TINJAUAN PUSTAKA
tanah secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat, oleh adanya
dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada
lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu
alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang
peningkatan tegangan geser tanah. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya
gaya grafitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari massa
6
Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012
tanah/batuan dan secara umum diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan
dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat (grafitasi) (Djauhari Noor: 2006).
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya di pengaruhi oleh kekuatan bantuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air,
1. Hujan : Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukan tanah dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui
tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, tanah longsor dapat
dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi
mengikat tanah.
2. Lereng Terjal : Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.
Lereng yang terjal terbentuknya karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan
angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180˚ apabila ujung
3. Tanah yang kurang padat dan tebal : Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah
lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2.5 m dan sudut lereng lebih dari
220˚. Tanah jenis ini memilki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila
terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena
menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlau panas.
pasir dan campuran antara kerikil, pasir dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan
tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya
rentan terhadap tanah longsor bila terjadi pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan : Tanah longsor banayak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan
akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan
jenuh dengan air sehingga mudah menjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
6. Getaran : Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran
mesin dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah,
7. Adanya beban tambahan : Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng
dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama disekitar
tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan dan
8. Pengikisan/erosi : Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kearah tebing, selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
9. Adanya material timbunan pada tebing : Untuk mengembangkan dan memperluas lahan
timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang
berada dibawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang
pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau
ditimbulkan oleh bencana alam ini sangat bervariasi tergantung dari intensitas
bencana serta kondisi sosial ekonomi daerah yang terkena bencana. Secara umum
dampak bencana ini dikelompokan menjadi dua, yaitu dampak terhadap lingkungan
fisik dan dampak lingkungan sosial ekonomi (Sutikno, dalam Suwarno: 2009).
dari fenomena yang secara potensial merusak dalam periode waktu dan tempat yang
korban, luka-luka, harta benda dan aktifitas ekonomi) yang disebabkan bahaya
khusus dalam suatu wilayah selama periode waktu tertentu (Melching, dalam
Suwarno: 2009).
Bencana longsorlahan merupakan salah satu jenis bencana alam yang banyak
menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, seperti: rusaknya
lahan pertanian, kawasan permukiman, jalan, jembatan, irigasi, dan prasarana fisik
lainnya. Longsorlahan dapat merupakan fenomena alam biasa yang dapat tidak
dapat dikatakan bencana apabila telah memberikan gangguan yang serius dari
harta benda dan lingkunganya, yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang
a) Rayapan (Creep): perpindahan material batuan dari tanah kearah kaki lereng
b) Rayapan tanah (Soil creep): perpindahan material tanah kearah kaki lereng.
c) Rayapan talus (Talus creep): perpindahan kearah kaki lereng dari material
talus/creep.
d) Rayapan batuan (Rock creep): perpindahan kearah kaki lereng dari blok-blok
batuan.
a) Aliran lumpur (Mudflow): perpindahan dari material lempung dan lanau yang
b) Aliran masa tanah dan batuan (Earthflow): perpindahan secara cepat dari
yang meluncur dari debris batuan pada celah yang sempit dan berlereng
terjal.
a) Nendatan (Slump): luncuran kebawah dari satu atau beberapa bagian debris
b) Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide): luncuran yang
sangat cepat kearah kaki lereng dari material tanah yang tidak terkonsolidasi
(debris) dan hasil luncuran ini ditandai oleh suatu bidang rotasi pada bagian
c) Gerakan jatuh bebas dari campuran masa tanah dan batuan (Debris fall):
d) Luncuran masa batuan (Rock slide): luncuran dari masa batuan melalui
e) Gerakan jatuh bebas masa batuan (Rock fall): luncuran jatuh bebas dari blok
menggunakan analisa tetangga terdekat. Metode kuantitatif ini membatasi suatu skala
yang berkenaan dengan pola-pola penyebaran pada ruang atau wilayah tertentu. Pola
penyebaran itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol (cluster
Analisa tetangga terdekat adalah sesuai untuk daerah di mana antara satu
yang belum dapat teratasi misalnya jarak antara dua pemukiman yang relatif dekat
atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan
dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara
mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Sikap
ini menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap sesuatu
objek. Sementara itu Allport mengemukakan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan
mental dan syaraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh
langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang
berhubungan dengan objek itu. Sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir,
seseorang mengenai objek yang berlangsung terus menerus untuk merespons dan
pengelolaan atau pengusahaan tanah yang akan memberikan manfaaat bagi generasi-
generasi berikutnya adalah menjaga sebaik-baiknya lahan yang kita gunakan diatas
mana kita hidup dan bermukim agar selalu dalam keadaan yang mantap dan
Usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah (dan air) yang
dalam hal:
daya angkutan air pada permukaan tanah dapat direduksi, diperkecil ataupun
diperlamban.
