Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN RENCANA PERAWATAN

MODUL: OPERATIVE DENTISTRY


PERAWATAN RESTORASI KAVITAS KLAS II G.V. BLACK
DENGAN RESIN KOMPOSIT PADA GIGI 46 KARIES DENTIN

Diajukan Oleh :
FATIDAR RAHMATIKA S.P
J530170018

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email dan
dentin yang diakibatkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat.
Gigi berkaries mengalami proses penghancuran atau perlunakan dari email
maupun dentin. Proses tersebut berlangsung cepat pada dentin dibandingkan
email, berlanjut sampai bagian dibawahnya. Karies email merupakan lesi awal
yang tampak seperti bintik putih. Penampilan ini disebabkan oleh adanya
demineralisasi prisma dibawah permukaan enamel. Karies dentin terdiri atas
demineralisasi yang diikuti masuknya bakteri. Tandanya adalah adanya
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
organiknya. Dalam kondisi klinisnya pasien dapat disertai rasa ngilu pada giginya
ataupun tidak disertai dengan rasa ngilu pada giginya ketika mendapat rangsangan
taktil. Karies yang berlanjut dan tidak segera dilakukan perawatan akan memicu
terjadinya penyakit pulpa.
Resin komposit adalah bahan restorasi kedokteran gigi yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat, bahkan dibandingkan dengan bahan restorasi
lainnya (Anusavice, 2004). Restorasi resin komposit diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1960. Resin komposit dapat diklasifikasikan kedalam tiga bagian besar
berdasarkan ukuran, jumlah, dan komposisi dari filler inorganik yaitu
conventional composites yang memiliki bahan pengisi yang besar dan keras
sehinnga permukaannya kasar, mikrofiller composite yang permukaannya lebih
halus, namun karakteristik fisik dan mekanik yang kurang bagus dan hybrid
composite yang mengkombinasikan karakteristik fisik dan mekanik resin
komposit konvensional dengan kehalusan permukaan resin komposit mikrofiller.
Namun dengan perkembangan yang pesat saat ini dihasilkan beberapa klasifikasi
hybrid lain, yaitu flowable, packable, dan nanofill composites dengan ukuran
partikel sangat kecil (0.005-0.01 µm) sehingga menghasilkan properti fisik dan
estetik yang baik. Karena kualitasnya yang baik, resin komposit nanofill sangat
populer sebagai pilihan utama pada restorasi(Roberson, 2006).
Restorasi yang akan dilakukan adalah restorasi kavitas klas II GV Black
dengan bahan resin komposit. Suatu restorasi gigi tidak hanya membuang karies
kemudian memperbaiki fungsi gigi tersebut, tetapi juga bertujuan untuk mencegah
terjadinya karies kembali. Kebutuhan pasien untuk mendapatkan hasil perawatan
gigi yang memenuhi syarat estetik menjadi pertimbangan dalam perkembangan
bahan restorasi di Kedokteran Gigi. Kelebihan resin komposit yaitu pada tahap
preparasi tidak membuang jaringan gigi terlalu banyak (minimal preparation) ,
oleh karena perlekatannya secara adesif dan mempunyai nilai estetik yang baik.
Resin komposit mempunyai permukaan yang halus dan kekuatan yang baik
sehingga banyak digunakan untuk merestorasi gigi anterior, dapat juga untuk
merestorasi gigi posterior yang tidak terlalu luas serta mementingkan faktor
estetik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI PENYAKIT
Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang dimulai
dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan
antara email dan lingkungannya yang disebabkan oleh pembentukan asam
laktat dari fermentasi substrat oleh bakteri sehingga mengakibatkan
remineralisasi email hingga dentin yang akhirnya terbentuk kavitas (Mitchel,
2015).
B. ETIOLOGI PENYAKIT

Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel
terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple
factors) di dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan yang lain.
Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi, mikroorganisme, substrat dan
waktu (Chemiawan, 2004).
1. Faktor Host
Faktor host dari etiologi karies yaitu gigi dan saliva. Struktur dari
anatomi gigi terdiri dari lapisan enamel yang terdapat pada bagian luar gigi
dan lapisan dentin yang terletak dibawah lapisan enamel. Enamel
merupakan struktur gigi yang paling keras namun bersifat rapuh dan
memiliki struktur sangat tipis. Selain itu merupakan jaringan gigi yang
padat serta dapat mengalami kalsifikasi tinggi. Jika enamel pecah atau
berlubang tidak dapat melakukan regenerasi karena tidak memiliki sel.
Kandungan bahan organik dan anorganik enamel dapat
mempengaruhi kerentanan permukaan gigi terhadap terjadinya karies.
Apatit dan karbohidrat mengisi kurang lebih 97% bahan anorganik, apatit
berperan terhadap penambahan resistensi enamel terhadap serangan asam,
sedangkan karbohidrat dapat mengurangi resistensi terhadap serangan
asam. 1% lainnya terdiri dari bahan organik yang tidak dapat larut air yaitu
keratin, dan dapat larut air yaitu mukopolisakarida
Struktur lapisan enamel pada gigi berperan dalam proses terjadinya
karies. Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya
suatu karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan
plak sangat mungkin diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah
diserang karies tersebut adalah:
a. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar
b. Permukaan halus di daerah proksimal sedikit dibawah titik kontak
c. Email pada tepian didaerah servikal gigi sedikit di atas tepi gingiva
d. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat
melekatnya plak pada pasien dengan resesi ginginva karena penyakit
periodontium.
e. Tepi tumpatan terutama yang kurang
f. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan bridge
Selain keadaan gigi, saliva juga berperan penting dalam
terbentuknya karies. Saliva tersusun atas komponen organik dan
anorganik. Komponen utama anorganik saliva adalah elektrolit dalam
bentuk ion seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, dan
fosfat. Sedangkan komponen organik seperti musin, lipid, asam lemak dan
ureum yang dapat pula berasal dari sisa makanan dan pertukaran zat
bakterial. Komponen Ion kalsium fosfat dan fluor yang terkandung dalam
saliva mampu memineralisasi karies yang masih dini. Selain
mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak saliva juga
mempengaruhi pH. Karena itu, aliran saliva yang berkurang dapat
menyebabkan karies gigi yang tidak terkendali. Komponen-komponen
tersebut dipengaruhi oleh derajat hidrasi, posisi tubuh, paparan cahaya,
irama siang-malam, obat, usia, efek psikis, hormonal dan jenis kelamin
2. Agent
Faktor agent dipengaruhi oleh jumlah bakteri dan plak dalam
rongga mulut. Plak gigi berperan penting dalam proses terjadinya karies.
Plak merupakan lapisan lunak yang melekat erat pada permukaan gigi
yang tidak dibersihkan, terdiri dari kumpulan mikroorganisme beserta
produk-produknya. Proses pembentukan plak diawali dengan absorbsi
glikoprotein dari saliva pada permukaan gigi yang disebut pelikel,
perlekatan bakteri pada pelikel dan peningkatan plak pada permukaan gigi
dipengaruhi oleh jumlah bakteri. Streptococcus mutans dan lactobacillus
merupakan kuman kariogenik karena dapat dengan cepat membuat asam
dari karbohidrat yang diragikan. Kuman-kuman tersebut tumbuh subur
dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi. Penebalan
plak yang semakin menumpuk dapat menghambat fungsi saliva dalam
menetralkan pH. Penumpukan plak akan mendorong jumlah perlekaan
bakteri yang semakin banyak. Bakteri-bakteri ini banyak memproduksi
asam dengan tersedianya karbohidrat yang mudah meragi seperti sukrosa
dan glukosa, menyebabkan pH plak akan menurun sampai dibawah 5
dalam waktu 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu
tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi dan dimulai
proses karies.
3. Substrat
Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada
permukaan enamel. Karbohidrat memiliki peran penting dalam pembuatan
asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Sintesa polisakharida
ekstra sel dari sukrosa lebih cepat daripada glukosa, fruktosa, dan laktosa.
Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik. Karena
sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikosumsi. Makanan dan
minuman yang mengandung gula dapat menurunkan pH plak dengan cepat
sampai pada level yang dapat mengakibatkan demineralisasi pada email.
Konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH
plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email terus terjadi.
4. Waktu
Karies merupakan suatu penyakit kronis progresif yang
membutuhkan waktu beberapa bulan bahkan tahun untuk dapat
berkembang. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
menjadi suatu kavitas diperkirakan 6-48 bulan (Chemiawan, 2004).

