Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan
sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Dalam bahasa medisnya, Tumor dikenal sebagai
Neoplasia. Neo berarti baru, plasia berarti pertumbuhan/pembelahan, jadi Neoplasia mengacu
pada pertumbuhan sel yang baru,yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel di sekitarnya yang
normal. Yang perlu diketahui, sel tubuh secara umum memiliki 2 tugas utama yaitu
melaksanakan aktivitas fungsionalnya serta berkembang biak dengan membelah diri. Namun
padasel tumor yang terjadi adalah hampir semua energi sel digunakan untuk
aktivitas berkembang biak semata. Fungsi perkembangbiakan ini diatur oleh inti sel (nucleus),
akibatnya pada sel tumor dijumpai inti sel yang membesar karena tuntutan kerja yang meningkat.

Tumor abdomen merupakan sepertiga dari seluruh tumor ganas. Berbeda dengan jenis
tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai mendesak jaringan disekitarnya. "Itu karena sifat
rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat fleksibel”. Berbagai pemeriksaan penunjang
perlu pula dilakukan untuk menegakkan diagnosa, seperti pemeriksaan darah tepi, laju endap
darah. Selain itu, perlu juga pemeriksaan foto polos abdomen, ultrasonografi dan atau CT-scan
dilakukan sesuai sarana dan prasarana.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi AbdomenAbdomen terdapat antara cavum thorax dan pelvis. Cavitas abdominis :

 Dibatasi oleh dinding abdomen


 Terpisah dari cavitas thoracis oleh diafragma
 Bagian atasnya terlindung oleh sangkar dada
 Ke arah bawah bersinggungan dengan pelvis

Cavitas abdomen ini berisi peritoneum, terbanyak organ cerna (gaster, intestinum, hepar, vesika
biliaris, lien), ren dan glandula supra renalis serta ureter.Untuk memberi gambaran tentang lokasi
suatu organ atau rasa nyeri, abdomen dibagi menjadi sembilan area atau lebih sederhananya
menjadi empat bidang.

Area dan Kwadran Abdomen

2
Deskripsi praktis abdomen dapat dibagi menjadi abdomen luar dan abdomen dalam.

1. Abdomen Luar
a. Abdomen Depan
Abdomen bagian atas berbatasan dengan thoraks bawah, maka batas cranial
abdomen ialah setinggi garis antar papilla mammae. Batas kaudal adalah
ligamnetum inguinalis dan simfisis ossis pubis. Batas lateral garis aksilaris
anterior. Sekitar 40% dinding depan abdomen dibentuk oleh otot.
b. Pinggang (flank)

Daerah antara garis aksilaris anterior dan aksilaris posterior dari ruanginterkosta 6
di kranial dan krista iliaka di kaudal. Dinding ini disusun oleh otot yang lebih
tebal di banding abdomen depan sehingga merupakan pelindung pada trauma
tusuk abdomen.

c. Abdomen Belakang (back )

Daerah di posterior garis aksilaris posterior dari ujung skapula sampai


krista iliaka.Otot punggung dan paraspinal sangat tebal dan menjadi penghambat
laju luka tusuk.

2. Abdomen Dalam Abdomen dalam dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kavum peritoneum,
kavum pelvis dan retroperitoneum
a. Kavum peritoneum berdasarkan ketinggiannya, kavum peritoneum dibagi menjadi
bagian atas dan bawah. Bagian atas dilindungi oleh bagian bawah thoraks yang
berupa diafragma, sternum, 6 kosta terbawah, dan kolumna vertebralis. Berisi
hepar, lien, gaster, colon tranversum. Abdomen bawah berisi usus halus dan kolon
sigmoid.
b. Kavum pelvis dikelilingi tulang pelvis, berada di kaudal lipatan peritoneum.
Menutupi rektum, vesika urinaria dan genetalia interna wanita.
c. Retroperitoneum merupakan rongga areolar di belakang peritoneum parietalis
yang dibatasi oleh peritoneum perietalis, kolumna vertebralis, diafragma, otot
pelvis. Berisi organ padat seperti ren, glandula suprarenalis, pankreas dan organ

3
berongga retroperitoneal seperti duodenum pars II - III, rektum, colon ascenden
dan colon descenden.

2.2 Definisi Tumor Abdomen

Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,
yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam
bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas ke
retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis
mengelilingi dan menentukan struktur yang dibungkusnya tetapi tidak menginvasinya.

2.3 Etiologi

Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan
sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya
dalam pertumbuhan, kemampuan mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tumor antara lain :

a. Karsinogen

b. Hormon

Faktor gaya hidup : kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kurang makan berserat.

.d. Parasite. Infeksi dan trauma

2.4 Macam-Macam Tumor Abdomen


2.4.1 Tumor Jinak Pada Lambung
Tumor jinak yang sering ditemukan pada lambung adalah polip dan leiomioma yang
dapat berbentuk adenomatosa hiperplastik atau fibroid.
Leiomioma adalah suatu tumor jinak pada otot polos lambung tidak bersimpai sehingga
sulit dibedakan dengan bentuk yang ganas (leiomiosarkoma). Gambaran klinis dapat
terjadi pada semua kelompok umur. Umumnya tidak memberikan gejala klinik, kalaupun

4
ada, hanya berupa nyeri yang tidak sembuh dengan pemberian antasida. Diagnosa
ditegakkan melalui pemeriksaan roentgen dan endoskopi.

2.4.2 Tumor Ganas Saluran Empedu (Adenokarsinoma)


Jenis tumor kebanyakan adenokarsinoma pada duktus hepatikus atau duktuskoledokus.
Gambaran histologis dari tumor ini dapat murni sebagai adenokarsinoma, atau yang
disebut kolangiokarsinoma, atau dapat pula berbentuk seperti jaringan parut atau tetapi
biasanya sudah timbul suatu infiltrasi ke vena porta arteri hepatica, sehingga apabila
terjadi metastase pertama kali akan ke hepar dan kelenjar limfe hilus. Gambaran klinis
pada tumor saluran empedu adalah ikterus obstruktif yang progresif secara lambat
disertai pruritus. Tanda kolangitis seperi febris, menggigil,dan kolik bilier biasanya tidak
ditemukan kecuali perasaan tidak enak pada perutkanan atas, selebihnya penderita merasa
baik- baik saja. Anoreksia dan penurunan berat badan terjadi secara lambat. Pemeriksaan
fisik pada penderita tumor ganas saluran empedu yang paling menonjol adalah ikterus.
Apabila mengenai duktus koledokus akan mengakibatkan distensi dari kandung empedu
sehingga mudah diraba pada tepiiga bagian tetapi tidak nyeri disebut trias curvoiser .
Hepatomegali sering ditemukan, apabila obstruksi tidak segera diatasi maka akan
menyebabkan sirosishepar, splenomegali, ascites dan perdarahan esophagus. Pemeriksaan
laboratorium menunjukan adanya tanda-tanda obstruksi tetapi tidak menujukan tanda-
tanda leukositosis. Pemeriksaan USG dapat mendeteksi adanya pelebaran dari saluran
empedu intrahepatik. Pemeriksaan radiologi berguna untuk mengetahui ada tidaknya
metastasis.

5
2.4.3 Tumor Ganas Kandung Empedu (Adenokarsinoma)

Merupakan penyakit yang jarang ditemukan dan biasanya menyerang usia lanjut.
Kebanyakan berhubungan dengan batu kandung empedu. Resiko timbulnya keganasan
sesuai dengan lamanya menderita batu empedu. Tumor ganas primer kandung empedu
adalah jenis adenokarsinoma dengan penyebaran langsung infasif ke dalam hepar dan
porta hati. Metastase terjadi langsung ke kelenjar limfe regional, hati, dan paru.
Gambaran klinis, keluhan utama biasanya disebabkan oleh kolelitiasis. Sering ditemukan
nyeri perut menetap pada kwadran kanan atas mirip dengan kolik bilier. Apabila terjadi
obstruksi duktus sistikus akan terjadi kolelitiasis akut, ikterus obstruksi, dan kolangitis.
Pada pemeriksaan fisik dapat diraba masa didaerah kandung empedu. Massa ini akan
dikira bukan keganasan apabila disertai kolilitiasis akut, tetapi apabila klinisnya hanya
kolangitis dan kandung empedu tumbuh membesar harus dicurigai kemungkinan
keganasan dari kandung empedu, sebab keadaan ini tidak ditemukan pada
koledokolitiasis. Pemeriksaan USG dan CT Scan dapat terlihat adanya tumor. Pecegahan
tumor kandung empedu adalah dengan melakukan kolesistektomi pada penderita
kolelitiasis. Cara ini terbukti menurunkan angka kejadiankarsinoma kandung empedu.

6
Sinar-X pada kolelitiasis

7
Foto polos abdomen

USG

Hasil CT pada kolelitiasis


8
2.4.4 Tumor Hepar

Tumor ganas hati lebih banyak dijumpai daripada tumor jinak. Tumor ganas primer yang
paling banyak dijumpai adalah karsinoma hepatoseluler.

 Tumor Ganas Primer

Tumor ini mempunyai hubungan yang erat dengan sirosis hepatis dan infeksivirus
Hepatitis B dan C, yang dapat menyebabkan sel- sel dari hepar berubah menjadi ganas.
Didalam penelitian, aflatoksin merupakan bahan karsinogen yang poten menyebabkan
terjadinya karsinoma dari sel-sel hepar. Makanan yang banyak mengandung Aflatoksin
seperti Oncom yang diproduksi oleh jamur Asprgilus flavus dan Aspergilus fumigatus,
serta semua kacang-kacangan yang mudah ditumbuhi jamur pada suhu lembab.
Karsinoma hepatoseluler merupakan 80% dari karsinoma Hepar primer. Gambaran
makroskopis terdapat tiga macam, yaitu bentuk masif unifokal, Noduler multifokal, dan
bentuk difus dengan pertumbuhan infiltratif. Tetapi darisemua jenis, bentuk noduler
multifokal paling banyak dijumpai, bentuk ini menunjukan gambaran dungkul yang
banyak tersebar di hati berwarna keruh kekuningan, dan biasanya terdapat suatu nodul
yang lebih besar dari pada yang lainnya. Selain itu bentuk masif unifokal juga banyak
ditemukan, berupa tumor yang besar dan menempati salah satu lobus. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan spontan karena pecahnya sampai tumor. Jenis Difus paling
jarangdijumpai karena sulit dibedakan dengan gambaran sirosis hepatis. Gambaran
mikroskpis dari karsinoma hepar kebanyakan berupa trabekular atau sinusoid. Bentuk
lain seperti pseudogranuler atau asiner jarang didapat. Bentuk fibrolamelar biasanya
ditemukan pada penderita muda dan tidak berhubungan dengan sirosis. Gambaran klinis
umumnya tampak massa pada abdomen bagian atas. Seringkali dirasa nyeri pada
benjolan tersebut dan terus menerus menembus ke belakang atau ke bahu. Nyeri
meningkat terutama bila penderita bernapas dalam karena adanya rangsangan dari
peritoneum pada permukaan dari hepar. Berat badan cepat menurun, terdapat gambaran
sirosis hepatis seperti, adanya pembuluh darah kolateral, spider nevi, splenomegali,
ginekomastia, dan eritema palmaris. Pada perjalanan penyakit lebih lanjut akan nampak

9
gambaran ikterik yangmenunjukan perjalanan penyakit yang progresif. Pada pemeriksaan
fisik, palpasi terdapat pembesaran hati, berdungkul-dungkul, keras, dan nyeri tekan. Pada
auskultasi pada benjolan terdapat suaragesekan karena adanya gesekan antara peritoneum
dengan permukaan tumor, suara bising karena adanya hipervaskularisasi tumor, ini
menujukan fase lanjut dari ca hepar. Gambaran umum karsinoma hepatoseluler dapat
berupa nyeri yang hebat dengan atau tanpa splenomegali, perubahan yang mendadak
pada penderita adalah kegagalan faal hati, perdarahan varises, asites hemorage,
perdarahan intraperitoneal akut tanpa trauma, sakit mendadak dengan panas dan nyeri
perut, dan adanya metastasis jauh ditempat lain dengan atau tanpa gejala klinis. Untuk
menegakan diagnosis karsinoma hepatoseluler diperlukan pemeriksaan klinis,
laboratorium, pencitraan USG atau angiografi, dan tumor marker seperti alfa-feto protein.
Mengingat erat kaitannya antara karsinoma hepatoseluler dan hepatitis B dan C, serta
sirosis maka perlu pemeriksaan rutin untuk mencari karsinoma hepatoseluler sejak dini.
Akan tetapi karsinoma ini jarang dijumpai pada tahapawal. Pada penderita sirosis dengan
peningkatan HBs dan SGOT serta SGPT yang tinggi maka perlu pemeriksaan dengan
menggunakan alfa-feto protein. Apabila ditemukan pada stadium dini maka tumor yang
kecil dapat dilakukan pengobatan dengan tuntas dengan hasil ketahanan hidup 40-60 %
selama lima tahun. Terapi pembedahan pada tumor ini dapat berupa segmentomi,
lobektomi atau lobektomi yang diperluas. Reseksi hepar dapat dilakukan
berdasar percabangan vena porta menurut Coinaud. Menurut kriteria ini ada delapan
segmen yang dapat direseksi. Daya regenerasi hepar sangat tinggi sehingga meskipun
separuh hati direseksi tidak mempengaruhi fungsi faal hepar. Kriteria reseksi hepar
adalah tidak ada metastase jauh, tumor terbatas pada satu lobus atau satu segmen, dan
pasca lobektomi sisa jaringan masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Terapi lain tanpa
pembedahan yaitu dengan kemoterapi intraarterial, embolisasi melalui arteri, radiasi,
penyuntikan intra tumor dengan alkohol 97%, dan hipertermi dengan kombinasi
kemoterapi. Embolisasi dilakukan melalui dilakukan melalui arteri hepatika yang menuju
tumor dengan kombinasi sitostatik splastin, miostatin, dan adriamisin sehingga
diharapkan tumor dapat mengecil dan mengalami nekrosis.

10
2.4.5 Karsinoma Hepar Sekunder (Metastasis)
Merupakan metastase dari tempat lain. Didapat kira-kira 20 kali lebih sering dari pada
karsinoma primer. Tumor yang bermetastase pada hepar berasal dari karsinoma saluran
cerna terutama kolon dan lambung, payudara, paru, pankreas, ginjal, melanoma maligna,
ovarium, dan uterus. Penyebaran ke hepar dapat melalui sirkulasi umum, vena porta, atau
lebih jarang melalui limfe. Penyebaran ke hepar biasanya disertai metastase di tempat
lain, oleh sebab itu perlu pemeriksaan organ-organ lain. Gambaran klinis dari karsinoma
hepar sekunder tahap dini tidak nampak. Pada keadaan lebih lanjut keluhan biasanya
berupa penurunan berat badan, anoreksia,malaise, nyeri perut bagian kanan, asites, dan
ikterus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hepatomegali, tatu tumor yang dapat diraba
dari luar. Palpasi mungkin menyebabkan nyeri. Jarang terjadi hipertensi porta berupa
aliran vena kolateral dan splenomegali. Pada pemeriksaan penunjang, laboratorium
terdapat peningkatan alkalifosfatase. Pemeriksaan CEA dapat membantu apabila berasal
dari colon atau pankreas. Diagnosa pasti pada tumor hepar adalah biopsi aspirasi
(FNAB). Terapi pembedahan pada tumor ini dapat berupa hepatektomi partial atau
reseksi sebagian berupa segmentomi atau lobektomi. Hepatektomi dapat dilakukan
bersamaan dengan tumor primernya atau beberapa minggu setelah operasi tumor
primernya. Reseksi paliatif untuk mengurangi massa tumor dapat dipertimbangkan untuk
mengurangi sindroma karsinoid. Terapi lain tanpa pembedahan yaitu dengan kemoterapi
intraarterial, embolisasi melalui arteri, radiasi, penyuntikan intra tumor dengan alkohol
97%,dan hipertermi dengan kombinasi kemoterapi. Embolisasi dilakukan melalui
dilakukan melalui a.hepatika yang menuju tumor dengan kombinasi sitostatik splastin,
miostatin, dan adriamisin sehingga diharapkan tumor dapat mengecil dan mengalami
nekrosis.

11
2.4.6 Tumor Jinak Hepar

Adenoma jarang ditemukan. Biasanya disebabkan oleh karena pemakaian obat antihamil.
Diagnosa dapat ditegakan dengan pemeriksaan USG. Pada pemeriksaan angiografi
terdapat hipervaskularisasi. Keluhan umumnya tidak ada. Keluhan timbul karena adanya
pembesaran dari tumor. Indikasi operasi apabila massa tumor cepat membesar, atau
adanya perdarahan.

12
 Hemangioma
Merupakan tumor jinak yang sering ditemukan. Tumor ini sering multipel, soliter
dan berukuran besar. Dikenal 2 macam hemangioma, yaitu hemangioma
kavernosum yang berasal dari pelebaran pembuluh darah hepar dan hemangioma
sesungguhnya yang berasal dari proliferasi jaringan embrionik hepar. Tumor ini
biasanya terletak pada subkapsuler dan pada lobus kanan lebih sering dari pada
lobus kiri. Jarang menimbulkan keluhan, kecuali berukuran besar akan terasa
nyeri. Penyulit utama adalah perdarahan karena pecahnya hemangioma secara
spontan. Diagnosa ditegakan dengan USG dan arteriografi selektif.
 Kolangioma
Sangat jarang ditemukan. Berasal dari sistim bilier, biasanya berbentuk kista
adenoma yang sulit dibedakan dengan kista yang lain.
 Hiperplasia noduler fokal
Merupakan tumor jinak yang cenderung tidak menjadi ganas. Dapat mengenai
semua umur, tetapi lebih sering pada usia 40 tahun, lebih banyak pada wanita.
Gambaran makroskopik berupa tumor kecil dengan diameter kurang dari2-3 cm,
pada tumor yang besar gejala samar-samar berupa rasa tidak enak pada perut
bagian atas. Tumor ini jarang membesardan jarang terjadi perdarahan.
 Kista

Umumnya soliter dan biasanya tanpa gejala, kecuali berukuran besar. Seringkali
disertai kista ginjal yang multipel. Bila kista multipel harus dipertimbangkan
kemungkinan ekinokokosis. Kista yang seluler dilapisi oleh epitel kuboid dan
biasanya golongan kistadenoma harus direseksi karena cenderung menjadi ganas.
Kista ini mengandung empedu sehingga pelu disalurkan ke usus dengan cara
Roux en Y.

13
2.4.7 Tumor Pankreas

Pancreatitis kronis

Merupakan tumor ketiga terbanyak pada pria di Indonesia, tertinggi pada usia 50-
60 tahun. Faktor yang terbukti meningkatkan risiko adalah perokok berat, diet
daging goreng tebal, yang banyak kalori, diabetes melitus, dan pernah
gastrektomi dalam 2 tahun terakhir. Sedangkan minum kopi, teh, dan alcohol
tidak konsisten. Sedangkan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah dapat
memberikan perlindungan.
 Adeno karsinoma Pankreas
Dua per tiga tumor pankreas ditemukan pada caput pankreas, dan sisanya
pada corpus dan cauda. Secara patologi 80% merupakan adenocarsinoma
dari saluran pancreas dan sisanya dari pulau langerhans dan kista
adenokarsinoma. Pada Carsinoma caput pankreas tidak menimbulkan
gejala sampai terjadi peningkatan tekanan atau infiltrasi pada duktus

14
pancreatikus, duktus koledokus, duodenum dan v. Porta. Tipe obstruksi
pada carsinoma pancreas pada caput tidak bergejala dan bertanda sampai
terjadi ikterus obstruksi. Tanda lambat yang lainnya adalah menurunnya
berat badan, nyeri epigastrium, dan massa epigastrium. Tipe non
obstruksi, pada adenokarsinoma pankreas pada corpus dan cauda jarang
disertai ikterus. Gejala yang menonjol adalah kehilangan berat badan,
nyeri epigastrium dan pinggang, dan hepatomegali bila terdapat metastase
ke hati. Penyebaran karsinoma pancreas yang pertama adalah kelenjar
limfe disekitar pancreas, kranial, caudal, kelenjar para duodenal, sekitar
truncus suliakus, kurvatura ventrikulus mayor dan minor, serta kelenjar di
hilus limfa. Kelainan pada tumor periampuler harus dibedakan dengan
hepatitis. Kadar bilirubin serum hampir tidak pernah lebih dari 30-35
mg/l, sedangkan pada kegagalan hepatoseluler selalu lebih tinggi. Kadar
alkalifosfatase selalu meningkat, walaupun belum terlihat ikterus. Kadar
transaminase serum dibawah 500 unit, sedangkan pada hepatitis selalu
diatas 1000 unit. Pada pemeriksaan radiologis, pada separuh dari
penderita menunjukan gambaran duodenum seperti angka tiga terbalik,
akibat penekanan kedalam duodenum. Pada kolangiopankreografi
endoskopik retrograde dapat terlihat bendungan dan bayangan ireguler
saluran pankreas. Terapi pada tumor sebelum pembedahan perbaikan
keadaan umum harus dilakukan dengan koreksi nutrisi, anemia, dehidrasi.
Pada ikterus obstruksi total dilakukan penyaluran empedu
transhepatik (Percutaneus Transhepatic Biliary Drainage/ PTBD) sekitar
satu minggu prabedah. Tindakan ini bermanfaat sebagai perbaikan fungsi
hati. Terapi bedah yang mungkin berhasil pada karsinoma hulu pancreas
dan periampuler adalah pancreotiko-duodenektomi (operasi Whipple).
Operasi ini dilakukan pada tumor yang masih terlokalisasi yaitu
karsinoma sekitar ampulavateri, duodenum, dan duktus koledokus distal.
Pada karsinoma pancreas yang tidak mungkin direseksi lagi karena
invasikeluar hulu pancreas atau metastase limfe, dilakukan prosedur
paliatif. Prinsip terapi paliatif terdiri atas anastomose biliodigestif

15
koledoko-yeyunostomi Roux-en-Y. Untuk sumbatan pada duodenum
dilakukan gastro-yeyunostomi. Kemoterapi dan radio terapi biasanya
memberi hasil yang positif. Pada bedah kuratif didapatkan harapan
hidup1, 2, dan 5 tahun berturut-turut 50%, 30%, dan kurang dari10%.
Bila tumor tidak dapat direseksi maka harapan hidup penderita kurang
dari 6 bulan, dan harapan hidup kurang dari 1 tahun kurang dari 10%. b.
Kista Pankreas Dibedakan menjadi pseudokista dan kista sejati. Kista
sejati atau kongenital dibatasi oleh dinding epitel, sedangkan kista semu
hanya oleh jaringan ikat. Selain itu juga terdapat kista neoplasma dan
kista infeksi.

3 Tumor Usus Halus dan Usus Besar


1. Tumor Jinak
Lebih dari separuh tumor jinak ditemukan pada ileum dan sisanya diduodenum dan
yeyenum. Polip adenomatosa menduduki peringkat nomer satu,disusul lipoma,
leiomima, dan hemangioma. Tumor yang sering menimbulkan gejala adalah
leiomioma. Gambaran klinis dari tumor jinak tidak memberi gangguan yang berarti
dan biasanya gejala tidak jelas dan tidak khas kecuali terjadi penyulit. Tumor pada
usus halus sering memberi gejala obstruksi dan perdarahan dan secara tidak langsung
dapat menyebabkan invaginasi. Sedangkan perforasi yang berakibat peritonitis, fistel
jarang terjadi.
 Polip
Merupakan neoplasma jinak terbanyak pada kolon dan rektum, berasal dari epitel
mukosa.
 Polip juvenile
Terbanyak pada anak usia 5 tahun dan ditemukan pada seluruh kolon dan biasanya
regresi secara spontan. Tidak cenderung menjadi ganas. Gejala utama adalah perdarahan
spontan dari rektum yang kadang-kadang disertai lendir. Karena bertangkai dapat
menonjol melalui rektum pada saat defekasi.

16
 Polip hiperplastik
Merupakan polip kecil berukuran 1-3 mm yang berasal dari epitel mukosa yang
hiperplastik dan metaplastik. Umumnya polip ini tidak bergejala.
 Polip adenomatosa
Merupakan tumor bertangkai, jarang ditemukan pada penderita dengan usia dibawah 21
tahun. Insiden meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Gambaran klinis tidak jelas,
kecuali perdarahan dan prolaps dari anus disertai anemia. 70% terletak pada kolon
sigmoid dan rektum. Polip ini bersifat premaligna sehingga harus segera diangkat apabila
ditemukan.
 Adenoma vilosa
Terjadi pada mukosa dengan perubahan hiperplasia berpotensi menjadi ganas terutama
pada usia tua. Ditemukan pada permukaan selaput lendir rektosigmoid sebagai rambut
halus. Polip ini memproduksi banyak lendir sehingga sering menimbulkan diare lendir
yang sering disertai hipokalemia.
 Pseudopolip
Timbul sebagai proliferasi radang pada setiap kolitis kronik terutama kolitis ulserosa.
 Poliposis kolon
Merupakan polip herehediter yang jarang ditemukan. Pada keluarga penderita perlu
pemeriksaan genetik untuk mencari perubahan genetik. Gejala timbul pada usia 13-20
tahun. Frekwensi sama pada pria maupun wanita. Polip ini menyebar pada kolorektum
dan umumnya tidak bergejala. Kadang timbul mulas dan diare disertai perdarahan
rektum. Biasanya caecum tidak terkena. Resiko keganasan 60% dan sering multiple.

2. Tumor Ganas
Gambaran tumor ganas pada usus sama dengan tumor jinak. Separuh tumor ganas
terletak pada ileum. Keluhannya samar-samar, seperti penurunan berat badan dan
nyeri perut. Agak jarang terjadi obstruksi, perdarahan, atau perforasi.Jenis yang
sering ditemukan adalah limfoma ganas, karsinoid, dan adenokarsinoma. Secara
makroskopis terdapat tiga tipe tumor kolon dan rektum:
 Tipe polipoid atau vegetatif tumbuh menonjol ke dalam lumen usus
dan berbentuk bunga kol, ditemukan terutama pada kolon desenden dan sekum.

17
 Tipe skirus mengakibatkan penyempitan seingga terjadi stenosis dan gejala
obstruktif. Terutama ditemukan pada kolon descenden, sigmoid, dan rektum.
 Bentuk ulseratif terjadi karena nekrosis didalam bagian central terdapat
direktum.Pada tahap lanjut sebagian tumor kolon mengalami ulseratif menjadi
tukak maligna.

Karsinoma kolon dan rektum mulai berkembang pada mukosa dan tumbuh menembus
dinding dan meluas secara sirkuler. Di daerah rektum penyebaran kearah anal jarang
melebihi dua centimeter. Penyebaran perkontinatum menembus jaringan sekitar atau
organ sekitar misalnya uréter, buli-buli, uterus, vagina atau porstat. Penyebaran limfogen
terjadi kekelenjar parailiaka, mesenterium, dan paraaorta. Penyebaran hematogen
terutama ke hepar. Penyebaran peritoneum menyebabkan peritonitis karsinomatosa
dengan atau tanpa asites. Karsinoma kolorektum kiri berbeda dengan yang kanan.
Karsinoma kolon kiri sering bersifat sklerotik. Sehingga lebih sering menyebabkan
stenosis danobstruksi.Gejala dan tanda dini dari carsinoma ini tidak ada. Umumnya
gejala yang timbul karena penyulit, misalnya gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan,
atau akibat penyebaran. Karsinoma kolon kiri dan rektum sering menyebabkan perubahan
pola defekasi dengan tenesmi. Makin ke distal letak dari tumor kolon, feses makin
menipis atau seperti kotoran kambing, atau lebih cair kadang disertai lendir dan darah.
Gambaran tumor sekum dan kolon ascenden tidak khas. Dispepsi kelemahan umum,
penurunan berat badan, dan anemia merupakan gejala umum.Pada palpasi tumor kolon
yang kecil tidak teraba kecuali pada stadium lanjut. Masa di kolon sigmoid lebih jelas
teraba dari pada masa di tempat lain. Pemeriksaan colok dubur merupakan suatu
keharusan, dan kemudian dapat disusul dengan pemeriksaan rektisigmioidoskopi.
Diagnosa dari karsinoma ini ditegakan berdasarkan anamesa, pemeriksaan fisik, colok
dubur, dan rektosigmoidoskopi atau dengan foto dobel kontras.Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan tiap 3 tahun sekali pada usia diatas 45 tahun. Penyulit dari carsinoma
kolorektum yang pertama muncul adalah obstruksi. Kolon menjadi sangat besar terutama
sekum dan kolon asenden atau dapat disebut tipe dileptik. Tanda yang kedua adalah
perforasi. nekrosis dari dinding kolon dan diperparah dengan adanya obstruksi pada
kolon akibat tekanan yang meninggi. Terapi kuratif dari tumor ini yang memungkinkan

18
adalah tindakan bedah. Tujuan turtama tindakan bedah ini adalah memperlancar saluran
cerna. Terapi paliatif adalah dengan pemberian kemoterapi dan radiasi.

Perkembangabangan dari tumor usus bagian dalam

Perkembangan pada kanker tumor usus

4 Tumor Ginjal.
Tumor Wilms adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal dari metanefros. Nama
lain tumor ini adalah nefroblastoma atau embrioma renal. Tumor wilms merupakan tumor
ganas ginjal yang terbanyak pada bayi dan anak. Sekitar 80% tumor ini terjadi pada anak
di bawah 6 tahun, dengan puncak insidens pada umur 2-4 tahun. Tumor Wilms dapat juga
dijumpai pada neonatus. Tumor Wilms terhitung 6% dari seluruh penyakit keganasan
pada anak. Insiden penyakit ini hampir sama di setiap negara, karena tidak ada perbedaan

19
ras, iklim dan lingkungan, yaitu diperkirakan 8 per 1 juta anak di bawah umur 15 tahun.
Perbandingan insiden laki-laki dan perempuan hampir sama. Lokasi tumor biasanya
unilateral, lebih sering di sebelah kiri, bisa juga bilateral (sekitar 5%). The National
Wilms Tumor Study (NWTS) membagi 5 stadium tumor Wilms, yaitu:
1. Stadium I :Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.
Tumor ini dapat di reseksi dengan lengkap.
2. Stadium II : Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan
ginjaldan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan
kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat direseksi dengan lengkap.
3. Stadium III : Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum),
misalnyake hepar, peritoneum dan lain-lain.
4. Stadium IV :Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-
paru,otak dan tulang.

Radiologi : foto thoraks (PA dan lateral), IVP, USG, CT Scan abdomen
dengankontras.

20
Diagnosis tumor Wilms berdasarkan atas :

 gejala klinik
 pemeriksaan radiologik (IVP dan USG), laboratorium LDH20
 dipastikan dengan pemeriksaan histopatologik jaringan tumor
Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises (perubahan bentuk sistem
pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.
USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid dengan
tumor yang mengandung cairan.Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak
sebagai tumor padat di daerah ginjal. Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang
menunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi
danVinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Modalitas pengobatan tumor
Wilms terdiri dari, operasi (pembedahan), kemoterapi dan radioterapi. Pada tumor
stadium I dan II dengan jenis sel favorable, dilakukan operasi dengan kombinasi
kemoterapi dactinomycin dan vincristin tanpa pemberian radiasi abdomen. Tumor
stadium III dengan jenis sel favorable diberikan pengobatan pembedahan dengan
kombinasi daktinomisin, vinkristin dan doksorubisin disertai radiasi abdomen. Untuk
tumor stadium IV dengan jenis sel favorable, diberikan kombinasi daktinomisin,
vinkristin dan doksorubisin. Penderita ini mendapat pularadiasi abdomen dan paru bila
sudah ada penyebaran ke dalam jaringan paru. Pada kasus stadium II sampai IV dengan
jenis sel anaplastik (unfavorable) diberikan pengobatan pembedahan dengan kombinasi
daktinomisin, vinkristin dan doksorubisin ditambah siklofospamid. Pada penderita ini
menerima pula radiasi abdomen dan paru. Beberapa faktor menentukan prognosis, yaitu
ukuran tumor, gambaran histopatologik, umur penderita dan stadium atau tingkat
penyebaran tumor. Mereka yang mempunyai prognosis yang baik adalah penderita yang
mempunyai ukuran tumor masih kecil, tingkat diferensiasi sel tinggi secara
histopatologik, stadium masih dini atau belum ada metastasis dan umur penderita di
bawah dua tahun. Dengan USG, dapat dibedakan antara massa ginjal dan massa non-
ginjal, dan dapat mengidentifikasi antara Hydronephrosis dan Multicystic Kidney atau
Abdominal mass.

21
USG CT scan

22
DAFTAR PUSTAKA

1. R. Sjamsuhidayat, Jong. W.D. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 1997
2. Price Syilvia A., Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit . Edisi 4. EGC. Jakarta. 1995.
3. Sujono Hadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. FKUI. Jakarta.2006
4. Anonimus.Pedoman Diagnosa Dan Terapi Ilmu Bedah. RSUD dokter Soetomo.
Surabaya. 1994
5. Plich Yosef H,Surgical Oncology. McGraw-Hill Book Company. California.1976.

23

Anda mungkin juga menyukai