Anda di halaman 1dari 38

BIOGRAFI IBNU SINA

Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan Muslim yang terkenal di dunia. Ia


seorang ilmuwan dengan pemikiran-pemikiran yang cerdas mendasari ilmu
kedokteran modern. Ia banyak disebut sebagai "Bapak Kedokteran Modern."
George Sarton menyebutnya sebagai "Ilmuwan Paling Terkenal dari Islam dan
Salah Satu yang Paling Terkenal Pada Semua Bidang Tempat, dan Waktu". Ia
lahir pada zaman keemasan peradaban Islam, sehingga ia disebut sebagai tokoh
Islam dunia.
Ibnu Sina juga seorang penulis yang produktif, sebagian besar karyanya
membahas tentang filsafat dan pengobatan. Ia adalah satu-satunya filsafat
besar dalam Islam yang berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan
terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim hingga
beberapa abad. Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan
The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai Qanun yang digunakan sebagai
Referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Biografi Ibnu Sina

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā.
Ibnu Sina lahir pada 980 M di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah
Uzbekistan (kemudian Persia). Ia berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah
sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya.
Orang tuanya adalah seorang pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman. Ia
dibesarkan di Bukharaja serta belajar falsafah dan ilmu-ilmu agama Islam.
Saat berusia 10 tahun dia banyak mempelajari ilmu agama Islam dan
berhasil menghafal Al-Qur'an. Ia dibimbing oleh Abu Abdellah Natili, dalam
mempelajari ilmu logika untuk mempelajari buku Isagoge dan Prophyry,
Eucliddan Al-Magest Ptolemus. Setelah itu dia juga mendalami ilmu agama dan
Metaphysics Plato dan Arsitoteles.
Suatu ketika dia mengalami masalah saat belajar ilmu Metaphysics dari
Arisstoteles. Empat Puluh kali dia membacanya sampai hafal setiap kata yang
tertulis dalam buku tersebut, namun dia tidak dapat mengerti artinya. Sampai
suatu hari setelah dia membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li Aristho-
nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat jawaban dan penjelasan
yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi segala ilmu
Metaphysics.
Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina
merasa tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran. Ia mempelajari ilmu
kedokteran pada Isa bin Yahya. Meskipun secara teori dia belum matang, tetapi ia
banyak melakukan keberhasilan dalam mengobati orang-orang sakit. Setiap kali
menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk,
maka didalam tidurnya Allah memberikan pemecahan terhadap kesulitan-
kesulitan yang sedang dihadapinya.
Suatu ketika saat Amir Nuh Bin Nasr sedang menderita sakit keras.
Mendengar tentang kehebatan yang dimiliki oleh Ibnu Sina, akhirnya dia diminta
datang ke Istana untuk mengobati Amir Nuh Bin Nasr sehingga kesehatannya
pulih kembali. Sejak itu, Ibnu Sina menjadi akrab dengan Amir Nuh Bin Nasr
yang mempunyai sebuah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku yang
sangan lengkap di daerah itu. Sehingga membuat Ibnu Sina mendapat akses untuk
mengunjungi perpustakaan istana yang terlengkap yaitu Kutub Khana.

Berkat perpustakaan tersebut, Ibnu Sina mendapatkan banyak ilmu


pengetahuan untuk bahan-bahan penemuannya. Pada suatu hari perpustakaan
tersebut terbakar dan orang-orang setempat menuduh Ibnu Sina bahwa dirinya
sengaja membakar perpustakaan tersebut, dengan alasan agar orang lain tidak bisa
lagi mengambil manfaat dari perpustakaan itu.

Ibnu Sina lahir di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut
ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari
Yunani, Persia dan India. Teks Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga
zaman Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan dikembangkan lebih
maju oleh para ilmuwan Islam.

Pengembangan ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh


Al-Kindi. Pengembangan ilmu pengetahuan di masa ini meliputi matematika,
astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan. Pada zaman Dinasti
Samayid dibagian timur Persian wilayah Khurasan dan Dinasti Buyid dibagian
barat Iran dan Persian memberi suasana yang mendukung bagi perkembangan
keilmuan dan budaya. Di zaman Dinasti Samaniyah, Bukhara dan Baghdad
menjadi pusat budaya dan ilmu pengetahun dunia Islam.

Saat berusia 22 tahun, ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Pemerintahan


Samanid menuju keruntuhan. Masalah yang terjadi dalam pemerintahan tersebut
akhirnya membuatnya harus meninggalkan Bukhara. Pertama ia pindah ke
Gurganj, ia tinggal selama 10 tahun di Gurganj. Kemudia ia pindah dari Gurganj
ke Nasa, kemudian pindah lagi ke Baward, dan terus berpindah-pindah tempat
untuk mempelajari ilmu baru dan mengamalkannya.

Shams al-Ma’äli Qäbtis, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibnu
Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052)
meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ia sendiri pada saat itu
terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, ia
bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya
sendiri di mana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari buku
panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini, dan permulaan dari buku Canon of
Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania.

Kemampuan Dalam Bidang Kedokteran dan Filsafat

Dalam bidang kedokteran dia mempersembahkan Al-Qanun fit Thibb,


dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab ini selain
lengkap, disusunnya secara sistematis. Kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama
beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini
mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai
macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad
ke-12 masehi, kitab Al-Qanun diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku
tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman.
Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode
pengobatan Islam.

Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi


dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai
persoalan filsafat yang masih belum terjawab sebelumnya. Pengaruh pemikiran
filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran
tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa.

Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup
antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis
penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama
pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan
pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filsafat besar
Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah
ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya
oleh para pemikir Barat.

Karya-karya dari Ibnu Sina

Karya yang ditulis oleh Ibnu Sina diperkiranan antara 100 sampai 250 buah
judul. Karya-karya Ibnu Sina yang terkenal dalam Filsafat adalah As-Shifa, An-
Najat, dan Al-Isyarat. Karyanya yang terkenal dalam bidang kedokteran adalah
Al-Qanun. Kualitas karyanya yang bergitu luar biasa dan keterlibatannya dalam
praktik kedokteran, mengajar, dan politik, menunjukkan tingkat kemampuan yang
luar biasa. Selain itu, ia banyak menulis karangan-karangan pendek yang
dinamakan Maqallah. Beberapa Karyanya diantara lain :

1. Al-Qanun fi Thib (aturan pengobatan)


2. Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu
pengetahuan)
3. Al-Inshaf (buku tentang keadilan sejati)
4. An-Najah (buku tentang kebahagiaan Jiwa)
5. Al-Musiqa (Buku tentang musik)
6. dan sebagainya.

Selain karya filsafatnya tersebut, Ibnu Sina meninggalkan sejumlah esai dan syair.
Beberapa esainya yang terkenal adalah :

1. Hayy ibn Yaqzhan


2. Risalah Ath-Thair
3. Risalah fi Sirr Al-Qadar
4. Risalah fi Al- 'Isyq
5. Tahshil As-Sa'adah

Beberapa karya puisinya yaitu :

1. Al-Urjuzah fi Ath-Thibb
2. Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah
3. Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah
Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina
memperoleh penghargaan yang tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu-
satunya filsafat besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang
lengkap dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat
muslim beberapa abad. Kehidupan Ibnu Sina dihabiskan untuk urusan negara dan
menulis. Pada usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina meninggal dan
dikuburkan di Hamazan. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di
zamannya.

Assalamualikum. Informasi Biografi di atas ini kami tulis dari berbagai sumber,
jika ada kesalahan atas informasi yang kami sampaikan di atas, kami mohon maaf,
dan berharap agar Anda bisa membetulkannya melalui kotak komentar atau bisa
menghubungi kami melalui e-mail kami. Terima kasih.
BIOGRAFI IMAM AL GHAZALI

