Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā.
Ibnu Sina lahir pada 980 M di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah
Uzbekistan (kemudian Persia). Ia berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah
sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya.
Orang tuanya adalah seorang pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman. Ia
dibesarkan di Bukharaja serta belajar falsafah dan ilmu-ilmu agama Islam.
Saat berusia 10 tahun dia banyak mempelajari ilmu agama Islam dan
berhasil menghafal Al-Qur'an. Ia dibimbing oleh Abu Abdellah Natili, dalam
mempelajari ilmu logika untuk mempelajari buku Isagoge dan Prophyry,
Eucliddan Al-Magest Ptolemus. Setelah itu dia juga mendalami ilmu agama dan
Metaphysics Plato dan Arsitoteles.
Suatu ketika dia mengalami masalah saat belajar ilmu Metaphysics dari
Arisstoteles. Empat Puluh kali dia membacanya sampai hafal setiap kata yang
tertulis dalam buku tersebut, namun dia tidak dapat mengerti artinya. Sampai
suatu hari setelah dia membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li Aristho-
nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat jawaban dan penjelasan
yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi segala ilmu
Metaphysics.
Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina
merasa tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran. Ia mempelajari ilmu
kedokteran pada Isa bin Yahya. Meskipun secara teori dia belum matang, tetapi ia
banyak melakukan keberhasilan dalam mengobati orang-orang sakit. Setiap kali
menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk,
maka didalam tidurnya Allah memberikan pemecahan terhadap kesulitan-
kesulitan yang sedang dihadapinya.
Suatu ketika saat Amir Nuh Bin Nasr sedang menderita sakit keras.
Mendengar tentang kehebatan yang dimiliki oleh Ibnu Sina, akhirnya dia diminta
datang ke Istana untuk mengobati Amir Nuh Bin Nasr sehingga kesehatannya
pulih kembali. Sejak itu, Ibnu Sina menjadi akrab dengan Amir Nuh Bin Nasr
yang mempunyai sebuah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku yang
sangan lengkap di daerah itu. Sehingga membuat Ibnu Sina mendapat akses untuk
mengunjungi perpustakaan istana yang terlengkap yaitu Kutub Khana.
Ibnu Sina lahir di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut
ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari
Yunani, Persia dan India. Teks Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga
zaman Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan dikembangkan lebih
maju oleh para ilmuwan Islam.
Shams al-Ma’äli Qäbtis, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibnu
Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052)
meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ia sendiri pada saat itu
terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, ia
bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya
sendiri di mana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari buku
panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini, dan permulaan dari buku Canon of
Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania.
Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup
antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis
penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama
pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan
pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filsafat besar
Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah
ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya
oleh para pemikir Barat.
Karya yang ditulis oleh Ibnu Sina diperkiranan antara 100 sampai 250 buah
judul. Karya-karya Ibnu Sina yang terkenal dalam Filsafat adalah As-Shifa, An-
Najat, dan Al-Isyarat. Karyanya yang terkenal dalam bidang kedokteran adalah
Al-Qanun. Kualitas karyanya yang bergitu luar biasa dan keterlibatannya dalam
praktik kedokteran, mengajar, dan politik, menunjukkan tingkat kemampuan yang
luar biasa. Selain itu, ia banyak menulis karangan-karangan pendek yang
dinamakan Maqallah. Beberapa Karyanya diantara lain :
Selain karya filsafatnya tersebut, Ibnu Sina meninggalkan sejumlah esai dan syair.
Beberapa esainya yang terkenal adalah :
1. Al-Urjuzah fi Ath-Thibb
2. Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah
3. Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah
Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina
memperoleh penghargaan yang tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu-
satunya filsafat besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang
lengkap dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat
muslim beberapa abad. Kehidupan Ibnu Sina dihabiskan untuk urusan negara dan
menulis. Pada usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina meninggal dan
dikuburkan di Hamazan. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di
zamannya.
