Anda di halaman 1dari 10

Unmas 319

Denpasar

TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA MASYARAKAT DI


KECAMATAN DENPASAR UTARA

I Made Sukma Wijaya, Ni Luh Made Asri Dewi, NLP Suardini Yudhawati
Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana Denpasar
Email: kadek_jay@yahoo.com

ABSTRAK
Serangan jantung merupakan kasus kegawatdaruratan yang paling sering terjadi di luar
rumah sakit. Sekitar lebih dari 30.000 orang mengalami serangan jantung di luar rumah sakit
dan hanya 33% mendapatkan penanganan oleh masyarakat awam terlatih. Kasus serangan
jantung perlu mendapatkan penanganan segera mungkin dari petugas medis ataupun
penolong pertama terlatih untuk mencegah kematian. Masyarakat umum lebih banyak
menjadi saksi bahkan penolong pertama yang langsung kontak pada korban pada saat
kejadian serangan jantung. Pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD) sangat penting diketahui
dan dilakukan oleh masyarakat untuk dapat menyelamatkan nyawa korban henti jantung
sebelum petugas medis datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
tingkat pengetahuan bantuan hidup dasar pada masyarakat di Kecamatan Denpasar Utara.
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan pendekatan survey. Responden
penelitian ini sebanyak 365 orang sesuai dengan kriteria inklusi sebagai berikut; berdomisili
di kecamatan Denpasar Utara, mampu baca tulis dan bersedia berpartisipasi. Angket sebagai
instrumen penelitian telah di susun menggunakan konsep bantuan hidup dasar dari American
Heart Association (AHA) tahun 2015. Karakteristik responden penelitian ini yaitu; 32%
berusia antara 30-39 tahun, 56% pendidikan SMA, 55% pekerja swasta, dan 90% tidak
pernah pelatihan BHD. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar tingkat
pengetahuan bantuan hidup dasar pada masyarakat adalah baik (63%). Tingkat pendidikan
responden dalam penelitian ini ditemukan memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan
dengan nilai p = 0.007 (p=0.05). Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan kembali terkait
pengetahuan, sikap dan keterampilan BHD. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti
ilmiah dalam menyusun rencana program pelatihan BHD pada masyarakat untuk menambah
pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat memberikan pertolongan pertama pada
kasus henti jantung di luar rumah sakit dan meningkatkan angka kelangsungan hidup.

Kata Kunci: Pengetahuan, Masyarakat, Serangan Jantung, Bantuan Hidup Dasar, Pre-
Hospital

ABSTRACT
Cardiac arrest is the most pre-hospital emergency cases. Approximately 30.000 people
have cardiac arrest in pre-hospital and about 33% have treated with bystander. Hence, to
prevent mortality of them, an appropriate treatment by healthcare provider or trained person
is demanding. In fact, the society is become percipient or even as the first aider. The basic life
support (BLS) knowledge is a foundation in order to save patient’s life who suffered from
cardiac arrest attack, while the healthcare provider was arrived. The study aimed to describe
the basic life support knowledge levels among North Denpasar society. The study was used
descriptive design with survey approach. There are 365 respondents who met inclusion
criteria such us domiciled in North Denpasar, able to read and write and agreed to participate
on this study. The BLS knowledge questionnaire was developed based on the American Heart
Association (AHA) 2015 guideline as a research instrument. The characteristics of

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 320
Denpasar

respondents were 32% range age 30-39 years, 56% graduated from senior high school, 55%
work as employees and 90% never attended BLS training program. The study found that
more than half (63%) of the respondents were in a good level of BLS knowledge. There was
a significant relationship between level of education and the BLS knowledge level with p
value 0.007 (p < 0.05). Further research related to BLS knowledge, attitude and skill is
requested. The study can be used as an evidence in order to plan the BLS training program to
the society to enhance their skills and awareness in BLS so that able provide first aid to
cardiac arrest in pre-hospital and increase survival rate.

Keywords: Knowledge, Society, Cardiac Arrest, Basic Life Support, Pre-Hospital

PENDAHULUAN
Henti jantung atau disebut “Cardiac Arrest” menjadi kasus kegawatdaruratan yang
harus mendapatkan penanganan yang segera dari petugas medis ataupun masyarakat umum
atau bystander yang sudah terlatih. Salah satu penanganan yang harus segera diberikan
adalah bantuan hidup dasar dengan resusitasi jantung paru (RJP). Penanganan yang terlambat
ataupun tidak tepat pada henti jantung akan berakibat fatal yaitu kematian dalam hitungan
menit (Vaillancourt, Christian, Stiell, dan Ian, 2004).
Survei Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di United State ditemukan
kasus henti jantung 31.689 selama 5 tahun (2005-2010) dan 33,3% mendapatkan bantuan RJP
dari bystander serta 3,7% menggunakan automated external defibrilator atau AED (Bryan et
al, 2011). Sasson et al (2013) juga menyatakan bahwa kejadian henti jantung sekitar 360.000
korban banyak ditemukan di luar rumah sakit setiap tahunnya dan 15% sebagai penyebab
seluruh kematian. Prevalensi henti jantung di Indonesia setiap tahunnya belum didapatkan
data yang jelas akan tetapi prevalensi terjadinya penyakit jantung di Indonesia 7,2% (BPPK,
2008). Provinsi Bali khususnya Kota Denpasar juga belum terdapat data tentang henti jantung
tetapi ditemukan pada tahun 2013 prevalensi penyakit jantung koroner sebanyak 0,7% dan
penyakit gagal jantung sebanyak 0,1% yang berisiko mendapatkan serangan jantung dan
terjadi henti jantung (Pranata, dkk, 2013).
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan bagian dari bantuan hidup dasar yang
membantu jantung dapat berfungsi kembali sebagai pompa dan memperbaiki sirkulasi darah
dalam tubuh. Bantuan hidup dasar dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun sesegera
mungkin disaat awal terjadinya henti jantung untuk meningkatkan angka kelangsungan hidup
(Suharsono dan Ningsih, 2009; Subagjo dkk, 2011). Bantuan hidup dasar menggunakan
konsep rantai kehidupan (Chain of Survival) yang terdiri pengenalan dini dan akses segera,
resusitasi jantung paru, defibrilasi segera menggunakan AED (Automated External
Defibrilator), dan perawatan lanjut segera (Suharsono dan Ningsih, 2009; Subagjo dkk,
2011). Maka dari itu pendidikan dan pelatihan tentang bantuan hidup dasar (basic life
support) penting diberikan pada masyarakat awam sebagai penolong pertama (Suharsono dan
Ningsih, 2009).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa henti jantung merupakan
hilangnya fungsi jantung tiba-tiba sehingga oksigen tidak terpenuhi pada organ vital dan
berakhir kematian jika tidak dapat penanganan segera. Kota Denpasar memiliki potensi

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 321
Denpasar

terjadinya henti jantung di luar rumah sakit dan masyarakat sebagai penolong pertama perlu
memahami cara memberikan bantuan hidup dasar untuk meningkatkan angka kelangsungan
hidup. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan bantuan hidup dasar pada masyarakat di Kecamatan Denpasar Utara.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan survei.
Sampel diambil menggunakan teknik cluster sampling, yaitu mengambil sampel berdasarkan
wilayah atau lokasi populasi oleh karena objek yang diteliti sangat luas, jarak dan biaya yang
terbatas. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu; masyarakat berdomisili di Kecamatan
Denpasar Utara, telah menjadi anggota Banjar, mampu baca dan tulis. Jumlah sampel
penelitian ini adalah 365 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini
telah dilaksanakan di Kecamatan Denpasar Utara (Desa Peguyangan dan Peguyangan Kaja)
yang berlangsung selama dua bulan dari 25 Januari 2016 sampai dengan 25 Maret 2016.
Instrumen penelitian ini menggunakan angket yang disusun berdasarkan pedoman AHA
tahun 2015 khusus untuk masyarakat awam. Angket yang disusun menggunakan skala
Guttman (benar dan salah) sebanyak 10 butir pertanyaan. Angket telah di uji reliabilitas
(alpha cronbach 0,73%) dan uji validitas (α < 0,05) sebelum digunakan dalam penelitian ini.
Penilaian tingkat pengetahuan dari angket penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu; baik (skor 76-
100%), cukup (skor 56-75%) dan kurang (skor <56%).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Denpasar Utara yang memiliki
kepadatan penduduk tinggi. Kecamatan Denpasar Utara memiliki 11 desa dengan mata
pencaharian sebagian besar sebagai pedagang, pegawai swasta, pegawai negeri dan petani.
Keterbatasan dalam penelitian dalam waktu dan dana memutuskan untuk mengadakan
penelitian hanya pada dua desa. Kejadian sernagan jantung dapat terjadi pada siapapun,
dimanapun dan kapanpun sehingga masyarakat sekitar dapat menjadi penolong pertama yang
berperan penting dalam memberikan pertolongan pertama seperti Bantuan Hidup Dasar
(BHD). Berikut diuraikan distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden dan
tingkat pengetahuan masyarakat;

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur


No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 20-29 Tahun 73 20
2 30-39 Tahun 116 32
3 40-49 Tahun 104 29
4 50-59 Tahun 60 16
5 60-69 Tahun 12 3
Total 365 100

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam rentang umur 30-39
tahun sebanyak 116 orang (32%) dan umur 40-49 tahun sebanyak 104 orang (29%). Data

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 322
Denpasar

tersebut juga menunjukkan responden lebih banyak pada umur produktif dari umur 20-50
tahun.
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak tamat SD 9 2.5
2 SD 38 10
3 SMP 65 18
4 SMA/SMK 204 56
5 S1 47 13
6 S2 2 0.5
Total 365 100

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan


SMA/SMK sebanyak 204 orang (56%) dan hanya sebagian kecil yang berpendidikan tidak
tamat SD sebanyak 9 orang (2.5%). Data pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa rata-
rata pendidikan responden SMA atau SMK.
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Pegawai Negeri 24 6.6
2 Swasta 202 55.3
3 Guru/Dosen 1 0.3
4 Tenaga kesehatan (perawat, bidan, 1 0.3
dokter dan lainnya)
5 Lain-lain (Petani, Ibu RT, Buruh dan 137 37.5
Pedagang)
Total 365 100

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebagai pekerja swasta
sebanyak 202 orang (55.3%). Data pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa 37.5%
responden bekerja sebagai petani, ibu rumah tangga, buruh dan pedagang. Pada tabel 4
menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pelatihan bantuan
hidup dasar sebanyak 329 orang (90%).

Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan yang diikuti.


No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 36 10
2 Tidak pernah 329 90
Total 365 100
Pada tabel 5 menunjukkan hasil analisis tingkat pengetahuan berdasarkan umur bahwa
sebagian besar responden dengan rentang umur 30-39 tahun sebanyak 71 orang (61%)
memiliki pengetahuan yang baik. Rentang umur 20-29 tahun sebanyak 52 orang (71%) dan
40-49 tahun sebanyak 62 orang (60%) memiliki pengetahuan baik. Hasil uji statistik

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 323
Denpasar

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan
umur (p = 0.364).
Tabel 5. Tingkat pengetahuan berdasarkan umur.
No Umur Pengetahuan Total p
Kurang % Cukup % Baik % N %
1 20-29 Tahun 2 3 19 26 52 71 73 100 0.364
2 30-39 Tahun 13 11 32 28 71 61 116 100
3 40-49 Tahun 15 14 27 26 62 60 104 100
4 50-59 Tahun 7 12 17 28 36 60 60 100
5 60-69 Tahun 0 0 4 33 8 67 12 100
Total 37 99 229 365
Berdasarkan WHO umur dalam rentang 20-40 tahun disebut sebagai dewasa awal atau
muda, 41-65 tahun sebagai dewasa tengah dan > 65 tahun sebagai dewasa akhir (Erawati,
2015). Dariyo (2003) menyatakan bahwa dewasa muda (20-40 tahun) memiliki peran dan
tanggung jawab lebih besar dari pada umur sebelumnya serta tidak lagi bergantung secara
ekonomi, sosiologi maupun psikologi pada orang tua. Potter (2005) menambahkan bahwa
individu pada umur muda sangat mampu untuk menerima ataupun mempelajari hal baru.
Pada umur muda juga belum ada perubahan kognitif dan pada masa dewasa tengah juga
belum ada penurunan kognitif dalam mengingat informasi. Masa dewasa muda juga mampu
memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis dan rasional
(Dariyo, 2003).
Tabel 6. Tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan.
No Pendidikan Pengetahuan Total p
Kurang % Cukup % Baik % N %
1 Tidak tamat 2 22 3 22 4 45 9 100 0.007
SD
2 SD 7 18 13 34 18 48 38 100
3 SMP 9 14 27 41 29 45 65 100
4 SMA/SMK 17 8 47 23 140 69 204 100
5 S1 2 4 9 19 36 77 47 100
6 S2/S3 0 0 0 0 2 100 2 100
Total 37 99 229 365
Pada tabel 6 menunjukkan hasil analisis tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan
bahwa sebagian besar responden dengan SMA/SMK sebanyak 140 orang orang (69%)
memiliki pengetahuan yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dan pendidikan (p = 0.007).
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan terhadap sesuatu hal agar seseorang
dapat memahami (Mubarak, 2007). Pendidikan yang tinggi akan memudahkan individu untuk
dapat menerima dan menyesuaikan dengan hal yang baru (Notoatmodjo, 2010; Wawan dan
Dewi, 2011; Lestari, 2015). Hanifah (2010) juga mengemukan pendapatnya dalam
penelitiannya terkait dengan pengetahuan masyarakat bahwa pendidikan yang kurang akan
menyebabkan perkembangan pengetahuan dan sikap individu terhambat terhadap nilai-nilai

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 324
Denpasar

yang baru diperkenalkan. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki


hubungan dengan pendidikan individu yang sesuai dengan hasil penelitian ini. Hubungan
tingkat pengetahuan dan pendidikan tersebut perlu diteliti kembali seberapa kuat
hubungannya.
Pada tabel 7 menunjukkan hasil analisis tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan
bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai swasta sebanyak 126 orang (69%) memiliki
pengetahuan yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dan pekerjaan (p = 0.829).

Tabel 7. Tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan.


No Pendidikan Pengetahuan Total p
Kurang % Cukup % Baik % N %
1 Pegawai 3 12 5 21 16 67 24 100 0.829
Negeri
2 Swasta 22 11 54 27 126 62 202 100
3 Dosen 0 0 1 100 0 0 1 100
4 Tenaga 0 0 0 0 1 100 1 100
Kesehatan
(Perawat,
Bidan,
Dokter)
5 Lain-lain 12 9 39 28 86 63 137 100
Total 37 99 229 365
Pekerjaan merupakan suatu usaha untuk dapat menunjang kehidupan individu dan
kehidupan keluarganya (Notoatmodjo, 2010). Ambada (2013) menyatakan dalam hasil
penelitiannya terkait pengetahuan masyarakat tentang antibiotik dengan pekerjaan bahwa
seseorang yang mempunyai penghasilan yang cukup besar maka akan mampu menyediakan
atau membeli fasilitas-fasilitas sumber yang cukup seperti bekerja sebagai guru atau pegawai.
Namun berdasarkan analisa uji statistik tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dan pengetahuan. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Ambada (2013)
tentang pengetahuan antibiotik dan Sinaga (2012) tentang pengetahuan hipertensi yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Hasil tersebut kemungkinan diakibatkan penghasilan yang
dimiliki oleh pekerja belum tentu digunakan sepenuhnya untuk membeli fasilitas dalam
menambah pengetahuan dan adanya kebutuhan keluarga yang lebih penting lagi untuk
dipenuhi.
Tabel 8. Tingkat pengetahuan berdasarkan pelatihan.
No Pendidikan Pengetahuan Total p
Kurang % Cukup % Baik % N %
1 Pernah 2 6 9 25 25 69 36 100 0.554
2 Tidak 35 11 90 27 204 62 329 100
Pernah
Total 37 99 229 365

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 325
Denpasar

Pada tabel 8 menunjukkan hasil analisis tingkat pengetahuan berdasarkan pelatihan


bahwa sebagian besar responden tidak mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar sebanyak 204
orang (62%) memiliki pengetahuan yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan pelatihan (p = 0.554).
Pelatihan adalah salah satu bagian dari pendidikan non formal untuk dapat menemukan
pengetahuan. Seseorang yang mendapatkan pelatihan berarti akan mendapatkan pengalaman
terkait dengan pengetahuan yang didapatkan dari pelatihan. Pengalaman dapat berkaitan
dengan umur dan pendidikan seperti pendidikan yang tinggi akan memiliki pengalaman lebih
luas dan semakin berumur maka seseorang juga memiliki pengalaman yang semakin banyak
(Notoatmodjo, 2010; Wawan dan Dewi, 2011; Lestari, 2015).
Hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan pengetahuan dengan pelatihan
yang didapat. Responden yang tidak mengikuti pelatihan BHD sebagian besar memiliki
pengetahuan yang baik. Hal ini kemungkinan diakibatkan adanya sumber informasi yang lain
yang didapat responden selain pelatihan, seperti media cetak dan elektronik. Hasil penelitian
Erawati (2015) menemukan bahwa masyarakat menemukan informasi terkait BHD paling
banyak melalui media elektronik (48,8%) selain dari orang (29,3%), buku (13,8%) dan media
cetak (8,1%).

Tabel 9 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan.


No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Kurang 37 10
2 Cukup 99 27
3 Baik 229 63
Total 365 100
Pada tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan yang baik sebanyak 229 orang (63%) dan hanya sebagian kecil memiliki tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 37 orang (10%). Hal tersebut menggambarkan bahwa Bantuan
Hidup Dasar (BHD) di kalangan masyarakat sudah dikenal walaupun hanya terbatas dalam
tingkat pemahaman atau mengetahui. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang
dilakukan oleh Erawati (2015) bahwa masyarakat di Jakarta Selatan memiliki pengetahuan
yang baik (52,8%) terkait pengetahuan bantuan hidup dasar. Penelitian tersebut memiliki
populasi yang hampir sama yaitu masyarakat di kota besar.
Masyarakat di kota besar cenderung mendapatkan akses informasi yang cepat.
Seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan menambah pengetahuan yang
dimilikinya dan semakin luas (Notoatmodjo, 2010; Wawan dan Dewi, 2011; Lestari, 2015).
Pada penelitian Erawati (2015) ditemukan bahwa masyarakat lebih banyak mendapatkan
informasi terkait BHD melalui media elektronik (48,8%). Jones dkk (2000) juga menemukan
bahwa 96% masyarakat belajar CPR dengan efektif dari informasi yang didapatkan di
televisi. Nafa dkk (2008) juga menguatkan pernyatan tersebut dari hasil penelitiannya yang
menemukan pengetahuan CPR berhubungan dengan paparan pendidikan pada program
televisi kesehatan. Pada penelitian ini masih memiliki kekurangan untuk mengkaji sumber
informasi yang didapatkan masyarakat sehingga penelitian lebih lanjut angket akan disusun
lebih baik lagi.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 326
Denpasar

Angket penelitian ini menggunakan konsep BHD atau Basic Life Support (BLS)
terbaru dari AHA (American Heart Association) tahun 2015. Konsep BHD yang digunakan
untuk masyarakat berbeda dengan yang dilakukan oleh petugas medis. Berg et al (2010)
menyatakan bahwa orang yang tidak terlatih atau masyarakat umum yang dikenal sebagai
bystander/ lay rescuer yang utama harus dilakukan adalah resusitasi jantung paru (CPR) atau
kompresi dada. Lebih lanjut lagi disampaikan dalam pedoman BHD AHA 2010 dan 2015
menyatakan bahwa masyarakat jika menemukan korban tidak sadarkan diri dapat segera
menghubungi petugas medis atau fasilitas kesehatan serta langsung memberikan CPR dengan
atau tanpa memberikan nafas bantuan. Berdasarkan konsep tersebut maka angket disusun
semudah mungkin untuk dapat dimengerti oleh masyarakat dan sudah dinyatakan reliabel dan
valid (nilai α < 0,05 dan nilai alpha cronbach sebesar 0.730%).
Pengetahuan BHD pada masyarakat dikaji melalui angket yang relatif memiliki
pertanyaan yang mudah dan tidak banyak. Hal tersebut juga dapat menyebabkan pengetahuan
masyarakat termasuk dalam kategori baik oleh karena pertanyaan dalam angket dapat
dijawab dengan pikiran logis. Menurut Notoatmodjo (2002) mengatakan bahwa pengetahuan
dapat diperoleh melalui berbagai cara salah satunya cara kuno (trial and error/coba salah,
kekuasaan atau otoritas, dan pengalaman pribadi). Masyarakat dapat saja menjawab dengan
mencoba-coba atau yang dirasakan benar menurut mereka. Cara coba-coba atau trial and
error dalam cara kuno mencari pengetahuan dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka di coba
kemungkinan selanjutnya sampai masalah tersebut terpecahkan (Notoatmodjo, 2002;
Notoatmodjo; 2010; Wawan dan Dewi, 2011; Lestari, 2015).
Hasil penelitian ini hanya terbatas dengan pemahaman atau pengetahuan masyarakat
terkait BHD. Hasil penelitian ini perlu dibandingkan atau diteliti lebih lanjut lagi dengan
sikap dan keterampilan masyarakat melakukan tindakan BHD. Penelitian yang dilakukan
oleh Hasanah (2015) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan keterampilan dalam melakukan bantuan hidup dasar. Hasil penelitian
tersebut sangat penting dilakukan kembali sebagai bahan evaluasi berkelanjutan terkait
pengetahuan BHD masyarakat dan sebagai bahan perencanaan melakukan pendidikan
kesehatan secara terus menerus di masyarakat. Harapan akhir dari peningkatan pengetahuan
dan keterampilan masyarakat dalam melakukan BHD adalah masyarakat awam menjadi
terlatih untuk menolong korban cardiac arrest di luar rumah sakit dengan cepat dan tepat
sehingga angka kelangsungan hidup meningkat serta mencegah kecacatan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar tingkat pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD) di masyarakat Kecamatan Denpasar
Utara dalam kategori baik. Salah satu faktor yang berperan penting mempengaruhi tingkat
pengetahuan tersebut, yaitu pendidikan dan sumber informasi yang memerlukan penelitian
lebih lanjut. Selain itu perlu dikembangkan penelitian kaitan pengetahuan, sikap dan
keterampilan melakukan bantuan hidup dasar. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti
ilmiah dalam menyusun rencana program pelatihan BHD pada masyarakat untuk menambah
atau mempertahankan pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat memberikan

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 327
Denpasar

pertolongan pertama pada kasus henti jantung di luar rumah sakit dan meningkatkan angka
kelangsungan hidup korban henti jantung.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada institusi Akper Kesdam IX/Udayana yang
telah memberikan dukungan dalam penelitian ini begitu juga tim penelitian dan pengabdian
masyarakat Akper Kesdam IX/Udayana.

