Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Fisika Farmasi


Fenomena Antar Muka
Dosen : Whisnu Trie Seno Ajie, M.Pd

Disusun Oleh :
Sita Laodika (NIM: 30100817009K)
Lusy Natalia Tarragona
Yossy Yonathan
STIKes Santo Borromeus Padalarang
2018

A. PENDAHULUAN
Tegangan permukaan Cairan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi
karena pada permukaan ada yg dinamakan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih
kecil dari pada gaya khohesi (antara molekul cairan) sehingga menyebabkan terjadinya
gaya kedalam pada permukaan cairan.
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua
fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada tegangan
permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari pada
adhesi antara cairan dan udara.
Bila suatu zat seperti minyak ditaruh pada permukaan air. Ia akan menyebar sebagai
suatu film (lapisan tipis) maka disana akan ada kerja adhesi dan kerja kohesi
Kerja adhesi adalah energi yang dibutuhkan untuk mematahkan gaya tarik-menarik oleh
molekul yang tidak sejenis
Wadhesi = ɣa + ɣb - ɣab
Kerja kohesi adalah energi yang dibutuhkan untuk mematahkan gaya tarik-menarik oleh
molekul yang sejenis
Wkohesi = 2ɣ
B. PENGGOLONGAN ANTARMUKA
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan
mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada pada
permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang disebut dengan molekul
surfaktan.
Manfaat Fenomena antar muka dalam farmasi:
Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat
penetrasi molekul melalui membrane biologis
pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair
1. SURFAKTAN
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak.
Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat
ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air
(hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik).
Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat
rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air,
minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik
berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat
ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah
merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik)
mengandung gugushidroksil. (Jatmika, 1998)
a. PENGGUNAAN DAN PENGOLONGAN SURFAKTAN
Permintaas surfaktan di dunia internasional cukup besar. Pada tahun 2004,
permintaan surfaktan sebesar 11,82 juta ton per-tahun dan pertumbuhan permintaan
surfaktan rata-rata 3 persen per-tahun (Widodo, 2004).
Penggunaan surfaktan sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi,
makanan, tekstil, plastik dan lain-lain.
Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu
 sebagai bahan pembasah (wetting agent),
 bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan
 bahan pelarut (solubilizing agent).
Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan
cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan
dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air (O/W) maupun berbentuk
emulsi air dalam minyak (W/O).
b. KLASIFIKASI SURFAKTAN
Klasifikasi surfaktan dibedakan berdasarkan muatannya
 Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat
asam lemak rantai panjang.
 Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium
dan garam alkil dimethil benzil ammonium.
 Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.
Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa
asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono
alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
 Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan
positif dan negatif.
Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
Klasifikasi surfaktan dibedakan berdasarkan Asalnya
 Surfaktan Buatan yaitu surfaktan yang perolehannya secara sintetis (dibuat oleh
manusia dengan bantuan ilmu pengetahuan)
Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi dan gas, seperti
linier alkilbensen sulfonat (LAS), alkil sulfonat (AS), alkil etoksilat (AE) dan
alkil etoksilat sulfat (AES). Surfaktan dari turunan minyak bumi dan gas alam
ini dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, karena surfaktan ini
setelah digunakan akan menjadi limbah yang sukar terdegradasi. Disamping itu,
minyak bumi yang digunakan merupakan sumber bahan baku yang tidak dapat
diperbaharui
 Surfaktan Alami yaitu surfaktan yang perolehannya berasal dari alam
(dihasilkan secara alamiah) dengan cara biateknologi dengan istilah
biosulfaktan sifat yang mirip seperti surfaktan sintetik, akan tetapi biosurfaktan
lebih rendah tingkat toksisitasnya, mudah terurai secara biologi, lebih efektif
pada suhu, pH dan kadar garam yang berlebihan, dan lebih mudah disintesis. Di
samping itu, sifat aktif permukaan yang dimilikinya berbeda dengan surfaktan
yang disintesis secara kimia. Contoh surfaktan alami adalah surfaktan
Alkanolamida, Asam Lemak, HLB. Sebagai gambaran untuk perimbangan
hidrofil-lipofil bahan-bahan aktif permukaan, dapat digunakan skala
keseimbangan hidrofil-lipofil yang sering disebut HLB (Hidrophile-Lipophile
Balance) yang ditemukan oleh Griffin pada tahun 1949. Dengan bantuan harga
keseimbangan ini, maka kita dapat membentuk rentang HLB setiap surfaktan
secara optimal. Makin besar nilai HLB suatu bahan maka bahan tersebut
semakin bersifat hidrofilik (Brahmana, dkk. 1998). Secara teori harga HLB
suatu bahan dapat dihitung berdasarkan gugus fungsi hidrofil, lipofil dan
derivatnya, dapat ditentukan harga HLB secara teori dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
HLB =Σ(gugus hidrofil) −Σ(gugus lipofil)+ 7

