SKRIPSI
Oleh:
THERESIA VERONIKA
NIM : 111000174
1
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENANGANAN
SAMPAH MEDIS PADA PETUGAS CLEANING SERVICE
DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2015
Oleh:
THERESIA VERONIKA
NIM : 111000174
2
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
Theresia Veronika
3
4
ABSTRAK
5
ABSTRACT
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah Medis Pada Petugas
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sumatera Utara.
memperoleh bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas
kepada:
3. dr. Mhd Makmur Sinaga, MS, selaku Ketua Pembimbing yang telah
7
memberikan bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis dalam
7. Seluruh staf pegawai dan karyawan FKM USU yang telah membantu
9. Orang tua tercinta (J. Napitupulu dan R. Sinaga) yang selalu memberi
dukungan, doa dan kasih sayang serta memberi motivasi untuk tetap
10. Kakak tersayang (Silvia Mika Yanti Napitupulu) dan adik tersayang
8
11. Sahabat-sahabatku tersayang : Christin Irianita Purba dan Rianta Sri
kebersamaan kita.
Penulis
9
DAFTAR ISI
10
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 42
11
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 63
12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Sesuai Kategorinya......33
13
DAFTAR GAMBAR
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5 Output
Lampiran 6 Dokumentasi
15
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal
1. SD/Tamat Tahun : SD Swasta Methodist Pancurbatu/2005
2. SMP/Tamat Tahun : SMP Negeri 1 Pancurbatu/2008
3. SMA/Tamat Tahun : SMA Negeri 1 Pancurbatu/2011
4. Perguruan Tinggi : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
16
ABSTRAK
5
ABSTRACT
6
BAB I
PENDAHULUAN
tentang Kesehatan, pada Pasal 164 tertulis bahwa kesehatan kerja diselenggarakan
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan
serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan dimana hal tersebut wajib
tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, dan mudah terjangkit
penyakit.
penting sebagai pendukung pelayanan itu sendiri, yang selalu berkaitan satu
dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut meliputi pasien, tenaga kerja, mesin,
lingkungan kerja, cara melakukan pekerjaan serta proses pelayanan kesehatan itu
nilai negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan
kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag IKM FK, UGM
2000).
merupakan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit
17
pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan
menanganinya.
Penyakit akibat kerja di rumah sakit dapat menyerang semua tenaga kerja,
baik yang medis (seperti perawat, dokter dan dokter gigi), maupun non medis
Kontak dengan alat medis sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum
suntik bekas maupun selang infus bekas, serta membersihkan seluruh ruangan di
rumah sakit dapat meningkatkan risiko untuk terkena penyakit infeksi bagi
Risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat terjadi terhadap
rumah sakit. Risiko tersebut seperti terjadinya gangguan kesehatan yang terjadi
bahan kimia beracun dan buangan yang terkena benda-benda tajam terhadap
petugas pengelola limbah padat medis di rumah sakit. Penyakit yang dapat timbul
18
nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 835.350 ton/hari. Dari gambaran
tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari
penyakit terhadap petugas yang bekerja di rumah sakit maupun masyarakat yang
(2012), hasil kajian terhadap rumah sakit yang ada di Bandung pada tahun 2005
3.493 ton per tahun. Komposisi sampah padat rumah sakit terdiri atas 85% limbah
domestik, 15% limbah medis terdiri atas 11% limbah infeksius dan 4% limbah
berbahaya, dan limbah domestik yang sudah dimanfaatkan hanya sebesar 19%.
besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan sampah medis ini, maka
perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat
kerja, alat pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan oleh petugas
penanganan sampah medis yaitu berupa helm, masker, sarung tangan, pakaian
19
derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Soeaidy, 1996). Menurut Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Alat Pelindung Diri (APD)
(2010) pasal 2 pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja atau buruh di
tempat kerja sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan diberikan secara
cuma-cuma.
antara tingkat pendidikan dengan angka kematian dimana kelompok yang tingkat
Menurut Budiono (2003), salah satu cara yang efektif agar para pekerja
kesadaran akan pentingnya penggunaan APD yang benar serta tepat dalam
Hasil penelitian Evryanti (2012) dari identifikasi dan penilaian resiko yang
limbah, baik limbah tajam maupun limbah medis yang kesemuanya merupakan
kontak dengan alat bekas pasien. Penyakit yang dapat menularkan seperti
Hepatitis, HIV/AIDS.
tentang alat pelindung diri kurang berjumlah 12 orang (11,7%), cukup berjumlah
20
pengumpul sampah yang sikapnya tentang alat pelindung diri kurang berjumlah
pelindung diri bagi petugas penanganan sampah rumah sakit di kota Palu, hanya
sebagian kecil (25 %). Sebanyak 27 % responden bekerja dengan keamanan kerja
yang kurang aman dan 11% responden pernah mengalami penyakit umum.
berjumlah 116 orang. Secara khusus, petugas cleaning service yang menangani
sampah medis dan non medis hanya berjumlah 11 orang di RSUD Dr. Pirngadi
Medan dan memiliki tugas mengangkut sampah medis rumah sakit ke Incinerator
07.00-15.00 WIB untuk shift 1 dan pada pukul 14.00-22.00 WIB untuk shift 2.
Untuk shift pagi, istirahat pada pukul 12.00-13.00 sedangkan shift sore waktu
istirahat dimulai pada pukul 18.30-19.30 WIB. Pihak manajemen rumah sakit juga
menyediakan alat pelindung diri bagi petugas cleaning service berupa sarung
21
Dari hasil survey pendahuluan, terlihat bahwa petugas cleaning service
yang menangani sampah medis jarang memakai Alat Pelindung Diri (APD)
berupa masker, sarung tangan, dan sepatu boot pada saat bekerja dan pernah
disebabkan oleh pemanfaatan APD yang kurang maksimal dari petugas cleaning
service.
pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam
penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi
pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis pada petugas
22
1.3.2 Tujuan Khusus
service.
