Anda di halaman 1dari 29

PENGERTIAN PETA

Istilah peta diambil dari bahasa Inggris, "map". Kata "map" sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu "mappa" yang dapat diartikan sebagai taplak atau kain penutup meja.

Pengertian peta secara umum adalah rupa permukaan bumi yang digambarkan
menggunakan suatu sistem proyeksi dengan skala tertentu sehingga dapat disajikan
dalam bidang datar.

Menurut para ahli, peta didefinisikan sebagai berikut:

Menurut Erwin Raisz (1984), Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan
bumi yang diperkecil sebagai ketampakan jika dilihat dari atas dengan ditambah tulisan-
tulisan sebagai tanda pengenal.

Menurut Aryono Prihandito (1988) peta merupakan gambaran permukaan bumi


dengan skala tertentu dan digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

Menurut Perhimpunan Kartografi Internasional (International Cartographic


Association), peta merupakan gambaran atau representasi unsur-unsur abstrak yang
dipilih dari permukaan bumi, dalam kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-
benda angkasa.

Definisi menurut ICA tersebut menunjukkan bahwa peta saat ini tidak lagi hanya
menunjukkan gambaran permukaan bumi, tetapi meluas pada gambaran unsur-unsur
atau objek-objek secara geografis bahkan meluas sampai benda-benda angkasa.

Menurut BAKOSURTANAL (2005), Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan


penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana
dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.

Menurut Soetarjo Soerjosumarmo, peta dalah lukisan dengan tinta dari seluruh atau
sebagaian permukaan bumi yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut
skala atau kadar.

Menurut F.J. Mounkhous dan H.R. Wilkinson, peta adalah suatu perakita terpadu
atau suatu sintesa dari empat kelompok informasi yaitu titik, garis, wilayah dan nama
yang dikemukakan istilah: liputan, ciri, pola, bentuk, ukuran, ketebalan simbol dan lain-
lain. Batasan tersebut diatas langsung menunjuk kepada segi teknik penetapan simbol
dan analisis keruangan aspek persebaran data dalam jenis dan besaran serta
penamaan geografiknya (toponimy).

Karena peta pada umumnya digambarkan pada bidang datar, sedang bumi berbentuk
bola, maka diperlukan adanya teknik proyeksi.
Teknik proyeksi adalah cara pemindahan permukaan bumi yang melengkung ke bidang
datar. Untuk itu, peta umumnya dilengkapi dengan skala, koordinat, oreientasi, dan
simbol.

Berdasarkan keterbatasan peta tersebut, ada tiga hal penting yang terkait dengan peta.
Ketiga hal itu adalah sebagai berikut:

a. Ada pemilihan fenomena muka bumi yang dianggap penting sesuai dengan tema dan
judul peta.

b. Ada proses pemindahan bentuk muka bumi dalam bidang datar dengan
menggunakan sistem proyeksi.

c. Ada proses pengecilan ukuran muka bumi yang sebenarnya dengan menggunakan
skala

FUNGSI DAN TUJUAN PETA


1. Fungsi Pembuatan Peta
Peta sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat ini terlihat dari fungsinya.
Ada beberapa fungsi peta, diantaranya sebagai berikut:

a. Menunjukan posisi atau lokasi suatu wilayah di muka bumi.


b. Memperlihatkan atau menggambarkan fenomena-fenomena dalam bentuk-bentuk
permukaan bumi.
c. Memperlihatkan ukuran, luas daerah, dan jarak di permukaan bumi.
d. Menyajikan informasi dalam konterks keruangan.

2. Tujuan Pembuatan Peta


Tujuan pembuatan peta antara lain sebagai berikut:

a. Membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau


perencanaan.
b. Analisis data spasial.
c. Menyimpan informasi.
d. Membantu dalam pembuatan suatu desain.
e. Komunikasi informasi ruang.

JENIS PETA
Ada berbagai jenis peta, diantaranya peta foto dan peta garis. Peta foto dihasilkan dari
mozaik gabungan foto udara yang sudah terkoreksi secara geometris.

Peta foto dilengkapi garis kontur, toponimi, dan legenda. Adapun peta garis menyajikan
kenampakan alami dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis dan area luasan.

Berdasarkan isi atau informasi yang disajikan, peta dapat dikelompokan atas peta
umum atau peta ikhtisar dan peta tematik.
1. Peta Umum
Peta umum menggambarkan segala sesuatu di permukaan bumi secara umum. Peta
kartografi dan peta topografi termasuk dalam peta umum.

a. Peta korografi adalah peta yang menampilkan seluruh permukaan atau sebagian
permukaan bumi secara umum. Biasanya memiliki skala sedang. Contoh peta korografi
adalah atlas.

b. Peta topografi adalah peta yang menampilkan relief atau bentuk permukaan bumi.
Relief muka bumi digambarkan pada peta dalam bentuk garis-garis yang
menghubungkan ketinggian tempat yang sama, garis ini disebut garis kontur.
Ciri-ciri garis kontur adalah sebagai berikut.

1) Semakin rapat jarak antargaris menunjukkan relief yang semakin curam. Begitu
sebaliknya, jarak antargaris yang semakin jarang menunjukan relief yang landai.

2) Jika ditemukan garis kontur yang bergerigi, menandakan di daerah tersebut terdapat
lembah atau depresi.