C. PATOFISIOLOGI
Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi,
substrat, mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan
misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan
membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam
tempo 3-5 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi (Kidd, 2012).
Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan
gigi. Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti
musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta
bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi
kelat, tempat bertumbuhnya bakteri (Suryawati, 2010).
Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa
(gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi
kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut
menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke
arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan
lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut.
Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga
permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang
makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai, yang terlihat
hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik,
kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya)
dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli
terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang
odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi.
Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga
(lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular
diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).
Patofisiologi karies gigi menurut Miller, Black dan William adalah
awalnya asam (H+) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan bakteri dalam
plak (kokus). Gula (sukrosa) akan mengalami fermentasi oleh bakteri dalam
plak hingga akan terbentuk asam (H+) dan dextran. Desxtran akan melekatkan
asam (H+) yang terbentuk pada permukaan email gigi. Apabila hanya satu
kali makan gula (sukrosa), maka asam (H+) yang terbentuk hanya sedikit.
Tapi bila konsumsi gula (sukrosa) dilakukan berkali-kali atau sering maka
akan terbentuk asam hingga pH mulut menjadi ±5 (Chemiawan, 2004).
Asam (H+) dengan pH ±5 ini dapat masuk ke dalam email melalui
enamel port (port d’entre). Tapi permukaan email lebih banyak mengandung
kristal fluorapatit yang lebih tahan terhadap serangan asam sehingga asam
hanya dapat melewati permukaan email dan akan masuk ke bagian bawah
permukaan email. Asam yang masuk ke bagian bawah permukaan email akan
melarutkan kristal hidroksiapatit yang ada. Reaksi kimianya adalah sebagai
berikut:

Ca10 (PO4)6 (OH)2 + 8H+  10 Ca+ + 6HPO4+ + 2H2O

Hidroksiapatit ion Hidrogen Calsium Hidrogen phospat Air

Apabila asam yang masuk kebawah permukaan email sudah banyak,


maka reaksi akan terjadi berulang kali. Maka jumlah Ca yang lepas
bertambah banyak dan lama kelamaan Ca akan keluar dari email. Proses ini
disebut dekalsifikasi, karena proses ini terjadi pada bagian bawah email maka
biasa disebut dekalsifikasi bagian bawah permukaan. Ringkasan terjadinya
karies gigi menurut Schatz (Chemiawan, 2004) : Sukrosa + Plak = Asam
Asam + Email = Karies
D. GEJALA
Karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara
permukaan gigi dan pulpa. Jika dentin sensitif maka terasa sakit apabila
terkena rangsang dingin, makanan masam, dan manis, namun jika rangsang
dihilangkan rasa nyeri hilang. Jika jaringan telah mencapai dentin, maka
bagian gigi yang terkena karies harus diangkat dan diganti dengan tambalan
(restorasi).
E. TANDA KLINIS
Tampak kerusakan pada gigi yang ditandai dengan warna coklat tua atau
kehitaman (Banerjee, dkk., 2012). Terdapat beberapa tanda klinis yang
ditimbulkan pada karies dentin yaitu:
1. Inspeksi : terdapat kavitas dengan kedalaman mencapai dentin tapi belum
mendekati pulpa
2. Sondasi : + (positif) atau bisa juga - (negatif)
3. Vitalitas : + (positif)
BAB III
LAPORAN KASUS

A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Data Pasien
1. Nama lengkap: Amalia Rizky Fauzi
2. Alamat : Tandang 09/02, Tembalang, Semarang
3. Telepon/HP : 0813 4455 0455
4. TTL : Semarang, 09 November 1995
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Agama : Islam
Data Medik Umum
1. Golongan Darah :A
2. Alergi : Tidak ada
3. Penyakit Sistemik : Maag
Anamnesis
Chief Complain (CC):
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang bawah kanannya kadang terasa
ngilu saat minum dingin dan sering terselip makanan
Present Illnes (PI):
Pasien merasakan keluhan tersebut sejak 1 bulan yang lalu
Pasien merasakan ngilu pada gigi tersebut saat minum dingin dan sering
terselip makanan disela-sela giginya
Pasien belum pernah memeriksakannya kedokter gigi
Post Medical History (PMH):
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, cuaca, maupun makanan
Pasien memiliki riwayat penyakit Maag
Pasien tidak sedang dalam perawatan dokter dan tidak sedang mengkonsumsi
obat tertentu.
Post Dental History (PDH):
Pasien mengaku pernah kedokter gigi untuk menambalkan gigi depan atas
kanannya saat SD dan pernah melakukan perawatan dengan berkali-kali
kunjungan pada gigi depan atas kirinya saat SMP
Family History (FH):
- Kesehatan Umum
Ayah : Menurut keterangan pasien, Ayah tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik.
Ibu : Menurut keterangan pasien, Ibu memiliki riwayat penyakit Hipertensi
dan Diabetes Melitus
- Kesehatan Gigi
Ayah : Menurut keterangan pasien, Ayah pasien tidak memiliki keluhan
pada gigi.
Ibu : Menurut keterangan pasien, Ibu pasien tidak memiliki keluhan pada
gigi.
Social History (SH):
Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi 3x sehari saat pagi dan sore saat
mandi serta malam sebelum tidur
Pasien memiliki kebiasaan minum kopi 1x sehari dan suka makan makanan
manis

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
- Jasmani : Sehat
- Mental : Kooperatif dan komunikatif
2. Vital Sign
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 68x/menit
- Pernapasan : 18x/menit
- Suhu : Afebris
- Berat badan : 51 kg
- Tinggi Badan : 153 cm
3. Kesehatan umum berdasarkan sistem tubuh:
Sistem endokrin : Tidak ada kelainan
Sistem gastrointestinal : Ada kelainan, berupa: Maag
Sistem hematopoetik : Tidak ada kelainan
Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan
Sistem muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
Sistem neurologik : Tidak ada kelainan
Sistem respirasi : Tidak ada kelainan
Sistem urogenital : Tidak ada kelainan
4. Pemeriksaan ekstraoral
Fasial Neuro- Kelenjar Kelenjar Tulang TMJ
muskular Ludah Limfe Rahang
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Gangguan TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi
Bentuk muka : Lonjong, simetris
Profil wajah : Cembung
Bibir : Sedang
5. Pemeriksaan Intraoral
- Mukosa Bibir : TAK
- Mukosa Pipi : Terdapat garis setinggi oklusal sewarna mukosa pada
regio gigi M3-M1 bilateral
- Dasar Mulut : TAK
- Gingiva : Terdapat edema ringan, perubahan warna kemerahan dan
tidak berdarah saat palpasi pada regio 36, 37, 46, 47
- Orofaring : TAK
- Oklusi : Cross Bite
- Torus Palatinus : Ada
- Torus Mandibula: Tidak ada
- Bentuk palatum : U, Normal
- Frenulum
Frenulum Labialis RA : sedang
Frenulum Labialis RB : sedang
Frenulum Lingualis : sedang
Frenulum Bukalis RA : sedang
Frenulum Bukalis RB : sedang
- Lidah
Ukuran : Normal
Aktivitas: Normal
- Alveolus
RA : Tinggi
RB : Tinggi
- Supernumerary Teeth : Tidak ada
- Diastema : Tidak ada
- Gigi Anomali : Tidak ada
- Gigi Tiruan : Tidak ada
- Oral Hygiene : 3,5 (sedang)
- Lain-lain :-
Hasil Pemeriksaan Jaringan Lunak
Keterangan:
- 2,4 : Terdapat garis setinggi oklusal sewarna mukosa pada
regio gigi M3-M1 bilateral (D/Cheek biting)
- 16,18,22,24 : Terdapat edema ringan, perubahan warna kemerahan dan
tidak berdarah saat palpasi pada regio 36, 37, 46, 47 (D/ Gingivitis)
- 36,37 : Terdapat tonjolan dengan konsistensi keras, sewarna
mukosa palatum, berbentuk lobular dengan diameter +1 cm (D/Torus
Palatinus)

