Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Seperti Apa bentuk Primal-Dual itu?
2. Ada tidak aturan-aturan umum dalam perumusan persoalan program linier
yang berhubungan dengan Primal-Dual?
C. Tujuan Pembahasan
1. Agar dapat mengetahui tentang bentuk-bentuk dari Primal-Dual.
2. Agar dapat mengetahui ada tidaknya aturan-aturan umum dalam perumusan
persoalan program linier yang berhubungan dengan Primal-Dual.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Untuk dapat menyusun suatu persoalan primal Program Linier ke
dalam bentuk dual, maka selalu harus dirumuskan terlebih dahulu ke dalam
bentuk kanonik.
1. Untuk persoalan maksimasi, maka semua rumusan fungsi kendala
mempunyai tanda lebih kecil dari pada atau sama dengan ( ≤ ).
2. Untuk persoalan minimasi maka tanda fungsi syarat ikatannya harus lebih
besar dari pada atau sama dengan ( ≥ ) .
3. Jika suatu persoalan dalam rumusan Program Linier mempunyai fungsi
kendala kesamaan (nilai nsk-nya bertanda sama dengan), maka fungsi
kendalanya tersebut dapat ditukar atau diganti dengan dua fungsi lainnya,
yang pertama, bertanda “lebih kecil dari pada atau sama dengan (≤)”
dan yang kedua, bertanda “lebih besar dari-pada atau sama dengan (≥)”.
Salah satu diantara kedua fungsi kendala lain tersebut (dipilih salah satu),
kemudian diambil, dan kalikan dengan (-1) untuk mendapatkan fungsi
kendala yang sesuai dengan aturan yang diminta oleh bentuk kanonik
tersebut.
Masalah-masalah dalam dual yang biasa terjadi dalam penyelesaian
pemrograman linier yaitu:
1. Inverse dari Primal
2. Bukan lagi masalah optimal bagi peubah keputusan
3. Masalah optimal bagi sumber daya
4. Untuk mempelajari efek perubahan-perubahan koefisien dan ketersediaan
sumber daya pada hasil optimal
5. Seolah-olah sumber daya mempunyai ‘harga’ dan menjadi aset: konsep
“shadow price”
6. Bagaimana memanfaatkan aset tersebut dengan optimal
Langkah-langkah dalam menentukan Dual Problem dari suatu Program
Linear (Primal) yaitu :
1. pemrograman semula dinamakan Primal Problem
2. Jika Primal kasus maksimal, maka Dual kasus minimal
3
3. jika Primal kasus minimal, maka Dual kasus maksimal
4. Dibedakan dari tipe permasalahan
a. Masalah max yang normal: semua peubah non negatif dan semua
kendala ≤
b. Masalah min yang normal: semua peubah non negatif dan semua
kendala ≥
4
Bentuk Primal Bentuk Dual
Memaksimumkan fungsi tujuan, Meminimumkan fungsi tujuan,
dan sebaliknya. dan sebaliknya.
Nilai Sebelah Kanan (NSK)
Koefisien fungsi tujuan (Cj )
fungsi kendala
NSK fungsi kendala primal (bi ) Koefisien fungsi tujuan
Koefisien peubah ke-j Koefisien kendala ke-j
Koefisien kendala ke-i Koefisien peubah ke-i
Kendala ke-j dengan tanda
ketidaksamaan “lebih besar
Peubah ke-j yang positif (≥ 0)
daripada atau sama dengan “
(≥).
Kendala ke-j yang bertanda
Peubah ke-j tandanya tidak dibatasi
sama dengan
Kendala ke-i yang bertanda sama Peubah ke-i tandanya tidak
dengan dibatasi
Kendala ke-i yang bertanda
Peubah ke-i yang positif (≥)
ketidaksamaan (≤)
Contoh Soal :
Andaikan terdapat suatu persoalan Program Linier sebagai berikut :
Memaksimumkan : Z = 10X1 + 6X2 ........ (1),
Syarat ikatan :
a). 2X1 + 3X2 ≤ 90 .......... (2)
b). 4X1 + 2X2 ≤ 80 .......... (3)
c). X2 ≥ 15 .......... (4)
d). 5X1 + X2 = 25 .......... (5)
dan X1 , X2 ≥ 0
Ubahlah ke dalam bentuk dualnya !
Penyelesaian :
5
Langkah 1,
Transfomasikan ke dalam bentuk kanonik primal (karena fungsi tujuannya
memaksimumkan maka tanda ketidaksamaannya dibuat ≤ ). Manipulasi
dilakukan pada rumus (4) dan (5) dengan berikut :
*) Kalikan rumus (4) dengan (-1) didapatkan:
− ≤ −5
*) Ganti rumus (5) menjadi ketidaksamaan :
5 + ≤ 25 (5a) dan 5 + ≥ 25 (5 )
Dan rumus (5b) dikalikan dengan (-1) didapat:
−5 − ≤ −25
Dengan demikian diperoleh bentuk kanonik primal menjadi:
Memaksimumkan: = 10 +6
Syarat ikatan:
a). 2 +3 ≤ 90
b). 4 +2 ≤ 80
c). − 2 ≤ −15
d). 5 + ≤ 25
e). −5 − ≤ −25 dan 1, 2 ≥0
Langkah 2,
Rumuskan bentuk kanonik dari persoalan primal tersebut ke dalam bentuk
dual, dan diperoleh :
Meminimumkan: = 90 + 80 − 15 + 25 − 25
Syarat ikatan:
a). 2 +4 −0 +5 −5 ≥ 10
b). 3 +2 − + − ≥6
dan 1, 2, 3, 4, 5 ≥ 0 atau 1 ≥ 0, untuk i = 1, 2, …, 5.
6
pertidaksamaan, dimana pertidaksamaan dalam masalah maksimasi berbentuk
≤, dan pertidaksamaan dalam minimasi berbentuk ≥. Dalam notasi matriks
masalah primal-dual simetris adalah :
Primal :
Maksimal Z = cX, dengan pembatas
AX ≤ b
X ≥0
Dual :
Minimal W = bY, dengan pembatas
AY ≥ c
Y ≥0
Dimana c adalah vektor baris 1 x n, X adalah vektor kolom n x l, A adalah
suatu matriks m x n, b adalah vektor kolom m x l, dan Y adalah vektor baris 1
x m.
Primal:
Maksimal
Z = c1X1 + c2X2 + …+ cnXn
X1, X2 , … , Xn ≥ 0
Dual :
Minimal
W = b1Y1 + b2Y2 + … + bmYm
a11Y1 + a21Y2 + … + am1Ym ≥ c1
a12Y1 + a22Y2 + … + am2Ym ≥ c2
a1nY1 + a2nY2 + … + amnYm ≥ cn
Y1 ,Y2 , … , Ym ≥ 0
7
Contoh dari bentuk primal-dual simetris adalah sebagai berikut:
Primal:
Maksimal
Z = 40000X1+ 50000X2 + 40000X3
4X1+ 4X2 + 6X3 ≤ 600
8X1+ 4X2 + 6X3 ≤ 800
X1 , X2 , X3 ≥ 0
Dual:
Minimal
W = 600Y1 + 800Y2
4Y1 + 8Y2 ≥ 40000
4Y1 + 4Y2 ≥ 50000
6Y1 + 6Y2 ≥ 40000
Y1 , Y2 ≥ 0
VD Z X Y S1 S2 NK Indeks
Z 1 -12.000 -10.000 1 0
S1 0 1 1 1 0 25 25
S2 0 8 6 0 1 168 21
Z 1 0 -1000 0 1.500 252.000
S1 0 0 2/8 1 -1/8 4 16
X 0 1 6/8 0 1/8 21 28
Z 1 0 1 4.000 1.000 268.000
Y 0 0 0 4 -1/2 16
X 0 1 0 -3 1/2 9
Jadi, solusinya dapat dilihat pada kolom NK dan didapatkan Zmaks = 268.000
dengan X = 9 dan Y = 16.
12
Baris Z baru :
P Q S1 S2 A1 A2 NK
25 168 0 0 M M 0
-M [ 1 8 -1 0 1 0 12.000 ]
-M [ 1 6 0 -1 0 1 10.000 ] +
2M-25 14M+168 -M -M 0 0 22.000M
VD Z P Q S1 S2 A1 A2 NK Indeks
Z -1 2M-25 14M+168 -M -M 0 0 22.000M
A1 0 1 8 -1 0 1 0 12.000 1.500
A2 0 1 6 0 -1 0 1 10.000 10.000/6
Z -1 1/4M-4 0 6/8M-21 -M -14/8M+21 0 252. 000+1.000M
Q 0 1/8 1 -1/8 0 1/8 0 1.500 -12.000
A2 0 1/4 0 6/8 -1 -6/8 1 1.000 8.000/6
Z -1 3 0 0 -28 -M -M+28 280.000
Q 0 1/6 1 0 -1/6 0 0 10.000/6 10.000
S1 0 1/3 0 1 -8/6 -1 8/6 8.000/6 4.000
Z -1 0 0 -9 -16 -M+9 -M+16 268.000
Q 0 0 1 -1/2 1/2 3/6 -1/2 1.000
P 0 1 0 3 -4 -3 4 4.000
Jadi, solusinya dapat dilihat pada kolom NK dan didapatkan Zmaks = 268.000
dengan Q = 1. 000 dan P = 4.000.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah model dual didefinisikan secara lengkap, dapat dikatakan bahwa
model dual dikembangkan dari model primal sepenuhnya. Hal tersebut dapat
berarti bahwa operasi simpleks tidak perlu dilakukan untuk mengetahui
informasi tentang dual karena solusi dual dapat ditentukan dari solusi primal.
Solusi optimum primal memberikan informasi mengenai banyaknya
jumlah laba yang diperoleh, sedangkan solusi optimum dual yang juga didapat
dari solusi terhadap suatu masalah primal memberikan informasi yang tidak
kalah penting dalam pengambilan keputusan. Bentuk dual akan memberikan
informasi mengenai nilai-nilai sumber yang biasanya merupakan pembatas dari
suatu model sehingga dapat membantu pengambila keputusan dalam
menentukan harga dari sumber daya yang menjadi pembatas bagi tercapainya
laba tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.math.unsyiah.ac.id/asep/images/analisis_post_optimal.pdf. Diunduh
pada 5 maret 2014 pukul 13.54 WIB.
http://profit.is.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-01/4-lusi-melian.pdf/pdf/4-lusi-
melian.pdf. Diunduh pada 5 maret 2014 pukul 13.24 WIB.
J, Zakiyay, Thomas. 2008. Pemrograman Linier Metode dan Problema.
Yogyakarta: ANDI.
http://naharindiastuti.blogspot.com/2012/11/contoh-soal-transformasi-dan-primal
dual.html.diunduh pada hari kamis, 06 maret 2014.
15