TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Moekijat (2004) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau catatan
tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang dihasilkan oleh
sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu atau beban
kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan subyektif. Secara obyektif
adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan.
Sedangkan beban kerja secara subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang
terhadap pernyataan tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan
pekerjaan dan kepuasan kerja. Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit
Menurut Caplan & Sadock (2006) beban kerja sebagai sumber ketidakpuasan
keselamatan penderita.
penderita.
d. Kontak langsung perawat klien secara terus menerus selama 24 jam.
sulitnya pekerjaan.
klien di ruangan.
terminal.
Untuk memperkirakan beban kerja keperawatan pada sebuah unit pasien tertentu,
a. Berapa banyak pasien yang dimasukkan ke unit perhari, bulan atau tahun.
beban kerja tenaga dokter dan perawat dapat dibagi seperti langkah-langkah
sebagai berikut :
2). Alat tulis yang digunakan untuk membuat catatan yang akan berguna
dalam pengukuran.
b. Menetapkan metode kerja yang akan digunakan dalam perhitungan beban kerja
c. Memilih pekerja yang tepat, berpengalaman dan terlatih dalam bidangnya atau
di tengah jalan.
rumah sakit, diperkirakan sekitar 70% personel adalah perawat (Ilyas, 2004).
dan asosiasi telah melakukan riset untuk dapat menghitung tenaga perawat dengan
kondisi pasien kepada rekan kerja, dan menyusun sebuah rencana bagi
2). Kegiatan tidak langsung : setiap kegiatan yang dilakukan oleh perawat
pasien, seperti : menulis rekam medik, mencari kartu rekam medis pasien,
3). Kegiatan tambahan : kegiatan pribadi yaitu semua kegiatan yang berkaitan
toilet : maupun bagian atau organisasi rumah sakit seperti menginput harga
Untuk menghitung beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini
personel bahwa mereka sangat sibuk dan menuntut diberikan waktu lembur (Ilyas,
2004). Sedangkan untuk menghitung beban kerja personel menurut Ilyas (2004)
Tehnik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang
dipangku oleh personil pada suatu unit, bidang ataupun jenis tenaga tertentu.
(2). Kaitan antara aktifitas personil dengan fungsi dan tugasnya pada waktu
jam kerja.
(3). Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak
produktif
(4). Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan schedule jam kerja.
(2). Melakukan pemilihan sample bila jumlah personil banyak. Dalam tahap
sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif dapat dan juga kegiatan
langsung.
(6). Pada work sampling yang diamati adalah kegiatan dan penggunaan
dilakukan oleh personil yang sedang diamati. Pada time and motion study, kita
(2). Kaitan antara petugas personil dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam
kerja.
(3). Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak
produktif.
(4). Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan schedule jam kerja.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam time and motion study adalah
sebagai berikut :
(2). Menentukan sampel dari perawat yang akan diteliti dengan cara purposive
sampling
sebagai kegiatan produktif atau tidak produktif dapat juga kegiatan langsung
(5). Pengamatan dapat dilakukan selama 24 jam (3 shift) secara terus menerus,
menjadi faktor penting dalam time and motion study. Kualitas kerja dapat
dilihat dari kesesuian antara kegiatan yang dilakukan dengan standar profesi
(Ilyas, 2004).
c). Daily Log
Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling, dimana orang-orang
yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk
kegiatan tersebut. Penggunaan tehnik ini sangat tergantung pada kerjasama dan
kejujuran dari personel yang diteliti. Dengan meggunakan formulir kegiatan dapat
jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore, dan malam tergantung pada
kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal dengan teori self care (perawatan
yaitu:
a). Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik turun tempat tidur
mandi
a). Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur
1). Keperawatan Mandiri (Self care) : 1-2 jam/hari dimana pasien masih mampu
2). Keperawatan Sebagian (Partial Care) : 3-4 jam/hari dimana pasien masih
seperti berjalan, bangun, makan, mandi dan eleminasi perlu dibantu oleh
seorang perawat.
