Anda di halaman 1dari 4

Mood Stabilizer

Definisi

Antimania atau mood stabilizer adalah obat yang kerjanya terutama mencegah naik
turunnya mood pada pasien gangguan bipolar (sindrom manic-depresi). Pasien dengan
gangguan bipolar tidak dapat disembuhkan, namun dapat diobati dengan efektif dengan
pengobatan jangka panjang.

litium karbonat dikenal sebagai antimania atau mood stabilizer. Obat lain yang juga
efektif sebagai mood stabilizer adalah karbamazepin, asam valproat, dan antipsikosis
atipikal olanzapin juga efektif sebagai mood stabilizer.

litium merupakan obat mood stabilizer yang paling efektif dan pertama diizinkan
oleh FDA pada tahun 1970 untuk menangani episode manic ataupun depresi. Walaupun
litium merupakan obat yang paling efektif, namun pada beberapa orang obat
antikonvulsan bekerja lebih baik dari pada litium.

Mekanisme kerja

Hipotesis : sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah
sinaps neuron, khususnya pada system limbic, yang berdampak terhadap “dopamine
receptor supersensitivity”.

1. Litium1
Mekanisme kerja yang pasti dari litium masih dalam penelitian, tetapi
diperkirakan bekerja atas dasar :
a. Efek pada elektrolit dan transport ion yaitu litium dapat mengganti natrium
dalam membantu suatu potensial aksi sel neuron, tetapi litium bukan
merupakan substrat yang adekuat untuk pompa Na
b. Efek pada neurotransmitter, diperkirakan litium menurunkan pengeluaran
norepinefrin dan dopamine, juga meningkatkan sintesis asetilkolin
c. Efek pada second messengers, yakni litium menghambat konversi IP2 menjadi
IP1 (inositol monofosfat) dan konversi IP menjadi inositol.
Ada juga yang berpendapat bahwa efek anti mania dari litium disebabkan
kemampuannya mengurangi “dopamine receptor supersensitivity”, dengan
1
meningkatkan “cholinergic-muscarinic activity”, dan menghambat “Cylic
AMP (adenosine monophosphate) dan phosphoinositides”

2. Asam valproat1
Valproat menyebabkan hiperpolarisasi potensial istirahat membrane neuron,
akibat peningkatan daya konduksi membrane untuk kalium. efikasinya pada
minggu pertama pengobatan seperti litium, tetapi asam valproat ternyata efektif
untuk pasien yang gagal terapi litium.

3. Olanzapin
Olanzapin merupakan derivate tienobenzodiazepin, memiliki afinitas terhadap
reseptor dopamine (D2, D3, D4 dan D5), reseptor serotonin (5HT2), muskarinik,
histamine (H1) dan reseptor alfa 1.

Indikasi

1. Litium
Sampai saat ini litium dikenal sebagai obat untuk gangguan bipolar terutama
pada fase manic dan untuk pengobatan penunjang. Pengobatan jangka panjang
terbukti menurunkan insidensi percobaan bunuh diri/bunuh diri. Belakangan
dengan diindikasikannya asam valproat dan olanzapin untuk indikasi ini, litium
juga dikombinasikan dengan obat tersebut. Hal ini terjadi kerena mula kerja yang
lama dari litium sehingga membutuhkan kombinasi dengan obat lain.
Biasanya setelah keadaan manic terkontrol, antipsikosis bisa perlahan
dihentikan, dilanjutkan dengan litium sebagai terapi pemeliharaan. Pada fase
depresif gangguan bipolar, litium sering dikombinasi dengan antidepresan.

2. Asam valproat
Indikasi utama merupakan obat antikonvulsan, namun setelah ditemukan
ternyata asam valproat ternyata dapat mengontrol mood. Obat ini efektif untuk
pasien yang gagal terapi litium.

2
3. Olanzapin
Indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif maupun positif skizofrenia dan
sebagai anti mania atau mood stabilizer. Obat ini juga menunjukkan efektivitas
pada pasien depresi dengan gejaa psikotik.

Efek Samping

1. Litium
Indeks terapi litium rendah, maka untuk pemberian yang aman perlu dilakukan
pemantauan kadar plasma atau serum litium (0,8-1,2 mEq/L). Pemeriksaan ini
dilakukan 10-12 jam setelah dosis terakhir.
Efek samping yang terjadi terutama pada saraf yaitu tremor halus (fine tremor,
terutama nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan
neuroleptika dan antidepresan), koreatetosis (gerakan yang tak henti-henti yang
terjadi cepat, menyentak-nyentak, diskinetik, dan involunter), ataksia, disartria,
afasia dan kejang . Gangguan gastrointestinal distress (mual, muntah, diare, feces
lunak). Gangguan pada kulit berupa gatal dan ruam.
Litium juga dapat menurunkan fungsi tiroid, tetapi biasanya efek ini bersifat
reversible. Dianjurkan pemeriksaan kadar TSH tiap 6-12 bulan selama
penggunaan.
Pada ginjal litium dapat menyebabkan nefrogenik diabetes insipidus yang
menyebabkan polidipsi dan poliuria. Tidak ada efek sedasi dan gangguan
ekstrapiramidal.
2. Asam valproat
Efek samping berupa gangguan saluran cerna (anoreksia, mual, muntah) pada
16% kasus. Efek terhadap SSP (system saraf pusat) berupa kantuk, ataksia dan
tremor, menghilang dengan penurunan dosis. Gangguan pada hati berupa
peninggian enzim-enzim hati, dan sesekali terjadi nekrosis hati.
3. Olanzapin
Efek samping yang sering dilaporkan adalah peningkatan berat badan dan
gangguan metabolic yaitu toleransi glukosa, hiperglikemia, dan hiperlipidemia.

3
Dosis dan Sediaan

1. Litium
Litium diberikan dalam dosis terbagi untuk mencapai kadar yang dianggap
aman, yaitu berkisar antara 0,8 dan 1,25 mEq/L.
Dosis : 900-1500 mg/hari pada pasien berobat jalan dan 1200-2400 mg/hari pada
pasien yang dirawat.
Dosis anjuran : 2-3 x 250-500 mg/hari
Sediaan : tablet 200 mg, 300 mg, 400 mg, 500mg
2. Asam Valproat
Dosis anjuran : 3 x 250 mg/hari
Sediaan : Syrup 250 mg/5 ml
3. Olanzapin
Dosis anjuran : 10-20 mg/hari
Sediaan : tablet 5-10 mg, vial 10 mg

Anda mungkin juga menyukai