dapat meningkatkan daya isap tanah akan air, dan dengan demikian sedikit
erosi dan atau pengawetan tanah dalam pelaksanaanya dapat meliputi kegiatan-
tanaman dalam strip, e) Penanaman tanaman secara bergilir, dan f) Pemulsaan atau
Usaha pengendalian erosi dapat juga dilakukan dengan cara teknis mekanis
ketempat-tempat pembuangan.
tertentu.
kontur.
Akan tetapi walaupun jelas cara ini memerlukan biaya yang cukup besar,
demi terhindarnya erosi yang akan mengakibatkan kerugian yang jauh lebih besar,
seperti itu atau usaha pengendalian erosi secara mekanis ini dapat diharapkan
terkurangi atau terhambatnya aliran permukaan (run off) sehingga daya pengikisan-
Tri Widoyo (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Sikap Siswa Dalam
rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun pelajaran 2002/2003, serta untuk
36 subjek. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yang mengikuti kegiatan rapat pemilihan pengurus OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak
untuk memperoleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif presentase yang mengarah pada data yang termuat dalam lembar
observasi. Data yang terkumpul dan termuat dalam lembar observasi selanjutnya
dalam rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun pelajaran 2002/2003. Dilandasi
oleh pelaksanaan pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mufakat. Hal ini
ditunjukan oleh kategori responden yang rata-rata mencapai nilai B (Baik ). Dari 36
(Cukup). Pengambilan keputusan dalam rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun
pengertian musyawarah untuk mufakat itu sendiri, disamping faktor hambatan dan
kesukaran lainnya. Pemahan peserta rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun
baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pola sebaran pendidikan dasar,
dalam penelitian ini adalah metode survey dengan di dukung oleh interpretasi data
peta dan data sekunder, dan didukung observasi lapangan untuk mengetahui kondisi
lokasi gedung sekolah, jarak asal murid ke gedung sekolah dan data penunjang
lainnya. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian unit analisis desa.
Hasil dari penelitian ini berupa peta sebaran fasilitas pendidikan dasar di
mempunyai pola sebaran acak (random) sebab nilai pola sebaran gedung Sekolah
Dasar (SD) mempunyai nilai T=1,804 dan pola sebaran gedung Sekolah Lanjutan
acak. Selanjutnya untuk faktor aksesibilitas dapat diketahui bahwa daerah yang
4 buah fasilitas (9,30%) dan aksesibilitas rendah sebanyak 2 buah fasilitas (4,65%).
sedang hal ini disebabkan memiliki kemampuan yang sama dalam menunjang
luar daerahnya, dalam hal ini lebih mempertimbangkan yang dekat dengan
setiap kelurahan didominasi oleh kelurahan dari mana sekolah tersebut berada dan
kelurahan terdekatnya dengan kata lain terdapat variasi daerah asal murid pada
Berdasarkan telaah pustaka diatas maka dapat disusun landasan teori sebagai
dalamnya tanah secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat,
oleh adanya pengaruh langsung dari gravitasi. Peristiwa tanah longsor atau dikenal
sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-
lereng alami atau buatan, dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alam
jiwa (manusia), harta benda dan lingkunganya, yang melebihi kemampuan dari
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol (cluster pattern),
tersebar tidak merata (random pattern), dan tersebar merata (dispersed pattern), pola
terus menerus untuk merespons dan kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal.
Hujan
Penggunaan
Kejadian
lahan
longsorlahan
Pola Sikap
longsorlahan masyarakat
diajukan dalam penelitian (Mardalis, 2006: 48). Adapun hipotesis yaitu: Pola sebaran
1. Analisis adalah uraian atau usaha mengetahui arti suatu keadaan. Data atau
2. Pola persebaran adalah bentuk atau model suatu obyek yang ada di permukaan
menuruni lereng secara lambat hingga cepat, oleh adanya pengaruh langsung
5. Longsor adalah tipe gerakan massa batuan yang terjadi secara lambat hingga
sangat cepat dengan material yang berupa batuan atau tanah atau kombinasi
6. Wilayah rawan tanah longsor, dalam penelitian ini adalah wilayah yang
7. Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan)
8. Tanaman tahunan adalah tanaman yang pada umumnya berumur lebih dari satu
tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali dan tidak