3) Jika ditemukan garis kontur yang sangat rapat, menandakan terdapat patahan di

daerah tersebut.

Garis kontur bergerigi menandakan daerah berupa lembah


2. Peta Tematik
Peta tematik menggambarkan kenampakan fenomena tertentu di permukaan bumi.
Misalnya peta kepadatan penduduk, peta pertambangan, dan peta curah hujan.

Peta Kepadatan Penduduk Indonesia Tahun 2010


Sumber BPS
Peta Pertambangan Indonesia
Sumber

Peta Curah Hujan di Indonesia


Sumber
KOMPOSISI PETA
Komposisi peta atau komponen peta disebut juga kelengkapan peta. Adapun
komponen-komponen peta adalah sebagai berikut:

1. Judul Peta
Judul peta memuat informasi sesuai dengan isi informasi peta. Karena itu, judul peta
merupakan hal yang pertama dilihat oleh pembaca peta. Biasanya, judul peta terletak di
bagian tengah atas peta. Jika judul peta diletakkan di bagian peta yang lain, letak judul
tidak boleh mengganggu kenampakan seluruh peta.

2. Garis Tepi
Garis tepi adalah garis yang terletak di bagian tepi peta dan ujung-ujung tiap garis
bertemu dengan ujung garis yang berdekatan.

3. Orientasi
Orientasi peta atau diagram petunjuk arah menunjukkan posisi dan arah suatu titik
maupun wilayah. Orientasi peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke
arah utara dan dapat diletakkan di bagian mana saja dan peta sejauh tidak
mengganggu kenampakan peta.

4. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang atau luas wilayah di
peta dan jarak sebenarnya dengan satuan ukur yang sama. Persamaan skala peta
adalah sebagai berikut.

Skala peta = jarak objek di peta : jarak objek di permukaan bumi

Ada tiga bentuk penyajian sakala pada peta. Ketiga bentuk sakala peta tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Skala pecahan (numerik) adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk angka
perbandingan atau pecahan. Misalnya, 1: 250.000. Skala ini menunjukkan bahwa setiap
1 cm pada peta sama dengan 250.000 cm atau 2,5 km pada kondisi sebenarnya.

b. Skala garis (grafis) adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk sebuah ruas
bilangan atau batang pengukur. Misalnya skala 1: 1000.000 yang menunjukkan bahwa
satuan jarak 1 cm di peta berbanding lurus dengan satuan jarak 10 km kondisi
sebenarnya.

Skala garis
c. Skala kalimat (sakala verbal) adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat.
Meskipun skala kalimat mudah dimengerti tetapi kurang biasa digunakan. Skala ini
dapat dilihat pada peta-peta buatang Inggris. Contohnya, kita menemukan kalimat "1
Inchi to 1 mile". Arti kalimat ini adalah 1 inchi di peta menyatakan 1 mil di lapangan.

Semakin besar nilai skala peta, semakin detail informasi yang disajikan, demikian pula
sebaliknya. Sebagai contoh, skala 1:100 akan lebih detail dibandingkan skala 1:10.000.

e. Legenda atau Keterangan Peta


Legenda peta memuat keterangan semua simbol yang terdapat pada peta agar mudah
dipahami. Tidak adanya aturan baku dalam penggunaan simbol dan warna menjadikan
legenda sebuah informasi penting yang dapat digunakan untuk menerjemahkan
informasi pada sebuah peta. Biasanya, legenda ditempatkan pada sisi kiri atau kanan
bagian bawah suatu peta atau di dalam garis tepi pada peta. Penempatan legenda peta
hendaknya tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan.
Legenda peta
f. Koordinat (Garis Bujur dan Lintang)
Garis bujur dan lintang disebut juga dengan garis astronomi. Garis bujur dan lintang
biasanya ditunjukkan dengan satuan derajat.

g. Simbol Peta
Kenampakan peta tidak sama dengan foto. Foto akan menampilkan bentuk apa
adanya. Adapun peta informasi baik yang tampak maupun tidak.

Untuk menampilkan fenomena dan bentuk secara informatif digunakan simbol. Simbol
peta digunakan untuk mewakili benda yang sebenarnya.

Agar simbol yang digunakan pada peta dapat memberikan informasi yang tepat, simbol
harus sederhana, mudah dimengerti dan bersifat umum.

Syarat-syarat simbol yang baik adalah:

1) kecil, agar tidak terlalu memerlukan banyak ruang pada peta;


2) sederhana, dan;
3) jelas, agar tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca.

Berdasarkan bentuknya, ada tujuh kategori simbol peta. Ketujuh kategori itu adalah
sebagai berikut:

1) simbol titik untuk menyajikan lokasi tempat atau posisi data, seperti simbol kota,
gunung, pertambangan, titik triangulasi (titik ketinggian) dari permukaan laut.
Simbol titik
2) simbol garis untuk menyajikan data geografis, seperti sungai, batas wilayah, dan
jalan.

Simbol garis
3) simbol wilayah (area) untuk menunjukkan kenampakan wilayah, seperti rawa, hutan
dan padang pasir.
Simbol wilayah (area)
4) simbol aliran untuk menyatakan alur dan gerak suatu fenomena.

Simbol aliran
5) simbol batang untuk menyatakan harga suatu fenomena atau membandingkannya
dengan harga fenomena yang lain.
Simbol diagram batang
6) simbol lingkaran untuk menyatakan kuantitas dalam bentuk presentase.