Hasil Pemeriksaan OHI

Odontogram

Hasil Pemeriksaan Odontogram


Ringkasan Hasil Rencana
Elemen Diagnosis/DD
Pemeriksaan Perawatan
Terdapat kavitas dibagian D/Karies Dentin TP/ Restorasi
oklusal kedalaman dentin kavitas klas I GV
18
Sondasi (-) Palpasi (-) Black dengan
Perkusi (-) Tes vital (+) resin komposit
16 Terdapat garis kehitaman D/ Karies Dentin TP/ Restorasi
pada bagian oklusal dan kavitas klas I GV
palatal kedalaman dentin Black dengan
Sondasi (-) Palpasi (-) resin komposit
Perkusi (-) Tes vital (+)
14 Terdapat garis kehitaman D/ Karies Email TP/ Restorasi
pada bagian oklusal kavitas klas I GV
kedalaman email Black dengan
resin komposit
13 Terdapat pengikisan gigi D/ Atrisi TP/ Observasi
pada bagian incisal
12 Terdapat tambalan D/ Karies Dentin TP/ Restorasi
sewarna gigi dibagian kavitas klas I GV
palatal dengan kondisi Black dengan
terdapat karies sekunder resin komposit
dibagian tepi tambalan
kedalaman dentin
Sondasi (-) Palpasi (-)
Perkusi (-) Tes vital (+)
21 Terdapat tambalan D/Non vital Tp/Mahkota Jaket
sementara pada bagian
palatal post PSA dan
terdapat warna kehitaman
dibagian mesial
22 Terdapat kavitas dibagian D/ Karies Dentin TP/ Restorasi
palatal kedalaman dentin kavitas klas I GV
Sondasi (-) Palpasi (-) Black dengan
Perkusi (-) Tes vital (+) resin komposit
24 Terdapat garis kehitaman D/ Karies Dentin TP/ Restorasi
pada oklusal dengan kavitas klas I GV
kedalaman dentin Black dengan
Sondasi (-) Palpasi (-) resin komposit
Perkusi (-) Tes vital (+)
26 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies Email TP/ Restorasi
pada oklusal dan palatal kavitas klas I GV
kedalaman email Black dengan
resin komposit
27 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies Email TP/ Restorasi
pada oklusal dan palatal kavitas klas I GV
kedalaman email Black dengan
resin komposit
38 Terdapat pertumbuhan D/Impaksi TP/Odontektomi
gigi dengan posisi miring
kearah mesial
37 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies Email TP/ Restorasi
pada bagian oklusal kavitas klas I GV
kedalaman email Black dengan
resin komposit
36 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies Email TP/ Restorasi
pada bagian oklusal kavitas klas I GV
kedalaman email Black dengan
resin komposit

35 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies Email TP/ Restorasi


pada bagian oklusal kavitas klas I GV
kedalaman email Black dengan
resin komposit
34 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies Email TP/ Restorasi
pada bagian oklusal kavitas klas I GV
kedalaman email Black dengan
resin komposit
44 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies Email TP/ Restorasi
pada bagian oklusal kavitas klas I GV
kedalaman email Black dengan
resin komposit
45 Terdapat garis kehitaman D/ Karies Email TP/ Restorasi
pada bagian oklusal kavitas klas I GV
kedalaman email Black dengan
resin komposit
46 Terdapat bayangan D/ Karies Dentin TP/ Restorasi
kehitaman pada bagian kavitas klas II GV
mesial kedalaman dentin Black dengan
Sondasi (-) Palpasi (-) resin komposit
Perkusi (-) Tes vital (+)
47 Terdapat garis kehitaman D/ Karies Email TP/ Restorasi
pada bagian oklusal dan kavitas klas I GV
kavitas pada bagian bukal Black dengan
kedalaman email resin komposit