Imam Al ghazali dikenal sebagai sosok intelektual multidimensi dengan


penguasaan ilmu multidisiplin. Hampir karya - karya imam al ghazali dari semua
aspek keagamaan dikajinya secara mendalam. Aktifitasnya bergumul dengan
pengetahuan berlangsung dan tidak pernah surut hingga ajal menjemputnya. Tidak
heran jika berbagi gelar disandingkan kepadanya. Ia dikenal dengan Hujjatul
Islam (Pembela Islam), juga ‘Alim al-Ulama’ (doktor keislaman) dan Warits al-
Anbiya’ (pewaris para Nabi).
Sebagai tokoh besar Al ghazali mempunyai tulisan-tulisan yang cukup
banyak. Ali al-Jumbulati. menyebutkan karya Al ghazali sebanyak 70 buah,
sementara menurut Abdurrahman Badawi dalam bukunya Muallafah Al-
Ghazālī menyebutkan karya al-Ghazālī mencapai 457 judul. Al-Washiti dalam
al-Thobaqot al-‘Aliyah fi Manaqib al-Syafi’iyah menyebutkan 98 judul buku.
Musthofa Ghollab menyebut angka 228 judul buku. Al-Subki dalam al-Thobaqot
a-Syafi’iyah menyebut 58 judul buku. Thasy Kubro Zadah dalam Miftah al-
Sa’adah wa Misbah al-Siyadah menyebut angka 80 judul. Michael Allard,
seorang orientalis barat , menyebutkan angka 404 judul. Sedangkan Fakhruddin
al-Zirikli dalam al-‘A’lam menyebut kurang lebih 200 judul buku. Kitab tersebut
terdiri dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Menurut Waryono Abdul Ghafur, periodesasi kronologis penulisan karya
karya imam Al ghazali , secara garis besar dibagi menjadi dua; Periode Baghdad
dan sebelumnya, serta periode pasca Bagdad sampai meninggal. Karya tulis yang
dihasilkan pada periode Baghdad dan sebelumnya adalah; Mizan al-‘Amal, al-
‘Iqtisad fi al-I’tiqad, Mahkan Naza fi al-Manthiq, al-Musfazhiri fi al-Rad ‘ala al-
Batiniyyah, Hujjat al-Haq, Qawasim al-Batiniyyah, Jawab Mafsal al-Khilaf, al-
Durj al-Marqum bi al-Jadawil, Mi’yar al-‘Ilmi, Mi’yar al-‘Uqul, Maqasid al-
Falasifah,Tahafut al-Falasifah, al-Mankhul fi al-Ushul, al-Basit, al-Wasit, al-
Wajiz, Khulasaf al-Mukhtasar, Qawa’id al-Qawa’id, ‘Aqaid al-Sughra, Ma’khaz
al-Khilaf, Lubnab al-Nazar, Tahsin al-Ma’khadh, al-Mabadi wa al-Ghayat,
Muqaddamat al-Qiyas, Shifa al-Ghali/’Alil fi al-Qiyas wa al-Ta’wil, al-Lubab al-
Muntakhal fi al-Jidal dan Ithbat al-Nazar.
Adapun karya tulis yang dihasilkan periode pasca Baghdad sampai meninggal
adalah; al-Risalah al-Qudsiyyah, Ihya ‘Ulum al-Din, al-Rad al-Jami’ li Ilahiyat
Isa bi Sharih al-Injil, Kimiya al-Sa’adah, al-Maqasad al-Asna fi Asma’ Allah al-
Husna, al-Madnun bihi ‘ala Ghair Ahlih, al-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk,
Bidayat al-Hidayah, Mafsal al-Khilaf fi Usul al-Din, Jawahir al-Quran, al-
Arba’in fi Usul al-Din, Asrar al-Ittiba’ al-Sunnah, al-Qistas al-Mustaqim, Asrar
Mu’amalat al-Din, Faysal al-Tafriqah bayn al-Islam wa al-Zanadiqah, al-Munqiz
min al-Dhalal, Qanun al-Ta’wil, al-Risalah al-Laduniyyah, al-Hikmah fi
Makhluqat Allah, al-Mustasfa fi ‘ilmi al-Ushul, al-‘Imla ‘an Mushkil al-Ihya,
Ma’arij al-Quds, Misykat al-Anwar, al-Darurah al-Fakhirah fi Kasyf ‘Ulum al-
Akhirah, Mi’raj al-Saliqin, Tabliis Iblis, Ayyuha al-Walad, Kitab al-Akhlaq al-
Abrar wa al-Najah min al-Shar, al-Gayah al-Quswa, Iljam al-‘Awam ‘an ‘Ilm al-
Kalam dan Minhaj al-‘Abidin.
Jika diklasifikasikan sesuai dengan dengan bidang ilmu pengetahuannya,
antara lain : Teologi Islam (ilmu kalam), hukum Islam (fikih), tasawuf, filsafat,
akhlak dan autobiografi. Sebagaian besar karangannya itu ditulis dalam bahasa
Arab dan Persia. Kitab-kitab itu antara lain :
1. karya imam al ghazali Bidang Teologi
a. Al-Munqidh min adh-Dhalal (penyelamat dari kesesatan) kitab ini
merupakan sejarah perkembangan alam pikiran Al Ghazali sendiri dan
merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan mencapai
Tuhan.
b. Al-Iqtishad fi al-I`tiqad (modernisasi dalam aqidah)
c. Al ikhtishos fi al ‘itishod (kesederhanaan dalam beri’tiqod)
d. Al-Risalah al-Qudsiyyah
e. Kitab al-Arba'in fi Ushul ad-Din
f. Mizan al-Amal
g. Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah

2. karya imam al ghazali Bidang Tasawuf


a. Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama), merupakan
karyanya yang terkenal. menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama). Kitab ini
merupakan karyanya yang terbesar selama beberapa tahun ,dalam keadaan
berpindah-pindah antara Damakus, Yerusalem, Hijaz, Dan Thus yang berisi
panduan fiqh,tasawuf dan filsafat.
b. Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)
c. Misykah al-Anwar (The Niche of Lights /(lampu yang bersinar), kitab
ini berisi pembahasan tentang akhlak dan tasawuf.
d. Minhaj al abidin (jalan mengabdikan diri terhadap Tuhan)
e. Akhlak al abros wa annajah min al asyhar (akhlak orang-orang baik
dan kesalamatan dari kejahatan).
f. Al washit (yang pertengahan) .
g. Al wajiz (yang ringkas).
h. Az-zariyah ilaa’ makarim asy syahi’ah (jalan menuju syariat yang
mulia)
3. karya imam al ghazali Bidang Filsafat
a. Maqasid al-Falasifah (tujuan para filusuf), sebagai karangan yang
pertama dan berisi masalah-masalah filsafat
b. Tahafut al-Falasifah, buku ini membahas kelemahan-kelemahan para
filosof masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rusd dalam buku Tahafut
al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence).
4. karya imam al ghazali Bidang Fiqih
a. Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul
b. Al mankhul minta’liqoh al ushul (pilihan yang tersaing dari noda-noda
ushul fiqih).
c. Tahzib al ushul (elaborasi terhadap ilmu ushul fiqiha).
5. karya imam al ghazali Bidang Logika
a. Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge/ kriteria ilmu-
ilmu).
b. al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance)
c. Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic)
d. Al-ma’arif al-aqliyah (pengetahuan yang nasional)
e. Assrar ilmu addin (rahasia ilmu agama)
f. Tarbiyatul aulad fi islam (pendidikan anak di dalam islam)

Dan beberapa karya-karya imam al ghazali lain yang tidak termasuk dalam ke-
5 bidang tersebut seperti : Al hibr al masbuq fi nashihoh al muluk (barang logam
mulia uraian tentang nasehat kepada pararaja). Syifa al qolil fibayan alsyaban wa
al mukhil wa masalik at ta’wil (obat orang dengki penjelasan tentang hal-hal
samar serta cara-cara penglihatan ), Yaaqut at ta’wil (permata ta’wil dalam
menafsirkan al qur’an) dan lain-lain .
Al-Ghazālī menggunakan bahasa dan metode yang berbeda dalam menulis
sebuah kitab berdasarkan objek yang dihadapinya. Jika kitab itu ditulis untuk
kalangan awam, maka bahasa dan metodenya berbeda dengan kitab yang ditulis
untuk kalangan khawas, kalangan filosof, dan yang semisalnya. Karenanya,
tidaklah mengherankan bila antara satu kitab dengan kitab lainnya yang ditulis al-
Ghazālī terdapat perbedaan-perbedaan.
BIOGRAFI AL BATTANI

Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah

dikenal sebagai bapak trigonometri. Ia adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur

Syria. Dia merupakan astronom Muslim terbesar dan ahli matematika ternama.

Al-Battani melahirkan trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama

yang menyusun tabel cotangen. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah

tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.

Al Battani (Bahasa Arab ‫; أبو عبد هللا محمد بن جابر بن سنان الحراني الصابي البتاني‬

nama lengkap: Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-

Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī), Sedangkan dalam Latin dikenal sebagai Albategnius,

Albategni atau Albatenius.

Al-Battani lahir sekitar 858 di Harran dekat Urfa, di Upper Mesopotamia,

yang sekarang di Turki. Ayahnya adalah seorang pembuat instrumen ilmiah

terkenal. Beberapa sejarawan Barat menyatakan bahwa dia berasal dari kalangan

miskin, seperti budak Arab, namun penulis biografi tradisional Arab tidak

menyebutkan ini. Dia tinggal dan bekerja di Ar-Raqqah, sebuah kota di utara

pusat Suriah dan di Damaskus, yang juga merupakan tempat wafatnya.


Astronomi

Salah satu prestasi Al-Battani yang paling terkenal di astronomi adalah

penyempurnaan dari nilai-nilai yang ada untuk panjang tahun. Ptolemy

menghitung panjang tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 55 menit dan 12

detik. Al-Battani menghitung kembali nilai-nilai tahun matahari untuk panjang

tahun sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Para peneliti telah

menganggap perbedaan fenomena karena Al-Battaniberada di lokasi geografis

yang lebih dekat dengan lintang selatan, yang mungkin lebih menguntungkan bagi

pengamatan tersebut.

Ia mampu memperbaiki beberapa hasil Ptolemy dan menyusun tabel baru

dari matahari dan Bulan. Al-Battani menemukan kembali bahwa arah Matahari

berubah.

Dia juga menguraikan ke tingkat tertentu sejumlah hubungan trigonometri,

penggunaan sinus dalam perhitungan, dan sebagian dari garis singgung. Ia

menjelaskan ke tingkat tertentu karya seorang astronom India, Aryabhata (476-

550 M) dan astronom Yunani Pythagoras (570 SM -. c 495 SM). Dia juga

menghitung kembali nilai-nilai untuk presesi ekuinoks (54,5 "per tahun, atau 1 °

dalam 66 tahun) dan arah miring dari ekliptika (23 ° 35 '), yang merupakan

penjabaran dari Hipparchus. Dia menggunakan tingkat yang seragam untuk

presesi dalam tabel nya.

Karya Al-Battani yang dianggap berperan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan astronomi ke tingkat tertentu.

