bersifat (Krijgsraad=pengadilan balatentara).Pasal
harian, mingguan, bulanan dan yang tidak 12 menetapkanundang-undang ini berlaku
tentu jangka waktu terbitnya dilarang, sejak diumumkan. Selanjutnya dalam
kecuali sudah mendapat izin. Pengawasan bagian penjelasan mengenai undang-
preventif dapat dilihat dalam pasal 4 yang undang No. 16 diserukan: "sekalian orang
menegaskan bahwa sebelum barang cetak jang hidoep di lingkoengan kemakmoeran
diedarkan harus diperiksa dulu oleh bagian Asia Raja, djanganlah menganggap
sensor balatentara Jepang. Menurut pasal atoeran ini sebagai tindakan oentoek
5, penyebarluasan informasi yang menindas pers ... Pemerintah hendak
bertentangan dengan kepentingan melindoengi pers lebih dahoeloe, soepaja
balatentara Jepang dan pemerintah ia djangan memboeat kesalahan" (KAN
balatentara Jepang dilarang. Selanjutnya PO, No. Istimewa, bulan 3,1943).
pasal 6 menyatakan bahwa informasi Dalam tahun 1944, pemerintah
tentang gerakan, pertahanan, dan akibat militer Jepang memandang perlu untuk
perang tidak boleh disiarkan oleh segera memberlakukan lagi suatu alat
siapapun, kecuali dengan perantaraan kontrol terhadap seluruh media
balatentara. Pasal 7 mengharuskan setiap komunikasi massa yang mencakup pers,
penerbit menuliskan secara film, seni pertunjukan, gambar-gambar,
tercetaknamapencetak dan penerbit barang lukisan-lukisan, pidato dan naskah
cetakannya termasuk surat kabar, buku, sandiwara yang akan diedarkan serta
surat siaran, surat keterangan. Pasal 8 dipertunjukkan kepada masyarakat. Jepang
membatasi daerah penyebaran informasi sangat khawatir jika musuh dapat
dengan ketentuan bahwa untuk sementara memanfaatkan media komunikasi yang
waktu dilarang untuk mengeluarkan atau telah ada di Jawa. Dalam kenyataan,
memasukkan penerbitan ke atau dari memang Sekutu juga menyebarkan
daerah luar. Penerbitan yang dicetak di propaganda secara gencar yang dilakukan
Indonesia boleh dikirimkan antara Jawa dengan penyebaran pamflet-pamflet
dan Madura dan tempat lain di Indonesia, melalui udara. Suatu pamflet berjudul
apabila mendapat izin balatentara Jepang. "Soekakah Anak Pembatja Mendjadi
Pasal 9 menentukan bahwa perusahaan Begini?" sangat menarik untuk
percetakan yang mencetak untuk orang diperhatikan. Selebaran tersebut
partikelir harus mendapat izin dari badan mengekspos kondisi Heiho di medan
sensor balatentara, dan harus menyebutkan perang seperti berikut:
nama orang yang menyuruh mencetak, "Si Djepang pada tanggal 17
macam barang cetak, serta isinya. Dalam October 1944 menyiarkan chabar bahwa
pasal 10 ditentukan kantor-kantor sensor toedjoeh heiho mati dimedan perang
terletak di Batavia, Bandung, Semarang, Burma. Barangkali orang Indonesia belum
tahoe bahwa bapaknja, saudaranja, lukisan harus memberitahukan bentuk dan
kawannja, oleh si Djepang dikerdjakan isi penerbitannya beserta dengan nama
seperti boedak, boekan sadja di Papoea, di penerbitnya lebih dulu kepada
Rabaul, di Truek dan lain-lain tempat, Keisatusyotyoo yang bersangkutan, dan
tetapi djoega di hoetan-hoetan Burma! harus mendapat izin untuk memperbanyak
Insjaflah saudara!” (Koleksi RIOD Doos penerbitan itu.
35, 2.11). Pasal 4 menentukan bahwa barang
Keterangan tersebut di atas disertai siapa akan menerbitkan surat kabar, harus
dengan foto orang-orang Indonesia yang minta izin kepada Gunseikan.
menjadi heiho dengan tubuh sangat kurus- Pasal 5 menyatakan bahwa segala
kering, tinggal kulit pembalut tulang. sesuatu yang belum diperiksa oleh kantor
Dalam rangka membendung arus pusat Gunken-etu atau cabangnya tidak
propaganda musuh Jepang itu, pemerintah boleh dimuat dalam surat kabar.
militer Jepang mengganti undang-undang Pasal 6 ayat 1 memuat ketentuan
No. 16 tahun 1942 dengan Osamu Seirei bahwa pada halaman akhir penerbitan
No. 6 tahun 1944 yang mulai berlaku sejak harus disebutkan nomor izin, tanggal izin,
3 Februari 1944 (Tjahaja, 3 Februari tanggal terbit, nama serta alamat penerbit,
1944). Osamu Seirei No. 6 tahun 1944 pencetak, dan penulis atau penyusun, yang
mencakup 16 pasal sebagai berikut. telah mendapat izin sesuai dengan pasal 3.
Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pasal 6 ayat 2 memuat ketentuan bahwa
surat, gambar, lukisan, yang dapat pada halaman pertama surat kabar harus
menghambat usaha perang tentara Jepang, disebutkan nomor izin, tanggal izin,
atau mengganggu ketenteraman dan tanggal terbit, nama serta alamat penerbit,
ketertiban umum serta mengganggu penyusun dan pencetak, yang telah
pemerintahan militer, tidak boleh mendapat izin sesuai dengan pasal 4.
diumumkan. Pasal 1 ayat 2 memuat Pasal 7 ayat 1 memuat peraturan
ketentuan bahwa surat, gambar, lukisan, bahwa sebelum menyiarkan terbitan atau
yang dapat merusak kesopanan, tidak surat kabar, penerbit harus menyerahkan
boleh diumumkan. dua eksemplar kepada Gunseikanbu dan
Pasal 2 ayat 1 menegaskan bahwa kantor pusat Gunken-etu. Pasal 7 ayat 2
penerbitan adalah surat, gambar, dan memuat ketentuan bahwa orang yang
lukisan yang diperbanyak dengan cara memperbanyak surat, gambar, lukisan
dicetak, turunan, dan lain-lain dengan seperti yang ditetapkan dalam pasal 3 ayat
maksud untuk dijual atau disiarkan. Pasal 2 harus memberikan dua buah eksemplar
2 ayat 2 memberi batasan pengertian surat kepada Keisatusyo yang bersangkutan.
kabar sebagai terbitan yang memiliki nama Pasal 8 berisi ketentuan bahwa
tetap, diterbitkan pada waktu tertentu atau barang siapa akan membuat film, harus
tidak tertentu dalam 6 bulan, termasuk menyerahkan naskahnya lebih dulu kepada
terbitan istimewa yang memakai nama kantor pusat Gunken-etu atau cabangnya
tetap yang diterbitkan pada waktu lain untuk diperiksa. Selanjutnya ia harus
daripada yang ditetapkan. mengajukan permohonan izin dari
Pasal 3 ayat 1 memuat peraturan Gunseikan, demikian juga jika ia akan
bahwa penerbit harus menyerahkan membuat turunan film.
penerbitannya lebih dulu kepada kantor Pasal 9 memuat peraturan bahwa
pusat Gunken-etu (sensor balatentara) atau film yang belum diperiksa oleh kantor
cabangnya untuk diperiksa, serta pusat Gunken-etu tidak boleh
menyampaikan permohonan izin kepada dipertunjukkan kepada umum.
Gunseikan. Pasal 3 ayat 2 berisi ketentuan Pasal 10 ayat 1 memuat ketentuan
bahwa penerbit atau pencetak advertensi, bahwa penerbitan, surat kabar, dan film
reklame dan surat sebaran, surat, gambar, yang belum diperiksa isinya oleh kantor
pusat Gunken-etu tidak boleh diekspor ke dihukum penjara paling lama tiga tahun
luar Jawa. Pasal 10 ayat 2 berisi ketentuan atau dihukum denda paling banyak f.
bahwa terbitan atau surat kabar yang 5.000,-.
diimpor dari luar Jawa tidak boleh dijual Pasal 15 memuat ketentuan bahwa
atau disiarkan sebelum diperiksa isinya barang siapa menerbitkan penerbitan atau
oleh kantor pusat Gunken-etu. surat kabar, membuat film, dan
Pasal 11 ayat 1 berisi peraturan memperbanyaknya, dengan melanggar
bahwa penanggungjawab pertunjukan pasal 3 ayat 1, pasal 4 dan pasal 8,
sandiwara, kesenian, dan lain-lain harus dihukum penjara paling lama dua tahun
menyerahkan naskah ceriteranya, atau dihukum denda paling banyak f.
acaranya, peralatannya yang sesungguhnya 2.000,-.
kepada kantor pusat Gunken-etu untuk Pasal 16 berisi peraturan bahwa
diperiksa. Pasal 11 ayat 2 menentukan barang siapa termasuk dalam salah satu
bahwa pertunjukan sandiwara, kesenian nomor yang tersebut di sini, dihukum
yang tidak diizinkan, tidak boleh penjara paling lama satu tahun atau
diselenggarakan. dihukum denda paling banyak f. 1.000,-:
Pasal 12 ayat 1 berisi ketentuan (1) Penerbit atau pencetak advertensi,
bahwa barang siapa akan mengadakan reklame, dan surat sebaran, dan juga surat,
pidato, uraian dan sebagainya di depan gambar, lukisan yang melanggar pasal 3
rapat umum atau di muka orang ayat 2. (2) Penerbit dan penyusun yang
berkumpul harus menyerahkan naskah melanggar pasal 5. (3) Penerbit dan
pidatonya itu kepada kantor pusat Gunken- penyusun yang melanggar pasal 6. (4)
etu atau cabangnya untuk diperiksa. Penerbit atau orang yang memperbanyak
Selanjutnya ia harus pula memberitahukan penerbitan atau surat kabar yang
penyelenggaraan itu kepada Kenpetai dan melanggar pasal 7. (5) Orang yang
Keisatusyo yang paling dekat. mempertunjukkan film, yang melanggar
Pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa pasal 9 ayat 1 dan 2. (6) Orang yang
Gunseikan boleh melarang penjualan atau mengekspor penerbitan, surat kabar, dan
penyiaran penerbitan, apabila penerbit atau film, yang belum diperiksa, yang
pencetaknya melanggar undang-undang berlawanan dengan pasal 10 ayat 1;
ini. Pasal 13 ayat 2 menentukan bahwa orangyang menjual atau menyiarkan
Gunseikan boleh melarang atau penerbitan atau surat kabar yang
menghentikan penerbitan surat kabar, berlawanan dengan pasal 10 ayat 2. (7)
apabila penerbit, penyusun atau Orang yang mempertunjukkan sandiwara,
pencetaknya melanggar undang-undang kesenian, kepandaian dsb., yang tidak
ini. Pasal 13 ayat 3 memuat ketentuan diperiksa, berlawanan dengan pasal 11
bahwa jika terjadi pelanggaran terhadap ayat 1, atau mengadakan pertunjukan
kedua ayat di atas, Gunseikan boleh dengan tidak mendapat izin, berlawanan
memberi perintah untuk membeslah atau dengan pasal 11 ayat 2. (8) Orang yang
merampas penerbitan atau surat kabar itu. mengadakan pidato, uraian dsb., yang
Pasal 14 ayat 1 memuat ketentuan berlawanan dengan pasal 1.
bahwa barang siapa mengumumkan surat
kabar, gambar, lukisan, yang berlawanan C. SIMPULAN
dengan pasal 1 ayat 1 dihukum mati, atau Ada beberapa faktor pendorong
dihukum penjara seumur hidup atau kehadiran kekuasaan militer Jepang di
berbatas, atau dihukum denda paling negeri ini. Pertama, ideologi fasis Jepang,
banyak f. 50.000,-. Pasal 14 ayat 2 berisi yang mencakup Hakko Itjiu dan The
ketentuan bahwa barang siapa Imperial Way. Ideologi ini menguatkan
mengumumkan surat, gambar, lukisan, semangat Jepang untuk menguasai seluruh
yang berlawanan dengan pasal 14 ayat 2 penjuru dunia di bawah kekuasaan Jepang.
Bagi Jepang, Indonesia memiliki posisi Graaf, H.J. (dkk.). 1960. Nederlandsch-Indië
geografis, ekonomis, dan politis yang onder Japanse Bezetting Gegevens en
strategis untuk mendukung kepentingan Documenten over de Jaren 1942-1945.
perangnya melawan kolonialisme Barat Franeker: Uitgave T. Wever.
yang ketika itu masih meluas di Asia. Kurasawa, Aiko. 1987. "Propaganda Media
On Java Under the Japanese 1942-1945"
Kedua, kondisi rakyat Indonesia yang dalam Indonesia No. 44, Oktober 1997.
masih dalam belenggu penjajahan ___. 1993. Mobilisasi dan Kontrol, Studi
Belanda, sebagai faktor akselerasi tentang Perubahan Sosial di Pedesaan
pembentukan kekuasaan militer Jepang di Jawa 1942-1945. Jakarta: Gramedia.
Indonesia. Ketiga, propaganda Jepang Merton, Robert K. 1957. Social Theory and
yang sangat sistematis dan intensif untuk Social Structure. Glenco, Illinois: The
mempengaruhi rakyat Jawa agar dapat Free Press.
membantu Jepang untuk memenangkan Notosusanto, Nugroho. 1979. Tentara Peta
perang melawan Sekutu. Sistem Pada Jaman Pendudukan Jepang di
propaganda dipersiapkan secara solid dari Indonesia. Jakarta: Gramedia.
tingkat pemerintahan pusat sampai ke Riff, A. Michael. Kamus Ideologi Politik
Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
daerah. Lembaga-lembaga, metode, Robertson, Eric. 1979. The Japanese File:
materi, spirit, dan kemasan materi Pre-WarJapanese Penetration in
propaganda merupakan jaringan integral Southeast Asia. London: Heinemann
yang dikontrol secara ketat dengan Educational Books Ltd.
pemberlakuan undang-undang yang sangat Sato, Shigeru. 1994.War, Nationalism and
mengikat kebebasan arus komunikasi. Peasants - Java Under the Japanese
Banyak materi propaganda Occupation 1942-1945. Armonk, New
dikemas dalam bentuk kesenian, seperti York: M.E.Sharpe Inc.
puisi, prosa, nyanyian, film, dan Schomper, Pans. 1996. Selamat Tinggal
sandiwara. Pengemasan propaganda dalam Hindia: Janjinya Pedagang Telur.
bentuk kesenian sangat diutamakan oleh Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Soebagijo, IN. 1980. Sumanang Sebuah
Jepang, karena kesenian dengan nilai Biografi. Jakarta: Gunung Agung.
entertaining-nya dapat mengurangi ___. 1983. Mr. Sudjono Mendarat dengan
kesadaran khalayak bahwa mereka telah Pasukan Jepang di Banten 1942. Jakarta:
diindoktrinasi. Gunung Agung.
Soedjono. 1970. “Pulang ke Tanah Air Tanpa
Pasport”, dalam Intisari No. 82, Mei
DAFTAR PUSTAKA 1970.
Soetanto, Soetopo. 1992. Sistem Propaganda
Arsip Jepang Melalui Penerbitan. Makalah
Koleksi Rijksinstituut voor Oorlogs- disajikan untuk simposium sejarah
documentatie, inventaries No. 031602 Indonesia modern di LIPI pada tanggal 9-
11 Maret 1992.
Buku Zorab, A.A. 1954. De Japanse Bezetting van
Aziz, M.A. 1955. Japan's Colonialism and Indonesië en Haar Volkenrechtelijke
Indonesia. The Hague: Martinus Nijhoff. Zijde. Leiden: Universitaire Pers.
Benda, Harry J. (dkk.). 1965. Japanese
Military Administration in Indonesia: Surat Kabar dan Majalah
Selected Documents. Yale University
Southeast Asia Studies. Asia Raya, 6-9 Maret 1945.
Combs, James E. & Dan Nimmo. 1994. Soeara Asia, 3 Juni 1942.
Propaganda Baru: Kediktatoran Tjahaja, 8 Februari 1942
Perundingan dalam Politik Masa Tjahaja, 3 Februari 1944.
Kini.Bandung: Remaja Rosdakarya. KAN PO, No. Istimewa, Maret 1943.
Djoened, Marwati. 1984. Sejarah Nasional
Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai