Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjaun Teori

2.1.1 Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang di

sebabkan oleh virus Dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegypti dan Aedes albopictus (Kusuma, 2016). Demam Berdarah

Dengue (DBD) adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus Dengue dan

ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, menifestasi

perdarahan, dan tanda - tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya

renjatan (Sindrom renjatan dengue) sebagai akibat kebocoran plasma yang

dapat menyebabkan kematian (Muliansyah, 2016).

2.1.2 Epidemiologi

Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk

genus aedes ( terutama A. aegypti dan A.albopictus) peningkatan kasus

setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya

tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jarnih (

bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya)

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan paningkatan transmisi

biakan virus dengue yaitu :1) vektor : perkembangan vektor, kebiasaan

6
7

menggigit kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari sau

tempat ke tempat yang lain 2). Pejamu: tedapatnya penderita di

lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan

jenis kelamin. 3). Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan

penduduk (Suhendro, 2014).

2.1.3 Etiologi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok

Arbovirus B, yaitu arthropoda-borne virus atau virus yang di sebarkan

oleh arthropoda. Ada empat serotipe DEN-1,DEN-2,DEN-3, dan DEN-4

serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-

kasus parah.

Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di

daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah perdesaan). Jika

nyamuk menggigit orang dengan demam berdarah, maka virus dengue

masuk ke tubuh nyamuk bersama darah yang dihisapnya. Didalam

tubuh nyamuk virus berkembang biak selama 8-10 hari terutama dalam

kelenjar air liur. Selanjutnya waktu nyamuk menggigit orang lain, air liur

bersama virus dengue dilepaskan terlebih dahulu agar darah yang akan

dihisap tidak membeku, dan pada saat inilah virus dengue ditularkan ke

orang lain (Widoyo, 2011).


8

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi

Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk, virus memasuki

aliran darah manusia untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri).

Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya akan

terbentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai

antigennya. Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat-zat

yang merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses

autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat

yang salah satunya ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori pembuluh

darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah,

antara lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya ,tubuh akan mengalami

perdarahan mulai dari bercak sampai perbarahan hebat pada kulit, saluran

pecernaan (muntah darah, buang air besar berdarah) saluran pernapasan

(mimisan, batuk darah), dan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering

mengkibatkan kematian(Widoyo, 2011).

2.1.5 Tanda Dan Gejala

Pasien penyakit DBD pada umunya disertai dengan tanda-tanda

berikut:

1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.

2. Menifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari

petekie (+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntak

darah, atau buang air besar darah-hitam.


9

3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal : 150.000-300.000

ul) hematokrit meningkat (normal : pria < 45, wanita < 40).

4. Akral dingin,gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).

Kriteria Diagnosa (WHO,1997).

a. Kriteria Klinis

1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan

berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari.

2. Terdapat menifestasi perdarahan.

3. Pembesaran hati

4. Syok

b. Kriteria laboratorium

1. Trombositopenia ( <100.000/mm3)

2. Hemokonsentrasi( Ht meningkat >20%).

Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD minimal

terdapat dua gejala klinis dan 1 hasil laboratorium yang positif

(Widoyo, 2011).

2.1.6 Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien

tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin,

hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat


10

adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue

(cell culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik

RT-PCR (Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun

karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi

adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM

maupun IgG (Suhendro, 2014).

b. Pemeriksaan radiologis

Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks

kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat

dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada

sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi

badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi

dengan pemeriksaan USG (Suhendro, 2014).

2.1.7 Diagnosis

Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-

14 hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala,

nyeri tulang belakang dan perasaan lelah (Suhendro, 2014).


11

a) Demam Dengue (DD).

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai

dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:

a. Nyeri kepala.

b. Nyeri retro-oebital.

c. Mialgia / artralgia.

d. Ruam kulit.

e. Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bending positif).

f. Leukopenia

Dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan

pasien DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu

yang sama. (Suhendro, 2014)

b) Demam Berdarah Dengue (DBD).

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila

semua hal ini di bawah ini dipenuhi :

a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya

bifasik.

b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :

1. Uji bendung positif.

2. Petekie, ekimosis, atau purpura.

3. Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau

perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain.


12

4. Hematemesis atau melena.

c. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul).

d. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran

plasma) sebagai berikut :

1. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar

sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

2. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi

cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit

sebelumnya.

3. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau

hipoproteinemia.

Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan utama

antara DD dan DBD adalah pada DBD ditemukan adanya

kebocoran plasma (Suhendro, 2014)

c) Diagnosa Banding

Diagnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana

terdapat kesesuaian klinis dengan demam tiroid, campak, influenza,

chikungunya dan leptospirosis (Suhendro, 2014)

d) Sindrom Syok Dengue (SSD)

Seluruh kr iteria di atas untuk DBD disertai kegagalan

sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan


13

darah turun (≤ 20 mmHg), hipotensi dibandingkan standar sesuai

umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah. (Suhendro,2014)

e) Derajat DBD berdasarkan klasifikasi WHO 2011

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat DBD

DD /
Derajat Tanda dan gejala Laboratorium
DBD
DD Demam disertai minimal 2 gejala  leukopenia (jumlah
 nyeri kepala leukosit≤4000
 nyeri retro-orbital sel/mm3)
 nyeri otot  trombositopenia
 nyeri sendi/tulang (jumlah trombosit
 ruam kulit makulopapular ≤100.000 sel/mm3)
 menifestasi perdarahan  peningkatan
 tidak ada tanda hematokrit(5%-
perembesan plasma 10%)
 tidak ada bukti
perembesan plasma
DBD I Demam dan menifestasi trombositopenia
perdarahan (uji bendungan <100.000 sel/mm3,
positif) dan tanda perembesan peningkatan
plasma hematoktrit . 20%

DBD II Seperti derajat I ditambah trombositopenia


perdarahan spontan <100.000 sel/mm3,
peningkatan
hematoktrit . 20%

DBD III Seperti derajat I atau II ditambah trombositopenia


kegagalan sirkulasi (nadi lemah, <100.000 sel/mm3,
tekanan nadi < 20 mmHg peningkatan
hipotensi, gelisah, diuresis hematoktrit . 20%
menurun
DBD IV Syok hebat dengan tekanan darah trombositopenia
dan nasi yang tidak terdeteksi <100.000 sel/mm3,
peningkatan
hematoktrit . 20%
14

2.1.8 Penatalaksanaan DBD

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi

kehilngan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabillitas kapiler

dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan

pasien DBD di rawat di ruang perawatan biasa, tetapi padakasus DBD

dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Untuk dapat merawat

pasien DBD dengan baik, di perlukan dokter dan perawat yang

terampil,saran laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dan koloid

,serta bank darah yang senantiasa siap bila di perlukan. Diagnosa dini dan

edukasi untuk segera di rawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal

yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain, perjalanan

penyakit DBD sulit di ramalkan.

Pasien yang pada waktu masuk keadaan umunya tampak baik,

dalam waktu singkat dapat membuuruk dan tidak tertolong, kunci

keberhasilan tatalaksana DBD / DSS terletak pada keterampilan para

dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase

penurunan suhu (fase kritis,fase syok,) dengan baik (Soedarmo, 2012)

2.1.9 Pencegahan

Kegiatan ini meliputi :

a. Pembersihan jentik

1. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

2. Larvasidasi
15

3. Menggunakan ikan (ikan kepala timah,cupang,sepat)

b. Pencegahan gigitan nyamuk

1. Menggunakan kelambu

2. Menggunakan obat nyamuk

3. Tidak melakukan kegiatan beresiko (tidur siang,

menggantungkan baju)

4. Penyemprotan (Widoyo, 2011).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seorang

melekukan pengindaran terhadap objek tertentu, pengetahuan merupakan

pedoman dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan dapat

terbentuk melalui pengindraan terjadi melalui panca indra manusia dan

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh memalui indra penglihatan

dan pendengaran (Notoatmojo, 2012)

2.2.2 Tingkat pengetahuan dalamn domainan kognitif

a. Tahu (know)

Tahu dirtikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah , kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang

dipelajari antara lain, dapat menyebutkan, menguraikam,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.


16

b. Memahaimi (Comprehension)

Kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari.

d. Sintesis (shyntesis)

Kemampuan untuk meletakkan atau menguhubungkan bagian-

bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru.

e. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau obyek. (Notoatmojo, 2012)

2.2.3 Faktor-fakto yang memepengaruhi pengetahuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah

pendidikan, pengalaman, informasi, pekerjaan, usia, minat, dan kultur

budaya. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam

sumber informasi seperti media massa, media elektronik, buku, petugas

kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Sumber-sumber

pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi dan digunakan seseorang

sebagai dasar utuk berperilaku (Permatasari, 2013)


17

2.3 Promosi kesehatan.

2.3.1 Definisi

Promosi kesehatan dalam arti pendidikan secara umum adalah

segala upaya yang direncanakam untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan

ini tersirat unsur-unsur.

a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat),

dan pendidikan pelaku pendidikan.

b. Proses adalah upaya direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.

c. Output adalah melakukan apa yang diharpakan atau perilaku hasil

(output) yang diharpakan dari suatu promosi atau pendidikan

kesehatan adalah prilaku kesehatan atau prilaku untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang kondusif. Promosi kesehatan sebagai

bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga mempunyai dua sisi,

yaitu sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni yakni praktisi atau aplikasi

promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program

kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya

pemberantasan penyakit. Berbaikan gizi masyarakat, sanitasi

lingkungan, kesehatan ibu dan anak. Program pelayanan kesehatan

dan sebagainya. Perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan

(di indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan). Hal ini esensial

karena masing - masing program tersebut memepunyai aspek prilaku


18

masyarakat yang perlu dikonsisikan dengan kesehatan (Notoatmojo,

2012).

2.3.2 Metode Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan tidak terlepas dari kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau

individu. Dengan adanya pesan tersebuh diharapkan masyarakat,

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang

kesehatan yang lebih baik. Berikut ini diuraikan beberapa metode

pendidikan atau promosi kesehatan, adalah :

a. Metode individual

Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual digunakan

untuk membina prilaku baru, atau membina seorang yang mulai

tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dalam metode

individual bisa dilakukan dengan pendekatan Bimbingan/Penyuluhan

dan Wawancara.

b. Metode Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya

kelompok sasaran serta tingka pendidikan formal dan sasaran. Untuk

kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil.

Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran

pendidikan.
19

1. Kelompok besar

Yang dimaksud dengan kelompok besar disini adalah apabila

peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk

kelompok besar ini antara lain

a. Ceramah metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi ataupun rendah

b. Seminar metode ini hanya cocok untuk sasaran yang

berpendidikan menengah keatas.

2. Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita

sebut dengan kelompok kecil. Metode – metode yang digunakan yang

cocok untuk kelompok ini adalah

a. Diskusi kelompok

b. Curah pendapat (brain storming)

c. Permainan stimulasi (stimulation game) dll.

c. Metode massa

Metode (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan

pesan – pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat oleh karena

sasaran ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur,

jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan

sebagainya, maka pesan – pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.


20

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran

masyarakat terhadap suatu inovasi awareness, dan belum begitu

diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila

kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan

hal yang wajar. Pada umumnya, bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak

langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui media massa,

seperti talk show, tulisan – tulisan di majalah atau koran, spanduk, poster,

dll (Notoatmojo, 2012).

2.3.3 Media Promosi Kesehatan

a. Pengertian Media Promosi Kesehatan

Yang dimaksud dengan alat bantu pendidikan adalah alat yang

digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan

kesehatan. Alat bantu lebih sering disebut sebagai alat peraga karena

berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses

promosi kesehatan (Notoatmojo, 2012)

Alat peragaan ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan

yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra.

Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka

semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang

diperoleh. Dengan perkataan lain alat peraga ini dimaksud untuk

mengarahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu obyek atau pesan,

sehingga mempermudah pemahaman (Notoatmojo, 2012).


21

b. Manfaat alat bantu

Manfaat Alat Bantu Secara terperinci, manfaat peragaan antara

lain adalah sebagai berikut :

a) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

b) Mencapai sasaran lebih banyak.

c) Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam

pemahaman.

d) Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan

– pesan yang diterima kepada orang lain.

e) Mempermudah penyampaian bahan atau informasi

kesehatan. Menurut penelitian para ahli, indra yang paling

banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah

mata. Kurang lebih 75 % sampai 87 % dan pengetahuan

manusia diperoleh/disalurkan melalui mata. Sedangkan

13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indra lain.

f) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudia

lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian

yang lebih baik.

g) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

(Notoatmojo, 2012)
22

2.3.4 Macam – Macam Media Promosi Kesehatan

Jenis media pendidikan ini secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Alat Bantu Lihat (Visual Aids)

Visual Aids merupakan alat bantu yang berguna dalam membantu

menstimulasi indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya

proses penerimaan pesan. Alat ini ada dua bentuk, yaitu alat yang

diproyeksikan, misalnya slide ,alat yang tidak diproyeksikan seperti

halnya leaflet. Leaflet adalah alat media penyampaian informasi

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam

bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.

b. Alat Bantu Dengar (Audio Aids)

Audio Aids yaitu alat bantu yang digunakan untuk menstimulasikan

indra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan

pendidikan/pengajaran. Misalnya radio, pita suara, kepingan CD,

dll.

c. Alat Bantu Lihat-Dengar (Audio Visual Aids)

Misalnya seperti Televisi, Vidio Cassette, dan DVD alat bantu

pendidikan ini lebih di kenal dengan Audio Visual Aids (AVA)

(Notoatmojo, 2012)
23

Gambar 2.1 piramida pembelajaran

Penelitian Eyler dan Giles membutkitan bahwa keefektivan

pembelajaran dipengaruhi oleh media yang di gunakan, model

pembelajaran yang paling atas dalm kerucut yakni pembelajaran yang

hanya melibatkan syombol - symbol verbal melalui sajian teks sedangkn

yang paling dasar tingkat abstraksi sangat rendah sehingga memudahkan

dalam penyerapan pengetetahuan dan keterampilan baru , bila dilihat

pada gambar piramida pembeljaran terihat bahwa audio visual lebih

efektiv 20 % di bandingkan dengan lecture (Ali Muson, 2010)

2.4 Penelitian Terkait

a. Pada penelitian Nindya Kurniawati dengan judul perbedaan media

leaflet dan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang cara mengatasi

keluhan pada massa kehamilan menyatakan bahwa ada perbedaan

selisih nilai pretest - posttest antara kelompok leaflet dan kelompok

vidio. nilai mean kedua kelompok berbeda, nilai mean pada

kelompok vidio 9,40 lebih tinggi dari pada kelompok leaflet 5,80.
24

Dapat di simpulkan bahwa vidio dapat memberikan hasil yang

lebih baik dari kelompok leaflet

b. Pada penelitian Artyani dengan judul Efektifitas Penggunaan

Media Audio Visual dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Di BPS Aidawati,AMD.Keb

Bandar Lampung Tahun 2014. Menyatakan bahwa ada perbedaan

efektifitas, media yang memiliki efektifitas tinggi terhadap

pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan adalah

audio visual yaitu nilai mean 7,4 (14.81) sedangkang media leaflet

6.11 (12.22) dengan nilai T test -4.428 dengan p value 0.00. media

audio visual memiliki efektifitas lebih tinggi karena memiliki

banyak stimulan dari panca indra, sedangkan media leaflet kurang

lebih efektif karena pada faktor kurang menariknya ibu dalam

membaca pada media leaflet.

c. Pada penelitian yang di buat oleh irvan habibi yang berjudul

tentang perubahan pengetahuan kebersihan gigi dan pencegahan

karies setelah penyuluhan menggunakan mendia audovisual dan

media leaflet anak kelas 1-2 SDN 1 negri katon tahun 2016.

Menunjukkan hasil tidak ada perbedaan pengetahuan tentang

kebersihan gigi dan pencegahan gigi karies setelah dilakukan

intervestasi penyuluhan pada kelompok media audovisual dan

media leaflet dengan p-value= 0,415 (p-value>0,05).


25

2.5 Kerangka Teori

Pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan merupakan suatu

bentuk intervensi atau upaya yang ditunjukan kepada prilaku, agar perilaku

tersebut kondusif untuk kesehatan. Dalam rangka pembinaan dan

peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi

( pendidikan kesehatan ) merupakan usaha yang sangat tepat. Agar

intervensi atau upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi

perlu dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut.

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep

dari Lawrence Green (1980) dalam teori preceed, perilaku ini ditentukan

oleh 3 faktor utama yaitu predisposing factor (pengetahuan, sikap,

kepercayaan,dll), enabeling factor (ketersediaan sumber / fasilitas –

fasilitas) dan reinforcing factors (sikap dan prilaku pertugas kesehatan,

peraturan UU,dll). Maka dapat di ilustrasikan dengan Bagan 2.1 sebagai

berikut :
26

Pendidikan Kesehatan

Enabling Factors : Reinforcing factor : Predisposing Factors :

1. Fasilitas – 1. sikap dan 1. Pengetahuan


fasilitas atau prilaku petugas 2. Sikap
sarana – kesehatan 3. Kepercayaan atau
sarana yang 2. kebudayaan keyakinan
tersedia masyarakat sebagainya.
3. Peraturan
kesehatan

Prilaku tindakan preventif


DBD

Status kesehatan
masyarakat

( Bagan 2.1 Teori Prilaku Lawrence green )


27

2.6 Kerangka Konsep

Variabel independen

Variabel dependen Audio Visual Variabel Dependen

Penyuluhan Sebelum Variabel independen Penyeluhan sesudah

Leaflet

( Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian)

2.7 Hipotesa Penelitian

Ha : Ada perbedaan pengetahuan tentang tindakan preventiv DBD

setelah di lakukan penyuluhan pada kelompok media audio visal dan leaflet

Ho : Tidak Ada perbedaan pengetahuan tentang tindakan preventiv

DBD setelah di lakukan penyuluhan pada kelompok media audio visal dan

leaflet

Anda mungkin juga menyukai