Matematika

Dalam matematika , al-Battani menghasilkan sejumlah persamaan trigonometri:


dan menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan

persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel

perhitungan tangen. Dia juga menemukan fungsi kebalikan dari garis potong dan

cosecan, dan menghasilkan tabel pertama cosecants, yang ia disebut sebagai "tabel

bayangan" (merujuk pada bayangan gnomon ), untuk setiap gelar dari 1 ° sampai

90 °.

Karya

karya utama Al-Battani yang terkenal adalah Kitāb az-Zij, atau buku tabel

astronomi, juga dikenal sebagai az-Zij as-Sabi '. Hal ini sebagian besar didasarkan

pada teori Ptolemy, dan sumber-sumber Yunani-Siria lainnya, sambil

menunjukkan sedikit pengaruh India atau Persia.

Buku ini dicetak diterjemahan ke dalam bahasa Latin dan Spanyol,

termasuk terjemahan Latin sebagai De Motu Stellarum oleh Plato dari Tivoli di

1116, yang kemudian dicetak ulang dengan penjelasan oleh Regiomontanus.

Sebuah cetak ulang muncul di Bologna pada 1645. MS asli. diawetkan di Vatikan;

dan perpustakaan Escorial memiliki di MS. sebuah risalah dari beberapa nilai

olehnya pada kronologi astronomi.

Akhir hayat

Al-Battani meninggal pada tahun 929 di Qasr al-JISS (dekat Samarra),

Damaskus.
BIOGRAFI MUHAMMAD BIN MUSA AL KHAWARIZMI

Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika,


astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun
780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di
Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah
Kehormatan di Baghdad
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi
sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak
Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan
angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal
di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi
Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga
dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi
dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam
buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi
dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan
dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.

Biografi

Sedikit yang dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat
lahirnya sekalipun. Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang
berada di Provinsi Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang
Xorazm, salah satu provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Abū ‘Abdu llāh atau
Abū Ja’far.
Sejarawan al-Tabari menamakan beliau Muhammad bin Musa al-
Khwārizmī al-Majousi al-Katarbali. Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan
beliau berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.
Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat
beliau, bersama dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni
hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833. setelah Islam masuk ke Persia,
Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan
ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau.
Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah
Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika,
termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.

Karya

Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi,


kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar,
trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan
sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan
keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku
beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala
atau: "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan
Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin pada abad ke-12.
Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825,
memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah
dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin,
Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.
Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia,
angka India, dan sumber-sumber Yunani.
Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah
sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur Tengah. Buku besar beliau yang
lain, Kitab surat al-ard ("Pemandangan Bumi";diterjemahkan oleh Geography),
yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang diketahui dunia, dengan
berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di
Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.
Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun
dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan
70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah
dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin,
menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia
juga menulis tentang astrolab dan sundial.
Kitab I – Aljabar
Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Kitab yang
Merangkum Perhitungan Pelengkapan dan Penyeimbangan) adalah buku
matematika yang ditulis pada tahun 830. Kitab ini merangkum definisi aljabar.
Terjemahan ke dalam bahasa Latin dikenal sebagai Liber algebrae et almucabala
oleh Robert dari Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerardus dari Cremona.

Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat


dengan menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar
(di sini b dan c adalah bilangan bulat positif) dengan membagi koefisien dari
kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( ‫ ) الجبر‬atau pemulihan atau
pelengkapan) dan al-muqābala (penyetimbangan). Al-jabr adalah proses
memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan
nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x^2 = 40x - 4x^2 disederhanakan
menjadi 5x^2 = 40x. Al-muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe
yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x^2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x^2 + 9
= x.
Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr
wa-l-muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī, Abū Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr
wa-al-muqābala), Abū Muḥammad al-‘Adlī, Abū Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu Turk,
Sind bin ‘Alī, Sahl bin Bišr, dan Šarafaddīn al-Ṭūsī.
Kitab 2 - Dixit algorizmi
Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam
Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada
abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada
1126.
Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai
dengan kata: Dixit algorizmi ("Seperti kata al-Khawārizmī"), atau Algoritmi de
numero Indorum ("al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu"), sebuah nama
baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857.
Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind
("Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu")

Kitab 3 - Rekonstruksi Planetarium


Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan. Buku
ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb surat al-Ardh "Buku Pemandangan
Dunia" atau "Kenampakan Bumi" diterjemahkan oleh Geography), yang selesai
pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar
2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti
perkembangan umum.
Hanya ada satu kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di
Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di
Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah Buku
Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan
Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan
pendalaman geografis yang ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.
Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”,
yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez,
dikatakan bahwa ini sanagat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam
kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab
maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert
Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha
mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.
Buku 4 – Astronomi
Kampus Corpus Christi MS 283 Buku Zīj al-sindhind (tabel astronomi)
adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan
116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang
diakui sekarang.
Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh
astronomer Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa
Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat
manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique
(Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid)
dan the Bodleian Library (Oxford).
Buku 5 - Kalender Yahudi
Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi
istikhrāj taʾrīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan Yahudi"). Yang menerangkan
19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu
minggu bulan Tishrī dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi
(penciptaan Adam) dan era Seleucid; dan memberikan hukum tentang bujur
matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang
ditemukan oleh al-Bīrūnī dan Maimonides.

Karya lainnya
Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris
berisi pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī.
Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya
lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.

Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan
determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’).

Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab.


Ibnu al-Nadim dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga
menyebutkan Kitāb ar-Ruḵāma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku
sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.Banyak lagi konsep dalam
matematika yang telah diperkenalkan al-khawarizmi . Bidang astronomi juga
membuat al-Khawarizmi terkenal. Astronomi dapat diartikan sebagai ilmu falaq
[pengetahuan tentang bintang-bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan,
pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang berkaitan dengan bintang.

Pribadi al-Khawarizmi

Kepribadian al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia


Barat. Ini dapat dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwa“pencapaian-
pencapaian yang tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur….” Dalam hal
ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata…." al-Khawarizmi
mempunyai kepribadian yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya
untuk dunia sains".

Beberapa cabang ilmu dalam Matematika yang diperkenalkan oleh al-


Khawarizmi seperti: geometri, aljabar, aritmatika dan lain-lain. Geometri
merupakan cabang kedua dalam matematika. Isi kandungan yang diperbincangkan
dalam cabang kedua ini ialah asal-usul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab
al-Ustugusat[The Elements] hasil karya Euklid : geometri dari segi bahasa berasal
daripada perkataan yunani iaitu ‘geo’ yang berarti bumi dan ‘metri’ berarti
pengukuran. Dari segi ilmu, geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang
berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat ruang. Geometri ini dipelajari sejak
zaman firaun [2000SM]. Kemudian Thales Miletus memperkenalkan geometri
Mesir kepada Yunani sebagai satu sains dalam kurun abad ke 6 SM. Seterusnya
sarjana Islam telah menyempurnakan kaidah pendidikan sains ini terutama pada
abad ke9M.

Algebra/aljabar merupakan nadi matematika. Karya Al-Khawarizmi telah


diterjemahkan oleh Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa
Eropa pada abad ke-12. sebelum munculnya karya yang berjudul ‘Hisab al-Jibra
wa al Muqabalah yang ditulis oleh al-Khawarizmi pada tahun 820M. Sebelum ini
tak ada istilah aljabar.

PERANAN DAN SUMBANGAN AL-KHAWARIZMI

Sumbangsihnya dalam bentuk hasil karya diantaranya ialah :


 Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan
tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
 Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah mengajukan contoh-contoh
persoalan matematika dan mengemukakan 800 buah masalah yang
sebagian besar merupakan persoalan yang dikemukakan oleh Neo.
Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh
al-Khawarizmi.
 Sistem Nomor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting
dalam sistem Nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini
memuat Cos, Sin dan Tan dalam penyelesaian persamaan trigonometri ,
teorema segitiga sama kaki dan perhitungan luas segitiga, segi empat dan
lingkaran dalam geometri.

BIOGRAFI IMAM SYAFII

Imam Syafi’i seorang imam mazhab fiqh yang sangat berpengaruh luas
hingga saat ini utamanya dikalangan ahlussunnah wal jama’ah, beliau
memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-
Muttalibi Al-Qurashi. Berbagai gelar kehormatan disematkan kepada beliau antara
lain Alimul Ashr, Nashirul Hadits, Imam Quraish, Al-Imam Al-Mujaddid, Faqihul
Millah. Imam Syafi’i dilahirkan di Gaza, Asqalan Palestina tahun 767 M / 150 H.
beliau adalah putra dari Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Saib bin
Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muttalib bin Abdu Manaf, ibunya
bernama Fatimah binti Abdullah Al-Uzdiyah. Imam Syafi’i dikarunai putera
puteri dari pernikahannya dengan Hamidah binti Nafi` bin Unaisah bin Amru bin
Utsman bin Affan dua orang putera Abu Utsman dan Abul Hasan dan dua
orang puteri bernama Fatimah dan Zainab. Abu Usman Muhammad kelak
menjadi seorang hakim di kota Halib, Syam (Syiria).

Imam Syafi’i memiliki garis nasab yang bersambung dengan rasulullah


SAW. Dari jalur ayah imam syafi’i yaitu Muhammad bin Idris bin Abbas bin
Utsman bin Syafi` bin Sa`ib bin Abid bin Abu Yazid bin Hisyam bin Muthalib bin
Abdu Manaf bin Qusayyi bin Kilab bin Murrah, nasab beliau bertemu dengan
Rasulullah saw. pada Abdu Manaf bin Qusayyi. Sedangkan merujuk pada nasab
Ibunya bernama Fatimah binti Abdullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi
Thalib. Orang-orang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui Hasyimiyah
melahirkan keturunan kecuali Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam Syafi`i.

Secara singkat, kelahiran Imam Syafi’i bertepatan dimana Imam Abu


Hanifah meninggal dunia. Ketika usianya mencapai dua tahun, ibunya mengajak
pindah ke Hijaz dimana sebagian besar penduduknya berasal dari Yaman, ibunya
sendiri berasal dari Azdiyah. Lalu keduanya menetap di sana. Akan tetapi saat
usianya telah mencapai sepuluh tahun, ibunua mengajak pindah ke Makkah
lantaran khawatir akan melupakan nasabnya.

Imam Syafi`i sejak kecil hidup dalam kemiskinan, para pendidik tidak
memperoleh upah dan mereka hanya terbatas pada pengajaran. Akan tetapi setiap
kali seorang guru mengajarkan sesuatu pada murid-murid, terlihat Syafi`i kecil
dengan ketajaman akal pikiran yang dimilikinya mampu menangkap semua
perkataan serta penjelasan gurunya. Setiap kali gurunya berdiri untuk
meninggalkan tempatnya, Syafi`i kecil mengajarkan kembali apa yang dia dengar
dan dia pahami kepada anak-anak yang lain, sehingga apa yang dilakukan Syafi`i
kecil ini mendapatkan upah. Sesudah usianya menginjak ke tujuh, Syafi`i telah
berhasil menghafal al-Qur`an dengan baik.

Imam Syafi`i bercerita: “Saat kami menghatamkan al-Qur`an dan


memasuki masjid, kami duduk di majlis para ulama. Kami berhasil menghafal
beberapa hadits dan beberapa masalah Fiqih. Pada waktu itu, rumah kami berada
di Makkah. Kondisi kehidupan kami sangat miskin, dimana kami tidak memiliki
uang untuk membeli kertas, akan tetapi kami mengambil tulang-tulang sehingga
dapat kami gunakan untuk menulis.”

Pada saat menginjak usia tiga belas tahun, dia juga memperdengarkan
bacaan al-Qur`an kepada orang-orang yang berada di Masjid al-Haram, dia
memiliki suara yang sangat merdu. Suatu ketika Imam Hakim menceritakan hadits
yang berasal dari riwayat Bahr bin Nashr, bahwa dia berkata: “Jika kami ingin
menangis, kami mengatakan kepada sesama teman “Pergilah kepada Syafi`i !”
jika kami telah sampai dihadapannya, dia memulai membuka dan membaca al-
Qur`an sehingga manusia yang ada di sekitarnya banyak yang berjatuhan di
hadapannya lantaran kerasnya menangis. Kami terkagum-kagum dengan
keindahan dan kemerduan suaranya, sedemikian tinggi dia memahami al-Qur`an
sehingga sangat berkesan bagi para pendengarnya.

Imam Syafi`i pernah berguru kepada Muslim bin Khalid al-Zanji,


seorang Mufti Makkah pada tahun 180 H. yang bertepatan dengan tahun 796 M.
dia adalah maula Bani Makhzum. Sufyan bin Uyainah al-Hilali yang berada di
Makkah, dia adalah salah seorang yang terkenal kejujuran dan keadilannya.
Ibrahim bin Yahya, Malik bin Anas, Waki` bin Jarrah bin Malih al-
Kufi. Hammad bin Usamah al-Hasyimi al-Kufi, Abdul Wahab bin Abdul
Majid al-Bashri.

Keistimewaan Imam Syafi`i.

Banyak keistimewaan yang dimiliki Imam Syafi’i antara lain :

1. Keluasan ilmu pengetahuan dalam bidang sastra serta nasab, yang sejajar
dengan al-Hakam bin Abdul Muthalib.
2. Kekuatan menghafal al-Qur`an dan kedalaman pemahaman antara yang
wajib dan yang sunnah, serta kecerdasan terhadap semua disiplin ilmu
yang dia miliki, yang tidak semua manusia dapat melakukannya.
3. Kedalaman ilmu tentang Sunnah, dia dapat membedakan antara Sunnah
yang shahih dan yang dha`if. Serta ketinggian ilmunya dalam bidang ushul
fiqih, mursal, maushul, serta perbedaan antara lafadl yang umum dan yang
khusus.
4. Imam Ahmad bin Hambal berkata: Para ahli hadits yang dipakai oleh
Imam Abu Hanifah tidak diperdebatkan sehingga kami bertemu dengan
Imam Syafi`i. Dia adalah manusia yang paling memahami kitab Allah swt.
dan Sunnah Rasulullah saw. serta sangat peduli terhadap hadits beliau.
5. Ibnu Rahawaih pernah ditanya: Menurut pendapatmu, bagaimanakah
Imam Syafii dapat menguasai al-Qur`an dalam usia yang masih relatif
muda? lalu dia menjawab: Allah swt. mempercepat akal pikirannya
lantaran usianya yang pendek.
6. Imam Syafii adalah Pakar Ilmu Pengetahuan dari Quraisy. Imam Ahmad
bin Hambal berkata: Jika kami ditanya tentang satu masalah dan kami
tidak mengetahuinya, maka kami menjawab dengan menukil perkataan
Syafi`i, lantaran dia seorang imam besar yang ahli dalam ilmu
pengetahuan yang berasal dari kaum Quraisy. Dalam suatu hadits
diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: “Orang alim
dari Quraisy ilmunya akan memenuhi bumi.” (Manaqib karya Imam
Baihaqi, juz 1, hlm. 45.)

Ar-Razi berkata: Kriteria orang orang yang disebutkan di atas ini akan
terpenuhi apabila seseorang memiliki kriteria sebagai berikut : Pertama; berasal
dari suku Quraisy. Kedua; memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas dari
kalangan ulama. Ketiga; memiliki ilmu pengetahuan yang luas, dan dikenal oleh
penduduk Timur dan Barat. Benar kriteria di atas hanya terdapat pada diri Imam
Syafi`i, dia adalah seorang ahli ilmu pengetahuan yang berasal dari suku Quraisy.
Berikut beberapa hadits yang berkaitan dengan hal di atas.

Kitab-kitab Karya Imam Syafi`i.

1. Al-Risalah al-Qadimah (kitab al-Hujjah).


2. Al-Risalah al-Jadidah.
3. Ikhtilaf al-Hadits.
4. Ibthal al-Istihsan.
5. Ahkam al-Qur`an
6. Bayadh al-Fardh.
7. Sifat al-Amr wa al-Nahyi.
8. Ikhtilaf al-Malik wa al-Syafi`i.
9. Ikhtilaf al- Iraqiyin.
10. Ikhtilaf Muhammad bin Husain.
11. Fadha`il al-Quraisy
12. Kitab al-Umm
13. Kitab al-Sunan

Sang Al-Imam Al-Mujaddid pada akhirnya wafat di Mesir pada malam Jum`at
sesudah shalat Maghrib, yaitu pada hari terakhir di bulan Rajab. Beliau di
makamkan pada Hari Jum`at pada tahun 204 H. bertepatan tahun 819/820 M.
makamnya berada di kota Kairo, di dekat masjid Yazar, yang berada dalam
lingkungan perumahan yang bernama Imam Syafi`i.

BIOGRAFI IBNU MAJAH

Nama lengkapnya Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i


Al-Qazwini. Ia lebih akrab dipanggil Ibnu Majah.

Ulama yang dikenal kejujuran dan akhlak mulianya ini dilahirkan di


Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah dinisbahkan kepada ayahnya,
Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. Ibnu Majah adalah
muhaddits ulung, mufassir dan seorang alim. Ia memiliki beberapa karya, di
antaranya adalah Kitabus Sunan, Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.

Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja. Namun baru mulai menekuni
bidang ilmu hadits pada usia 15 tahun pada seorang guru ternama kala itu, yaitu
Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang hadits makin
besar.

Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan
negara guna mencari, mengumpulkan, dan menulis hadits. Puluhan negeri telah ia
kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Bashrah, Kufah, Baghdad, Khurasan,
Suriah, dan Mesir.

Dengan cara inilah, Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis puluhan
bahkan ratusan hadits dari sumber-sumber yang dipercaya kesahihannya. Tak
hanya itu, dalam berbagai kunjungannya itu, ia juga berguru pada banyak ulama
setempat. Seperti, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin
Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para
pengikut perawi dan ahli hadits, Imam Malik serta Al-Lays.

Dari pengembaraannya ini, tak sedikit ulama yang akhirnya meriwayatkan


hadits dari Ibnu Majah. Antara lain Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin
Salamah Al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya.

Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik
dalam bidang hadits, sejarah, fiqh, maupun tafsir. Di bidang tafsir, ia antara lain
menulis Tafsir Alquranul Karim. Sementara itu, di bidang sejarah, Ibnu Majah
menulis buku At-Tarikh, karya sejarah yang memuat biografi para perawi hadits
sejak awal hingga ke masanya. Lantaran tak begitu monumental, kemungkinan
besar kedua karya tersebut tak sampai di tangan generasi Islam berikutnya.

Yang menjadi monumental dan populer di kalangan Muslim dan literatur


klasik dari karya Ibnu Majah adalah kitab di bidang hadits berjudul Kitab Sunan
Ibnu Majah. Kitab ini merupakan karya terbesarnya. Di bidang ini pula, Ibnu
Majah telah meriwayatkan sedikitnya 4.000 buah hadits.

Bahkan seperti diungkapkan Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku


Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah hadits dalam
kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah hadits. Sebanyak 3.002 di
antaranya termaktub dalam lima kitab kumpulan hadits yang lain. "Tak hanya
hukum Islam, dalam kitab Sunan Ibnu Majah tersebut juga membahas masalah-
masalah akidah dan muamalat. Dari sekian banyak hadits yang diriwayatkan,
beberapa kalangan ulama mengkategorikan sebagiannya sebagai hadits lemah,"
kata Baqi.

Sunan Ibnu Majah ini berisikan hadits yang shahih, hasan, dhaif bahkan
maudhu’. Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik ada hampir 30 hadits maudhu'
di dalam Sunan Ibnu Majah walaupun disanggah oleh As-Suyuthi.

Atas ketekunan dan kontribusinya di bidang ilmu-ilmu Islam itu,


khususnya disiplin ilmu hadits, banyak ulama yang kagum dan menilainya
sebagai salah seorang ulama besar Islam. Seorang ulama bernama Abu Ya’la Al-
Khalili Al-Qazwini misalnya, berkata, "Ibnu Majah adalah seorang kepercayaan
yang besar, yang disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan argumentasi
pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghapal
hadits."

Ulama lainnya, Zahabi dalam Tazkiratul Huffaz, melukiskannya sebagai


seorang ahli hadits besar dan mufassir (ahli tafsir), pengarang kitab sunan dan
tafsir, serta ahli hadits kenamaan negerinya.

Sementara mufassir besar kenamaan, Ibnu Kasir, dalam karyanya, Al-


Bidayah, berkata, "Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang Kitab
Sunan yang masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya,
keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya
kepada hadits dan usul serta furu’."

Al-Imam Al-Bushiri menulis ziadah (tambahan) hadits di dalam Sunan


Abu Dawud yang tidak terdapat di dalam Kitabul Khomsah—Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’i dan Sunan Tirmidzi—sebanyak
1.552 hadits di dalam kitabnya Misbah Az-Zujajah fi Zawaid Ibni Majah, serta
menunjukkan derajat shahih, hasan, dhaif maupun maudhu’. "Oleh karena itu,
penelitian terhadap hadits-hadits di dalamnya amatlah urgen dan penting," kata
Bushiri.

Setelah sekian lama mendedikasikan hidup dan pemikirannya kepada


Islam, Sang Khaliq akhirnya memanggil Imam Ibnu Majah selama-lamanya pada
tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M. Ia dimakamkan di tanah kelahirannya,
Qazwin, Irak. Umat Islam terus mengenangnya melalui berbagai karyanya,
terutama Kitab Sunan Ibnu Majah yang termasuk dalam Kutubus Sittah (Enam
Kitab Hadis).
BIOGRAFI AL-KINDI

Al-Kindi salah seorang pemikir brilian islam, bernama lengkap Abu


Yusuf Ya`qub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran ibn Isma`il ibn Muhammad ibn
al-Asy’ath ibn Qais al-Kindi Latin: Alkindus) (lahir: 801 – wafat: 873), dikenal
sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain
bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Banyak karya-karya para filsuf
Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan
Plotinos. Sayangnya ada sebuah karya Plotinus yang diterjemahkannya sebagai
karangan Aristoteles yang berjudul Teologi menurut Aristoteles, yang di
kemudian hari menimbulkan sedikit kebingungan.

Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani


ke dalam bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-
Ma’mun, al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di
samping menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan
sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai
ahli di istana dan menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim, Ahmad.

Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang


berkembang pada saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat
menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi,
adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah
ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai
keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di
sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.

Pemikiran Al-Kindi

Pemaduan Filsafat dan Agama

Al-Kindi orang Islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan


antara filasafat dan agama atau antara akal dan wahyu. Menurutnya antara
keduanya tidak bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu tentang
kebenaran. Sedangkan kebenaran itu satu tidak banyak. Ilmu filasafat meliputi
ketuhanan, keesan-Nya, dan keutamaan serta ilmu-ilmu lain yang mengajarkan
bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan dari apa-
apa yang mudarat. Hal seperti ini juga dibawa oleh para rasul Allah dan juga
mereka menetapkan keesaan Allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-Nya.

Falsafat Ketuhanan

Tuhan dalam falsafat Al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah dan
mahiah. Tidak aniah karena tidak termasuk yang ada dalam alam, bahkan Ia
adalah Pencipta alam. Ia tidak tersusun dari materi dan bentuk. Tuhan juga tidak
mahiah karena Tuhan tidak merupakan genus dan spesies. Tuhan adalah Yang
Benar Pertama (Al-Haqqul Awwal) dan Yang Benar Tunggal (Al-Haqqul Wahid).
Falasafat Jiwa

Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw. tidak menjelaskan tegas tentang roh
dan jiwa. Bahkan Al-Quran sebagai pokok sumber ajaran Islam
menginformasikan bahwa manusia tidak akan mengetahui hakikat ruh karena itu
urusan Allah bukan Manusia. Dengan adanya hal tersebut, kaum filosof Muslim
membahas jiwa berdasarkan pada falsafat jiwa yang dikemukakan para
filosof Yunani, kemudian mereka selaraskan dengan ajaran Islam.

Akal

Dalam jiwa manusia terdapat tiga daya yang telah disebutkan diatas salah satunya
ialah daya berpikir. Daya berpikir itu adalah akal. Menurut al-Kindi akal dibagi
menjadi tiga macam: akal yang bersifat potensil; akal yang keluar dari sifat
potensil dan aktuil; dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.

Karya Karya Al-Kindi

Al-Kindi mengarang buku-buku dan menurut keterangan ibn al-Nadim buku-buku


yang ditulisnya berjumlah 241 dalam filsafat, logika, matematika, musik, ilmu
jiwa dan lain sebagainya. Corak filsafat al-Kindi tidak banyak yang diketahui
karena buku-buku tentang filsafat banyak yang hilang. Beberapa karya tulis al-
Kindi antara lain:

1. Kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang


filsafat pertama)
2. Kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyah wa al
Muqtashah wa ma fawqa al-Thabi’iyyah (tentang filsafat yang
diperkenalkan dan masalah-masalah logika dan muskil, serta metafisika).
3. Kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi ‘ilm al-Riyadhiyyah (tentang
filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan
matematika).
4. Kitab fi Qashd Aristhathalis fi al-Maqulat (tentang maksud-maksud
Aristoteles dalam kategori-kategorinya).
5. Kitab fi Ma’iyyah al-‘ilm wa Aqsamihi (tentang sifat ilmu pengetahuan
dan klasifikasinya).
6. Risalah fi Hudud al-Asyya’ wa Rusumiha (tentang definisi benda-benda
dan uraiannya).
7. Risalah fi Annahu Jawahir la Ajsam (tentang substansi-substansi tanpa
badan).
8. Kitab fi Ibarah al-Jawami’ al Fikriyah (tentang ungkapan-ungkapan
mengenai ide-ide komprehensif).
9. Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (sebuah tilisan filosofis
tentang rahasia-rahasia spiritual).
10. Dan Risalah fi al-Ibanah an al-‘illat al-Fa’ilat al-Qaribah li al-kawn wa
al-Fasad (tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap
alam dan kerusakan).
BIOGRAFI AL-FARABI

Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi (870-950) atau disingkat Al-
Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.

Ia juga dikenal dengan nama lain Abu Nasir al-Farabi (dalam beberapa sumber
ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah
Al- Farabi, juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan
Abunasir.

Kemungkinan lain adalah Farabi adalah seorang Syi’ah Imamiyah (Syiah


Imamiyah adalah salah satu aliran dalam islam dimana yang menjadi dasar aqidah
mereka adalah soal Imam) yang berasal dari Turki.

Kehidupan dan pembelajaran

Al-Farabi memiliki Ayah seorang opsir tentara Turki keturunan Persia,


sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki
kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang
dipelajari. Pada masa awal pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Qur’an, tata
bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan
aritmatika dasar.

Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di
Kazakhstan sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana
selama 20 tahun.

Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun
920 M, al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di utara
Syria, dimana saat itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil.
Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin
Jilad.

Tahun 940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan


bertemu dengan Sayf al Dawla al Hamdanid, Kepala daerah (distrik) Aleppo, yang
dikenal sebagai simpatisan para Imam Syi’ah. Kemudian al-Farabi wafat di kota
Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950 M) di masa
pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah).
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia
Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal
para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya
terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan
musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku
penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat
memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.

Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena


kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama
dalam ilmu filsafat.

Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan


dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam
serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama
wahyu.

Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla


dan di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang
dipimpin oleh seorang Khalifah. Ia lahir dimasa kepemimpinan Khalifah
Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-
Muthi’ (946-974 M) dimana periode tersebut dianggap sebagai periode yang
paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik.

Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran


dari para ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba
mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran
Islam untuk menciptakan sebuah negara pemerintahan yang ideal (Negara
Utama).

Buah Pemikiran

Karya
Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan,
karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian yaitu:

1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).

Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau


Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan
politik dan hubungan antara rejim yang paling baik menurut pemahaman Plato
dengan hukum Ilahiah islam. Filsafat politik Al-Farabi, khususnya gagasannya
mengenai penguasa kota utama mencerminkan rasionalisasi ajaran Imamah dalam
Syi'ah.