2. SUSPENSI
Definisi Suspensi
Ada beberapa sumber yang mendefinisikan tentang suspensi yaitu:
1. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. (Indonesia, 1979:32)
2. Suspensi adalah sediaaan cair yang mengandung partikel-partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. (Indonesia, 1995:17)
3. Suspensi adalah preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi halus
disebarkan secara merata dan pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat
minimum (Ansel, 1998:354)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suspensi adalah sediaan cair
yang mengandung bahan obat padat yang tidak larut tetapi dapat terdispersi secara
sempurna dalam pembawanya
a. MACAM-MACAM SUSPENSI
Menurut farmakope Indonesia Edisi IV suspensi dogolongkan menjadi empat
macam yaitu sebagai berikut:
 Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk pengunaan oral.
 Suspensi tropical adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditunjukan untuk penggunaan pada kulit.
 Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat
halus yang ditunjukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
 Suspensi opthalmik adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus,
terdispersi dalam cairan pembawa ditunjukan untuk pemakaian pada mata.
(Indonesia, 1979:32). Suspensi ophtalmik harus steril, zat yang terdispersi harus
sangat halus, jika di simpan dalam wadah dosis ganda harus mengandung
bakterisida, dan zat terdispersi tidak boleh menggumpal pada penyimpanan.
(Indonesia, 1979:32)
b. SIFAT-SIFAT SUSPENSI YANG BAIK
Beberapa sifat fisik suspensi yang baik adalah sebagai berikut:
 Partikel suspensi harus kecil dan seragam, sehingga memberikan penampilan
hasil yang baik dan tidak kasar.
 Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode, paling tidak pada periode
antara pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki.
 Viskositas tidak boleh terlalu kental, sehingga tidak menyulitkan pada saat
penuangan dari wadah dan untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel
yang terdispersi.
 Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan
kembali pada pengocokan
c. KEUNTUNGAN SEDIAAN SUSPENSI
Pembuatan suspensi mempunyai beberapa keuntungan, yaitu baik digunakan untuk
pasien yang sukar menelan tablet atau kapsul, terutama pada anak-anak, mempunyai
homogenitas tinggi, dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit dari obat, mengurangi
penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
d. KOMPONEN SEDIAAN SUSPENSI SECARA UMUM
 Bahan Berkhasiat
Bahan berkhasiat merupakan bahan yang mampu memberikan efek terapi, pada
suspensi disebut fase terdispersi, bahan ini mempunyai kelarutan yang tidak larut
di dalam pendispersi.
 Bahan Tambahan
 Bahan Pensuspensi atau Suspending Agent
Bahan pensuspensi yaitu bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel
tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan
sedimentasi diperlambat
Macam suspending agent antara lain:
i. Golongan polisakarida, contohnya acasia gom, tragacantha, alginate.
ii. Golongan selulosa larut air, contohnya metil selulosa, hidroksi etil selulosa,
Na-CMC, avicel.
iii. Golongan tanah liat, contohnya bentoit, veegum, aluminium,magnesiu silica,
hectocrite.
iv. Golongan sintetik, contohnya carbomer, carboxypolymethylene, colloidal,
silicon dioksida. (Aulton, 1990:100-102)
Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam
pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa
diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar
kekentalan (viskositas), tatapi kekentalan yang berlebihan akan mempersulit
rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik memepunyai kekentalan
yang sedang. Disamping itu penggunaan suspending agent dapat menurukan
tegangan antar permukaan antar dua partikel yang tidak bisa saling tercampur
yaitu zat aktif dan cairan pembawa.
 Bahan Pembasah
Humektan digunakan tergantung dari sifat permukaan padat cair bahan aktif.
Serbuk sulit dibasahi air disebut hidrofob, seperti sulfur, carbo adsorben,
magnesis stearat, dan serbuk mudah dibasahi oleh air disebut hidrofil, seperti
Toluene, Zinci Oxydi, Magnesi carbonas. Dalam pembuatan suspense
penggunaan himektan sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka dan
pembasah akan dipermudah. Mekanisme kerja himektan adalah menghilangkan
lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat dan humektan lebih
mudah kontak dengan pembawa. Beberapa contoh humektan antara lain gliserin,
propilen glikol, polietilen glikol, dan laritan gom, pada sediaan suspense
ibuprofen ini bahan pembasah menggunakan sorbitol. (Ansel, 1998:362)
 Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa di sediaan. Dilihat dari hasil kalori
yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berklori tinggi dan berkalori rendah.
Adapun pemanis tinggi misalnya sakarin, sukrosa. Sedangkan pemanis kalori
rendah misalnya laktosa. Zat pemanis yang dapat meningkatkan gula darah atau
memiliki nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan dalam formulasi untuk
pengobatan diabetes. Misal pada sediaan suspense Ibuprofen sebagai pemanis
menggunakan syrup simplex. (Goeswin, 1993:3)
 Pengawet
Pengawet berfungsi untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba dalam
sediaan sehingga dapat menstabilkan sediaan dalam masa penyimpanan yang
lama. Beberapa contoh pengawet antara lain, Metil paraben, asam benzoate,
Chlor butanol, dan Chlorida Kwartener. (Ansel, 1989:363)
 Pewarna dan Pewangi
Bahan pewarna dan pewangi harus sesuai dengan rasa sediaan. Contoh pewarna
adalah carmin dan caramel, dan contoh pewangi adalah Oleum Menthae, Oleum
Citrii.
 Bahan Pembawa
Sebagai bahan pembawa untuk suspensi adalah air dan minyak.
e. SISTEM SUSPENSI
Dalam sistem suspensi terdapat dua macam system suspensi, yaitu system
flokulasi dan system deflokulasi.
Sistem flokulasi biasanya mencegah paling tidak pemisahan yang serius tergantung
kadar partikel padatnya dan derajat flokulasinya. Sedangakan pada suatu saat
system flokulasi kelihatan kasar sebab terjadi flokul.
System deflokulasi, partikel-partikel terdispersi baik dan mengendap sendiri, tapi
lebih lambat daripada system flokulasi. Partikel-partikel ini membentuk cake atau
sedimen yang sukar terdispersi kembali. (Anief, 1999:29-30)
f. PEMBUATAN SUSPENSI
 Pertimbangan Rheologi
 pengturan viskositas guna mendapatkan sifat aliran yang baik
 Pemberian zat tambahan (pewarna, pewangi, dan perasa)
 Pemilihan wadah/kemasan yang tepat
 Evaluasi
g. EVALUASI STABILITAS FISIK SUSPENSI
 Evaluasi Laju sedimentasi
Meruapakan kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspense. Adapun
factor-faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-
partikel suspense tercakup dalam persamaan hokum srokes (Ansel,
1989:356,357) yaitu:
V= d2.(ρ1-ρ2).g
18ƞ
Keterangan:
V = Kecepatan jatuhnya suatu partikel padat (cm/dtk)
g = Konstanta gravitasi (980,7 cm/dtk)
ρ1 = Kerapatan fase terdispersi (g/ml)
ρ2= Kerapatan fase pendispersi (g/ml)
d = Diameter partikel (cm)
ƞ = Viskositas mmedium disperse (poise)
Kecepatan sedimentasi berdasarkan hukum stokes di atas dipengaruhi :
Kerapatan fase terdispersi dan kerapatan fase pendispersi
Sifat yang diinginkan yaitu kerapatn partikel lebih besar daripada
kerapatn pembawa, karena bila partikel lebih ringan dari kerapatn pembawa
maka partikel akan mengambang dan sulit didistribusikan secara homogeny ke
dalam pembawa.
Diameter ukuran partikel
Laju sedimentasi dapat diperlambat dengan mengurangi ukuran partikel
dari fase terdispersi karena semakin kecil ukuran partikel maka kecepatan
jatuhnya lebih kecil.
Viskositas medium pendispersi
Laju sedimentasi dapat berkurang dengan cara menaikkan viskositas
medium disperse, tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi
umumnya tidak diinginkan karena sulit dituang, sebaiknya viskositas suspense
dinaikkan sampai viskositas sedang saja. (Ansel,1989:357)
 Evaluasi volume Sedimentasi
Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan yang etrjadi
(VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah
suspense didiamkan. (Anief, 1993:31)