Simbol lingkaran
7) simbol bola, untuk menyatakan volume (isi). Semakin besar bola, semakin besar pula
volumenya. Demikian juga sebaliknya.
Simbol bola
Sementara itu, berdasarkan sifatnya, ada simbol kualitatif. Simbol kualitatif dipakai
untuk membedakan persebaran fenomena yang digambarkan tanpa ukuran yang tegas.

Misalnya persebaran jenis tanah dan persebaran penduduk.

Berbeda dengan simbol kualitatif, simbol kuantitatif digunakan untuk menyatakan atau
membedakan nilai fenomena yang digambarkan.

Simbol-simbol kuantitatif biasanya menunjukkan gradasi nilai dalam bentuk arsiran atau
warna.

h. Lettering
Lettering adalah semua tulisan bermakna yang terdapat pada peta. Bentuk huruf
meliputi huruf kapitalm huruf kecil, kombinasi huruf kapital-kecil, tegak dan miring.
Contoh penulisan pada peta adalah sebagai berikut:

1) gunakan huruf proporsional


2) judul ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak
3) kenampakan air menggunakan jenis huruf miring
4) nama tempat ditulis dengan huruf tegak
5) sebaiknya tidak terlalu banyak huruf ditemukan pada peta. Oleh karena itu,
sebaiknya informasi yang ada hanya yang penting dan ditulis secara singkat dan
padat.

i. Warna Peta
Warna lazim digunakan untuk menonjolkan perbedaan objek pada peta. Perbedaan
objek tersebut kemudian digambarkan dengan warna berbeda. Penggunaan warna
berbeda itu antara lain terlihat pada hal-hal berikut:
Warna peta
1) warna dasar cokelat untuk menggambarkan kenampakan relief muka bumi.
2) warna dasar biru untuk menggambarkan kenampakan wilayah perairan (sungai,
danau, laut).
3) warna dasar hijau untuk menggambarkan kenampakan vegetasi (hutan, perkebunan)
4) warna merah dan hitam untuk menggambarkan kenampakan hasil budidaya manusia
(misal jalan, permukiman, batas wilayah, dan pelabuhan).
5) warna putih menggambarkan kenampakan es di permukaan bumi.

j. Sumber Data dan Tahun Pembuatan


Sumber peta menunjukan sumber data yang digunakan dalam pembuatan peta.
Sumber peta memberi kepastian bahwa data dan informasi pada peta akurat. Sumber
peta biasanya diletakan pada bagian bawah peta.

Sementara itu, tahun pembuatan dapat membantu pembaca untuk menganalisis


berbagai kecenderungan perubahan fenomena dari waktu ke waktu.

Selain itu, tahun pembuatan memberikan informasi keakuratan data yang digunakan
per tahun pembuatan.
Sumber peta
PROYEKSI PETA
Peta adalah gambaran pada bidang datar, sementara bumi berbentuk elipsoid.

Oleh karena itu, salah satu masalah yang dihadapi dalam membuat peta adalah cara
menyajikan bidang lengkung permukaan bumi yang berbentuk tiga dimensi pada bidang
datar tanpa mengalami perubahan (distorsi).

Masalah ini dapat diatasi dengan proyeksi peta. Proyeksi peta merupakan teknik
matematis untuk menggambarkan permukaan bumi yang melengkung ke bidang datar.

Ada tiga kategori jenis proyeksi peta. Ketiga kategori itu adalah sebagai berikut:
1. Konform.
Konform artinya bentuk di peta harus sesuai dengan bentuk aslinya di alam.

2. Ekuivalen
Ekuivalen artinya luas bidang pada peta harus sebanding dengan luas aslinya di alam.

3. Ekuidistan
Ekuidistan artinya jarak pada peta harus sebanding dengan jarak aslinya.

Proyeksi peta diklasifikasikan berdasarkan bidang proyeksi, garis karakter dan titik
persinggungan.

1. Berdasarkan Bidang Proyeksi


Berdasarkan bidang proyeksi, sistem proyeksi peta dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Proyeksi Zenital (Azimutal)


Proyeksi zenital memproyeksikan bola bumi di daerah kutub, ekuator, atau tempat yang
terletak antara ekuator dan kutub pada sebuah bidang datar. Proyeksi ini paling baik
untuk menggambarkan daerah kutub.

b. Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder memproyeksikan bola bumi pada bidang silinder. Proyeksi ini paling
tepat di daerah ekuator dan sekitar ekuator.
c. Proyeksi Kerucut
Proyeksi ini menggambarkan daerah sekitar lintang tengah.

Macam-macam proyeksi peta

PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH


Pengetahuan tentang pemetaan terus mengalami peningkatan. Baik dari segi
pembuatan maupun penggunaanya.

Pada awalnya, peta dibuat secara manual dengan menggambar langsung di lapangan,
tetapi sekarang peta dibuat dari jarak jauh yaitu dengan memanfaatak foto udara. Cara
ini dikenal sebagai penginderaan jauh.

Penginderaan jauh merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manusia
untuk menganalisis berbagai ketampakan yang ada di permukaan bumi tanpa langsung
ke lapangan.

Penginderaan jauh atau disingkat inderaja, berasal dari bahasa Inggris yaitu 'remote
sensing'.

Pada awal perkembangannya, inderaja hanya merupakan teknik yang dikembangkan


untuk memperoleh data di permukaan bumi.

Akan tetapi, seiring dengan perkembangan iptek, ternyata inderaja seringkali berfungsi
sebagai suatu ilmu.

Beberapa ahli juga memberikan pendapatnya tentang pengertian penginderaan jauh


sebagai berikut:

a. Menurut Lillesand dan Kiefer (1979)


Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek,
daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang
dikaji.

b. Menurut Lindgren (1985)


Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan
analsisi informasi tentang bumi.

Penginderaan jauh dapat disimpulkan sebagai teknik dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena dengan analsisi data yang
diperoleh dari suatu alat tanpa menyentuh atau kontak langsung dengan sasaran
daerah, atau fenomena yang dikaji.
KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH
Penginderaan jauh merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen yang
saling terkait. Adapun komponen-komponen penginderaan jauh sebagai berikut:

1. ENERGI
Kegiatan penginderaan jauh melibatkan gambaran objek permukaan bumi yang
didapatkan dengan sensor yang berada di atas permukaan bumi.

Agar dapat direkam dengan baik oleh sensor, penginderaan jauh melibatkan energi
untuk mendapatkan gambaran permukaan bumi.

Ada dua energi yang umum digunakan dalam penginderaan jauh. Kedua energi
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Energi Gelombang Elektromagnetik Alamiah


Energi gelombang elektromagnetik alamiah yang berasal dari sinar matahari.
Penginderaan jauh yang memanfaatkan tenaga matahari disebut sistem pasif.
Contohnya proses pengambilan foto udara dan foto satelit. Untuk sistem penginderaan
jauh pasif yang sangat bergantung dengan matahari, hasil gambaran yang didapatkan
sangat bergantung pada waktu penyinaran, kondisi cuaca, serta permukaan bumi yang
memantulkan cahaya.
Energi gelombang elektromagnetik alamiah
Sumber
b. Energi Gelombang Elektronik Buatan
Energi gelombang elektronik buatan yang digunakan untuk memancarkan gelombang
cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Penginderaan jauh yang memanfaatkan
tenaga buatan disebut sistem aktif. Contohnya adalah sistem kerja radar.

Sistem kerja radar


Sumber
2. ATMOSFER
Penginderaan jauh menggunakan spektrum elektromagnetik untuk menjalankan
fungsinya. Untuk mendapatkan gambaran area yang luas, umumnya sensor
diletakan pada jarak yang jauh dari permukaan bumi.

Sensor tersebut akan menangkap gelombang elektromagnetik yang dipantulkan oleh


permukaan bumi. Namun, hanya sebagian kecil tenaga elektromagnetik dari radiasi
sinar matahari yang dapat mencapai permukaan bumi.
Hal ini terjadi karena atmosfer selektif terhadap panjang gelombang. Ketika melewati
atmosfer, gelombang elektromagnetik akan terhambur dan terserap oleh gas atmosfer,
terutama lapisan ozon dan partikel lain, seperti awan.

Namun ada beberapa bagian spektrum elektromagnetik yang dapat melalui atmosfer
dan mencapai permukaan bumi. Bagian ini disebut jendela atmosfer (atmospheric
window).

Panjang gelombang yang paling banyak digunakan dalam penginderaan jauh adalah
sebagai berikut:

Panjang gelombang elektromagnetik


Sumber
a. Spektrum gelombang cahaya tampak (visible), yakni spektrum gelombang cahaya
yang mempunyai panjang gelombang antara 0,4μm - 0,7μm.

b. Spektrum gelombang cahaya inframerah, yakni spektrum gelombang cahaya yang


mempunyai panjang gelombang antara 0,7μm - 1,0μm.

c. Spektrum gelombang mikro, yakni spektrum gelombang yang mempunyai panjang


gelombang antara 1,0μm - 1,0m.

3. OBJEK
Objek adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran dalam penginderaan jauh. Objek
meliputi atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan litosfer.
Interaksi objek dengan penginderaan jauh
Sumber
Setiap objek memantulkan panjang gelombang tertentu sehingga dapat memiliki
kenampakan yang berbeda pada sensor.

Vegetasi dan perairan cenderung menyerap cahaya, sehingga pada citra foto udara nampak lebih gelap
Sumber
Sebagai contoh, objek yang tampak lebih cerah adalah objek yang memantulkan atau
memancarkan lebih banyak energi ke sensor. Sebaliknya, objek akan tampak lebih
gelap jika objek memantulkan atau memancarkan lebih sedikit energi ke sensor.

3. Interaksi antara Tenaga dan Objek


Tiap objek mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau memancarkan
tenaga ke sensor. Pengenalan objek pada dasarnya dilakukan dengan menyidik
(tracing) karakteristik spektral objek yang tergambar pada citra.

4. Sensor
Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu
objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan untuk merekam
gambar terkecil disebut resolusi spasial. Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh
sensor, semakin baik kualitas sensor itu, dan semakin baik resolusi spasial citra.

5. Wahana
Kendaraan yang membawa alat pemantau dinamakan wahana. Berdasarkan ketinggian
peredaran atau tempat pemantaunya, wahana di angkasa dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

a. Pesawat terbang rendah sampai medium (low to medium altitude aircraft) dengan
ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan bumi. Citra yang
dihasilkan ialah citra foto (foto udara).

b. Pesawat terbang tinggi (high altitude aircraft) dengan ketinggian sekitar 18.000 meter
dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan yaitu foto udara dan multispectral scanners
data.

c. Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permkaan bumi. Citra
yang dihasilkan ialah citra satelit.

6. Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual, yakni dengan interpretasi secara
visual dan dapat pula dilakukan dengan cara numerik atau cara digital, yaitu dengan
menggunakan komputer. Foto udara umumnya diinterpretasi secara manual,
sedangkan data hasil penginderaan secara elektronik dapat diinterpretasikan secara
manual maupun numerik.

7. Pengguna Data
Keberhasilan aplikasi penginderaan jauh terletak pada dapat diterima atau tidaknya
hasil penginderaan jauh tersebut oleh para pengguna data. Kerincian, keandalan, dan
kesesuaiannya terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan diterima atau tidak
diterimanya data penginderaan jauh.

8. Keluaran
Data yang dihasilkan dari penginderaan jauh berupa data digital dan data visual.
a.Data digital penginderaan jauh terekam dalam bentuk angka yang menunjukkan nilai
kecerahan (rona).

b. Data visual penginderaan jauh terekam dalam bentuk gambar.


HASIL PENGINDERAAN JAUH
Hasil penginderaan jauh adalah citra. Citra dapat dibedakan atas citra foto
(photographic image) dan citra non foto (nonphotographyc image).

Citra foto dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Sementara itu, citra nonfoto
dihasilkan oleh sensor bukan kamera.

Secara detail perbedaan citra foto dan citra nonfoto adalah sebagai berikut:
Citra Foto

 Menggunakan sensor kamera


 Detektor film
 Proses perekaman dilakukan dengan fotografi/kimiawi
 Mekanisme perekaman serentak
 Spektrum elektromagentik menggunakan spektrum tampak

Citra Nonfoto

 Menggunakan sensor nonkamera, berdasarkan pemindaian (scanning).


 Detektor berupa pita magnetik, termistor, foto konduktif, foto voltaik
 Proses perekaman dilakukan secara elektronik
 Mekanisme perekaman dilakukan secara parsial
 Menggunakan spektrum elektromagnetik tampak dan perluasannya, termal dan
gelombang radio.

1. CITRA FOTO
Citra foto dapat dibedakan berdasarkan spektrum elektromagentik yang digunakan,
posisi sumbu kamera, sudut liputan kamera, jenis kamera, warna yang digunakan, dan
wahana yang digunakan.

Film yang digunakan dalam fotografi sensitif terhadap panjang gelombang pada rentang
0,3μm - 0,9μm yang meliputi spektrum ultraviolet, spektrum cahaya tampak, dan
spektrum inframerah jarak dekat.

Berdasarkan spektrum elektromagentik yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi


lima, yaitu:

a. Foto ultraviolet, ialah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet
dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.

b. Foto ortokromatik, adalah citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
tampak, dari saluran biru hingga sebagaian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).

c. Foto pankromatik, ialah foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak, mulai dari
warna merah hingga ungu.

d. Foto inframerah asli (true infrared photo) adalah foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9 - 1,2
mikrometer yang dibuat secara khsus.
e. Foto inframerah modifikasi, adalah foto yang dibuat dengan inframerah dekat dan
sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.

Berdasarkan sistem wahana yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Foto udara, adalah foto yang dibuat dari pesawat udara atau balon udara.
b. Foto satelit atau foto orbital adalah foto yang dibuat dari satelit.

2. COTRA NONFOTO (NONPHOTOGRAPHIC IMAGE)


Citra nonfoto adalah citra yang pemotretannya dari laur angkasa melalui satelit. Citra
nonfoto dapat dibedakan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

a. Berdasarkan Spektrum Elektromagentik yang digunakan, citra nonfoto dibedakan


menjadi dua, yaitu:
1) Citra inframerah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum inframerah termal.

2) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro. Citra radar menggunakan tenaga buatan dan citra gelombang mikro
menggunakan tenaga alamiah.

b. Berdasarkan Sensor yang digunakan, citera nonfoto dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Citra tunggal adalah citra yang dibuat dengan sensor tunggal yang salurannya lebar.
2) Citra multispektral adalah citra yang dibuat dengan saluran jamak.

c. Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Cotra dirgantara adalah citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara,
seperti citra inframerah thermal, radar, dan MSS.

2) Citra satelit, adalah citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra satelit
dibedakan menjadi empat, yaitu:
(a) citra satelit untuk penginderaan planet (Citra Satelit Viking (AS) dengan citra satelit
Venera (Rusia);

(b) citra satelit untuk penginderaan cuaca (NDAA (AS), dan Citra Meteor (Rusia);

(c) citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi (Citra Landsat (AS), Citra Soyus
(Rusia), Citra SPOT (Perancis);

(d) citra satelit untuk penginderaan laut Seasat (AS), dan Citra MOS (Jepang).
INTERPRETASI CITRA
Interpretasi citra merupakan suatu usaha untuk menafsirkan isi atau ketampakan yang
ditampilkan oleh citra agar dapat dilakukan analisis lebih lanjut.

Interpretasi data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan analisis data digital
maupun manual atau analog. Dari kedua analisis tersebut, yang paling mudah untuk
dilakukan adalah analisis manual.

1. CIRI-CIRI INTERPRETASI CITRA


Interpretasi citra dilakukan dengan cara mengenali ciri-ciri yang ada pada data
penginderaan jauh. Ciri-ciri tersebut dibedakan sebagai berikut.

a. Ciri spasial adalah ciri yang berkaitan dengan ruang, meliputi bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.

b. Ciri temporal adalah ciri yang berhubungan dengan waktu saat perekaman dan dapat
pula menunjukkan umur suatu benda.

c. Ciri spektral merupakan suatu ketampakan yang dihasilkan dari interaksi energi
elektromagnetik dengan benda, yang dapat diidentifikasi melalui rona (tingkat
kecerahan) dan warna.

2. UNSUR-UNSUR INTERPRETASI CITRA


a. Rona
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra. Rona pada foto
pankromatik merupakan atribut bagi objek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum
tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4
- 0,7). Berkaitan dengan penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar,
jadi rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.

Adapun faktor yang mempengaruhi rona sebagai berikut.


1) Karakteristik objek (permukaan kasar atau halus).
2) Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan).
3) Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup, dan gelap).
4) Keadaan cuaca (cerah atau mendung).
5) Letak objek (pada lintang rendah atau tinggi).
6) Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan Juni atau Desember).

b. Warna
Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum
sempit, lebih sempit dari spektrum tempak.

c. Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu
objek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dapat dikenali
berdasarkan bentuknya saja.

d. Ukuran
Ukuran ialah atribut objek berupa jarak, tinggi, lereng, dan volume. Karena ukuran objek
pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai
unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.

e. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok
objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur sering dinyatakan
dengan kasar, halus dan belang-belang.

f. Pola
Pola, tinggi, dan bayangan dikelompokkan ke dalam tingkat kerumitan tersier. Tingkat
kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur
sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang
menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah.

g. Bayangan
PENGERTIAN SIG
Pada penjelasan diatas kita sudah belajar mengenai peta dan penginderaan jauh. Peta
dan penginderaan jauh tidak dapat dipisahkan dari Sistem Informasi Geografis (SIG).
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem yang khusus mengelola database
yang berisi data dengan referensi geografis dan memiliki informasi spasial.

Input data sistem informasi geografis (SIG) banyak diperoleh dari citra penginderaan
jauh. Semua infromasi itu diproses menggunakan komputer yang kemudian dapat
dikombinasikan menjadi informasi yang diinginkan.

Teknologi ini dapat digunakan untuk pengelolaah sumber daya, investigasi ilmiah,
pembuatan peta atau kartografi, perencanaan pembangunan, tata guna lahan,
informasi fasilitas-seperti fasilitas kesehatan- dan untuk keperluan tanggap bencana.

Di Indonesia, SIG dikembangkan dan digunakan oleh Badan Informasi Geospasial


yang sejak 2011 resmi menggantikan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal).

Selain badan ini, ada juga beberapa instansi lain yang menggunakan dan
mengembangkan SIG sesuai dengan kebutuhan instansi tersebut. Misalnya, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), LAPAN, Pusat Data Kemetrian
Pekerjaan Umum, Badan Pertahanan Nasional (BPN), Kementrian Kehutanan,
perguruan tinggi dan lembaga swasta lainnya.

Jadi, SIG merupakan sistem yang berfungsi mengumpulkan, mengatur, mengelola,


menyimpan, dan menyajikan segala jenis data (informasi) yang berkaitan dengan
kondisi geografis suatu wilayah.
Sistem informasi geografis memberikan banyak keuntungannya, diantaranya sebagai
berikut:

1) Pengelolaan data dalam format yang kompak dan jelas.


2) Analisis data dapat dilakukan dengan lebih efisien.
3) Pembaruan data dapat dilakukan secaracepat.
4) Biaya lebih murah jika dibandingkan survei lapangan.
5) Mempermudah penampilan data yang sulit.
6) Dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dengan lebih cepat.

Definisi SIG yang dikemukakan oleh para ahli sangatlah beragam, antara lain:

Burrough (1986)
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah seperangkat alat yang penuh daya untuk
mengumpulkan, mengubah, dan menampilkan data spasial dari dunia nyata.

Smith (1987)
SIG adalah sistem database data spasial dan seperangkat prosedur yang beroperasi
dalam rangka menjawab pertanyaan tentang entitas spasial dalam database.

David Rhind (19880


SIG adalah sistem berbasis komputer untuk mengumpulkan, memeriksa,
mengintegrasikan, dan menganalisis informasi yang berhubungan dengan permukaan
bumi.

Blakemore (1989)
SIG adalah paket komputer yang mengintegrasikan penyimpanan, manipulasi, analisis,
pemodelan, dan pemetaan informasi spasial digital.

Congalton and Green (1991)


SIG adalah sebuah sistem untuk memasukkan, menyimpan, manipulasi, menganalisis,
dan menampilkan data geografis atau spasial. Data ini diwakili oleh titik, garis, dan
poligon beserta atribut terkait.

Rowley (1995)
SIG adalah suatu sistem untuk menangkap, menyimpan, memeriksa,
mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang memiliki
referensi spasial dengan bumi.

Demers (1997)
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, mengintegrasikan,
dan menganalisis informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.
Chrisman (1997)
SIG adalah sistem yang terdiri atas perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia,
organisasi, dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,
menganalisis dan menyebarkan informasi mengenai daerah-daerah di permukaan
bumi.

Guo Bo (2002)
SIG adalah teknologi informasi yang dapat menganalisis, menyimpan dan menampilkan
baik data spasial maupun nonspasial.
SUB SISTEM SIG
Sistem Informasi Geografis (SIG) terdiri dari data informasi spasial dengan referensi
geografis yang disimpan dalam sebuah database untuk kemudian dimanipulasi,
dianalisis, dan disajikan.

Oleh karena itu, sistem informasi geografis dapat dipahami sebagai sekelompok
subsistem dalam kerangka sistem utama.

Ada empat sub sistem fungsional dalam mengelola sistem informasi geografis.
Keempat sub sistem tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sub Sistem Masukan (Input)


Sub sistem masukan merupakan proses pengambilan, pengumpulan, dan pengubahan
data spasial dan tematik objek-objek material geografi ke dalam bentuk digital yang
dapat diterima dan dipakai dalam sistem informasi geografis. Ada dua jenis data.
Keduanya adalah data spasial (keruangan) dan data atribut (deskripsi).

a. Data Spasial
Data spasial adalah data atau informasi yang memiliki referensi atau koordinat
geografis. Data ini merupakan representasi sebuah objek atau fenomena di permukaan
bumi.

Data spasial umumnya disimpan dalam bentuk informasi dan koordinat sehingga dapat
dimanipulasi dan dipetakan kembali. Data ini berasal dari peta analisis foto udara, dan
penginderaan jauh.

Data spasial dapat dimasukan ke dalam sistem informasi geografis (SIG) dengan cara
digitasi peta, penyiaman (scanning), dan tabulasi.

Digitasi peta adalah upaya memindahkan lembaran peta (hardcopy) ke dalam komputer
dengan mengubahnya ke dalam bentuk format digital dengan struktur vektor. Alatnya
disebut digitizer.

Penyiaman (scanning) merupakan proses mengubah data grafis kontinu menjadi data
grafis diskrit yang terdiri atas sel-sel penyusun gambar (pixel).

Sementara itu, tabulasi adalah proses pemasukan data atribut sistem informasi
geografis (SIG) dengan pembuatan tabel.

Ada dua model penyajian data spasial, yakni model data raster dan model data vektor.

1) Data raster
Data raster adalah data digital yang posisinya diwakili oleh grid sehingga disebut juga
sel grid. Data raster terdiri dari baris dan kolom yang memiliki nilai atau warna dalam
sebuah sistem grid. Data raster dihasilkan oleh sistem penginderaan jauh.

Data raster memperesentasikan objek geografis dengan pixel (pixture element).


Resolusi pixel pada citra menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi.
Semakin tinggi resolusinya, semakin kecil ukuran detail permukaan bumi yang
direpresentasikan.

Data raster baik digunakan untuk menggambarkan batas-batas yang berubah secara
gradual, seperti jenis tanah, kelembapan tanah dan vegetasi.

2) Data vektor
Data vektor mempresentasikan wajah bumi dengan menggunakan vektor yang dibentuk
dengan titik, garis dan area sebagai representasi grafis suatu objek. Titik digunakan
sebagai posisi suatu lokasi, seperti lokasi fasilitas kesehatan.

Sementara itu, garis digunakan untuk mempresentasikan objek dalam satu dimensi,
seperti jalan dan sungai, dan area (poligon) untuk mempresentasikan objek dalam dua
dimensi, seperti danau. Perbandingan struktur data vektor dan data raster dapat dilihat
pada tabel berikut.

b. Data Atribut
Data atribut adalah data yang memeberi penjelasan mengenai setiap objek, fenomena,
atau informasi di permukaan bumi. Data ini memberi penjelasan dalam rupa angka,
tabel atau grafik yang berasal dari deskripsi, perhitungan, pengukuran atau klasifikasi
fitur geografis.

Data atribut ini melekat pada data spasial. Contoh data atribut antara lain berasal dari
sensus, catatan lapangan, dan statistik. Ada dua segi data atribut yang dapat dilihat.
Keduanya adalah segi kualitas dan segi kuantitas. Data kualitatif adalah data dalam
bentuk deskriptif yang berasal dari hasil pengamatan, wawancara atau angket.

Contoh data kualitatif adalah tingkat kesuburan tanah. Sementara itu, data kuantitatif
adalah data hasil pengamatan dalam bentuk angka. Angka tersebut merepresentasikan
nilai dari suatu objek atau fenomena. Contoh data kuantitatif adalah luas lahan.

Data atribut dapat diklasifikasikan menjadi empat tingkat pengukuran, yakni data
nominal, data ordinal, data interval dan data rasio. Data nominal menggambarkan
berbagai jenis kategori data yang berbeda dengan menggunakan kode. Misalnya, kode
jenis tanah, kode jenis batuan, kode jumlah populasi, dan kode jenis vegetasi.

Adapun data ordinal disusun dengan membedakan peringkat pada data. Misalnya, kota
diklasifikasikan sebagai kota besar, kota sedang, dan kota kecil menurut jumlah
penduduk.