DAFTAR PUSTAKA
Ambada, S.P. 2013. Tingkat penegtahuan Masyarakat tentang Antibiotik pada Masyarakat
Kecamatan X Kabupaten X. Naskah Publikasi. Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BPPK) RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007. Laporan Nasional 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (BPPK) RI
Berg, RA., Chair, Hemphill, R.,Abella BS., Aufderheide, TP., Cave, DM., Hazinki, Mf.,
Lerner, EB., Rea, TD.,Sayre, MR., Swor, RA., 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care,
(online), (http://circ.ahajaurnals.org/content/122/18 suppl3/s685.full)
Bryan., et al. 2011. Out-of-hospital cardiac arrest surveillance-cardiac arrest registry to
enhance survival (CARES), united states. Morbidity and Mortality Weekly Report
Surveillance Summaries / Vol. 60 / No. 8
Dahlan, S. Kummat, L dan Onibala, F. 2014 . Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang
Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Ejournal Keperawatan
(e-Kp), 2(1): 1-8.
Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama
Erawati, S. 2015. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)
di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta: PSIK Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Hanifah, M. 2010. Hubungan Usia dan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Usia
20-50 Tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Skripsi. Jakarta: Program
Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Hasanah, U.M. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keterampilan Perawat dalam
Melakukan Tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di RSUD Kabupaten Karanganyar.
Skripsi. Program STudi S-1 Kepeerawatan, Stikes Kusuma Husada: Surakarta
Jones, G.K., Brewer, K.L., Garrison, H.G. (2000). Public Expectations of Survival Following
Cardiopulmonary Resuscitation. Academic Emergency Medicine, 7 (issue 1):48-53.
Lestari, T. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika
Mubarak, I. 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Mengajar dalam
Pendidikan. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Nava, S., Santoro, C. Grassi, M., dan Hill, N. 2008. The Influence of The Media on COPD
Patient’s Knowledge Regarding Cardiopulmonary Resuscitation. Int J Chron Obstruct
Pulmon Dis, 3(2): 295-300.

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 328
Denpasar

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Bandung: Rineka


Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Bandung: Rineka
Cipta
Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Pranata, S., Fauziah, Y., Budisuari, M.A., dan Kusrini, I. 2013. Riset Kesehatan Dasar dalam
Angka Provinsi Bali 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(BPPK) RI
Subagjo, A., Achyar, Ratnaningsih, E., Sugiman,T., Kosasih, A., Agustinus, R. 2011. Buku
Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia
Suharsono, T dan Ningsih, DK. 2008. Penatalaksanaan Henti Jantung Diluar Rumah Sakit.
Malang: UMM Press.
Sasson, C., et al. 2013. Increasing Cardiopulmonary Resuscitation Provision in Communities
with Low Bystander Cardiopulmonary Resuscitation Rates. Circulation. 127:1-9.
DOI: 10.1161/CIR.0b013e318288b4dd
Sinaga, D.C. 2012. Gambaran Tinglat Pengetahuan tentang Hipertensi pada Masyarakat yang
Merokok di RW 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji, Depok. Skripsi. Fakultas
Keperawatan : Depok
Vaillancourt, Christian, & Stiell, Ian, G. 2004. Cardiac Arrest Care and Emergency Medical
Services in Canada. The Canadian Journal of Cardiology, 20(11):181-197
Wawan, A., dan Dewi, M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku.
Yogyakarta: Nuha Medika

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016

Anda mungkin juga menyukai