1. Sebagai masukan bagi pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan tentang gambaran
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
tertentu dan respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh
perangsang tertentu.
adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri baik yang dapat diamati maupun
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
(Notoadmodjo, 2007).
24
Sedangkan menurut Notoadmodjo (2007), tahap-tahap pengetahuan
1) Tahu (Know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
mendefinisikan, menyatakan.
2) Memahami (Comprehension)
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
3) Aplikasi (Aplication)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat
25
(problem solving circle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
4) Analisis (Analysis)
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
6) Evaluasi (Evaluation)
yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
26
ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas
(Notoadmodjo, 2007).
2.1.2 Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2005).
Menurut Azwar (2007), sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau
atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan.
1. Menerima (receiving)
2. Menanggapi (responding)
27
3. Menghargai (valuing)
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
(Notoatmodjo, 2007).
2.1.3 Tindakan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
28
1. Persepsi (perception)
seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anaknya.
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari mencuci,
3. Mekanisme (mecanism)
mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah biasa
4. Adaptasi (adaptation)
2.2 Umur
Menurut Wawan dan Dewi (2010), usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,
29
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih matang dalam berpikir dan
bekerja.
mental, kemauan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Menurut teori psikologi
perkembangan kerja, umur dapat digolongkan menjadi dewasa awal dan dewasa
Untuk melakukan kegiatan tersebut, pekerja muda akan lebih disiplin menjaga
2.3 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu
baik, lebih matang dan lebih dewasa pada diri individu, kelompok ataupun
masyarakat (Notoatmodjo,2007).
Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah untuk
30
menerima dan mengerti tentang peranan kesehatan yang disampaikan melalui
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai
masuk hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai
sepenggal waktu yang cukup lama dimana seseorang tenaga kerja masuk dalam
satu wilayah tempat usaha sampai batas waktu tertentu (Suma’mur P.K., 1996).
dari peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Semakin lama tenaga kerja
oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan
31
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
Menurut Suma’mur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat yang
kerja.
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. Upaya mencegah penyakit khususnya pada tenaga kerja dapat
penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan atau pemakaian alat pelindung diri
merupakan cara terakhir guna menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat kerja
(Budiono, 2003).
1. Pengujian mutu
Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan
kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-
32
benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga
kerja.
kerja, maka ukuran alat pelindung diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat
Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak
benar.
a) Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya
yang ada.
b) Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan diterima
oleh tenaga kerja jika tidak memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.
c) Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus
pelindung diri.
e) Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar tidak
33
2.5.2 Kriteria Alat Pelindung Diri (APD)
(Tarwaka, 2008) :
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup
lama.
peringatan.
dipasaran.
10) Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang
34
2.5.3 Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Harwanti (2009), Alat Pelindung Diri
(APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi seseorang dalam
melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari
potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD
rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari
bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul
kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain:
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang
terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung
maupun metal.
b) Tutup kepala
yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/daerah steril
35
dan percikan bahan-bahan dari pasien. Tutup kepala ini biasanya terbuat
c) Topi/Tudung
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu,
dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos,
bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas
elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras,
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu
b) Goggles
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan percikan
elegtromagnetik mengion.
resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau
36
yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat
potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang
a. Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau
kontaminan.
dan kulit.
a) Masker
b) Respirator
Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut,
uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara
lain:
a. Chemical Respirator
tiksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang
37
dan silicagel. Sedangkan canister digunakan untuk mengadsorbsi
padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya
kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel
yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas
atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk memberi
lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,
kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain:
tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir
Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada
38
b) Sarung tangan steril
Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus
digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril
a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk
b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan
c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk
d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk
e. Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC)
untuk melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai
oksidator.
dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis baju
39
a) Pakaian kerja
Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi seperti
b) Celemek
terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik atau karet.
c) Apron
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap
radiasi pengion.
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya
dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas,
kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain:
a) Sepatu steril
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang bedah,
b) Sepatu kulit
40
c) Sepatu boot
Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk
kedua telinga dari orang yang sama adalah bebeda. Untuk itu sumbat
telinga (Ear plug) harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk
lonjong dan tidak lurus. sumbat telinga (Ear plug) dapat terbuat dari kapas
plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk Ear plug yang terbuat dari
kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai
dicetak dapat digunakan berulang kali (Non Disposable). Alat ini dapat
Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan
sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang
41
waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena
bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat
bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.
a) Topi/helm;
b) Masker;
c) Pelindung mata;
42
rawat inap, rawat jalan, dann gawat darurat (Undang-Undang No. 44 Tentang
medis.
pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan,
rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan terluka.
Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit melakukan pendidikan terutama
bagi mahasiswa kedokteran, perawat dan personel lainnya. Penelitian telah juga
merupakan fungsi penting. Dalam zaman modern ini fungsi keempat yaitu,
43
fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan
yang berupa benda cair, padat, dan gas. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya
lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
2009).
Sampah rumah sakit adalah bahan yang tidak berguna, tidak digunakan
atau yang terbuang dapat dibedakan menjadi sampah medis dan non medis dan
atau limbah klinis adalah limbah berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi,
44
1. Sampah benda tajam
Sampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan
2. Sampah Infeksius
menular.
Sampah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
4. Sampah Sitotoksik
45
5. Sampah Farmasi
obat-obatan.
6. Sampah Kimia
dan riset.
7. Sampah Radioaktif
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Sampah ini
memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak digunakan lagi, tidak
disenangi, dan yang harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola dengan
baik. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak
mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis) tidak
46
Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 pengelolaan sampah merupakan
setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber, harus
mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun,
harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Setiap peralatan yang
membelinya.
5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
kadaluarsa.
47
9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor.
Hal ini dilakukan agar sampah yang dihasilkan dari rumah sakit dapat
aman.
limbah medis terdiri dari beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut:
1) Pemilahan sampah
jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah
48
Kunci pengelolaan sampah layanan kesehatan secara efektif adalah
dibebankan pada produsen atau penghasil sampah dan harus dilakukan sedekat
(WHO, 2005). Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang
Tabel 2.1 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Sesuai Kategorinya
Kategori Warna Lambang Keterangan
Tempat
/
kantong plastik
pembungkus
sampah
1. Radioaktif Merah Kantong
boksimbale
dengan simbol
radioaktif
Infeksius Kuning Kantong plastik
kuat, anti bocor,
atau kontainer
yang dapat
disterilisasi
dengan otoklaf
Sitotoksis Ungu Kontainer
plastik kuat dan
anti bocor
49
2) Pengumpulan sampah
tidak dianjurkan untuk untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit maupun
puskesmas tidak memiliki jarum sekali pakai (disposable), limbah jarum suntik
dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi
c. bertutup rapat ;
d. mudah dibersihkan ;
50
3. Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan kontainer
3) Pengangkutan
Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan
paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam (Permenkes RI,
2004).
diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah juga harus
51
5. Terjangkau oleh kendaraan pengumpulan sampah.
berasal dari rumah sakit perlu mendapat perlakuan agar limbah infeksius dapat
1. Autoclaving
sampahyang besar saat dipadatkan, penetrasi uap secara lengkap pada suhu
(sterilisasi) tidak tercapai. Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode singkat
tahan panas dan akan meleleh selama autoclaving. Karena itu diperlukan
kantong autoclaving. Pada kantong ini terdapat indikator, seperti pita autoclave
cukup. Autoclave yang digunakan secara rutin untuk limbah biologis harus diuji
52
2. Disinfeksi dengan Bahan Kimia
penanganan.
sebagai berikut:
a. Sanitary Landfill
permukaan serta air tanah dan mengurangi pencemaran udara, bau serta kontak
dalam desain dan penerapan sanitary landfill, antara lain (WHO, 2005):
4) Penutupan yang adekuat bagian dasar dan sisi lubang di lokasi untuk
53
5) Mekanisme yang adekuat untuk penampungan leachate dan sistem
lokasi pembuangan.
b. Incinerator
biasanya dipilih untuk mengolah sampah yang tidak dapat didaur ulang,
sampai kepada unit dasar yang beroperasi dengan suhu lebih rendah. Semua
54
mengutamakan faktor keselamatan sebagai pendukung usaha penyembuhan
oleh tenaga sanitasi terdidik. Limbah dari setiap unit layanan fungsional rumah
sakit maupun dikumpulkan oleh tenaga perawat, khususnya jika berkaitan dengan
pemisahan limbah medis dan non medis, sedangkan diruang lain dapat dilakukan
oleh tenaga kebersihan. Petugas pengangkut harus dibekali dengan alat pelindung
diri (APD) atau pakaian kerja yang memadai, seperti sepatu, baju, celana, sarung
kebersihan, kerapian, keindahan dan kenyamanan seluruh area baik yang ada di
2.8.2 Sistem Kerja Petugas Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dimulai pukul 07.00 WIB - 22.00 WIB. Terbagi
55
b. Shit 2 (Pukul 14.00 WIB-22.00 WIB).
mandi/wc, dan koridor yang ada di area rumah sakit (in side).
2. Membersihkan seluruh taman dan halaman yang ada di area rumah sakit
(out side).
3. Mengangkut sampah non medis yang terdapat di area rumah sakit ke TPS
56
2.9 Kerangka Konsep
57
BAB III
METODE PENELITIAN
pelindung diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di
bahwa belum pernah dilakukan penelitian sejenis di tempat tersebut dan adanya
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petugas cleaning service yang
menangani sampah medis di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, yaitu
sebanyak 11 orang.
3.3.2 Sampel
yang menangani sampah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan, yaitu sebanyak 11
orang.
58
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data sekunder diperoleh dari pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan berupa
data mengenai petugas cleaning service dan profil RSUD Dr. Pirngadi Medan.
penanganan sampah medis untuk memakai alat pelindung diri pada saat
4. Umur adalah usia petugas cleaning service yang terhitung mulai saat
6. Masa kerja adalah jangka waktu petugas cleaning service sudah bekerja
59
7. Petugas cleaning service dalam penanganan sampah medis adalah semua
oleh petugas cleaning service disediakan oleh rumah sakit bertujuan untuk
3.6.1 Pengetahuan
pemberian skor yaitu “benar” diberi skor 1 dan “salah” diberi skor 0. Menurut
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar > 75% dari seluruh
pertanyaan
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 55% dari seluruh
pertanyaan
3.6.2 Sikap
responden yang menjawab “setuju” diberi skor 1 dan “tidak setuju” diberi skor 0
pada pernyataan positif no. 1,3,7,8 sedangkan pada pernyataan negatif no. 2,4,5,6
60
jika menjawab “setuju” diberi skor 0 dan “tidak setuju” diberi skor 1. Sehingga
3.6.3 Tindakan
saat bekerja (pada jam kerja selama 1 hari). Dikategorikan sebagai berikut :
3.7.1 Kuesioner
tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis
3.7.1.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dengan rumus korelasi
61
Pearson product moment. Bila nilai r hitung > r tabel berarti valid sedangkan r
Pada tabel product moment, nilai r untuk 30 responden yaitu 0,361 dengan
0,101 < 0,361), pertanyaan nomor 5 (0,244 < 0,361) dan pertanyaan nomor 7
kuesioner tentang sikap, terdapat 2 pernyataan yang dinyatakan tidak valid yaitu
pertanyaan nomor 6 (0,067 < 0,361) dan pertanyaan nomor 7 (0,025 < 0,361).