Assalamualikum. Informasi Biografi di atas ini kami tulis dari berbagai sumber,
jika ada kesalahan atas informasi yang kami sampaikan di atas, kami mohon maaf,
dan berharap agar Anda bisa membetulkannya melalui kotak komentar atau bisa
menghubungi kami melalui e-mail kami. Terima kasih.
BIOGRAFI IMAM AL GHAZALI
Dan beberapa karya-karya imam al ghazali lain yang tidak termasuk dalam ke-
5 bidang tersebut seperti : Al hibr al masbuq fi nashihoh al muluk (barang logam
mulia uraian tentang nasehat kepada pararaja). Syifa al qolil fibayan alsyaban wa
al mukhil wa masalik at ta’wil (obat orang dengki penjelasan tentang hal-hal
samar serta cara-cara penglihatan ), Yaaqut at ta’wil (permata ta’wil dalam
menafsirkan al qur’an) dan lain-lain .
Al-Ghazālī menggunakan bahasa dan metode yang berbeda dalam menulis
sebuah kitab berdasarkan objek yang dihadapinya. Jika kitab itu ditulis untuk
kalangan awam, maka bahasa dan metodenya berbeda dengan kitab yang ditulis
untuk kalangan khawas, kalangan filosof, dan yang semisalnya. Karenanya,
tidaklah mengherankan bila antara satu kitab dengan kitab lainnya yang ditulis al-
Ghazālī terdapat perbedaan-perbedaan.
BIOGRAFI AL BATTANI
dikenal sebagai bapak trigonometri. Ia adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur
Syria. Dia merupakan astronom Muslim terbesar dan ahli matematika ternama.
Al-Battani melahirkan trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama
yang menyusun tabel cotangen. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah
tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Al Battani (Bahasa Arab ; أبو عبد هللا محمد بن جابر بن سنان الحراني الصابي البتاني
nama lengkap: Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-
terkenal. Beberapa sejarawan Barat menyatakan bahwa dia berasal dari kalangan
miskin, seperti budak Arab, namun penulis biografi tradisional Arab tidak
menyebutkan ini. Dia tinggal dan bekerja di Ar-Raqqah, sebuah kota di utara
menghitung panjang tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 55 menit dan 12
tahun sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Para peneliti telah
yang lebih dekat dengan lintang selatan, yang mungkin lebih menguntungkan bagi
pengamatan tersebut.
dari matahari dan Bulan. Al-Battani menemukan kembali bahwa arah Matahari
berubah.
550 M) dan astronom Yunani Pythagoras (570 SM -. c 495 SM). Dia juga
menghitung kembali nilai-nilai untuk presesi ekuinoks (54,5 "per tahun, atau 1 °
dalam 66 tahun) dan arah miring dari ekliptika (23 ° 35 '), yang merupakan
Matematika
perhitungan tangen. Dia juga menemukan fungsi kebalikan dari garis potong dan
cosecan, dan menghasilkan tabel pertama cosecants, yang ia disebut sebagai "tabel
bayangan" (merujuk pada bayangan gnomon ), untuk setiap gelar dari 1 ° sampai
90 °.
Karya
karya utama Al-Battani yang terkenal adalah Kitāb az-Zij, atau buku tabel
astronomi, juga dikenal sebagai az-Zij as-Sabi '. Hal ini sebagian besar didasarkan
termasuk terjemahan Latin sebagai De Motu Stellarum oleh Plato dari Tivoli di
Sebuah cetak ulang muncul di Bologna pada 1645. MS asli. diawetkan di Vatikan;
dan perpustakaan Escorial memiliki di MS. sebuah risalah dari beberapa nilai
Akhir hayat
Damaskus.
BIOGRAFI MUHAMMAD BIN MUSA AL KHAWARIZMI
Biografi
Sedikit yang dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat
lahirnya sekalipun. Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang
berada di Provinsi Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang
Xorazm, salah satu provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Abū ‘Abdu llāh atau
Abū Ja’far.
Sejarawan al-Tabari menamakan beliau Muhammad bin Musa al-
Khwārizmī al-Majousi al-Katarbali. Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan
beliau berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.
Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat
beliau, bersama dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni
hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833. setelah Islam masuk ke Persia,
Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan
ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau.
Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah
Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika,
termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.
Karya
Karya lainnya
Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris
berisi pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī.
Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya
lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.
Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan
determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’).
Pribadi al-Khawarizmi
Imam Syafi’i seorang imam mazhab fiqh yang sangat berpengaruh luas
hingga saat ini utamanya dikalangan ahlussunnah wal jama’ah, beliau
memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-
Muttalibi Al-Qurashi. Berbagai gelar kehormatan disematkan kepada beliau antara
lain Alimul Ashr, Nashirul Hadits, Imam Quraish, Al-Imam Al-Mujaddid, Faqihul
Millah. Imam Syafi’i dilahirkan di Gaza, Asqalan Palestina tahun 767 M / 150 H.
beliau adalah putra dari Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Saib bin
Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muttalib bin Abdu Manaf, ibunya
bernama Fatimah binti Abdullah Al-Uzdiyah. Imam Syafi’i dikarunai putera
puteri dari pernikahannya dengan Hamidah binti Nafi` bin Unaisah bin Amru bin
Utsman bin Affan dua orang putera Abu Utsman dan Abul Hasan dan dua
orang puteri bernama Fatimah dan Zainab. Abu Usman Muhammad kelak
menjadi seorang hakim di kota Halib, Syam (Syiria).
Imam Syafi`i sejak kecil hidup dalam kemiskinan, para pendidik tidak
memperoleh upah dan mereka hanya terbatas pada pengajaran. Akan tetapi setiap
kali seorang guru mengajarkan sesuatu pada murid-murid, terlihat Syafi`i kecil
dengan ketajaman akal pikiran yang dimilikinya mampu menangkap semua
perkataan serta penjelasan gurunya. Setiap kali gurunya berdiri untuk
meninggalkan tempatnya, Syafi`i kecil mengajarkan kembali apa yang dia dengar
dan dia pahami kepada anak-anak yang lain, sehingga apa yang dilakukan Syafi`i
kecil ini mendapatkan upah. Sesudah usianya menginjak ke tujuh, Syafi`i telah
berhasil menghafal al-Qur`an dengan baik.
Pada saat menginjak usia tiga belas tahun, dia juga memperdengarkan
bacaan al-Qur`an kepada orang-orang yang berada di Masjid al-Haram, dia
memiliki suara yang sangat merdu. Suatu ketika Imam Hakim menceritakan hadits
yang berasal dari riwayat Bahr bin Nashr, bahwa dia berkata: “Jika kami ingin
menangis, kami mengatakan kepada sesama teman “Pergilah kepada Syafi`i !”
jika kami telah sampai dihadapannya, dia memulai membuka dan membaca al-
Qur`an sehingga manusia yang ada di sekitarnya banyak yang berjatuhan di
hadapannya lantaran kerasnya menangis. Kami terkagum-kagum dengan
keindahan dan kemerduan suaranya, sedemikian tinggi dia memahami al-Qur`an
sehingga sangat berkesan bagi para pendengarnya.
1. Keluasan ilmu pengetahuan dalam bidang sastra serta nasab, yang sejajar
dengan al-Hakam bin Abdul Muthalib.
2. Kekuatan menghafal al-Qur`an dan kedalaman pemahaman antara yang
wajib dan yang sunnah, serta kecerdasan terhadap semua disiplin ilmu
yang dia miliki, yang tidak semua manusia dapat melakukannya.
3. Kedalaman ilmu tentang Sunnah, dia dapat membedakan antara Sunnah
yang shahih dan yang dha`if. Serta ketinggian ilmunya dalam bidang ushul
fiqih, mursal, maushul, serta perbedaan antara lafadl yang umum dan yang
khusus.
4. Imam Ahmad bin Hambal berkata: Para ahli hadits yang dipakai oleh
Imam Abu Hanifah tidak diperdebatkan sehingga kami bertemu dengan
Imam Syafi`i. Dia adalah manusia yang paling memahami kitab Allah swt.
dan Sunnah Rasulullah saw. serta sangat peduli terhadap hadits beliau.
5. Ibnu Rahawaih pernah ditanya: Menurut pendapatmu, bagaimanakah
Imam Syafii dapat menguasai al-Qur`an dalam usia yang masih relatif
muda? lalu dia menjawab: Allah swt. mempercepat akal pikirannya
lantaran usianya yang pendek.
6. Imam Syafii adalah Pakar Ilmu Pengetahuan dari Quraisy. Imam Ahmad
bin Hambal berkata: Jika kami ditanya tentang satu masalah dan kami
tidak mengetahuinya, maka kami menjawab dengan menukil perkataan
Syafi`i, lantaran dia seorang imam besar yang ahli dalam ilmu
pengetahuan yang berasal dari kaum Quraisy. Dalam suatu hadits
diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: “Orang alim
dari Quraisy ilmunya akan memenuhi bumi.” (Manaqib karya Imam
Baihaqi, juz 1, hlm. 45.)
Ar-Razi berkata: Kriteria orang orang yang disebutkan di atas ini akan
terpenuhi apabila seseorang memiliki kriteria sebagai berikut : Pertama; berasal
dari suku Quraisy. Kedua; memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas dari
kalangan ulama. Ketiga; memiliki ilmu pengetahuan yang luas, dan dikenal oleh
penduduk Timur dan Barat. Benar kriteria di atas hanya terdapat pada diri Imam
Syafi`i, dia adalah seorang ahli ilmu pengetahuan yang berasal dari suku Quraisy.
Berikut beberapa hadits yang berkaitan dengan hal di atas.
Sang Al-Imam Al-Mujaddid pada akhirnya wafat di Mesir pada malam Jum`at
sesudah shalat Maghrib, yaitu pada hari terakhir di bulan Rajab. Beliau di
makamkan pada Hari Jum`at pada tahun 204 H. bertepatan tahun 819/820 M.
makamnya berada di kota Kairo, di dekat masjid Yazar, yang berada dalam
lingkungan perumahan yang bernama Imam Syafi`i.
Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja. Namun baru mulai menekuni
bidang ilmu hadits pada usia 15 tahun pada seorang guru ternama kala itu, yaitu
Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang hadits makin
besar.
Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan
negara guna mencari, mengumpulkan, dan menulis hadits. Puluhan negeri telah ia
kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Bashrah, Kufah, Baghdad, Khurasan,
Suriah, dan Mesir.
Dengan cara inilah, Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis puluhan
bahkan ratusan hadits dari sumber-sumber yang dipercaya kesahihannya. Tak
hanya itu, dalam berbagai kunjungannya itu, ia juga berguru pada banyak ulama
setempat. Seperti, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin
Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para
pengikut perawi dan ahli hadits, Imam Malik serta Al-Lays.
Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik
dalam bidang hadits, sejarah, fiqh, maupun tafsir. Di bidang tafsir, ia antara lain
menulis Tafsir Alquranul Karim. Sementara itu, di bidang sejarah, Ibnu Majah
menulis buku At-Tarikh, karya sejarah yang memuat biografi para perawi hadits
sejak awal hingga ke masanya. Lantaran tak begitu monumental, kemungkinan
besar kedua karya tersebut tak sampai di tangan generasi Islam berikutnya.
Sunan Ibnu Majah ini berisikan hadits yang shahih, hasan, dhaif bahkan
maudhu’. Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik ada hampir 30 hadits maudhu'
di dalam Sunan Ibnu Majah walaupun disanggah oleh As-Suyuthi.
Pemikiran Al-Kindi
Falsafat Ketuhanan
Tuhan dalam falsafat Al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah dan
mahiah. Tidak aniah karena tidak termasuk yang ada dalam alam, bahkan Ia
adalah Pencipta alam. Ia tidak tersusun dari materi dan bentuk. Tuhan juga tidak
mahiah karena Tuhan tidak merupakan genus dan spesies. Tuhan adalah Yang
Benar Pertama (Al-Haqqul Awwal) dan Yang Benar Tunggal (Al-Haqqul Wahid).
Falasafat Jiwa
Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw. tidak menjelaskan tegas tentang roh
dan jiwa. Bahkan Al-Quran sebagai pokok sumber ajaran Islam
menginformasikan bahwa manusia tidak akan mengetahui hakikat ruh karena itu
urusan Allah bukan Manusia. Dengan adanya hal tersebut, kaum filosof Muslim
membahas jiwa berdasarkan pada falsafat jiwa yang dikemukakan para
filosof Yunani, kemudian mereka selaraskan dengan ajaran Islam.
Akal
Dalam jiwa manusia terdapat tiga daya yang telah disebutkan diatas salah satunya
ialah daya berpikir. Daya berpikir itu adalah akal. Menurut al-Kindi akal dibagi
menjadi tiga macam: akal yang bersifat potensil; akal yang keluar dari sifat
potensil dan aktuil; dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.
Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi (870-950) atau disingkat Al-
Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.
Ia juga dikenal dengan nama lain Abu Nasir al-Farabi (dalam beberapa sumber
ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah
Al- Farabi, juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan
Abunasir.
Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di
Kazakhstan sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana
selama 20 tahun.
Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun
920 M, al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di utara
Syria, dimana saat itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil.
Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin
Jilad.
Buah Pemikiran
Karya
Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan,
karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian yaitu:
1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
Sebagian besar karyanya hilang, dan yang masih bisa dibaca dan
dipublikasikan kurang lebih 30 judul.
BIOGRAFI AL TABARI
Al-Tabari lahir pada tahun 838 M, berasal dari keturunan Yahudi Persia yang
menganut aliran Zoroaster. Nama belakang al-Tabari adalah kenangan bahwa dia
keturunan Yahudi yang berasal dari Merv di Tabaristan.
Ia lahir dari keluarga ilmuwan. Ayahnya, Sahl Ibnu Bishr adalah ahli pengobatan,
astrolog dan ahli matematika yang terkenal. Dia tergolong keluarga bangsawan
dan orang-orang di sekitar memanggilnya Raban yang artinya pemimpin kami.
Sang ayah adalah guru pertama bagi al-Tabari. Dari ayahnya, ia mempelajari ilmu
pengobatan dan kaligrafi. Sebagai seorang pemuda yang cerdas, Ali juga sangat
mahir berbahasa Suriah dan Yunani. Nama besarnya dicatat dan diabadikan dalam
karya muridnya Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi alias Rhazes, fisikawan agung.
Dunia psikologi Islam mengenal Al-Tabari sebagai pencetus terapi penyakit jiwa.
Selain dikenal sebagai seorang psikolog, ia juga menguasai ilmu lain yakni, fisika
dan kedokteran. Namanya tetap dikenang berkat karya-karya tulisnya yang sangat
berpengaruh. Lewat kitab Firdous al-Hikmah yang di tulisnya pada abad ke-9 M,
dia telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang
mengalami gangguan jiwa. Al-Tabari menekankan kuatnya hubungan antara
psikologi dengan kedokteran. Ia berpendapat, untuk mengobati pasien gangguan
jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi.
Al-Tabari menjelaskan, pasien kerap kali mengalami sakit karena imajinasi atau
keyakinan yang sesat. Untuk mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan
melalui "konseling bijak". Terapi ini bisa dilakukan oleh seorang dokter yang
cerdas
dan punya humor yang tinggi. Caranya dengan membangkitkan kembali
kepercayaan
diri pasiennya. Pemikirannya di abad ke-9 M ternyata masih relevan hingga
sekarang.
Al-Tabari dinilai muridnya sebagai seorang guru yang berdedikasi tinggi. Tak
heran, jika murid-muridnya juga meraih ke suksesan seperti dirinya, salah satunya
al-Razi.
Ia mengajari al-Razi ilmu pengobatan saat menetap di wilayah Rai. Lalu dia hijrah
ke Samarra dan menjadi sekretarisnya Mazyar ibnu Marin. Meski begitu, ia kalah
pamor dibanding, muridnya al-Razi.