Pemikiran tentang Asal-usul Negara dan Warga Negara


Menurut Al-Farabi manusia merupakan warga negara yang merupakan salah
satu syarat terbentuknya negara. Oleh karena manusia tidak dapat hidup sendiri
dan selalu membutuhkan bantuan orang lain, maka manusia menjalin hubungan-
hubungan (asosiasi). Kemudian, dalam proses yang panjang, pada akhirnya
terbentuklah suatu Negara. Menurut Al-Farabi, negara atau kota merupakan suatu
kesatuan masyarakat yang paling mandiri dan paling mampu memenuhi
kebutuhan hidup antara lain: sandang, pangan, papan, dan keamanan, serta
mampu mengatur ketertiban masyarakat, sehingga pencapaian kesempurnaan bagi
masyarakat menjadi mudah. Negara yang warganya sudah mandiri dan bertujuan
untuk mencapai kebahagiaan yang nyata , menurut al-Farabi, adalah Negara
Utama.
Menurutnya, warga negara merupakan unsur yang paling pokok dalam suatu
negara. yang diikuti dengan segala prinsip-prinsipnya (mabadi) yang berarti dasar,
titik awal, prinsip, ideologi, dan konsep dasar. Keberadaan warga negara sangat
penting karena warga negaralah yang menentukan sifat, corak serta jenis negara.
Menurut Al-Farabi perkembangan dan/atau kualitas negara ditentukan oleh warga
negaranya. Mereka juga berhak memilih seorang pemimpin negara, yaitu seorang
yang paling unggul dan paling sempurna di antara mereka.
Negara Utama dianalogikan seperti tubuh manusia yang sehat dan utama,
karena secara alami, pengaturan organ-organ dalam tubuh manusia bersifat
hierarkis dan sempurna. Ada tiga klasifikasi utama:

1. Pertama, jantung. Jantung merupakan organ pokok karena jantung adalah


organ pengatur yang tidak diatur oleh organ lainnya.
2. Kedua, otak. Bagian peringkat kedua ini, selain bertugas melayani bagian
peringkat pertama, juga mengatur organ-ogan bagian di bawahnya, yakni
organ peringkat ketiga, seperti : hati, limpa, dan organ-organ reproduksi.
3. Organ bagian ketiga. Organ terbawah ini hanya bertugas mendukung dan
melayani organ dari bagian atasnya.

Al-Farabi membagi negara ke dalam lima bentuk, yaitu:

1. Negara Utama (Al-Madinah Al-Fadilah): negara yang dipimpin oleh para


nabi dan dilanjutkan oleh para filsuf; penduduknya merasakan
kebahagiaan.
2. Negara Orang-orang Bodoh (Al-Madinah Al-Jahilah): negara yang
penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
3. Negara Orang-orang Fasik: negara yang penduduknya mengenal
kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara
orang-orang bodoh.
4. Negara yang Berubah-ubah (Al-Madinah Al-Mutabaddilah): pada awalnya
penduduk negara ini memiliki pemikiran dan pendapat seperti penduduk
negara utama, namun kemudian mengalami kerusakan.
5. Negara Sesat (Al-Madinah Ad-dallah): negara yang dipimpin oleh orang
yang menganggap dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang
banyak dengan ucapan dan perbuatannya.

Pemikirannya Tentang Pemimpin

Dengan prinsip yang sama, seorang pemimpin negara merupakan bagian


yang paling penting dan paling sempurna di dalam suatu negara. Menurut Al
Farabi, pemimpin adalah seorang yang disebutnya sebagai filsuf yang berkarakter
Nabi yakni orang yang mempunyai kemampuan fisik dan jiwa (rasionalitas dan
spiritualitas).

Disebutkan adanya pemimpin generasi pertama (the first one – dengan


segala kesempurnaannya (Imam) dan karena sangat sulit untuk ditemukan
(keberadaannya) maka generasi kedua atau generasi selanjutnya sudah cukup,
yang disebut sebagai (Ra’is) atau pemimpin golongan kedua. Selanjutnya al-
Farabi mengingatkan bahwa walaupun kualitas lainnya sudah terpenuhi , namun
kalau kualitas seorang filsufnya tidak terpenuhi atau tidak ambil bagian dalam
suatu pemerintahan, maka Negara Utama tersebut bagai “kerajaan tanpa seorang
Raja”. Oleh karena itu, Negara dapat berada diambang kehancuran.

Sebagian besar karyanya hilang, dan yang masih bisa dibaca dan
dipublikasikan kurang lebih 30 judul.

 Al- Jam’u baina Ra’yay a Hakimain Alflatun wa Arissthu;


 Tahiq Ghard Aristu fi kitab ma Ba’da Ath Thabi’ah
 Syarah Risalah Zainun al-Kabir al-Yunani At-Ta’liqat
 Risalah fima Yajibu Ma’rofat Qabla ta’allumi al-Falsafah;
 Kitab Tahsil as-Sa’adah
 Risalah fi Istbat al-Mufaraqah ‘Uyun al Masa’il
 Ara ‘Ahl -al-Madinah al-Fadilah;
 Ihsa al- ‘Ulum wa at
 Ta’rif bi Aghradita
 Maqalat fi Ma’ani Aql
 Fushul al-Hukm;
 Risalat al-Aql;
 As-Siyasah al-Madaniyah;
 Al-Masa’il al -Falsafiyah wa al-Ajwibah Anha.

BIOGRAFI AL TABARI

Al-Tabari lahir pada tahun 838 M, berasal dari keturunan Yahudi Persia yang
menganut aliran Zoroaster. Nama belakang al-Tabari adalah kenangan bahwa dia
keturunan Yahudi yang berasal dari Merv di Tabaristan.

Ia lahir dari keluarga ilmuwan. Ayahnya, Sahl Ibnu Bishr adalah ahli pengobatan,
astrolog dan ahli matematika yang terkenal. Dia tergolong keluarga bangsawan
dan orang-orang di sekitar memanggilnya Raban yang artinya pemimpin kami.

Sang ayah adalah guru pertama bagi al-Tabari. Dari ayahnya, ia mempelajari ilmu
pengobatan dan kaligrafi. Sebagai seorang pemuda yang cerdas, Ali juga sangat
mahir berbahasa Suriah dan Yunani. Nama besarnya dicatat dan diabadikan dalam
karya muridnya Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi alias Rhazes, fisikawan agung.

Al-Tabari lalu mengabdi di istana khalifah Dinasti Abbasiyah hingga


kepemimpinan al-Mutawakkil (847-861). Diperkirakan saat itulah, dia
memutuskan hijrah ke dunia Islam pada saat Khalifah Abbasiyah, Al-Mu'tasim
(833-842) berkuasa.

Pencetus terapi penyakit jiwa

Dunia psikologi Islam mengenal Al-Tabari sebagai pencetus terapi penyakit jiwa.
Selain dikenal sebagai seorang psikolog, ia juga menguasai ilmu lain yakni, fisika
dan kedokteran. Namanya tetap dikenang berkat karya-karya tulisnya yang sangat
berpengaruh. Lewat kitab Firdous al-Hikmah yang di tulisnya pada abad ke-9 M,
dia telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang
mengalami gangguan jiwa. Al-Tabari menekankan kuatnya hubungan antara
psikologi dengan kedokteran. Ia berpendapat, untuk mengobati pasien gangguan
jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi.

Al-Tabari menjelaskan, pasien kerap kali mengalami sakit karena imajinasi atau
keyakinan yang sesat. Untuk mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan
melalui "konseling bijak". Terapi ini bisa dilakukan oleh seorang dokter yang
cerdas
dan punya humor yang tinggi. Caranya dengan membangkitkan kembali
kepercayaan
diri pasiennya. Pemikirannya di abad ke-9 M ternyata masih relevan hingga
sekarang.

Al-Tabari dinilai muridnya sebagai seorang guru yang berdedikasi tinggi. Tak
heran, jika murid-muridnya juga meraih ke suksesan seperti dirinya, salah satunya
al-Razi.
Ia mengajari al-Razi ilmu pengobatan saat menetap di wilayah Rai. Lalu dia hijrah
ke Samarra dan menjadi sekretarisnya Mazyar ibnu Marin. Meski begitu, ia kalah
pamor dibanding, muridnya al-Razi.

Kitab Firdous al-Hikmah

Kitab "Firdous al-Hikmah" atau (Paradise of Wisdom) merupakan adikarya sang


psikolog. Ia menghasilkan karya pertamanya dalam bidang pengobatan. Dia
merupakan orang pertama yang mengusung ilmu kesehatan anak-anak dan bidang
pertumbuhan anak, ujar Amber Haque dalam bukunya berjudul Psychology from
Islamic Perspec tive: Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to
Contemporary Muslim Psychologists.

Kitabnya yang monumental itu juga diterjemahkannya ke dalam bahasa Suriah.


Al-Tabari memiliki dua kompilasi untuk karya nya yang dinamakan Deen-al-
Doulat dan al-Sehhat. Adikarya sang ilmuwan itu bisa ditemukan di perpustakaan
Universitas Oxford, Inggris. Al-Tabari tutup usia pada tahun 870 M, namun
namanya hingga kini tetap abadi.
Firdous al-Hikmah berisi tentang sistem pengobatan yang dibuat dalam tujuh
bagian. Buku yang ditulis dalam bahasa Arab ini disebut juga Al-Kunnash. Buku
ini dikategorikan sebagai ensiklopedia kedokteran dan dibuat dalam tujuh volume
dan
30 bagian, dengan total 360 bab.

Dalam kitabnya itu, al-Tabari membagi ilmu pengobatan dalam beberapa bagian,
antara lain: ilmu kesehatan anak dan pertumbuhan anak serta psikologi dan
psikoterapi. Di bagian pengobatan dan psikoterapi, al-Tabari menekankan
kekuatan antara psikologi dan pengobatan, dan kebutuhan psikoterapi dan
konseling pada pelayanan pengobatan pasien. Ia juga menerjemahkan buku ini ke
dalam bahasa Syria untuk memperluas informasi ini sekaligus penggunaannya.
Informasi dalam buku Firdous al-Hikmah ini tidak pernah masuk ke lingkaran
pengetahuan dunia barat karena tidak pernah diterjamahkan dan diedit, baru pada
abad ke 20 dikenal di dunia barat, ketika Mohammed Zubair Siddiqui berusaha
mengedit sekaligus membaginya dalam lima bagian kecil.

Menurut Amber Haque, al-Tabari menuliskan dalam risalahnya, untuk mengobati


pasien gangguan jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi. Ia melakukan
pendekatan terhadap pasien dengan bantuan konseling, atau mencoba pasiennya
mengungkapkan isi hati serta perasaan yang menggangu. Ia juga mengajarkan
agar para dokter, memberikan perhatian, tidak hanya dalam bentuk pengobatan,
namun juga dalam bentuk berdialog. Inilah upaya yang diyakini Ali akan
membantu suksesnya sebuah pengobatan.

Kitab El-Mansuri dan Al-Hawi

Pemikirannya dalam bidang psikologi banyak mempengaruhi al-Razi. Melalui


kitabnya El-Mansuri dan Al-Hawi, al-Razi juga berhasil mengungkapkan definisi
symptoms (gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit mental dan masalah-
masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental. Al-Razi juga tercatat
sebagai dokter atau psikolog pertama yang membuka ruang psikiatri di sebuah
rumah sakit di Kota Baghdad.

Pemikir Muslim lainnya di masa ke emasan Islam yang turut menyumbangkan


pemikirannya untuk pengobatan penyakit ke jiwaan adalah Al-Farabi. Ilmuwan
termasyhur ini secara khusus menulis risalah terkait psikologi sosial dan
berhubungan dengan studi kesadaran.

Hingga kini, sebanyak lima karya al-Tabari masih tetap tersimpan di


perpustakaan. Dr Mohammed Zubair Siddiqui telah membandingkan dan
mengedit manuskrip karya al-Tabari. Dalam kata pengantarnya, Siddiqui
mengaku sangat kagum dengan karya sang ilmuwan dari abad ke-9 M itu.
Menurut dia, buah pikir al-Tabari sungguh sangat berguna.

Alquran di Mata Al-Tabari

Ali bin Rabban al-Tabari awalnya adalah penganut Zoroaster. Ia lalu memutuskan
untuk masuk Islam, karena begitu kagum dengan Alquran. Sang psikolog
terkemuka itu mengaku tidak pernah menemukan tulisan maupun bahasa yang
lebih
hebat dan sempurna dari Alquran.

Pengakuan al-Tabari terhadap kehebatan Alquran itu dikutip MSM Saifullah


dalam karyanya bertajuk Topics Relating to The Qur'an: I'jaz, Grammarians &
Jews. "Apa yang dikatakan Quran itu adalah benar. Kenyataannya adalah saya
tidak menemukan satu buku pun dalam bahasa Arab dan Persia serta dalam
bahasa India atau Yunani yang sempurna seperti Alquran," tuturnya.

Karyanya:

 Firdous al-Hikmah (Paradise of Wisdom)


 Tuhfat al-Muluk (The King's Present)
 Hafzh al-Sihhah (The Proper Care of Health), mengikuti pengarang
Yunani dan Indian.
 Kitab al-Ruqa (Book of Magic or Amulets)
 Kitab fi al-hijamah (Treatise on Cupping)
 Kitab fi Tartib al-'Ardhiyah (Treatise on the Preparation of Food)

MUHAMMAD BIN ZAKARIYA AL-RAZI


Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia
barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 -
930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313
H/925.

Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan.
Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad.
Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di
Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.

Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah
satu ilmuwan terbesar dalam sejarah.

Biografi

Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9
Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut
terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat
Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh
karyanya.

Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia
kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi
memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai
eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari
dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai
mempelajari ilmu kedokteran.

Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan
filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang
kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk
menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.

Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter


disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan
Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur
yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun
kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan
menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.

Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi


memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia
mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist,
ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-
Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya
saat berobat kepadanya.

Kontribusi

Bidang Kedokteran
Cacar dan campak

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan


orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:

"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini
akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan
seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan
warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam
bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya
pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari
penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan
wabah cacar bisa menjadi epidemi."

Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis:
"Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah
ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia
menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan
perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut."

Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku
pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang
berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan
bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada
prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-
Razi dalam buku ini.

Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh
demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan
mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua
gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di
muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada muka dan
kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh
dan sakit pada tenggorokan."

Alergi dan demam

Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi


asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada
salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium
bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang
menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.

Farmasi

Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti


tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang
berasal dari merkuri.

Etika kedokteran

Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah


satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang
berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga
menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala
penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang secara
manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang
dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari
informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa
disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan
bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan
penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi
menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan,
karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.

Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik,
bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Buku-buku Ar-Razi pada bidang kedokteran

Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam
buku:

1. Hidup yang Luhur


2. Petunjuk Kedokteran untuk Masyarakat Umum
3. Keraguan pada Galen
4. Penyakit pada Anak

ABU MUSA JABIR BIN HAYYAN


Jabir Ibnu Hayyan adalah salah satu ilmuwan yang dianggap paling pantas
menyandang gelar ahli kimia Arab pada masa awal perkembangannya.

Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi adalah nama lengkap Jabir Ibnu
Hayyan. Ia lahir pada tahun 721 dan dibesarkan dalam keluarga dokter. Ada
pendapat yang menyatakan bahwa Jabir adalah keturunan Yunani yang memeluk
agama Islam.

Sejak kecil, Ibnu Hayyan sudah akrab dengan dunia empiris dan medis. Ia berhasil
mengklasifikasikan beragam benda berdasarkan unsur kimia yang menyusunnya.
Pengklasifikasian itu terbagi tiga, yaitu tubuh, nyawa, dan akal. Jabir
memasukkan unsur emas (Au) dan perak (Ag) dalam kategori tubuh, sedangkan
sulfur (S) dan arsenik (As) dalam kategori nyawa. Sementara itu, merkuri (Hg)
dan sal amoniak (batu bara dan sari minyak) dimasukkannya dalam kategori akal.

Buku dan kumpulan tulisan Ibnu Hayyan terbagi dalam beberapa kelompok
penting. Pertama, buku yang berisi sejumlah esai tentang praktek alkemi yang
sistemnya merujuk pada alkemi kuno. Kedua, buku yang berisi uraian tentang
pengajaran alkemi. Ketiga, buku yang mengenal kesetimbangan. Sebuah uraian
tentang landasan teori, atau filosofi alkemi, dan ilmu gaib. Ibnu Hayyan telah
menulis sekitar 306 buah buku kimia, yang kemudian diterjemahkan dalam
berbagai bahasa dan disimpan di perpustakaan di seluruh dunia.

Nama Ibnu Hayyan dikenal sebagai ahli kimia setelah ia mempresentasikan


sejumlah metode riset kimia hasil penemuannya. Ia pun dianggap sebagai perintis
empirisme dan metodologi ilmiah. Ia mampu mengemukakan pandangan-
pandangannya tentang teori pembentukan geologis, hasil campuran bermacam
logam. Ia juga telah mempelajari dan mendalami proses pembuatan karbonat dan
senyawa-senyawa sulfida dan arsen. Selain itu, Ibnu Hayyan juga sering
melakukan usaha pemurnian logam, cat warna kain, kulit, dan sebagainya.

Demi menunjang aktifitasnya sebagai ilmuwan, Ibnu Hayyan mendirikan sebuah


laboratorium. Di tempat ini, ia melakukan sejumlah percobaan, seperti sublimasi,
penyaringan, kristalisasi, dan sebagainya. Menurut Ibnu Hayyan, percobaan
adalah aspek paling penting dalam kimia. Jika seseorang tidak dapat meletakkan
dasar pengetahuan melalui percobaan maka kemungkinan besar ia akan
melakukan kesalahan. Ia juga berkata bahwa sebuah teori kimia tidak dapat diakui
kebenarannya jika hanya didasarkan pada apa yang telah dibaca, tapi terlebih dulu
harus diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui serangkaian percobaan dan
penelitian.
Selain menulis esai, Ibnu Hayyan juga menulis literatur. Jumlah literatur karyanya
sangat banyak dan mewakili hampir semua bidang ilmu pengetahuan yang ada
pada masa itu hingga akhir abad VII. Dari sejumlah fakta yang ada, diketahui
bahwa kumpulan tulisan tersebut dibuat pada akhir abad IX dan awal abad X.

Atas jasa dan karyanya di bidang kimia, Jabir Ibnu Hayyan mendapat gelar Bapak
Kimia Islam Pertama. Ia tidak hanya terkenal di negeri kelahirannya, tapi juga di
wilayah lain, seperti Eropa. Di sana, ia lebih dikenal dengan nama Geber. Ibnu
Hayyan adalah ilmuwan pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam
aktivitasnya di bidang alkemi, yang kemudian dikembangkan menjadi ilmu kimia
seperti yang dikenal sekarang. Jabir Ibnu Hayyan juga dikenal sebagai orang
pertama yang mendirikan laboratorium dan menggunakan tungku sebagai tempat
mengolah mineral, mengekstraksi zat-zat, sebelum kemudian
mengklasifikasikannya.