3.7.1.2 Reliabilitas
sikap diketahui bahwa Alpha Cronbach lebih besar dari r tabel dan bernilai positif
(0,656 > 0,361) untuk pertanyaan tentang pengetahuan, (0,451 > 0,361) untuk
62
3.7.2 Formulir Observasi
pelindung diri pada petugas cleaning service yang menangani sampah medis di
Kegiatan yang akan dilakukan dalam perolehan data ini secara garis besar
63
3.9 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh berupa hasil kuesioner dan observasi dengan petugas
cleaning service yang menangani sampah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
akan diolah dan disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan diagram
pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam
penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN
nama “Gemente Zieken Huis”. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria
Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun
1930. Sebagai pimpinan yang pertama adalah Dr. W. Bays. Pada tahun 1939
Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini
diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi “Syuritsu Byusono
Ince” dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr.
kemerdekaannya, Rumah Sakit Umum Pirngadi langsung diambil alih dan diurus
(RIS), dengan pergolakan politik yang sangat cepat saat itu pada tanggal 17
Agustus 1950 semua negara bagian RIS dihapus diganti dengan berdirinya Negara
Dalam periode Tahun 1950 s/d 1952 Rumah Sakit Pirngadi mempunyai
peran yang sangat penting dalam sejarah proses pendirian Fakultas Kedokteran
USU, karena salah satu syarat pendidikan Fakultas Kedokteran tersebut harus ada
Rumah Sakit sebagai pendukung disamping harus adanya dosen pengajar yang
65
saat itu pada umumnya adalah para dokter yang berkerja di Rumah Sakit Uumu
Dr. Pirngadi ini, baik kebangsaan Belanda maupun Bangsa Indonesia sendiri.
tanggal 20 Agustus 1952, maka Rumah Sakit Pirngadi secara otomatis sebagai
Pendidikan Fakultas Kedokteran USU pada Januari 1993, Rumah Sakit Umum
Dr. Pirngadi berubah status dari Rumah Sakit Pendidikan menjadi Rumah Sakit
Tempat Pendidikan, sehingga dengan status ini Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
dengan fasilitas dan kapasitas yang dimiliki disamping masih gunakan untuk
pendidikan para calon dokter dari Fakultas Kedokteran USU, juga membuka diri
untuk mendidik para calon dokter dari Fakultas lain baik yang ada di provinsi
Tidak diperoleh data yang pasti kapan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Setelah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi milik Kota Medan, Pemerintah
Kota Medan mempunyai perhatian dan tekad yang besar untuk kemajuan Rumah
Sakit Pirngadi melalui pembenahan dan perbaikan di segala bidang, hal ini
diwujudkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2002 tanggal 6
66
September 2002 tentang Perubahan Kelembagaan RSU Dr. Pirngadi menjadi
Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, sehingga terjadi
pelayanan. Pada era ini pula sejarah mencatat suatu gebrakan besar dan berani
Bapak Walikota Medan dengan melakukan pembangunan Rumah Sakit Umur Dr.
Umum Dr. Pirngadi Medan dalam pelaksanaan pendidikan, maka Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan mengajukan peningkatan status dari Rumah Sakit
menjadi Rumah Sakit Pendidikan oleh Tim Visitasi yang terdiri dari Direktur
Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kepala Biro
Hukum dan Organisasi, Sekjen Depkes, Ketua Ikatan RSU Pendidikan serta
Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Sek. Dutjen. Bina Pelayanan Medik.
Akhirnya pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr.
67
4.1.2 Visi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Visi dari RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah “Menjadi Rumah Sakit Pusat
4.3.1 Umur
68
18% 9%
9%
27%
37%
19-23 Tahun 24-28 Tahun 29-33 Tahun 34-38 Tahun 39-43 Tahun
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah
24-28 tahun berjumlah 3 orang (27,3%), 29-33 tahun ada 4 orang (36,4%), 34-38
tahun ada 1 orang (9,1%), dan 39-43 tahun ada 2 orang (18,2%) .
tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.2).
9%
91%
69
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah
SMA berjumlah 10 orang (90,9%) dan tamat Perguruan Tinggi berjumlah 1 orang
(9,1%).
27%
37%
36%
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa masa kerja
responden adalah < 2 tahun berjumlah 4 orang (36,4%), 2-3 tahun berjumlah 4 orang
70
4.4 Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan terhadap Pemakaian
alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis dapat dilihat pada tabel
71
Tabel 4.4 menunjukkan diketahui sebanyak 6 orang (63,6%) mengetahui
bahwa alat pelindung diri adalah alat melindungi diri dari kemungkinan timbulnya
dengan benar bahwa sampah medis itu merupakan sampah yang berasal dari
pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi atau yang sejenisnya adalah sebanyak
mengetahui dengan baik akibatnya bila tidak menggunakan alat pelindung diri
menurut pengetahuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.5).
72
18%
82%
Baik Cukup
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa responden
pelindung diri dalam penanganan sampah medis dapat dilihat pada tabel dibawah
73
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Sikap Responden terhadap Pemakaian Alat
Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis di RSUD
Dr.Pirngadi Medan
Setuju Tidak Setuju Total
No Pernyataan
n % n % n %
1 Penanganan sampah medis 11 100 0 0 11 100
merupakan pekerjaan yang
wajib memakai APD.
2 Alat pelindung diri (masker, 1 9,1 10 90,9 11 100
sarung tangan, sepatu boot)
sangat mengganggu saya saat
menangani sampah medis.
3 Saya merasa nyaman 11 100 0 0 11 100
memakai sarung tangan saat
mengangkut sampah medis.
4 Saya merasa tidak nyaman 2 18,2 9 81,8 11 100
memakai masker ketika
menangani sampah medis
karena mengganggu saya
dalam berkomunikasi.
5 Saya lebih suka memakai 5 45,5 6 54,5 11 100
sepatu biasa dibandingkan
sepatu boot saat saya bekerja
menangani sampah medis.
6 Saya hanya memakai alat 9 81,8 2 18,2 11 100
pelindung diri (sarung tangan,
masker, sepatu boot) jika
disediakan oleh rumah sakit.
7 Saya akan terhindar dari 10 90,9 1 9,1 11 100
gangguan kesehatan jika saya
menggunakan APD saat saya
menangani sampah medis.
8 Saya akan memakai APD 11 100 0 0 11 100
secara lengkap demi menjaga
kesehatan dan keselamatan
pada saat saya menangani
sampah medis.
Sikap responden menyatakan setuju tentang penanganan sampah medis
11 orang (100%), lebih banyak responden yang tidak setuju bahwa alat pelindung
diri (masker, sarung tangan, sepatu boot) sangat mengganggu saat menangani
74
merasa nyaman memakai sarung tangan saat mengangkut sampah medis,
sebanyak 11 orang (100%). Lebih banyak responden yang tidak setuju bahwa
merasa tidak nyaman memakai masker ketika menangani sampah medis karena
Responden lebih banyak bersikap tidak setuju untuk memakai sepatu biasa
orang (54,5%). Sebanyak 9 orang (81,8%) setuju bahwa hanya memakai alat
pelindung diri (sarung tangan, masker, sepatu boot) jika disediakan oleh rumah
terhindar dari gangguan kesehatan jika menggunakan APD saat saya menangani
sampah medis, dan semua responden sebanyak 11 orang (100%) setuju akan
memakai APD secara lengkap demi menjaga kesehatan dan keselamatan pada saat
menurut sikap dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.5).
75
36%
64%
Positif Negatif
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.5 dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki sikap negatif terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam
memiliki sikap positif terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan
pelindung diri dalam penanganan sampah medis dapat dilihat pada tabel dibawah
76
Sebanyak 9 orang (81,8%) memakai sarung tangan dan hanya 2 orang (18,8%)
menurut tindakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.9).
9%
91%
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa tindakan
responden memakai alat pelindung diri secara lengkap dalam penanganan sampah
medis berjumlah 1 orang (9,1%) dan tindakan responden memakai alat pelindung
diri secara tidak lengkap dalam penanganan sampah medis berjumlah 10 orang
(90,9%).
77
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan dengan
Tindakan Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2015
Tindakan
Tidak Total
No Pengetahuan Lengkap
Lengkap
n % n % n %
1 Baik 1 14,3 6 85,7 7 100
2 Cukup 0 0 3 100 3 100
3 Kurang 0 0 1 100 1 100
Total 1 9,1 10 90,9 11 100
pengetahuan baik ada 1 orang (14,3%) yang memakai alat pelindung diri secara
lengkap saat menangani sampah medis, dan 6 orang (85,7%) tidak memakai alat
pelindung diri secara lengkap. Responden yang memiliki pengetahuan cukup ada
3 orang (100%) yang tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap, dan
responden yang memiliki pengetahuan kurang ada 1 orang (100%) tidak memakai
sikap positif ada 1 orang (14,3%) yang memakai alat pelindung diri secara
lengkap saat menangani sampah medis, dan 6 orang (85,7%) tidak memakai alat
pelindung diri secara lengkap. Responden yang memiliki sikap negatif ada 4
orang (100%) yang tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap.
78
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.1 Umur
Dr. Pirngadi Medan mayoritas pada kelas umur 29-33 tahun yaitu 36,4%. Umur
paling muda petugas cleaning service adalah 19 tahun dan umur tertua adalah 40
seseorang dan tingkat kedewasaan teknis maupun psikologis. Umur yang semakin
sudah cukup banyak. Umur yang produktif memberikan dampak positif bagi
petugas cleaning service untuk selalu berkarya dan memberikan yang terbaik
Sesuai dengan Siagian (1989) yang dikutip oleh Sayih (2008), bahwa
faktor umur mempunyai hubungan langsung dengan daya nalar dan pengetahuan
(2011) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan praktik
penggunaan APD.
79
5.1.2 Tingkat Pendidikan
ini disebabkan karena pihak RSUD Dr. Pirngadi menerima karyawan cleaning
dan pemahaman terhadap nilai baru yang ada dilingkungannya. Seseorang dengan
tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk memahami perubahan yang
formal diperkirakan akan lebih mudah menerima dan mengerti tentang pesan-
Wekoyla (2012) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan
sampah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan, diketahui bahwa masa kerja
responden menyebar secara merata. Masa kerja responden < 2 tahun yaitu 36,4%,
2-3 tahun yaitu 36,4% dan > 3 tahun yaitu 27,3%. Masa kerja responden terendah
Makin lama tenaga kerja bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki
tenaga kerja yang bersangkutan. Sebaliknya makin singkat masa kerja, maka
80
makin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak
dapat memastikan bahwa sikap dalam pemakaian pasti positif. Hasil penelitian
Wekoyla (2012), dimana masa kerja paling banyak pada kategori baru yaitu 40
orang (88,9%) dan kategori lama 5 orang (11,1%), namun tidak terdapat
Medan
terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis adalah
untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang alat pelindung diri
yang dipakai dalam penanganan sampah medis, dan sejauh mana responden
81
dengan kategori kurang, responden tersebut tidak mengetahui dengan tepat
pengertian dari alat pelindung diri, tidak mengetahui dengan benar kegunaan
sebaiknya pengangkutan sampah medis, dan tidak mengetahui jenis alat pelindung
alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis. Pada dasarnya petugas
cleaning service sudah diberikan informasi oleh pihak rumah sakit melalui
pelatihan dan penyuluhan tentang alat pelindung diri, sehingga dapat dilihat
bahwa petugas cleaning service telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai
alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis. Hal ini sesuai dengan
pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan dapat menolong tenaga kerja
oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berupa karakteristik dari responden
yaitu usia dan pendidikan. Siagian (1989) yang dikutip oleh Sayih (2008), faktor
82
Akan tetapi pada responden yang memiliki pengetahuan yang baik, bisa
juga memiliki praktik yang buruk dalam hal pemakaian APD. Hal ini sesuai
dengan penelitian Wekoyla (2012), menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara
responden yang memiliki pengetahuan baik dan kurang baik terhadap perilaku
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2005).
Sikap responden pada penelitian ini adalah sikap yang meliputi persepsi
petugas cleaning service sehubungan dengan pemakaian alat pelindung diri dalam
penanganan sampah medis. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara
umum responden yang memiliki sikap positif berjumlah 7 orang (63,6%) dan
memakai sarung tangan saat mengangkut sampah medis (100%), dan juga setuju
akan memakai APD secara lengkap demi menjaga kesehatan dan keselamatan
pada saat menangani sampah medis (100%). Hal tersebut dipengaruhi oleh
83
pengetahuan responden tentang alat pelindung diri dalam penanganan sampah
medis.
akan terhindar dari gangguan kesehatan jika menggunakan APD saat menangani
sampah medis, dan 1 orang (9,1%) tidak setuju. Responden sebanyak 10 orang
(90,9%) tidak setuju bahwa alat pelindung diri (masker, sarung tangan, sepatu
boot) sangat mengganggu saat menangani sampah medis dan 1 orang tidak setuju
sebanyak 9 orang (81,8%) tidak setuju bahwa merasa tidak nyaman memakai
berkomunikasi, dan 2 orang setuju merasa tidak nyaman memakai masker dengan
responden bersikap tidak setuju untuk memakai sepatu biasa dibandingkan sepatu
boot saat bekerja menangani sampah medis, dan 5 orang (45,5%) responden
sepatu boot dan merasa sepatu boot dapat menghambat gerak langkah responden
alat pelindung diri (sarung tangan, masker, sepatu boot) jika disediakan oleh
rumah sakit, 9 orang (81,8%) setuju dan ini berarti bahwa petugas cleaning sevice
tidak akan memakai alat pelindung diri pada saat menangani sampah medis jika
84
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa diantara responden
yang memiliki sikap negatif terdapat responden memiliki pengetahuan yang baik,
dan responden yang memiliki pengetahuan yang cukup memiliki sikap yang
negatif terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik
pelindung diri pada saat menangani sampah medis. Dengan sikap yang positif ini
diharapkan tindakan pemakaian alat pelindung diri akan baik nantinya. Akan
tetapi sikap yang baik belum tentu diiringi hasil yang baik pula, seperti menurut
perilaku. Hal ini sesuai dengan penelitian Shobib dkk (2013), bahwa tidak ada
seperti sarung tangan, masker, dan sepatu boot. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan dapat diketahui bahwa tindakan responden memakai alat pelindung diri
secara lengkap dalam penanganan sampah medis berjumlah 1 orang (9,1%) dan
tindakan responden memakai alat pelindung diri secara tidak lengkap dalam
85
Berdasarkan pengamatan alat pelindung diri yang paling banyak
menggunakan sarung tangan merasa terlindungi dari bahaya dari sampah medis.
Hasil pengamatan dari responden yang menggunakan masker saat bekerja yaitu
(63,6%). Masker yang digunakan oleh responden juga sering dilepas saat
kepanasan dan sulit untuk bernapas. Responden yang menggunakan sepatu boot
hanya sedikit yaitu (18,8%) ini dikarenakan responden tidak nyaman saat
satu orang responden yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap pada
saat penanganan sampah medis yang memiliki pengetahuan baik dan sikap yang
menggantungnya dileher pada saat melakukan penanganan sampah medis. Hal ini
persepsinya nyaman menggunakan APD secara lengkap dan benar akan selalu
menggunakan APD secara lengkap sebesar 100% dan yang persepsinya tidak
alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis, dilakukan untuk mengetahui
apakah responden yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik memiliki
tindakan yang baik pula atau sebaliknya. Dari hasil tabulasi silang antara
86
bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik mayoritas tidak menggunakan
APD secara lengkap yaitu 85,7%. Begitu pula dengan responden yang memiliki
sikap positif mayoritas tidak memakai APD secara lengkap yaitu 85,7%. Dapat
disimpulkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan sikap positif,
mayoritas responden memiliki tindakan tidak memakai APD secara lengkap. Hal
hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan alat pelindung diri.
Pengawasan dalam penggunaan alat pelindung diri pada saat penanganan sampah
medis perlu ditingkatkan agar pekerja patuh. Disamping itu perlu pemberian
sanksi yang tegas kepada para cleaning service yang tidak patuh dalam memakai
alat pelindung diri. Sesuai dengan penelitian Noviandry (2013), bahwa terdapat
medis dan non medis, alat pelindung diri dan incinerator. Sedangkan faktor
87
reinforcing yaitu adanya pengawasan dari petugas atau atasan, pelatihan, dan
sosialisasi.
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah
pihak lain. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan dan sikap,
88
BAB VI
6.1 Kesimpulan
pelindung diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service,
SMA.
responden < 2 tahun yaitu (36,4%), 2-3 tahun yaitu (36,4%) dan > 3 tahun
yaitu (27,3%).
sebesar 63,6%.
63,6%.
89
6. Tindakan cleaning service terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam
6.2 Saran
alat pelindung diri tubuh berupa pakaian kerja khusus bagi petugas
bagi pekerja yang tidak taat/patuh dalam memakai alat pelindung diri
lengkap sesuai dengan alat pelindung diri yang telah disediakan pihak
rumah sakit berupa sarung tangan kulit, sepatu boot dan masker.
90
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W., 2007. Sistem Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Asti, H.T. J., 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) pada Petugas Cleaning Service RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses 14 April
2015; http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t24460.pdf.
91
Depkes RI., 2004. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.
Evryanti., 2012. Kajian Resiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Petugas
Kesehatan Dan Petugas Kebersihan Klinik X. Skripsi S1 FKM UI. Diakses
28 Mei 2015; https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319686-S-PDF-
Evryanti.pdf
Fauziah, M., dkk. (Ed.). 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Febrianty, D., 2012. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Oleh Bidan Di
Desa Pada Waktu Melakukan Pertolongan Persalinan Dirumah Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Wilayah Kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Balangan. Skripsi FKM UI. Diakses 25 Maret
2015; https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20355714-S-
Dahmila%20Febrianty.pdf
92
Hendra,Y., Utomo,M., & Salawati,T., 2011. Beberapa Faktor Yang
Berhubungan Dengan Praktik Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Pada Radiografer Di Instalasi Radiologi 4 Rumah Sakit Di Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia UNIMUS. Vol 7
No.1. Diakses 8 Oktober 2015;
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/view/583/635
Irianto, A., 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana.
Prenada Media.
93
Puslitbag IKM FK UGM dan Program S2 Hiperkes UGM., 2000. Kumpulan
Makalah Khusus K3 Rumah Sakit. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada.
Siregar, C.J.P., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I,
Penerbit EGC, Jakarta.
94
Tietjen, L., Debora Bossemeyer, Noel McIntosh., 2004. Panduan Pencegahan
Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wawan, A dan Dewi, M., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
95
Kuesioner Penelitian
I. Identitas Responden
1. Nomor Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Pendidikan : a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA
d. Perguruan Tinggi
5. Masa Kerja :
96
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai
dengan pendapat anda dengan memberi tanda silang ( x ) pada jawaban yang
tersedia.
II. Pengetahuan
a. Alat yang dipakai untuk melindungi diri dari penyakit akibat kerja
b. Sampah sisa makanan dari dapur rumah sakit dan sampah dari
97
4. Apa kegunaan masker pada saat pengumpulan/pengangkutan sampah
medis?
c. Menghindari cedera
medis
non medis
menggunakan:
b. Kain lap
a. Sepatu boot
b. Sepatu biasa
c. Sepatu kulit
98
8. Bagaimana penanganan akhir sampah medis?
99
Petunjuk : Berikanlah respon sesuai dengan pendapat anda terhadap pernyataan
dibawah ini, berilah tanda ceklist ( √ ) pada kotak yang tersedia.
III. Sikap
o. No. Pernyataan S TS
Keterangan : S = Setuju
TS = Tidak Setuju
100
Form Observasi (Ceklist) Tindakan Petugas Cleaning Service terhadap pemakaian
alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis di RSUD Dr. Pirngadi
IV. Tindakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
101
102
103
MASTERDATA
KARAKTERISTIK RESPONDEN
NO NAMA UMUR UMURK PENDIDIKAN PENDIDIKANK MASA KERJA MASAKERJAK
1 AP 24 2 SMA 1 3 Tahun 2
2 AS 32 4 SMA 1 0,3 Tahun 1
3 HM 26 2 SMA 1 0,8 Tahun 1
4 MR 19 1 SMA 1 1,5 Tahun 1
5 RS 24 2 SMA 1 4,5 Tahun 3
6 SD 30 3 SMA 1 3 Tahun 2
7 SY 33 3 SMA 1 2 Tahun 2
8 P 35 4 SMA 1 5 Tahun 3
9 NN 39 5 SMA 1 0,3 Tahun 1
10 BN 40 5 SMA 1 2,5 Tahun 2
11 R 30 3 S1 2 5 Tahun 3
MASTERDATA
PENGETAHUAN
NO NAMA PENGETAHUAN PENGETAHUANK P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1 AP 9 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1
2 AS 9 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1
3 HM 9 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1
4 MR 8 1 3 1 2 2 2 1 1 3 1
5 RS 5 3 3 1 2 1 3 1 2 3 1
6 SD 6 2 2 1 2 1 3 3 1 3 1
7 SY 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 1
8 P 7 2 3 1 2 1 2 1 1 3 1
9 NN 8 1 1 1 2 2 2 1 1 3 1
10 BN 8 1 2 1 2 2 3 1 1 3 2
11 R 9 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1
MASTERDATA
SIKAP
NO NAMA SIKAP SIKAPK S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8
1 AP 7 1 1 2 1 2 2 1 1 1
2 AS 8 1 1 2 1 2 2 2 1 1
3 HM 7 1 1 2 1 2 2 1 1 1
4 MR 4 2 1 1 1 2 1 1 2 1
5 RS 7 1 1 2 1 1 1 1 1 1
6 SD 6 2 1 2 1 2 1 1 1 1
7 SY 6 2 1 2 1 2 1 1 1 1
8 P 5 2 1 2 1 1 1 1 1 1
9 NN 8 1 1 2 1 2 2 2 1 1
10 BN 7 1 1 2 1 2 2 1 1 1
11 R 7 1 1 2 1 2 2 1 1 1
MASTERDATA
TINDAKAN
NO NAMA TINDAKAN TINDAKANK MASKER SARUNG TANGAN SEPATU BOOT
1 AP 2 2 1 1 2
2 AS 2 2 1 1 2
3 HM 2 2 2 1 2
4 MR 2 2 1 1 2
5 RS 2 2 2 2 2
6 SD 2 2 2 1 2
7 SY 2 2 2 1 1
8 P 2 2 1 1 2
9 NN 3 1 1 1 1
10 BN 2 2 1 1 2
11 R 2 2 1 2 2
104
OUTPUT