Dalam kitabnya itu, al-Tabari membagi ilmu pengobatan dalam beberapa bagian,
antara lain: ilmu kesehatan anak dan pertumbuhan anak serta psikologi dan
psikoterapi. Di bagian pengobatan dan psikoterapi, al-Tabari menekankan
kekuatan antara psikologi dan pengobatan, dan kebutuhan psikoterapi dan
konseling pada pelayanan pengobatan pasien. Ia juga menerjemahkan buku ini ke
dalam bahasa Syria untuk memperluas informasi ini sekaligus penggunaannya.
Informasi dalam buku Firdous al-Hikmah ini tidak pernah masuk ke lingkaran
pengetahuan dunia barat karena tidak pernah diterjamahkan dan diedit, baru pada
abad ke 20 dikenal di dunia barat, ketika Mohammed Zubair Siddiqui berusaha
mengedit sekaligus membaginya dalam lima bagian kecil.
Ali bin Rabban al-Tabari awalnya adalah penganut Zoroaster. Ia lalu memutuskan
untuk masuk Islam, karena begitu kagum dengan Alquran. Sang psikolog
terkemuka itu mengaku tidak pernah menemukan tulisan maupun bahasa yang
lebih
hebat dan sempurna dari Alquran.
Karyanya:
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan.
Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad.
Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di
Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah
satu ilmuwan terbesar dalam sejarah.
Biografi
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9
Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut
terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat
Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh
karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia
kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi
memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai
eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari
dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai
mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan
filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang
kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk
menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Kontribusi
Bidang Kedokteran
Cacar dan campak
"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini
akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan
seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan
warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam
bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya
pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari
penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan
wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis:
"Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah
ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia
menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan
perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut."
Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku
pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang
berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan
bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada
prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-
Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh
demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan
mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua
gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di
muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada muka dan
kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh
dan sakit pada tenggorokan."
Farmasi
Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik,
bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam
buku:
Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi adalah nama lengkap Jabir Ibnu
Hayyan. Ia lahir pada tahun 721 dan dibesarkan dalam keluarga dokter. Ada
pendapat yang menyatakan bahwa Jabir adalah keturunan Yunani yang memeluk
agama Islam.
Sejak kecil, Ibnu Hayyan sudah akrab dengan dunia empiris dan medis. Ia berhasil
mengklasifikasikan beragam benda berdasarkan unsur kimia yang menyusunnya.
Pengklasifikasian itu terbagi tiga, yaitu tubuh, nyawa, dan akal. Jabir
memasukkan unsur emas (Au) dan perak (Ag) dalam kategori tubuh, sedangkan
sulfur (S) dan arsenik (As) dalam kategori nyawa. Sementara itu, merkuri (Hg)
dan sal amoniak (batu bara dan sari minyak) dimasukkannya dalam kategori akal.
Buku dan kumpulan tulisan Ibnu Hayyan terbagi dalam beberapa kelompok
penting. Pertama, buku yang berisi sejumlah esai tentang praktek alkemi yang
sistemnya merujuk pada alkemi kuno. Kedua, buku yang berisi uraian tentang
pengajaran alkemi. Ketiga, buku yang mengenal kesetimbangan. Sebuah uraian
tentang landasan teori, atau filosofi alkemi, dan ilmu gaib. Ibnu Hayyan telah
menulis sekitar 306 buah buku kimia, yang kemudian diterjemahkan dalam
berbagai bahasa dan disimpan di perpustakaan di seluruh dunia.
Atas jasa dan karyanya di bidang kimia, Jabir Ibnu Hayyan mendapat gelar Bapak
Kimia Islam Pertama. Ia tidak hanya terkenal di negeri kelahirannya, tapi juga di
wilayah lain, seperti Eropa. Di sana, ia lebih dikenal dengan nama Geber. Ibnu
Hayyan adalah ilmuwan pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam
aktivitasnya di bidang alkemi, yang kemudian dikembangkan menjadi ilmu kimia
seperti yang dikenal sekarang. Jabir Ibnu Hayyan juga dikenal sebagai orang
pertama yang mendirikan laboratorium dan menggunakan tungku sebagai tempat
mengolah mineral, mengekstraksi zat-zat, sebelum kemudian
mengklasifikasikannya.
Ibnu Hayyan juga menulis sejumlah risalah, terutama yang berkaitan dengan ilmu
kimia. Lewat risalahnya, ia memperkenalkan model penelitian baru yang
kemudian menjadi titik awal perkembangan ilmu kimia modern. Pada abad
pertengahan, risalah Ibnu Hayyan yang berjudul Kitab al-Kimya dan Kitab al-
Sab’een diterjemahkan dalam bahasa Latin. Kemudian hari, terjemahan bahasa
Latin Kitab al-Kimya diterbitkan kembali oleh seorang Inggris, bernama Robert
Chester dengan judul The Book of the Composition of Alchemy (1444). Sementara
itu, Kitab al-Sab’een diterjemahkan kembali oleh Gerard dari Cremona. Sebuah
buku karya Ibnu Hayyan juga sempat diterjemahkan oleh Berthelot dengan judul
Book of Kingdom, Book of the Balances and Book of Eastern Mercury. Pada tahun
1678, seorang penerjemah asal Inggris yang bernama Richard Russel
menerjemahkan karya Jabir yang lain dengan judul Sum of Perfection. Di
kemudian hari Sum of Perfection menjadi buku terpopuler di Eropa selama
beberapa abad. Buku ini memberi pengaruh besar pada proses evolusi ilmu kimia
modern.
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi,
distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk
melakukan proses-proses tersebut.
Bapak Kimia Arab ini dikenal karena karya-karyanya yang sangat
berpengaruh pada ilmu kimia dan metalurgi.
Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh Ibnu Miskawaih ada 41 buah.
Semua karyanya tidak luput dari kepentingan pendidikan akhlak (tahzib al- Akhlak),
diantara karyanya adalah:
a) al-Fauz al-Akbar
b) Al-Fauz al-Asghar
c) Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulis pada tahun 369
H/979 M)
d) Usn al-Farid (kumpulan anekdot, syair, pribahasa
dan kata-kata mutiara).
e) Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik)
f) al-Musthafa (syair-syair pillihan).
g) Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak)
h) al-jami’
i) al-Syiar (tentang aturan hidup)
j) Tentang pengobatan sederhana (mengenai
kedokteran)
q) Risalah fi Jawab fi su’al Ali bin Muhammad Abu Hayyan al-Shufi fi Haqiqat al-
Aql (perpustakaan Mashhad di Iran, I no 43 (137)).
r) Thaharat al-Nafs (naskah di Koprulu Istanbul no
7667).
BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH
Ibnu Miskawaih, seorang tokoh pemikir muslim yang memiliki nama lengkap
Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih. lahir di Rayy (Teheran, ibu
kota Republik Islam Iran sekarang) pada tahun 320 H/932 M dan wafat pada usia
lanjut di Isfahan pada tanggal 9 Shafar 421 H/16 Pebruari 1030 M. Ibnu
Maskawaih hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihi di Baghdad(320-450
H/ 932-1062 M) yang sebagian besar pemukanya bermazhab Syi’ah.
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan
muslim yang ahli dalam bidang kedokteran, ketuhanan, maupun agama. Dia
adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.
Dari segi latar belakang pendidikan, tidak dijumpai data sejarah yang rinci.
Namun dijumpai keterangan, bahwa ia mempelajari sejarah dari Abu Bakar
Ahmad Ibn Kamil al-Qadhi, mempelajari filasafat dari Ibn al-Akhmar, dan
mempelajari kimia dari Abu Tayyib. Dalam bidang pekerjaan Ibn Miskawaih
adalah bendaharawan, sekretaris, pustakawan, dan pendidik anak para pemuka
dinasti Buwahi. Selain akrab dengan penguasa, ia juga banyak bergaul dengan
ilmuan seperti Abu Hayyan at-Tauhidi, Yahya Ibn ‘Adi dan Ibn Sina. Selain itu
Ibnu Miskawaih juga dikenal sebagai sejarawan besar yang kemasyhurannya
melebihi para pendahulunya, at-Thabari (w. 310 H./ 923 M.) selanjutnya juga ia
dikenal sebagai dokter, penyair dan ahli bahasa. Keahlian Ibn Miskawaih dalam
berbagai bidang ilmu tersebut antara lain dibuktikan dengan karya tulisnya berupa
buku dan artikel.
Ibnu Miskawaih juga digelari Guru ketiga ( al-Mualimin al-Tsalits ) setelah al-
Farabi yang digelari guru kedua ( al-Mualimin al-Tsani) sedangkan yang dianggap
guru pertama (al-Mualimin al-Awwal ) adalah Aristoteles. Sebagai Bapak Etika
Islam, beliau telah merumuskan dasar-dasar etika dalam kitabnya Tahdzib al-
Akhlak wa Tathir al-A’raq (pendidikan budi dan pembersihan akhlak). Sementara
itu sumber filsafat etika Ibnu Miskawaih berasal dari filasafat Yunani, peradaban
Persia, ajaran Syariat Islam, dan pengalaman pribadi. Ibnu Maskawaih adalah
seoarang teoritis dalam hal-hal akhlaq artinya ia telah mengupas filsafat
akhlaqiyah secara analisa pengetahuan. Ini tidaklah berarti bahwa Ibnu
Maskawaih tidak berakhlaq, hanya saja persoalannya ditinjau dari segi
pengetahuan semata-mata.
Ibn Miskawaih selain dikenal sebagai pemikir (filosuf), ia juga sebagai penulis
produktif. Dalam buku The History of the Muslim Philosophy seperti yang dikutip
oleh Sirajuddin Zar disebutkan beberapa tulisannya sebagai berikut:
1. Al Fauz al Akbar
2. Al Fauz al Asghar
3. Tajarib al Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ia tulis pada
tahun 369 H/979 M)
4. Uns al Farid (Koleksi anekdot, syair, pribahasa, dan kata-kata hikmah)
5. Tartib al Sa`adat (tentang akhlak dan politik)
6. Al Mustaufa (tentang syair-syair pilihan)
7. Jawidan Khirad (koleksi ungkapan bijak)
8. Al Jami`
9. Al Siyab
10. Kitab al Ashribah
11. Tahzib al Aklaq
12. Risalat fi al Lazzat wa al Alam fi Jauhar al Nafs
13. Ajwibat wa As`ilat fi al Nafs wa al `Alaq
14. Thaharat al Nafs dan lain-lain.
Nama lengkap Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Yaqub
ibn Miskawaih. Ia lahir di kota Ray (Iran) pada 320 H (932) M) dan wafat di Asfahan
9 Safar 421 H (16 Februari 1030 M). Ia belajar sejarah dan filsafat, serta pernah
menjadi khazin (pustakawan) Ibn al-‘Abid dimana dia dapat menuntut ilmu dan
memperoleh banyak hal positif berkat pergaulannya dengan kaum elit. Setelah itu
Ibnu Miskawaih meninggalkan Ray menuju Bagdad dan mengabdi kepada istana
Pangeran Buwaihi sebagai bendaharawan dan beberapa jabatan lain. Akhir hidupnya
banyak dicurahkannya untuk studi dan menulis.
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak (etika) walaupun perhatiannya
luas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran, bahasa, sastra, dan sejarah.
Bahkan dalam literatur filsafat Islam,
tampaknya hanya Ibnu Miskawaih inilah satu-satunya tokoh filsafat akhlak.
Ibnu Miskawaih meninggalkan banyak karya penting, misalnya tahdzibul akhlaq
(kesempurnaan akhlak), tartib as-sa’adah (tentang akhlak dan politik), al-siyar
(tentang tingkah laku kehidupan), dan jawidan khirad (koleksi ungkapan bijak).