Anda di halaman 1dari 3

KONSERVASI & PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Perlindungan dan penyelamatan keanekaragaman hayati Indonesia telah lama


dilakukan berdasarkan kekhasan ekosistem dan jenis di suatu kawasan, dengan
diterbitkannya peraturan perundangan sejak tahun 1931. Sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33
maka diterbitkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya dan UU No. 5 Tahun 1994 tentang Keanekaragaman Hayati.
Kriteria penetapan perlindungan suatu jenis fauna diusulkan oleh Noerdjito &
Maryanto (2005), dengan mengacu pada undang-undang yang berlaku di Indonesia dan
berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh IUCN.

Kawasan Konservasi In Situ


Kawasan in situ adalah kawasan perlindungan di habitat alami. Kawasan ini
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dengan batas-batas yang jelas.
Berdasarkan PP No. 68 Tahun 1998 ditetapkan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam sebagai kawasan konservasi, sedangkan Cagar Biosfer dan Warisan Dunia
( World Heritage ) ditetapkan oleh UNESCO. Konservasi in situ berarti konservasi dari
spesies target ‘di tapak (on site)’, dalam ekosistem alami atau aslinya, atau pada tapak yang
sebelumnya ditempat oleh ekosistem tersebut. Khusus untuk tumbuhan meskipun berlaku
untuk populasi yang dibiakkan secara alami, konservasi in situ mungkin termasuk regenerasi
buatan bilamana penanaman dilakukan tanpa seleksi yang disengaja dan pada area yang sama
bila benih atau materi reproduktif lainnya dikumpulkan secara acak.

Kawasan Konservasi Ex Situ


Kawasan konservasi ex situ adalah kawasan perlindungan di luar habitat alaminya.
Kawasan konservasi ex situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di
luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi
spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman
atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Kebun
botani (raya), arboretum, kebun binatang dan aquarium merupakan metode konservasi ex situ
konvensional. Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari spesimen spesies
langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Fasilitas ini memberikan informasi bagi
masyarakat mengenai status ancaman pada spesies langka dan faktor-faktor yang
menimbulkan ancaman dan membahayakan kehidupan spesies (Irwanto, 2007).
1) Sebutkan 3 contoh kawasan konservasi in situ yang ada di Jambi

 Taman Nasional Kerinci Seblat ( TNKS )

 Taman Nasional Bukit Duabelas

 Taman Nasional Bukit Tigapuluh

2) Sebutkan 3 contoh kawasan konservasi ex situ yang ada di Jambi

 Kebun Raya Jambi


 Kebun Binatang Taman Rimbo
 Taman Anggrek

3) Mengapa jeruk yang buahnya kecil-kecil dan jarang, serta rasanya asam juga perlu
dilestarikan?
Dikarenakan Pada tanaman jeruk yang buahnya jarang dan kecil serta rasanya yang
asam merupakan bagian dari keanekaragaman hayati tingkat jenis yang dimana juga memiliki
fungsi tersendiri bagi ekosistem sekitar. Bayangkan saja jika di Indonesia saja hanya
memiliki 1 jenis jeruk sama mungkin kita akan merasa bosen dengan jeruk yang rasanya
hanya itu-itu saja tujuannya dilestarikan tanaman ini biar ada keberagaman yang berada di
sekitarnya. Jenis jeruk ini biasanya memiliki nilai ekonomis dan juga memiliki keberagaman
manfaat yang terkandung dalam jeruk bagi kehidupan disekitarnya

Anda mungkin juga menyukai