Statistics
Umur MasaKerja
N Valid 11 11
Missing 0 0
Mean 30,18 2,536
Median 30,00 2,500
Range 21 4,7
Minimum 19 ,3
Maximum 40 5,0
Percentiles 25 24,00 ,800
50 30,00 2,500
75 35,00 4,500
kel.umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-23 Tahun 1 9,1 9,1 9,1
24-28 Tahun 3 27,3 27,3 36,4
29-33 Tahun 4 36,4 36,4 72,7
34-38 Tahun 1 9,1 9,1 81,8
39-43 Tahun 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0
Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tamat SMA 10 90,9 90,9 90,9
Tamat Perguruan Tinggi 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0
kel.masakerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 2 Tahun 4 36,4 36,4 36,4
2-3 Tahun 4 36,4 36,4 72,7
> 3 Tahun 3 27,3 27,3 100,0
Total 11 100,0 100,0
105
Frequency Table Pengetahuan
Apakah yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Alat yang dipakai untuk
melindungi diri dari 2 18,2 18,2 18,2
penyakit akibat kerja
Alat melindungi diri dari
kemungkinan timbulnya
bahaya kecelakaan 6 54,5 54,5 72,7
maupun penyakit akibat
kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sampah yang berasal
dari pelayanan medik,
perawatan gigi, farmasi 11 100,0 100,0 100,0
atau yang sejenisnya.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Nyaman dipakai, tidak
mengganggu sewaktu
bekerja dan memberikan 11 100,0 100,0 100,0
perlindungan yang efektif
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menghindari bau tidak
sedap 4 36,4 36,4 36,4
Melindungi diri dari
gangguan kesehatan 7 63,6 63,6 100,0
pernafasan
Total 11 100,0 100,0
106
Bagaimana sebaiknya pengangkutan sampah medis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menggunakan troli khusus
yang tertutup dan
dipisahkan dari sampah 8 72,7 72,7 72,7
non medis
Menggunakan troli
terbuka dan dipisahkan 3 27,3 27,3 100,0
dari sampah non medis
Total 11 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sarung tangan khusus 10 90,9 90,9 90,9
Sarung tangan biasa 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sepatu boot 10 90,9 90,9 90,9
Sepatu biasa 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dipisahkan dari
sampah non medis
lalu dimusnahkan di 11 100,0 100,0 100,0
Incinerator
Apa akibatnya bila tidak menggunakan alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tertusuk/tergores benda
tajam, tertular penyakit 10 90,9 90,9 90,9
infeksi
Terpapar debu dan
pencemaran lingkungan 1 9,1 9,1 100,0
107
Frequency Table Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 11 100,0 100,0 100,0
Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, sepatu boot) sangat mengganggu saya saat
menangani sampah medis.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 1 9,1 9,1 9,1
Tidak Setuju 10 90,9 90,9 100,0
Total 11 100,0 100,0
Saya merasa nyaman memakai sarung tangan saat mengangkut sampah medis.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 11 100,0 100,0 100,0
Saya merasa tidak nyaman memakai masker ketika menangani sampah medis karena
mengganggu saya dalam berkomunikasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 2 18,2 18,2 18,2
Tidak Setuju 9 81,8 81,8 100,0
Total 11 100,0 100,0
Saya lebih suka memakai sepatu biasa dibandingkan sepatu boot saat saya bekerja
menangani sampah medis.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 5 45,5 45,5 45,5
Tidak Setuju 6 54,5 54,5 100,0
Total 11 100,0 100,0
108
Saya hanya memakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker, sepatu boot) jika
disediakan oleh rumah sakit.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 9 81,8 81,8 81,8
Tidak Setuju 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0
Saya akan terhindar dari gangguan kesehatan jika saya menggunakan APD saat saya
menangani sampah medis.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 10 90,9 90,9 90,9
Tidak Setuju 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0
Saya akan memakai APD secara lengkap demi menjaga kesehatan dan keselamatan pada
saat saya menangani sampah medis.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 11 100,0 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pakai 7 63,6 63,6 63,6
Tidak Pakai 4 36,4 36,4 100,0
Total 11 100,0 100,0
Sarung Tangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pakai 9 81,8 81,8 81,8
Tidak Pakai 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0
109
Sepatu Boot
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pakai 2 18,2 18,2 18,2
Tidak Pakai 9 81,8 81,8 100,0
Total 11 100,0 100,0
Pengetahuan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 8-9 : Baik 7 63,6 63,6 63,6
6-7 : Cukup 3 27,3 27,3 90,9
1-5 : Kurang 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0
Statistics
Sikap
N Valid 11
Missing 0
Mean 6,55
Sikap Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 7-8 : Positif 7 63,6 63,6 63,6
1-6 : Negatif 4 36,4 36,4 100,0
Total 11 100,0 100,0
Tindakan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lengkap 1 9,1 9,1 9,1
Tidak Lengkap 10 90,9 90,9 100,0
Total 11 100,0 100,0
110
Pengetahuan Responden * Tindakan Crosstabulation
Count
Tindakan Total
Count
Tindakan Total
111
LAMPIRAN GAMBAR
112
Gambar 3 Petugas cleaning service menggunakan APD secara lengkap
113
Gambar 5 Petugas cleaning service hanya menggunakan masker dan sarung
tangan saat menangani sampah medis
114