Di laboratoriumnya, Ibnu Hayyan melakukan sejumlah penelitian dan percobaan


dengan ketekunan yang luar biasa. Ketekunan tersebut tidak sia-sia karena ia
akhirnya berhasil menemukan beberapa senyawa kimia baru, seperti karbida
(carbida acid). Lewat percobaan dan penelitiannya, Ibnu Hayyan juga
menyumbangkan beberapa teori tentang penguapan, pembutiran, pelelehan,
persenyawaan, dan sublimasi. Beberapa percobaan Jabir masih sering digunakan
untuk mengklasifikasi unsur kimia, terutama pada bahan logam dan non logam.

Ibnu Hayyan juga menulis sejumlah risalah, terutama yang berkaitan dengan ilmu
kimia. Lewat risalahnya, ia memperkenalkan model penelitian baru yang
kemudian menjadi titik awal perkembangan ilmu kimia modern. Pada abad
pertengahan, risalah Ibnu Hayyan yang berjudul Kitab al-Kimya dan Kitab al-
Sab’een diterjemahkan dalam bahasa Latin. Kemudian hari, terjemahan bahasa
Latin Kitab al-Kimya diterbitkan kembali oleh seorang Inggris, bernama Robert
Chester dengan judul The Book of the Composition of Alchemy (1444). Sementara
itu, Kitab al-Sab’een diterjemahkan kembali oleh Gerard dari Cremona. Sebuah
buku karya Ibnu Hayyan juga sempat diterjemahkan oleh Berthelot dengan judul
Book of Kingdom, Book of the Balances and Book of Eastern Mercury. Pada tahun
1678, seorang penerjemah asal Inggris yang bernama Richard Russel
menerjemahkan karya Jabir yang lain dengan judul Sum of Perfection. Di
kemudian hari Sum of Perfection menjadi buku terpopuler di Eropa selama
beberapa abad. Buku ini memberi pengaruh besar pada proses evolusi ilmu kimia
modern.
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi,
distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk
melakukan proses-proses tersebut.
Bapak Kimia Arab ini dikenal karena karya-karyanya yang sangat
berpengaruh pada ilmu kimia dan metalurgi.

Jabir Ibnu Hayyan wafat pada tahun 815 di Kufah.


Karya Jabir antara lain:

1. Kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke Inggris menjadi The Book of the


Composition of Alchemy)
2. Kitab Al-Sab'een
3. Kitab Al Rahmah
4. Al Tajmi
5. Al Zilaq al Sharqi
6. Book of The Kingdom
7. Book of Eastern Mercury
8. Book of Balance'

Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh Ibnu Miskawaih ada 41 buah.
Semua karyanya tidak luput dari kepentingan pendidikan akhlak (tahzib al- Akhlak),
diantara karyanya adalah:
a) al-Fauz al-Akbar

b) Al-Fauz al-Asghar
c) Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulis pada tahun 369
H/979 M)
d) Usn al-Farid (kumpulan anekdot, syair, pribahasa
dan kata-kata mutiara).
e) Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik)
f) al-Musthafa (syair-syair pillihan).
g) Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak)
h) al-jami’
i) al-Syiar (tentang aturan hidup)
j) Tentang pengobatan sederhana (mengenai
kedokteran)

k) Tentang komposisi Bajat (mengenai seni memasak)


l) Kitab al-Asyribah (mengenai minuman).
m) Tahzib al-Akhlaq (mengenai akhlaq)
n) Risalah fi al-Ladzdzat wa-Alam fi Jauhar al- Nafs (naskah di Istanbul, Raghib
Majmu’ah no. 1463, lembar 57a-59a)

o) Ajwibah wa As’ilah fi al-Nafs wal-Aql (dalam majmu’ah tersebut diatas dalam


raghib majmu’ah di Istanbul)
p) al-Jawab fi al-Masa’il al-Tsalats (naskah di Teheren, Fihrist Maktabat al-Majlis, II
no. 634 (31)).

q) Risalah fi Jawab fi su’al Ali bin Muhammad Abu Hayyan al-Shufi fi Haqiqat al-
Aql (perpustakaan Mashhad di Iran, I no 43 (137)).
r) Thaharat al-Nafs (naskah di Koprulu Istanbul no
7667).
BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Ibnu Miskawaih, seorang tokoh pemikir muslim yang memiliki nama lengkap
Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih. lahir di Rayy (Teheran, ibu
kota Republik Islam Iran sekarang) pada tahun 320 H/932 M dan wafat pada usia
lanjut di Isfahan pada tanggal 9 Shafar 421 H/16 Pebruari 1030 M. Ibnu
Maskawaih hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihi di Baghdad(320-450
H/ 932-1062 M) yang sebagian besar pemukanya bermazhab Syi’ah.

Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan
muslim yang ahli dalam bidang kedokteran, ketuhanan, maupun agama. Dia
adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.

Dari segi latar belakang pendidikan, tidak dijumpai data sejarah yang rinci.
Namun dijumpai keterangan, bahwa ia mempelajari sejarah dari Abu Bakar
Ahmad Ibn Kamil al-Qadhi, mempelajari filasafat dari Ibn al-Akhmar, dan
mempelajari kimia dari Abu Tayyib. Dalam bidang pekerjaan Ibn Miskawaih
adalah bendaharawan, sekretaris, pustakawan, dan pendidik anak para pemuka
dinasti Buwahi. Selain akrab dengan penguasa, ia juga banyak bergaul dengan
ilmuan seperti Abu Hayyan at-Tauhidi, Yahya Ibn ‘Adi dan Ibn Sina. Selain itu
Ibnu Miskawaih juga dikenal sebagai sejarawan besar yang kemasyhurannya
melebihi para pendahulunya, at-Thabari (w. 310 H./ 923 M.) selanjutnya juga ia
dikenal sebagai dokter, penyair dan ahli bahasa. Keahlian Ibn Miskawaih dalam
berbagai bidang ilmu tersebut antara lain dibuktikan dengan karya tulisnya berupa
buku dan artikel.

Ibnu Miskawaih seorang yang tekun dalam melakukan percobaan-percoabaan


unuk mendapatkan ilmu-ilmu baru. Selain itu beliau dipercayakan oleh penguasa
untuk mengajari dan mendidik anak-anak penjebat pemerintah, hal ini tentu
menunjukkan bahwa ibnu maskawaih dikenal keilmuannya oleh masyarakat luas
ketika itu.

Ibnu Miskawaih juga digelari Guru ketiga ( al-Mualimin al-Tsalits ) setelah al-
Farabi yang digelari guru kedua ( al-Mualimin al-Tsani) sedangkan yang dianggap
guru pertama (al-Mualimin al-Awwal ) adalah Aristoteles. Sebagai Bapak Etika
Islam, beliau telah merumuskan dasar-dasar etika dalam kitabnya Tahdzib al-
Akhlak wa Tathir al-A’raq (pendidikan budi dan pembersihan akhlak). Sementara
itu sumber filsafat etika Ibnu Miskawaih berasal dari filasafat Yunani, peradaban
Persia, ajaran Syariat Islam, dan pengalaman pribadi. Ibnu Maskawaih adalah
seoarang teoritis dalam hal-hal akhlaq artinya ia telah mengupas filsafat
akhlaqiyah secara analisa pengetahuan. Ini tidaklah berarti bahwa Ibnu
Maskawaih tidak berakhlaq, hanya saja persoalannya ditinjau dari segi
pengetahuan semata-mata.

Karya Karya Ibnu Miskawaih

Ibn Miskawaih selain dikenal sebagai pemikir (filosuf), ia juga sebagai penulis
produktif. Dalam buku The History of the Muslim Philosophy seperti yang dikutip
oleh Sirajuddin Zar disebutkan beberapa tulisannya sebagai berikut:

1. Al Fauz al Akbar
2. Al Fauz al Asghar
3. Tajarib al Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ia tulis pada
tahun 369 H/979 M)
4. Uns al Farid (Koleksi anekdot, syair, pribahasa, dan kata-kata hikmah)
5. Tartib al Sa`adat (tentang akhlak dan politik)
6. Al Mustaufa (tentang syair-syair pilihan)
7. Jawidan Khirad (koleksi ungkapan bijak)
8. Al Jami`
9. Al Siyab
10. Kitab al Ashribah
11. Tahzib al Aklaq
12. Risalat fi al Lazzat wa al Alam fi Jauhar al Nafs
13. Ajwibat wa As`ilat fi al Nafs wa al `Alaq
14. Thaharat al Nafs dan lain-lain.

Nama lengkap Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Yaqub
ibn Miskawaih. Ia lahir di kota Ray (Iran) pada 320 H (932) M) dan wafat di Asfahan
9 Safar 421 H (16 Februari 1030 M). Ia belajar sejarah dan filsafat, serta pernah
menjadi khazin (pustakawan) Ibn al-‘Abid dimana dia dapat menuntut ilmu dan
memperoleh banyak hal positif berkat pergaulannya dengan kaum elit. Setelah itu
Ibnu Miskawaih meninggalkan Ray menuju Bagdad dan mengabdi kepada istana
Pangeran Buwaihi sebagai bendaharawan dan beberapa jabatan lain. Akhir hidupnya
banyak dicurahkannya untuk studi dan menulis.
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak (etika) walaupun perhatiannya
luas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran, bahasa, sastra, dan sejarah.
Bahkan dalam literatur filsafat Islam,
tampaknya hanya Ibnu Miskawaih inilah satu-satunya tokoh filsafat akhlak.
Ibnu Miskawaih meninggalkan banyak karya penting, misalnya tahdzibul akhlaq
(kesempurnaan akhlak), tartib as-sa’adah (tentang akhlak dan politik), al-siyar
(tentang tingkah laku kehidupan), dan jawidan khirad (koleksi ungkapan bijak).

Anda mungkin juga menyukai