Data interval menggambarkan interval antarnilai, seperti membaca suhu dan tekanan,
Misalnya membaca suhu 600°C lebih panas daripada suhu 400°C. Data rasio sama
dengan data interval, kecuali data rasio didasarkan pada nilai nol absolut dan interval
dalam dimensi yang sama. Kepadatan penduduk adalah contoh data rasio, yaitu
kepadatan 0 adalah nol mutlak.

Data nominal dan data ordinal termasuk data kategorik. Data kategorik diklasifikasikan
berdasarkan kategori/kelas tertentu. Sementara itu, data interval dan data rasio
termasuk data numerik. Data numerik dinyatakan dalam besaran numerik (angka).

c. Sumber Data
Sumber data adalah data lapangan (terestris), data peta, dan data penginderaan jauh.
Data lapangan diperoleh secara langsung melalui hasil pengamatan atau pengukuran di
lapangan. Data tersebut bersifat deskriptif dan tidak terekam oleh sensor penginderaan
jauh.

Contohnya, jumlah penduduk, batas hak pengusahaan hutan, curah hujan, jenis tanah,
dan kemiringan lereng.

Data peta adalah data yang berasal dari peta yang telah diubah dalam bentuk digital.

Data penginderaan jauh berbentuk citra satelit dan foto udara ataupun hasil
interpretasinya. Objek dalam foto udara atau citra satelit harus diinterpretasikan terlebih
dahulu sebelum dikonversi ke dalam bentuk digital, misalnya sungai dan jalan.

Sementara itu, citra satelit dalam bentuk digital dapat langsung digunakan setelah
dikoreksi.
KOMPONEN SIG
Sistem informasi geografis (SIG) dibentuk oleh komponen-komponen yang
saling terkait satu sama lain. Dari komponen-komponen tersebut, terdapat tiga
komponen penting. Ketiga komponen itu adalah erangkat kertas komputer, program
aplikasi perangkat lunak, dan manusia sebagai pelaksana.
1. Perangkat Keras Komputer
Komponen perangkat keras utama sistem informasi geografis (SIG) berfungsi untuk
memberikan daya komputasi dan data akses yang diperlukan oleh sistem perangkat
lunak.

Dewasa ini perangkat keras yang sering digunakan berkisar antara perangkat mobil
atau genggam hingga jaringan komputer untuk server-client kompleks yang melobatkan
banyak unit terkait.

Ukuran fisik serta daya komputasi lokal dan memori sistem ini sangat bervariasi. Hal
tersebut mempengaruhi bagaimana dan di mana pengolahan data dan analisis
dilakukan.

2. Perangkat Lunak Komputer


Varian sistem perangkat lunak SIG seiring dengan perkembangan varian perangkat
kerasnya. Namun, fungsi perangkat lunak umumnya terpusat pada empat hal berikut.

a. Input dan manipulasi data yang mencakup hal-hal seperti penggunaan seperangkat
data digital yang sudah ada, input data terbaru hasil observasi lapangan dan sensor,
serta melakukan manipulasi, seperti mengubah gambar atau peta.

b. Penyimpanan data dan manajemen basis data. Fungsi ini memastikan penggunaan
data yang terstruktur dan terorganisasi, baik yang berkaitan cara penanganannya di
komputer maupun bagaimana data itu dipahami oleh pengguna sistem. Program
komputer yang digunakan untuk mengatur database ini dikenal sebagai sistem
manajemen berbasis data (Database Mangement System (DBMS)) dan penataan
kompleksitas relatif data spasial akan didasarkan pada model data yang formal.

c. Data output dan presentasi. Hal ini melingkupi bagaimana data akan ditampilkan dan
bagaimana hasil analisis dilaporkan kepada pengguna. Data dapat disajikan sebagai
animasi, peta, tabel, atau figur (grafik dan diagram).

3. Manusia
Teknologi sistem informasi geografis (SIG) cukup bernilai bagi kehidupan manusia.
Fakta menunjukan bahwa jumlah pengguna sistem informasi geografis (SIG) telah
meningkat pesat. Dewasa ini SIG telah digunakan oleh orang di berbagai bidang.
Misalnya, untuk analisis penyebaran penyakit epidemik (demam berdarah), analisis
kepariwisataan, dan analisis kejahatan.
PEMANFAATAN SIG
SIG dengan segala keunggulannya dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang.
Beberapa contoh penerapan SIG adalah sebagai berikut:
1. Bidang Sumber Daya Alam
SIG memiliki peranan untuk menginventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan
untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, dan
menganalisis daerah persebaran tambang.

2. Bidang Perencanaan Ruang


SIG dapat digunakan untuk merencanakan permukiman penduduk, perencanaan tata
ruang wilayah, perencanaan kota, perencanaan lokasi dan relokasi industri, pasar dan
menganalisis daerah rawan bencana.

3. Bidang Kependudukan
SIG berperan dalam penyusunan data pokok, penyediaan informasi kependudukan,
sosial, dan ekonomi, serta sistem informasi untuk pemilihan umum.

4. Bidang Pendidikan
SIG berguna untuk menentukan lokasi pendidikan, sistem informasi pendidikan, alat
bantu pemahaman pembelajaran untuk masalah-masalah geografi bagi siswa.

5. Bidang Militer
SIG berguna dalam penyediaan data spasial untuk analisis rute-rute logistik dan
peralatan perang.

Anda mungkin juga menyukai