48 Terdapat pertumbuhan D/Impaksi TP/Odontektomi


gigi dengan posisi miring
kearah mesial
C. Gambaran Klinis

D. Pemeriksaan Penunjang (radiografi periapikal)

Interpretasi :
 Terdapat gambaran radiolusen pada korona gigi 46 dibagian mesial
 Terdapat gambaran radiopaque yang continue disekitar akar gigi
E. Diagnosis
Gigi 46 : Terdapat garis kehitaman dibagian bukal dan bayangan kehitaman pada
bagian mesial kedalaman dentin
Sondasi (-) Palpasi (-)
Perkusi (-) Vitalitas (+)
D/ Karies Dentin
F. Pognosis
Ad bonam (baik)
G. Rencana Perawatan
TP/ Restorasi kavitas klas II GV Black dengan resin komposit
BAB IV
DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN

A. DIAGNOSIS
Diagnosis pada kasus ini adalah karies dentin pada bagian mesial gigi 46.
Penentuan diagnosis diihat dari hasil pemeriksaan subyektif dan obyektif serta
foto rontgen. Dari hasil pemeriksaan subyektif pasien kadang merasa ngilu pada
gigi 46 dan sering terselip makanan disela-sela gigi. Pada pemeriksaan obyektif
terlihat gigi 46 terdapat bayangan kehitaman pada bagian mesial. Foto rontgen
menunjukkan adanya gambaran radiolusen pada korona gigi 46 dibagian mesial.
Perawatan yang akan dilakukan pada kasus ini adalah restorasi kavitas klas II G.V
Black dengan resin komposit.
Restorasi kavitas klas II dengan resin komposit digunakan sebagai bahan
restorasi pada gigi tersebut karena dapat menghasilkan kualitas estetik yang baik,
dapat dipoles dengan baik, mengurangi jaringan gigi yang sehat hanya sedikit dan
memiliki stabilitas warna untuk waktu yang cukup lama (Fauziah dkk, 2008).
Restorasi tersebut dapat dikatakan berhasil tergantung pada perolehan retensi dan
resistensi. Retensi pada restorasi klas II dapat diperoleh dengan membuat bevel
sehingga mengurangi kemungkinan adanya perwarnaan dan kebocoran mikro
pada tepi tumpatan karena sistem bonding yang lebih rapat terhadap email.
Restorasi yang tidak memiliki sudut tajam, tidak overhanging, tidak overkontur
(dicek menggunakan articulating paper kemudian dilakukan finishing dan
polishing) dan lebar istmus harus dibuat sekecil mungkin untuk mengurangi
tekanan dari oklusal ke tambalan tersebut sehingga didapatkan resistensi yang
baik (Baum dkk, 2012).

B. TAHAPAN PERAWATAN
1. Alat dan bahan
a. Alat yang digunakan:
 Bur diamond round
 Bur round metal
 Bur diamond flame
 Bur diamond fissure
 Bur tapered pita kuning
 Bur flame pita kuning
 Finishing strip
 Burnisher
 Instrumen plastis
 Light Cure
 Microbrush
 Highspeed handpiece
 Lowspeed handpiece
 Shade guide
 Matriks holder
 Matriks band
 Wood wedge
 Rubber polishing cup
 Rubber polishing point
b. Bahan yang digunakan
 Etsa
 Bonding
 Articulating paper
 Resin komposit
 Cotton roll
 Cotton pellet
 Dental floss
2. Tahapan kerja
a. Persiapan pasien, posisikan pasien pada dental chair dengan posisi yang
nyaman sejajar dengan lengan operator
b. Persiapan operator, memakai alat perlindungan diri
c. Persiapan alat dan bahan
d. Pemilihan Warna Gigi
Pemilihan warna gigi pasien dilakukan dengan shade guide atau dengan
cara pemilihan langsung, yaitu dengan cara menempelkan komposit pada
gigi kemudian disinar dan dipilih warna komposit yang paling sesuai
dengan warna gigi pasien
e. Pembukaan kavitas menggunakan round bur diamond
f. Pembersihan jaringan karies menggunakan round metal bur. Pelebaran
kavitas dengan menggunakan fissure ujung bulat dan untuk membuang
jaringan email yang tidak didukung oleh dentin.
g. Pembuatan bevel menggunakan bur diamond flame. Bevel yang dibuat
yaitu long bevel pada cavosurface untuk meningkatkan retensi resin
komposit
h. Isolasi Daerah Kerja menggunakan cotton roll pada bukal dan lingual gigi
46
i. Pemasangan matriks toefl meier pada gigi 46. Pemasangan matriks untuk
membentuk dinding mesial. Matriks band dicekatkan pada matriks holder
dipasang menyelimuti gigi 46 hingga dibagian servikal. Wood wedge
dipasang pada interdental gigi 46 dan 47 untuk memberikan adaptasi yang
baik dan untuk membentuk kontur diarea tersebut.
j. Aplikasi Etsa
Oleskan bahan etsa (Asam Fosforik 37%) menggunakan microbrush pada
daerah yang telah dibevel dan pada dinding kavitas selama 15 detik cuci
dengan air, dan keringkan perlahan.
k. Aplikasi Bonding
Aplikasi bahan bonding pada seluruh permukaan yang telah dipreparasi
dengan microbrush. Didiamkan selama 10 detik, kemudian lakukan
penyinaran dengan light cure selama 20 detik.
l. Aplikasi Tumpatan Resin Komposit
Dengan menggunakan plastis instrument, resin komposit warna email
diaplikasikan sedikit demi sedikit dibagian dinding proksimal, kemudian
disinar selama 20 detik. Kemudian dilajutkan aplikasi pada bagian oklusal
ditambahkan sedikit demi sedikit. Setiap lapisnya dilakukan penyinaran
selama 20 detik. Insersikan resin komposit pada posisi yang tepat sampai
diperoleh bentuk anatomi yang baik. Kemudian matriks dilepas.
m. Finishing dan Polishing
Finishing dilakukan untuk menghaluskan sisi yang masih kasar dengan
menggunakan finishing bur (bur pita kuning), bagian proksimal dengan
menggunakan finishing strip
n. Lakukan pengecekan dengan menggunakan articulating paper. Setelah
menggigit articulating paper, pasien diinstruksikan untuk melakukan
gerakan pengunyahan, warna yang tertinggal menunjukkan adanya
kelebihan-kelebihan komposit. Kurangi dengan bur finishing agar
terbentuk tumpatan yang nyaman bagi pasien saat mengunyah.
o. Polishing dengan menggunakan rubber silicon cups agar permukaan
menjadi halus dan mengkilap.
BAB V
KESIMPULAN

Pada kasus ini gigi 46 karies dentin dengan kavitas yang meluas hingga
mencapai bagian proksimal dapat dilakukan restorasi akhir dengan restorasi
kavitas klas II GV Black dengan resin komposit. Penggunaan matriks yang tepat
akan membentuk kontur yang baik pada bagian proksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K. J., Phillips. 2004. Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. eds. Edisi
10. Jakarta: EGC.
Banerjee, A. and Watson, T. F. 2014. Pickard Manual Konservasi Restoratif Edisi
9. Jakarta: EGC
Baum, L., Philips, R. W., and Lund, M. R. 2012. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kidd, A. M., Bechal, S., 1992. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta : EGC
Patil, D., Kiran P.S., Sharad K., 2011. Comparative Evaluation of the Enamel
Bond Strength of ‘etch-and-rinse’ and ‘all in one’ Bonding Agents On Cut
and Uncut Enamel Surface. Journal Conservative Dentistry. Vol 14 (2) :
147-150
Power, J.M., dan Sakaguchi, R.I., 2006. Craig’s Dental Materials. Ed.Ke-12.
Mosby Elsevier, St.Louis
Roberson, T. M., Heyman, H. O., dan Swift, E. J., 2006, Art and Science of
Operative Dentistry, Fifth Editon, Mosby Elsevier, USA
Widyastuti, Noor Hafida. 2017. Penyakit Pulpa dan Periapikal Beserta
Penatalaksanaannya. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Anda mungkin juga menyukai