Rumus : F = Vu/Vo
Keterangan:
F = Volume sedimentasi
VU = Volume akhir suspense
V0 = Volume awal suspense sebelum mengendap

Bila F = 1 atau mendekati 1, maka sediaan tersebut dikatakan baik


Bila F > 1 terjadi “floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih
besardari volume awal
(Martin, 1993:1132)
- Evaluasi Waktu Redispersi
Waktu redispersi dapat diketahui dengan cara mengocok sediaan dalam
wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik atau tangan.
Suspensi didiamkan hingga mengendap kemudian masing-masing suspense
dikocok homogen dan dicatat waktunya. Kemampuan redispersi baik bila
suspense telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu
maksimal 30 detik.
- Evaluasi Sifat Fisika Suspensi
i. Evaluasi Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat
dengan hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat
dinaikkan dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang
mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar
dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas
suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sehingga
viskositas sedang sajauntuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti yang
diperlukan tadi. (Ansel,1989:357)
ii. Evaluasi Kerapatan Partikel (Bobot Jenis)
Kerapatan partikel (zat terlarut) umumnya lebih besar daripada kerapatan
zat pembawanya, sutau sifat yang diinginkan, karena bila partikel-partikel
lebih ringan dari pembawa, partikel-partikel cenderung untuk mengambang
dan partikel-partikel ini sangat sukar didistribusikan secara seragam ke
dalam pembawa. (Ansel,1989:357)

Anda mungkin juga menyukai