3). Keperawatan Total (Total Care) : 5-7 jam/hari dimana pasien memerlukan
sangat tinggi, seperti pasien yang tidak sadar, atau yang sangat lemah dan
tidak mampu melakukan pergerakan, mandi dan eleminasi perlu dibantu dan
Kebutuhan Perawat
Waktu Klasifikasi
Pagi Siang Sore
dikembangkan oleh Gary Reid dari Divisi Human Engineering pada Armstrong
Laboratory, Ohio USA digunakan analisis beban kerja yang dihadapi oleh
seseorang yang harus melakukan aktivitas baik yang merupakan beban kerja fisik
mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus dilakukan oleh pekerja.
SWAT akan menggambarkan sistem kerja sebagai model multi dimensional dari
beban kerja, yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu beban waktu (time
load), beban mental (mental effort load), dan beban psikologis (psychological
stress load). Masing-masing terdiri dari 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan
tinggi (Sritomo,2007). Yang dimaksud dengan dimensi secara definisi adalah
sebagai berikut :
1) Time Load : adalah yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam
tugas (beban usaha mental rendah, beban usaha mental sedang, beban usaha
mental tinggi)
psikologis tinggi).
Prosedur penerapan metode SWAT terdiri dari 2 tahapan, yaitu tahap penskalaan
(scale development) dan tahap penilaian (event scoring). Pada langkah pertama 27
kombinasi tingkatan tingkatan beban kerja mental diurutkan dengan dari 27 kartu
kombinasi dari urutan beban kerja terendah sampai dengan beban kerja tertinggi,
ada suatu aturan mana yang benar atau yang salah. Dalam hal ini pengurutan kartu
yang benar adalah yang dilakukan menurut intuisi dan preferensi yang dipahami
sebuah skala interval dari beban kerja dengan range 0-100 (dapat dilihat pada
tabel 2). Pada kedua tahap penilaian sebuah aktivitas atau kejadian akan dinilai
dengan menggunakan rating 1 sampai 3 (rendah, sedang dan tinggi) untuk setiap
tiga dimensi atau faktor yang ada. Nilai skala yang berkaitan dengan kombinasi
tersebut yang dapat dari tahap penskalaan kemudian dipakai sebagai beban kerja
Hasil dari konversi ini maka dapat diketahui beban kerja masing-masing pekerja,
adapun kategori beban kerja dari masing-masing pekerja adalah sebagai berikut ;
2) Beban kerja sedang jika ratingnya berada pada nilai 41 sampai 60.
3) Beban kerja tinggi jika nilai SWAT ratingnya berada di nilai 61 sampai 100
Menurut Zadry (2007), pengukuran beban kerja dengan metode SWAT dapat
sektor perhubungan, seperti untuk meneliti tingkat beban kerja bagi para
Selain itu Zadry (2007), juga mengungkapkan tentang cara pelaksanaan SWAT
sebagai berikut :
terendah hingga tertinggi menurut persepsi ataupun intuisi dari tiap subjek.
performansi kerja dari subjek tersebut dengan nilai kombinasi dari beban
a) Time Load (T) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).
b) Mental Effort Load (E) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).
c) Psychological Stress Load (S) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).
Bila nilai konversi dari SWAT scale terhadap SWAT rating berada < 40,
maka performansi kerja subjek tersebut berada pada level optimal. Bila
tambahan lain.
yang sedang dilakukan pada saat tersebut beban kerjanya (kombinasi dari
Time Load, Mental Effort, dan Stress Load) dikategorikan sebagai pekerjaan
dengan beban kerja rendah (1), menengah (2), atau tinggi (3) menurut yang
bersangkutan.
ke dalam kategori beban kerja rendah atau beban kerja tinggi, sehingga dapat
Wexley dan Yuki (2005) berpendapat bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan
emosional yang positif dari seseorang yang ditimbulkan dari penghargaan atas
kepuasan kerja merupakan hasil dari prestasi seseorang terhadap sampai seberapa
seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.
Pegawai yang menikmati pekerjaan akan merasa puas jika hasil kerja keras dan
evaluatif dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah ”keadaan emosi yang
senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman
kerja seseorang.”
Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi pegawai mengenai seberapa baik
pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting. Terdapat tiga dimensi
yang diterima secara umum dalam kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja
kerja dapat dilihat dan dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan
menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan.
kepuasan kerja, karena hal ini dapat mempengaruhi tingkat absensi, perputaran
lainnya.
Menurut Malthis (2006) kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif dari
hubungan antara supervisor dengan tenaga kerja, dan kesempatan untuk maju.
itu sendiri. Tolok ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada, karena setiap
individu pegawai berbeda standar kepuasannya. Indikator kepuasan kerja ini dapat
diukur dengan kedisiplinan, moral kerja, dan labour turnover yang kecil, maka
secara relatif kepuasan kerja pegawai baik tetapi sebaliknya jika kedisiplinan,
moral kerja dan labour turnover besar, maka kepuasan kerja pegawai pada
desain pekerjaan aktual yang dirasakan oleh pegawai. Jadi, tingkat kepuasan
antara kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan karir yang dirasakan dengan
harapan pegawai. Apabila kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan karirnya
tidak sesuai dengan harapan atau harapan melebihi kinerja desain dan evaluasi
pekerjaan dan karirnya, maka pegawai akan kecewa. Sedangkan apabila kinerja
desain dan evaluasi pekerjaan dan karirnya sesuai dengan harapan atau bahkan
melebihi harapannya, pegawai akan merasa sangat puas. Jadi kepuasan kerja
adalah keadaan emosional seseorang terhadap pekerjaannya, ketika dia
menemukan titik temu antara apa yang dia harapkan dari pekerjaan itu dan apa
b. Discrepancies (perbedaan)
kerja.
b. Upah/gaji
Upah dan gaji merupakan hal yang signifikan, namun merupakan faktor yang
c. Promosi
terhadap kepuasan kerja, karena promosi bisa dalam bentuk yang berbeda-beda
d. Supervisi
e. Kelompok kerja
Pada dasarnya, kelompok kerja akan berpengaruh pada kepuasan kerja. Rekan
kerja yang ramah dan kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja bagi
pegawai individu.
Jika kondisi kerja bagus (lingkungan sekitar bersih dan menarik) misalnya,
bila kondisi kerja rapuh (lingkungan sekitar panas dan berisik) misalnya,
cukup variatif, namun As’ad (2001) berpendapat bahwa dengan sepuluh faktor
sebagai berikut:
a. Kesempatan untuk maju, dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk
b. Keamanan kerja, sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi
adalah faktor yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil.
dan sekaligus atasan. Supervisi yang buruk berakibat absensi dan turn over.
f. Faktor intrinsik dari pekerjaan, dimana atribut yang ada pada pekerjaan
h. Aspek sosial, merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi
pekerjaan.
manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya dalam hal ini
j. Fasilitas, termasuk didalamnya fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau
perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan
dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan pelayanan kesehatan secara nasional dan
global (Achir Yani, 2002). Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai
apabila ada keseimbangan antara jumlah tenaga dengan beban kerja perawat di
dampak pada beban kerja yang tinggi, yang dapat mengakibatkan turunnya
baik dapat menyebabkan keluhan subyektif, beban kerja menjadi tidak efektif
prestasi kerja menurun dan kepuasan kerjapun berkurang, hal ini juga dapat
Berdasarkan hasil survey Nasional yang dilakukan Anna (2001) bahwa salah
adalah beban kerja yang tinggi (2928 responden), waktu istirahat yang
Menurut Irwady (2007) bahwa beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas
untuk kegiatan penunjang. Analisa beban kerja perawat dapat dilihat dari aspek-
yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang
berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat